Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

NAMA : MUHAMMAD AKRAM RIDYA (1704102010012)


AMALIA HARMIN (1704102010013)
JA’FAR ABDUL GHOFAR (1704102010014)
ALFATIH (1704102010015)
KELOMPOK :4
DOSEN PEMBIMBING : ZULFAN S.T, M.T

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
PENGUKURAN
LAJU VOLUME ALIRAN
(FLOW MEASUREMENT)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi fluida merupakan salah satu operasi yang sering digunakan
dalam dunia industri, karena bahan baku dalam industri banyak yang
menggunakan fluida. Sistem perpipaan digunakan sebagai tempat mengalirnya
suatu fluida. Fluida merupakan suatu zat yang tidak dapat menahan perubahan
bentuk secara permanen, dimana bila diberikan sedikit gaya terhadapnya tidak
bisa mempertahankan bentuknya. Fluida cair yang mengalir dalam sistem
perpipaan pada industri akan mengalami kehilangan energi karena adanya gerakan
antara fluida dengan pipa. Hilangnya energi pada fluida dengan sistem pepipaan
dapat pula disebabkan karena adanya gaya gesekan, belokan, kontraksi, dan
ekspansi.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui metode pengukuran
laju aliran menggunakan tiga jenis alat ukur berbeda, dengan melakukan
pengukuran dan membandingkan hasil pengukuran dengan hasil perhitungan
teoritas berdasarkan persamaan Bernoulli. Ketiga alat ukur tersebut adalah venturi
meter, pelat orifice dan saluran luasan berbeda. Alat ini digunakan untuk
mengetahui perubahan energi yang terjadi pada tabung plot dan tabung venture.
Hal tersebut dapat dilihat pada perubahan energi yang terjadi pada tabung plot dan
tabung venturi. Hal tersebut dapat dilihat pada perubahan energi pada manometer.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Perangkat Praktikum

1. Hydraulic Bench

2. Rangkaian 3 Alat Ukur


3. Manometer

2.2 Perangkat Penunjang Praktikum


a. Stopwatch
b. Alat tulis

2.3 Prosedur Pelaksanaan Praktikum


1. Letakkan Hydraulics Bench pada posisi yang tepat
2. Hubungan pipa masuk pada rangkaian alat ukur laju volume dengan
sambungan keluaran (11) Hydraulics Bench
3. Letakkan dengan tepat pipa keluar pada rangkaian alat ukur laju aliran
ke dalam bak penampungan air pada Hydraulics Bench (15)
4. Putar dengan perlahan katup pengatur aliran pada Hydraulics Bench
dan rangkaian alat ukur laju aliran pada posisi tertutup (putar
berlawanan arah jarunm jam).
5. Posisi saklar (3) pada posisi OFF, sambungan arus listrik dengan
sumbernya.
6. Pindahkan posisi saklar (3) pada posisi ON. Yakinkan bahwa pompa
telah beroperasi dengan suara motor penggerak.
7. Perlahan-lahan buka katup aliran pada Hydraulics Bench. Sistem akan
terisi dengan air. Buka katup sampai sampai terbuka penuh. Secara
bersamaan buka flow control valve guna menghilangkan udara dalam
rangkaian alat ukur laju aliran. Jadikan bahwa semua udara telah
terbebaskan dan sistem. (Konsultasi dengan asisten praktikum).
8. Jika udara telah terbebas dari sistem, pengumpulan data praktikum
dalam dimulai dengan variable pengukuran sesuai yang diberikan oleh
asisten praktikum.
9. Pembacaan data pengukuran yang ditunjukkan oleh manometer,
adalah sebagai (Gambar 3):
Pembacaan venturi : Manometer 1 dan Manometer 2
Loss in venture : Manometer 1 dan Manometer 3
Loss in variable area meter : Manometer 4 dan Manometer 5
Orifice plate reading : Manometer 6 dan Manometer 7
Loss in orifice plate : Manometer 6 dan Manometer 8

2.4 Data Alat Ukur

Venturi meter: Pelat orifice:

Upstream pipe diameter = 31,75 mm Upstream pipe diameter = 31,75 mm

-4 2
Hence A1 =7,92 x 10-
Hence A1 = 7,92 x 10 m 4
m2

Throat diameter = 15 mm Throat diameter = 20 mm

Hence A2 = 3,14 x 10-


Hence A2 = 1,77 x 10-4m2
4
m2

Upstream Taper = -21º inclusive Coefficient of discharge,Cd = 0,63

Downstream Taper = -14º inclusive

Coefficient of discharge,Cd = 0,98


BAB III
DASAR TEORI

3.1 Prinsip Kerja Alat Praktikum


Flowmeter adalah alat untuk mengukur jumlah atau laju aliran dari suatu
fluida yang mengalir dalam pipa atau sambungan terbuka. Prinsip kerja antara
orificemeter dan venturimeter hampir sama, yaitu dengan mengalirkan fluida
melalui nozzle maka akan terjadi beda tekanan pada nozzle tersebut. Namun yang
membedakannya adalah pada venturimeter beda tekanan terjadi sebelum dan pada
saat melalui nozzle tersebut, pada orificemeter beda tekanan terjadi sebelum dan
sesudah nozzle, sedangkan pada variable area meter dengan mengalirkan fluida
dari bawah. Kemudian besarnya tekanan pada tiap-tiap alat ukur ini di ukur
melalui alat yaitu manometer.

3.2 Persamaan - Persamaan Dasar


Persamaan Bernoulli untuk aliran tak mampu mampat adalah :
𝑝1 𝑣12 𝑝2 𝑣22
+ + 𝑧1 = + + 𝑧2 + ℎ𝑙 … … … … … … … … … … … (1)
𝑦 2𝑔 𝑦 2𝑔
Kerugian head :
𝑙 𝑣²
ℎ𝑙 = 𝑓 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (2)
𝐷 2𝑔
Persamaan kontinuitas yang menghubungkan laju volume aliran dengan
luas penampang lajuan dan kecepatan adalah :
Q = A1 · V1 = A2 · V2 ………………………………………...(3)
Dimana:
V1,V2 = Kecepatan aliran pada titik 1 dan 2 [m/sec]
p1,p2 = tekanan static pada titik 1 dan 2 [mmH2O,Pa]
z1,z2 = ketinggian dan titik 1 dan 2 relativ terhadap datum [meter]
ρ = densitas dari fluida [mass/volume]
g = percepatan akibat gtrafitasi
y = ρg
Q = laju volume aliran [liter/s]
A1,A2 = luas penampang laluan titik 1 dan 2 [m2]

3.3 Persamaan - Persamaan yang Digunakan


Oleh karena venturimeter dan pelat orifice diletakkan pada posisi
horizontal, maka pengaruh ketinggian dalam persamaan Bernoulli dapat di
abaikan,atau Z1=Z2, sehingga Z1 – Z2 = 0, dengan menggabungkan persamaan (1)
dan (2) persamaan Bernoulli dapat dinyatakan dalam bentuk:
√2(𝑝1−𝑝2)
𝑄 = 𝐶𝑑 ∙ 𝐴2 (𝐴2)²
.........................................................................................(4)
√𝑝[1− ]
(𝐴1)²

Dalam persamaan (4) terlihat adanya penambahan faktor Cd akibat adanya gaya
geser yang sering disebut dengan koefisien aliran, (tanpa satuan). Koefisien ini
didasarkan pada geometri saluran. Maka untuk venture meter dan pelat orifice
harga Cd memiliki harga yang berbeda.
BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Tabel Data Hasil Pengukuran Praktikum

Pembacaan Manometer (mm H2O )


Laju
Volume Waktu
No Aliran
1 2 3 4 5 6 7 8 (L) (sec)
(L/min)

1 330 320 319 335 285 285 280 285 1 27 2


2 330 328 327 335 280 280 270 267 1 10 6
3 340 335 330 335 280 280 260 257 1 8 8
4 350 320 335 335 275 273 245 250 1 5 10
5 352 310 335 330 275 275 230 235 1 4 12

Catatan
Speed = 1500 rpm
Tegangan = 100 V
Kuat arus = 0,7 A

4.2 Perhitungan - Perhitungan


Hitung laju Volume Aliran menggunakan Persamaan

𝟐(𝐩𝟏 −𝐩𝟐 )
Q = Cd.A2√ 𝑨𝟐 𝟐
𝜬 [𝟏−( ) ]
𝑨𝟏

1) Pembacaan Venturi : Manometer 1&2


A1 = 7,92 x 10-4m2
A2 = 1,77 x 10-4m2
Cd = 0,98
Ρ = 1000 kg/m3
1l = 1x10-3m3
1Pa = 1 N/m2 = 0,1 mm H2O
1mm H2O = 9,81 Pa
1. Data I
p1 = 330
p2 = 320
p1-p2 = 10 mm H2O = 98,06 Pa

2(p1 −p2 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1−( ) ]
𝐴1

2(98,06)
Q = 0,98 . 1,77 x 10-4 √ 1,77 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

196,12
Q = 0,00017346 √ 950

Q = 7,88 x 10-5m3/s Atau 4,728 liter/min

2. Data II
p1-p2 = 330 – 328 = 2mm H2O = 20 Pa

2(p1 −p2 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1−( ) ]
𝐴1

2(20)
Q = 0,98 . 1,77 x 10-4 √ 1,77 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 3,6 x 10-5m3/s Atau 2,16 liter/min

3. Data III
p1-p2 = 340 – 335 = 5 mmH2O = 50 Pa

2(p1 −p2 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

100
Q = 0,98 . 1,77 x 10-4m2 √ 1,77 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 5,6 x 10-4m3/s Atau 3,37 liter/min


4. Data IV
p1-p2 = 350 – 320 = 30 mmH2O = 294,20 Pa

2(p1 −p2 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

588,4
Q = 0,00017346 √ 1,77 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 1,36 x 10-4m3/s Atau 8,16 liter/min

5. Data V
p1-p2 = 352 – 310 = 42 mm H2O = 411,88 Pa

2(p1 −p2 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(411,88)
Q = 0,00017346 √ 1,77 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 1,62 x 10-4m3/s Atau 9,72 liter/min

Perhitungan loss in Venturi


1. Data I
p1 = 330
p3 = 320
p1-p3 = 10 mm H2O = 98,06 Pa

2(p1 −p3 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(98,06)
Q = 0,98 . 1,77 x 10-4 √ 1,77 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

196,12
Q = 0,00017346 √ 950

Q = 7,88 x 10-5m3/s Atau 4,728 liter/min


2. Data II
p1-p3 = 330 – 327 = 3mm H2O = 29 Pa

2(p1 −p3 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(29)
Q = 0,98 . 1,77 x 10-4 √ 1,73 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 4,2 x 10-5m3/s Atau 2,52 liter/min

3. Data III
p1-p3 = 340 – 330 = 10 mmH2O = 98,1 Pa

2(p1 −p3 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(98,1)
Q = 0,98 . 1,77 x 10-4m2 √ 1,73 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 7,88 x 10-5m3/s Atau 4,728 liter/min

4. Data IV
p1-p3 = 350 – 335 = 15mm H2O = 147 Pa

2(p1 −p3 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(147)
Q = 0,00017346 √ 1,77 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 9,6 x 10-5m3/s Atau 5,76liter/min

5. Data V
p1-p3 = 352 – 335 = 17mm H2O = 167 Pa

2(p1 −p3 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1
2(167)
Q = 0,00017346 √ 1,72 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 1,02 x 10-4m3/s Atau 6,12 liter/min

2) Pembacaan Orifice Plate : Manometer 6 & 7

Dik : Cd = 0,63
A1 = 7,92 x 10-4m2
A2 = 3,14 x 10-4m2
Ρ = 1000 kg/m2
1mm H2O = 9,81 Pa

1. Data I
p6-p7 = 285 – 280 = 5mm H2O = 50 Pa

2(p6 −p7 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(50)
Q = 0,63 . 3,14 x 10-4m2 √ 3,14 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

100
Q = 0,00019782 √842,8

Q = 6,81 x 10-3m3/s Atau 4,08 liter/min


2. Data II
p6-p7 = 315 – 305 = 10mm H2O = 98 Pa

2(p6 −p7 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(98)
Q = 0,00019782 √ 3,14 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 9,53 x 10-3m3/s Atau 5,72 liter/min


3. Data III
p6-p7 = 280 – 260 = 20 mm H2O = 196,13 Pa

2(p6 −p7 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(196,13)
Q = 0,00019782 √ 3,14 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 1,35 x 10-4m3/s Atau 8,1 liter/min

4. Data IV .
p6-p7 = 273 – 245 = 28mm H2O = 274,58 Pa

2(p6 −p7 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

549,16
Q = 0,00019782 √ 842,8

Q = 1,6 x 10-4m3/s Atau 9,6 liter/min

5. Data V

p6-p7 = 275 – 230 = 45mm H2O = 441,3 Pa

2(p6 −p7 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

882,6
Q = 0,00019782 √842,8

Q = 2,02 x 10-4m3/s Atau 12,12 liter/min

Perhitungan loss in Orifice Plate


Dik : Cd = 0,63
A1 = 7,92 x 10-4m2
A2 = 3,14 x 10-4m2
Ρ = 1000 kg/m2
1mm H2O = 9,81 Pa
1. Data I
p6-p8 = 285 – 283 = 2mm H2O = 18,62 Pa

2(p6 −p8 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(19,62)
Q = 0,63 . 3,14 x 10-4m2 √ 3,14 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

39,24
Q = 0,00019782 √842,8

Q = 4 x 10-4m3/s Atau 2,56 liter/min


2. Data II
p6-p8 = 315 – 267 = 48mm H2O = 470,88 Pa

2(p6 −p8 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(470,88)
Q = 0,00019782 √ 3,14 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 2,09 x 10-4m3/s Atau 12,54 liter/min

3. Data III
p6-p8 = 280 – 257 = 23 mm H2O = 225 Pa

2(p6 −p8 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(225)
Q = 0,00019782 √ 3,14 x 10−4 2
1000 [1−( ) ]
7,92 x 10−4

Q = 1,44 x 10-4m3/s Atau 8,6 liter/min

4. Data IV .
p6-p8 = 273 – 250 = 23mm H2O = 225 Pa

2(p6 −p8 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1
2(225)
Q = 0,00019782 √ 842,8

Q = 1,44 x 10-4m3/s Atau 8,6 liter/min

5. Data V

p6-p8 = 275 – 235 = 40mm H2O = 392 Pa

2(p6 −p8 )
Q = Cd.A2√ 𝐴2 2
𝛲 [1( ) ]
𝐴1

2(392)
Q = 0,00019782 √ 842,8

Q = 1,9 x 10-4m3/s Atau 11,45 liter/min

4.3 Tabel Hasil Perhitungan

Laluan Volume Laju Aliran


Luas Venturi Loss in Orifice Plate Loss in Orifice
berbeda Meter (m3/s) Venturi (m3/s) (m3/s) Plate (m3/s)
(l/min)
2 7,88 x 10-5 7,88 x 10-5 6,81 x 10-3 4 x 10-4
6 3,6 x 10-5 4,2 x 10-5 9,53 x 10-3 2,09 x 10-4
8 5,6 x 10-4 7,88 x 10-5 1,35 x 10-4 1,44 x 10-4
10 1,36 x 10-4 9,6 x 10-5 1,6 x 10-4 1,44 x 10-4
12 1,62 x 10-4 1,02 x 10-4 2,02 x 10-4 1,9 x 10-4
4.4 Grafik Hasil Perhitungan dan Analisa/Pembahasan

Pelat orifice
0.012

0.01
Orifice Plate (m3/s)

0.008

0.006 Pelat orifice

0.004

0.002

0
2 6 8 10 12
Laluan berbeda (l/min)

Loss in Pelat orifice


0.00045
0.0004
0.00035
Orifice Plate (m3/s)

0.0003
0.00025
0.0002
0.00015 Loss in Pelat
0.0001 orifice
0.00005
0
2 6 8 10 12

Laluan berbeda (l/min)

Grafik 4.4.1 hasil Pengukuran dari Pelat Orifice

Pada grafik percobaan pelat orifice pada percobaan 6,81 x 10-3 m3/s
dengan luasan Q berbeda sebesar 2 liter/min maka loss yang terjadi sebesar 4 x
10-4 m3/s pada percobaan ke 3 ketika Q plat sebesar 8,1 dengan Q luasan berbeda
sebesar 8 maka error yang diterma 1,44 x 10-4 m3/s dan pada percobaan ke 5
ketika Q pelat sebesar 2,02 x 10-4 m3/s dan nilai Q luasan berbeda memiliki nilai
12 liter/min maka eror yang diterima 1,9 x 10-4m3/s. Dapat disimpulkan sebagai
berkut yaitu semakn tinggi nilai Q pelat orifice dan nilai luasan berbeda maka eror
yang ada semakin kecil.

Venturi meter
0.0006

0.0005
Venturi Meter (m3/s)

0.0004

0.0003 Venturi
meter
0.0002

0.0001

0
2 6 8 10 12
Laluan berbeda (l/min)

Loss in Venturi meter


0.00012
Venturi Meter (m3/s)

0.0001

0.00008
Loss in
0.00006 Venturi
meter
0.00004

0.00002

0
2 6 8 10 12
Laluan berbeda (l/min)

Grafik 4.4.2 hasil pengukuran dari venturimeter


Pada grafik percobaan venturimeter, percobaan pertama nilai Q venturi
sebesar 7,88 x 10-5 m3/s dan Q luasan berbeda nilainya adalah 2 liter/min maka
error yang terjadi sebesar 7,88 x 10-5 m3/s pada percobaan ke 3 ketika Q venture
5,6 x 10-4m3/s dan Q aliran berbeda sebesar 8 liter/min maka eror yang terjadi
ialah 7,88 x 10-5m3/s dan pada percobaan ke 5 pada Q venturi sebear 1,62 x 10-
4
m3/s dan Q aliran berbeda sebesar 12 liter/min maka error yang ada sebeasr 1,02
x 10-4m3/s. Dapat disimpulkan bahwa semakin kecil nilai Q venturi dan Q luasan
berbeda maka semakin kecil error yang terjadi.

4.5 Tugas – Tugas

Berikan penjelasan singkat tentang


A) Adakah pengaruh posisi pelekatan tiga alat ukur laju volume aliran
terhadap keakuratan hasil pengukuran ?
B) Jiika hydraulics bench diletakkan tidak horizontal ( misalnya miring
10° ) bagaimana pengaruh pada pengukuran laju Volume Aliran ?
C) Berdasarkan pengalaman selama praktikum, berikan keuntungan dan
kerugian dari alat ukur laju volume aliran: venturimeter, pelatorifice ,
pengukuran dengan luas lajuan berbeda dan metode volume dan waktu
penampungan.

Jawaban :
A) Tentunya ada, karena di setiap alat ukur aliran terjadi losses atau
kerugian head, terlebih lagi terdapat 3 alat ukur yang berbeda yang
memliki koefisien aliran (cd) yang berbeda.
B) Jika hydraulics bench diletakkan seperti kemiringan 10° maka
pengaruh ketinggian dalam persamaan Bernoulli untuk pengukuran
laju volume aliran tidak dapat diabaikan atau Z1 tdak sama dengan Z2
sehingga persamaan Bernoulli yang digunakan akan berubah, yakni
dengan penambahan perhitungan Z atau perbedaan ketinggian antara
alat ukur.
C) 1. Pelat orifice
Keuntungan
- Konstruksi sederhana
- Ukuran pipa dapat dibuat sama persis dengan pipa sambungan
- Output cukup besar
Kerugian
- Jika terdapat bagian padat dari aliran fluida maka akan terkumpul
dibagian pelat sisi inlet
- Tidak memungkinkan mengukur aliran fluida bertekanan rendah
2. Venturimeter
Keuntungan
- Mempunyai penurunan tekanan yang lebih kecil pada kapasitas
yang sama
- Dapat mengukur debit aliran yang besar jauh dari kemungkinan
tersumbat
- Rugi tekanan lebih rendah dari pelat orifice
Kekurangan
- Lebih mahal harganya
- Sulit dalam pemasangannya
3. Pengukuran dengan luasan berbeda
Keuntungan
- Rangeability baik
- Pressure drop rendah
Kerugian
- Harus dipasang secara vertikal

4. Metode volume dan waktu penampungan


Keuntungan
- Dapat melihat secara langsung perbedaan volume aliran
Kerugian
- Sering terjadi human error
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan Dapat diambil beberapa


kesimpulan yaitu sebagai berikut :

- Pada venturimeter dapat dilihat apabila nilai Q venturimeter semakin


kecil dan q luasan berbeda juga semakin mengecil maka nilai error
yang didapat juga semakin kecil hasilnya
- Pada Pelat Orifice apabila nilai Q Pelat Orifice naik dan nilai Q luasan
berbeda juga naik maka nilai dari error yang ada akan semakin
mengecil
- Pengaruh ketinggian dalam persamaan Bernoulli untuk pengukuran
laju volume aliran tidak dapat diabaikan atau Z1 tdak sama dengan Z2
sehingga persamaan Bernoulli pun nantinya akan berubah yakni
dengan penambahan perhitungan Z atau perbedaan ketinggian antara
alat ukur
- Kerugian head pada pelat orifice tinggi dan kapasitas pengukuran
rendah berbanding terbalik dengan venturi yang mana kapasitas
pengukuran tinggi serta kerugian head rendah
-
5.2 Saran

Adapun saran dari praktikum ini yaitu:


- Lebih baik kebersihan alat ukur dapat dijaga dengan baik
- Selalu memperhatikan fungsi dan kinerja dari alat ukur apakah masih
layak pakai atau sudah bisa diperbaiki ataupun ganti
DAFTAR PUSTAKA

Darwin. 2019. Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin. Banda Aceh :


Laboratorium Mekanika Fluida Universitas Syiah Kuala.

gurumuda.net. Prinsip dan Persamaan Bernoulli. https://gurumuda.net/prinsip-


danpersamaan-bernoulli.htm
Lampiran
Laluan berbeda (l/min)

PENGUKURAN
KERUGIAN ENERGI ALIRAN
PADA SAMBUNGAN PERPIPAAN
(LOSSES BENCH)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mengalirkan fluida dari tempat satu ke tempat lain diperlukan suatu
peralatan. Selain peralatan utama yang digunakan, ada bagian-bagian yang tidak
kalah penting dimana dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-peristiwa yang
dapat mengurangi efisiensi kerja yang diinginkan. Bagian dari peralatan ini dapat
berupa pipa-pipa yang dihubungkan. Dalam menggunakan pipa yang harus
diperhatikan adalah karakteristik dari fluida yang digunakan, misalnya: sifat
korosi, explosive, racun, suhu dan tekanan. Apabila fluida dilewatkan ke dalam
pipa maka akan terjadi gesekan antara pipa dan fluida tersebut. Besarnya gesekan
yang terjadi bergantung pada kecepatan, kekerasan pipa, diameter dan viskositas
fluida yang digunakan.
Bentuk-bentuk kerugian energi pada aliran fluida antara lain dijumpai pada
aliran dalam pipa. Kerugian-kerugian tersebut diakibatkan oleh adanya gesekan
dengan dinding, perubahan luas penampang, sambungan, katup-katup, belokan
pipa dan kerugian-kerugian khusus lainnya. Pada belokan atau lengkungan
kerugian energi aliran yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan pipa lurus.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum pengukuran kerugian energy aliran pada sambungan


perpipaan adalah:
a. Mengukur kerugian energi aliran pada sambungan perpipaan (long
bend, short bend, elbow bend, mitre bend sudden pipe expantion) pada
laju volume aliran berbeda.
b. Menentukan koefisien kerugian (K) sebagai fungsi laju aliran untuk
masing-masing sambungan.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1. Perangkat Praktikum

Gambar 1. Peralatan pengukuran kerugian pada sambungan

Keterangan:
- Long Bend
- Englargement
- Contraction
- Elbow Bend
- Twelve Bank Manometer
- Short Bend
- Air Valve
- Valve Fitting
- Mitre Bend
- Inlet Pipe
- Control Valve
- Hand Pump
- Pressure Gaugd
2.2. Prosedur Pelaksanaan Praktikum

1. Letakkan peralatan pengukuran kerugian aliran diatas Hydraulics


Bend.
2. Hubungkan pipa pemasukan peralatan pengukuran kerugian aliran
dengan pipa keluaran Hydraulics Bend. letakkan pipa keluaran
peralatan pengukuran kerugian kedalam tangki penampungan pada
Hydraulics Bend. Saklar pompa dalam posisi OFF, dan yakin semua
katup dalam posisi tertutup.
3. Posisikan saklar pada posisi ON, buka katup pintu pada Hydraulics
Bend, buka pengatur aliran (flow control valve) pada peralatan
pengukur kerugian aliran. Biarkan air mengisi penuh system guna
membuang semua udara yang terjebak dalam system. Yakin, bahwa
system telah terbebas dari udara yang terjebak (minta bantuan pada
asisten praktikum).
4. Lakukan pengukuran dengan variasi laju volume aliran yang diberikan
oleh asisten praktikum.

2.3. Data Alat Ukur

Diameter pipa kecil (Ds) = 0.0196 m


Diameter pipa besar (Dl) = 0.0262 m
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Prinsip Kerja Alat Ukur


Alat ini digunakan untuk menyelidiki kelakuan fluida inkompresibel
(fluida tak mampu mampat) dalam jaringan pipa, terutama kerugian head fluida
(fluid friction loss) pada sambungan-sambungan pipa seperti pipa yang
penampangnya berubah dan juga pada belokan. Untuk aliran air dalam pipa-pipa
yang penampangnya tetap sepanjang arah alirannya, kerugian gesekannya akan
ditentukan oleh faktor gesekan yang melalui sambungan-sambungan pipa akan
ditentukan oleh koefisien kerugian head.
Kerugian energi pada aliran dalam pipa dihasilkan dari gesekan antara
fluida dan dinding pipa, dan gesekan internal antara partikel-partikel fluida (pada
kondisi turbulen). Setiap perubahan pada pola aliran diakibatkan oleh kenaikan
turbulensi yang diikuti dengan kenaikan kerugian energi.
Sistem perpipaan tidak hanya pipa lurus tetapi kombinasi dari pipa lurus,
sambungan, belokan, katup, pengecilan dan pembesaran, serta sisi masuk dan
keluar penampang. Aliran yang melalui sambungan akan mengakibatkan
perubahan pola aliran akibat perubahan kecepatan dan distribusi tekanan aliran.
Perubahan ini secara cepat meningkatkan turbulensi aliran dan akibatnya kerugian
energi meningkat.

3.2. Persamaan-Persamaan Dasar


Konversi energi antara dua titik pada suatu fluida, diikuti dengan kerugian
energi dapat ditulis sebagai berikut :
𝑃₁ 𝑉₁² 𝑃2 𝑉₂²
+ + 𝑍1 = + + 𝑍2 + ℎ𝑇 (1)
𝛾 2𝑔 𝛾 2𝑔

Persamaan kontinuitas yang menghubungkan laju volume aliran dengan


luas penampang laluan dan kecepatan adalah:
Q = A₁V₁ = A₂V₂ (2)
Dimana :
V₁,V₂ = kecepatan aliran pada titik 1 dan 2 (m/sec)
P₁,P₂ = tekanan statis pada titik 1 dan 2 (mm H₂O, Pa)
Z₁,Z₂ = ketinggian relative terhadap datum titik 1 dan 2 (meter)
𝜌 = densitas dari fluida (m/v)
g = percepatan gravitasi
Q = laju volume aliran (liter/sec)
A₁,A₂ = luas penampang titik 1 dan 2 (m²)
hT =kerugian total

Kerugian total adalah jumlah seluruh kerugian akibat gesekan antara dua
titik hT = εhi . Kerugian geekan termasuk kerugian besar akibat gesekan dan
kerugian kecil pada sambungan. Dengan demikian menggunakan Darcy-
Weisbach, asumsi kerugian energi (headloss) melalui sambungan pipa adalah
berbanding lurus dengan kecepatan yang diberikan oleh:
𝑉𝐿² 𝑉𝐿² 𝑉𝐿²
hL = K hE = K hC = K (3)
2𝑔 2𝑔 2𝑔

Dimana:
hL = kerugian pada valve atau bend
hE = kerugian pada expantion
hC = kerugian pada masukan pipa
K = koefisien kerugian
Vs = kecepatan dalam pipa kecil
VL = kecepatan dalam pipa besar

3.3. Persamaan Yang Digunakan


• Perhitungan data enlargement

hL = h₂ - h₁

Luas penampang pipa besar (DL = 0,0262m)


1
AL = 4 𝜋DL²

Luas penampang pipa kecil (DS = 0,0196m)


1
AS = 4 𝜋DS²

Kecepatan untuk pipa besar


𝑄
VL = 𝐴
𝐿

Kecepatan untuk pipa kecil


𝑄
VS = 𝐴
𝑠

Koefisien kerugian (K) dalam pipa dapat dihitung dengan persamaan:


𝐻₁2𝑔
K = (𝑉
𝐿 −𝑉𝑠 )²

• Perhitungan data constraction


HL = h3 – h4 = hL – hS
1
AL = 4 𝜋DL²

1
AS = 4 𝜋DS²

Untuk menghitung kecepatan aliran (v), sebagai berikut:


𝑄
VL = 𝐴
𝐿

𝑄
VS = 𝐴
𝑆

Koefisien kerugian (K) dalam pipa dapat dihitung dengan persamaan:


𝐻₁2𝑔
K = (𝑉
𝐿 −𝑉𝑆 )²

• Perhitungan data longbend


Untuk perhitungan data longbend hanya menggunakan pipa
berdiameter kecil dan dari data percobaan diketahui:
HL = h5 – h6
1
AS = 4 𝜋DS²

Untuk menghitung kecepatan aliran (v), sebagai berikut:

𝑄
VS = 𝐴
𝑆

Koefisien kerugian (K) dalam pipa dapat dihitung dengan persamaan:


𝐻₁2𝑔
K = (𝑉
𝑆 )²
• Perhitungan data short bend
Untuk perhitungan data short bend hanya menggunakan pipa
berdiameter kecil dan dari data percobaan diketahui:
HL = h7 – h8
1
VS = 4 𝜋DS²

Untuk menghitung kecepatan aliran (v), sebagai berikut:

𝑄
VS = 𝐴
𝑆

Koefisien kerugian (K) dalam pipa dapat dihitung dengan persamaan:


𝐻₁2𝑔
K = (𝑉
𝑆 )²

• Perhitungan data elbow bend


Untuk perhitungan data elbow bend hanya menggunakan pipa
berdiameter kecil dan dari data percobaan diketahui:
HL= h9 – h10
1
AS = 4 𝜋DS²

Untuk menghitung kecepatan aliran (v), sebagai berikut:

𝑄
VS = 𝐴
𝑆

Koefisien kerugian (K) dalam pipa dapat dihitung dengan:


𝐻₁2𝑔
K = (𝑉
𝑆 )²

• Perhitungan data mitre


Untuk perhitungan data mitre hanya menggunakan pipa berdiameter
kecil dan dari data percobaan diketahui:
HL= h11 – h12
1
AS = 4 𝜋DS²

Untuk menghitung kecepatan aliran (v), sebagai berikut:

𝑄
VS = 𝐴
𝑆
𝐻₁2𝑔
Koefisien kerugian (K) dalam pipa dapat dihitung dengan: K = (𝑉𝑆)²

BAB IV
ANALISA DATA

4.1. Tabel Data Hasil Pengukuran Praktikum

Tabel 1. Tabel hasil pengukuran

Pga
Q h1 h2 h3 h4 h5 h6 h7 h8 h9 h10 h11 h12
No. ge
I/s mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
1 15 243 248 247 223 247 238 223 211 121 163 109 68 0,03
2 17 258 269 268 238 270 258 238 213 198 153 88 58 0,07
3 19 238 295 293 247 283 278 243 225 196 128 73 43 0,10
4 21 285 305 303 248 293 283 248 213 188 111 57 43 0,13
5 23 293 320 318 253 303 293 251 211 183 93 53 43 0,15
6 25 308 339 335 260 327 305 258 208 178 73 53 43 0,18

4.2. Perhitungan-Perhitungan

1. Pada Q = 15 L/s = 0,015 mᶟ/s


• Perhitungan data enlargement
Hl = h2 – h1 = 248 – 243 = 5 mm = 0,0005
1
- Maka Al = 4 𝜋Dl²
1
= 4 𝜋(0,0006)

= 0,0004
1
- Maka As = 4 𝜋Ds²
1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002
Maka kecepatan untuk pipa besar
𝑄 15
- VL = 𝐴𝐿 = 0,0004 = 37.500 mm/s = 37,5m/s

Maka kecepatan untuk pipa kecil


𝑄 15
- VS = 𝐴𝑆 = 0,0002 = 75.000 mm/s = 75m/s

Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 5 . 2 (9,8) 98
- (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (37.500−75.000)² = 1406250000 = 6,96x10−5

Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 37500²
- hE = K = 6,96x10−8 = 6,96x10−8 𝑥 71747448,98 =
2𝑔 2.9,8

4,99362244
• Perhitungan data contraction
Hl = h3 – h4 = 247 – 223 = 24 mm = 0,024 m
Vl = 37.500 mm/s = 37,5 m/s
Vs = 75.000 mm/s = 75 m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 24 . 2 (9,8) 470,4
- (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (37.500−75.000)² = 1406250000 = 3,34x10−4

Maka headloss nya:


𝑉𝐿² 37500²
- hE = K = 3,34x10−7 = 3,34x10−7 𝑥 71747448,98 =
2𝑔 2.9,8

2,39636479
• Perhitungan data long bend
Hl = h5 – h6
= 247 – 238
= 9 mm = 0,009 m

1
Maka As = 4 𝜋Ds²

1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002
Untuk menghitung kecepatannya, maka:
𝑄 15
- Vs = 𝐴𝑠 = 0,0002 = 75.000 mm/s = 75m/s

Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 9 . 2 (9,8) 176,4
- (k) = (𝑉𝑠)2
= (75.000)2 = 5625000000 = 3,14x10−5

Maka headloss nya:


𝑉𝐿² 75000²
- hL = K = 3,13x10−8 =3,13x10−8 𝑥 286989795,92 =
2𝑔 2.9,8

8,98278061
• Perhitungan data short bend
Hl = h7 – h8
223 – 211 = 12 mm = 0,012m
Vs = 75.000 mm/s = 75m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 12 . 2 (9,8) 235,2
- (k) = = = 5625000000 = 4,18x10−5
(𝑉𝑠)² (75.000)²

Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 37500²
- hL = K = 41,81x10−8 = 41,81x10−8 𝑥 71747448,9 =
2𝑔 2.9,8

299976𝑥10−8
• Perhitungan elbow bend
Hl = h9 – h10 = 121 – 163 = -42 mm = -0,042m
Vs = 75.000 mm/s = 75m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 −42 . 2 (9,8) −823,2
- (k) = = = 5625000000 = -1,46x10−4
(𝑉𝑠)² (75.000)²

Maka headlossnya :
𝑉𝐿2 75000²
- hL = K = 1,463x10−7 = 1,463x10−7 𝑥 286989795,9 =
2𝑔 2.9,8

4,19866
• Perhitungan data mitre
Hl = h11 – h12= 109 – 68 = 41mm = 0,041 m
Vs = 75.000 mm/s = 75m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 41 . 2 (9,8) 803,6
- (k) = = = 5625000000 = 1,43x10−4
(𝑉𝑠)² (75.000)²

Maka headlossnya:
𝑉𝐿2 75000²
- hL = K = 1,42x10−7 = 1,42x10−7 𝑥286989795,9 =
2𝑔 2.9,8

4,07

2. Pada Q = 17 L/s = 0,017mᶟ/s


• Perhitungan data enlargement
Hl = h2 – h1 = 269 – 258 = 11 mm = 0,011 m

1
Maka Al = 4 𝜋Dl²

1
= 4 𝜋(0,0006)

= 0,0004

1
Maka As = 4 𝜋Ds²

1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002
Maka kecepatan untuk pipa besar
𝑄 17
- VL = 𝐴𝐿 = 0,0004 = 42.500 mm/s = 42.5 m/s

Maka kecepatan untuk pipa kecil


𝑄 17
- VS = 𝐴𝑆 = 0,0002 = 85.000 mm/s = 85 m/s

Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 11 . 2 (9,8) 215,6
- (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (42500−85.000)² = 1806250000 = 1,19x10−4

Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 42500²
- hE = K = 1,19x10−7 =1,19x10−7 𝑥 92155612,2 = 1,09
2𝑔 2.9,8

• Perhitungan data contraction

Hl = h3 – h4 = 268 – 238 = 30 mm = 0,03 m

Vl = 42.500 mm/s = 42,5 m/s


Vs = 85.000 mm/s = 85m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 30 . 2 (9,8) 588
- (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (42.500−85.000)² = 1806250000 = 3,26x10−4

Maka headloss nya:


𝑉𝐿² 42500²
- hE = K = 3,25x10−7 = 3,25x10−7 𝑥92155612,2 =
2𝑔 2.9,8

2,99505739

• Perhitungan data long bend


Hl = h5 – h6 = 270 – 258 = 12 mm = 0,012m

1
Maka As = 4 𝜋Ds²

1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002
Untuk menghitung kecepatannya, maka:
𝑄 17
- Vs = 𝐴𝑠 = 0,0002 = 85.000 mm/s = 85m/s

Koefisien kerugian

𝐻𝑙 .2𝑔 12 . 2 (9,8) 235,2


- (k) = (𝑉𝑠)2
= (85.000)2
= 7225000000 = 3,26x10−5

Maka untuk headlossnya:

𝑉𝐿² 85000²
- hL = K = 3,25x10−8 =3,25x10−8 𝑥 368622448,9 =
2𝑔 2.9,8

1,198022959
• Perhitungan data short bend
Hl = h7 – h8 = 238 – 213 = 25 mm = 0,025m
Vs = 85.000 mm/s = 85m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 25 . 2 (9,8) 490
- (k) = = = 7225000000 = 6,78x10−5
(𝑉𝑠)² (85.000)²

Maka headlossnya:
85000²
𝑉𝐿² −8
- hL = K = 6,78x10 2.9,8 = 6,78x10−8 𝑥 368622448,9=
2𝑔

2,499260203

• Perhitungan data elbow bend


Hl = h9 – h10 = 198 – 153 = 45 mm = 0,045m
Vs = 85.000 mm/s = 85m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 45 . 2 (9,8) 882
- (k) = = = = 1,22x10−4
(𝑉𝑠)² (85.000)² 7225000000

Maka headlossnya:
85000²
𝑉𝐿² −7
- hL = K = 1,22x10 2.9,8 = 1,22x10−7 𝑥 368622448,9=
2𝑔

4,49719387,6
• Perhitungan data mitre
Hl = h11 – h12 = 88 – 58 = 30 mm = 0,030m/s
Vs = 85.000 mm/s = m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 30 . 2 (9,8) 588
- (k) = = = 7225000000 = 8,14x10−5
(𝑉𝑠)² (85.000)²

Maka headlossnya:
85000²
𝑉𝐿² −8
- hL = K = 8,13x10 2.9,8 =8,13x10−8 𝑥 368622448,9 =
2𝑔

2,996900509

3. Pada Q = 19 L/s = 0,019 mᶟ/s


• Perhitungan enlargement
Hl = h2 – h1 = 295 – 238 = 57 mm = 0,057 m/s
1
Maka Al = 4 𝜋Dl²
1
= 4 𝜋(0,0006)

= 0,0004
1
Maka As = 4 𝜋Ds²
1
= 4 𝜋(0,0003)
= 0,0002
Maka kecepatan untuk pipa besar
𝑄 19
- VL = 𝐴𝐿 = 0,0004 = 47.500 mm/s = 47,5 m/s

Maka kecepatan untuk pipa kecil


𝑄 19
- VS = 𝐴𝑆 = 0,0002 = 95.000 mm/s = 95m/s

Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 57 . 2 (9,8) 1117,2
- (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (47500−95.000)² = 2256250000 =4,95x10−4

Maka headlossnya:
𝑉𝐿2 475002
- hE = K = 4,95x10−7 =4,95x10−7 𝑥 115114795,9 =
2𝑔 2.9,8

5,69818239
• Perhitungan constraction
Hl = h3 – h4 = 293 – 247 = 46 mm = 0,046 m
Vl = 47.500 mm/s = 47,5 m/s
Vs = 95.000 mm/s = 95 m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 46 . 2 (9,8) 901,6
- (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (47.500−95.000)² = 2256250000 = 4,00x10−4

Maka headloss nya:


𝑉𝐿² 47500²
- hE = K = 3,99x10−7 = 3,99x10−7 𝑥115114795,9 =
2𝑔 2.9,8

4,59308035
• Perhitungan data long bend
Hl = h5 – h6 = 283 – 278 = 5 mm = 0,005 m

1
Maka As = 4 𝜋Ds²

1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002
Untuk menghitung kecepatannya, maka:
𝑄 19
Vs = 𝐴𝑠 = 0,0002 = 95.000 mm/s = 95 m/s

Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 5 . 2 (9,8) 98
- (k) = (𝑉𝑠)2
= (95.000)2 = 9025000000 = 1,09x10−5

• Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 47500²
- hL = K = 1,08x10−8 =1,08x10−8 𝑥 115114795,9 =
2𝑔 2.9,8

1,24323979
• Perhitungan data short bend
Hl = h7 – h8 = 243 – 225 = 18 mm = 0,018 m
Vs = 95.000 mm/s = 95m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 18 . 2 (9,8) 352,8
- (k) = (𝑉𝑠)2
= (95.000)2
= 9025000000 = 3,91𝑥10−5

Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 47500²
- hL = K = 3,90x10−8 =3,90x10−8 𝑥 115114795,9 =
2𝑔 2.9,8

4,48947704
• Perhitungan data elbow bend
Hl = h9 – h10 = 196 – 128 = 68 mm = 0,068 m/s
Vs = 95.000 mm/s = 95m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 68 . 2 (9,8) 1332,8
- (k) = (𝑉𝑠)2
= (95.000)2
= 9025000000 = 1,48x10−4

Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 47500²
- hL = K = 1,47x10−7 =1,47x10−7 𝑥 115114795,9 =
2𝑔 2.9,8

1,69218749
• Perhitungan mitre
Hl = h11 – h12 = 73 – 43 = 30 mm = 0,03m
Vs = 95.000 mm/s = 95 m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 30 . 2 (9,8) 588
- (k) = (𝑉𝑠)2
= (95.000)2
= 9025000000 = 6,52x10−5

Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 47500²
- hL = K = 6,51x10−8 =6,51x10−8 𝑥 115114795,9 =
2𝑔 2.9,8

7,49397321
4. Pada Q = 21 L/s = 0,021 mᶟ/s
• Perhitungan enlargement
Hl = h2 – h1 = 305 – 285 = 20 mm = 0,02 m
1
Maka Al = 4 𝜋Dl²
1
= 4 𝜋(0,0006)

= 0,0004
1
Maka As = 𝜋Ds²
4
1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002

Maka kecepatan untuk pipa besar


𝑄 21
- VL = 𝐴𝐿 = 0,0004 = 52.500 mm/s = 52,5 m/s

Maka kecepatan untuk pipa kecil


𝑄 21
- VS = 𝐴𝑆 = 0,0002 = 105.000 mm/s = 105 m/s

Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 20 . 2 (9,8) 392
- (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (52500−105.000)² = 2756250000 =1,42x10−4

Maka headlossnya:
𝑉𝐿2 525002
- hE = K = 1,42x10−7 =1,42x10−7 𝑥 140625000 =
2𝑔 2.9,8

199687500𝑥10−7
• Perhitungan contraction
Hl = h3 – h4 = 303 – 248 = 55 mm = 0,055 m
Vl = 52.500 mm/s = 52,5 m/s
Vs = 105.000 mm/s = 105 m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 55 . 2 (9,8) 1078
- (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (52.500−105.000)² = 2756250000 = 3,91x10−4

Maka headloss nya:


𝑉𝐿² 52500²
- hE = K = 3,91x10−7 = 3,91x10−7 𝑥140625000 =
2𝑔 2.9,8

549843750𝑥10−7
• Perhitungan data long bend
Hl = h5 – h6 = 293 – 283 = 10 mm = 0,01 m

1
Maka As = 4 𝜋Ds²

1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002
Untuk menghitung kecepatannya, maka:
𝑄 21
- Vs = 𝐴𝑠 = 0,0002 = 105.000 mm/s = 105m/s

Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 10 . 2 (9,8) 196
- (k) = (𝑉𝑠)2
= (105.000)2 = 11025000000 = 1,78x10−5

Maka headlossnya:
52500²
𝑉𝐿² −8
- hL = K = 1,77x10 2.9,8 = 1,77x10−8 𝑥 140625000=
2𝑔

248906250x10−8

• Perhitungan data short bend


Hl = h7 – h8 = 248 – 213 = 35 mm = 0,035 m

Vs = 105.000 mm/s = 105m/s


Koefisien kerugian

𝐻𝑙 .2𝑔 35 . 2 (9,8) 686


- (k) = (𝑉𝑠)2
= (105.000)2 = 11025000000 = 6,22x10−5

Maka headlossnya:

52500²
𝑉𝐿² −8
- hL = K = 6,22x10 2.9,8 = 6,22x10−8 𝑥 140625000=
2𝑔

87469061000x10−8
• Perhitungan data elbow bend
Hl = h9 – h10 = 188 – 111 = 77 mm = 0,077 m
Vs = 105.000 mm/s = 105 m/s
Koefisien kerugian

𝐻𝑙 .2𝑔 77 . 2 (9,8) 1509,2


- (k) = (𝑉𝑠)2
= (105.000)2 = 11025000000 = 1,37x10−4

Maka headlossnya:

52500²
𝑉𝐿² −7
- hL = K = 1,36x10 2.9,8 = 1,36x10−7 𝑥 140625000=
2𝑔

1912506800𝑥10−7
• Perhitungan data mitre
Hl = h11 – h12 = 57 – 43 = 14 mm = 0,014m

Vs = 105.000 mm/s = 105 m/s


Koefisien kerugian

𝐻𝑙 .2𝑔 14. 2 (9,8) 274,4


- (k) = (𝑉𝑠)2
= (105.000)2 = 11025000000 = 2,49x10−5

Maka headlossnya:

52500²
𝑉𝐿² −8
- hL = K = 2,48x10 2.9,8 = 2,48x10−8 𝑥 140625000=
2𝑔

348750000𝑥10−8
5. Pada Q = 23 L/s = 0,023 mᶟ/s
• Perhitungan enlargement
Hl = h2 – h1 = 320 – 293 = 27 mm = 0,027 m
1
Maka Al = 4 𝜋Dl²
1
= 4 𝜋(0,0006)

= 0,0004
1
Maka As = 4 𝜋Ds²
1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002
Maka kecepatan untuk pipa besar
𝑄 23
- VL = 𝐴𝐿 = 0,0004 = 57.500 mm/s = 57,7 m/s
Maka kecepatan untuk pipa kecil
𝑄 23
- VS = 𝐴𝑆 = 0,0002 = 115.000 mm/s = 115 m/s

Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 27 . 2 (9,8) 529,2
- (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (57500−115.000)² = 3306250000 =1,60x10−4

Maka headlossnya:
𝑉𝐿2 575002
- hE = K = 1,42x10−7 =1,60x10−7 𝑥 168686224,4 =
2𝑔 2.9,8

2,69897959
• Perhitungan constraction
Hl = h3 – h4 = 318 – 253 = 65 mm = 0,064 m
Vl = 57.500 mm/s = 57,5 m/s
Vs = 155.000 mm/s = 115 m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 65 . 2 (9,8) 1274
- (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (57.500−115.000)² = 3306250000 3,85x10−4

Maka headloss nya:


𝑉𝐿² 57500²
- hE = K = 3,85x10−7 = 3,85x10−7 𝑥 168686224,4=
2𝑔 2.9,8

6,49441963
• Perhitungan data long bend
Hl = h5 – h6 = 303 – 293 = 10 mm = 0,01 m

1
Maka As = 4 𝜋Ds²

1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002
Untuk menghitung kecepatannya, maka:
𝑄 23
- Vs = 𝐴𝑠 = 0,0002 = 115.000 mm/s = 115 m/s

Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 10 . 2 (9,8) 196
- (k) = (𝑉𝑠)2
= (115.000)2 = 13225000000 = 1,48x10−5

Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 57500²
- hL = K = 1,48x10−8 = 1,36x10−7 𝑥 168686224,4=
2𝑔 2.9,8

2,29413265
• Perhitungan short bend
Hl = h7 – h8 = 251 – 211 = 40 mm = 0,04 m
Vs = 115.000 mm/s = 115 m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 40 . 2 (9,8) 784
- (k) = (𝑉𝑠)2
= (115.000)2 =13225000000 = 5,93x10−5

Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 57500²
- hL = K = 5,92x10−8 = 5,92x10−8 𝑥 168686224,4=
2𝑔 2.9,8

9,98622448
• Perhitungan elbow bend
Hl = h9 – h10 = 183 – 93 = 90 mm = 0,90 m
Vs = 115.000 mm/s = 115m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 90 . 2 (9,8) 1764
- (k) = (𝑉𝑠)2
= (115.000)2 =13225000000 = 1,33x10−4

Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 57500²
- hL = K = 1,33x10−7 = 1,33x10−7 𝑥 168686224,4=
2𝑔 2.9,8

2,24352678
• Perhitungan data mitre
Hl = h11 – h12 = 53 – 43 = 10 mm = 0,01 m
Vs = 115.000 mm/s = 115m/s
Koefisien kerugian
𝐻𝑙 .2𝑔 10 . 2 (9,8) 196
- (k) = (𝑉𝑠)2
= (115.000)2 =13225000000 = 1,48x10−5

Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 57500²
- hL = K = 1,47x10−8 = 1,47x10−8 𝑥 168686224,4=
2𝑔 2.9,8

2,47968749

6. Pada Q = 25 L/s = 0,025 mᶟ/s


• Perhitungan enlargement
Hl = h2 – h1 = 339 – 308 = 31 mm = 0,031 m
1
Maka Al = 4 𝜋Dl²
1
= 4 𝜋(0,0006)

= 0,0004
1
Maka As = 4 𝜋Ds²
1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002
Maka kecepatan untuk pipa besar
𝑄 25
- VL = 𝐴𝐿 = 0,0004 = 62.500 mm/s = 62,5 m/s

Maka kecepatan untuk pipa kecil


𝑄 25
- VS = 𝐴𝑆 = 0,0002 = 125.000 mm/s = 125 m/s
𝐻𝑙 .2𝑔 31 . 2 (9,8) 607,6
- Koefisien kerugian (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (62500−125.000)² = 3906250000

=1,56x10−4
Maka headlossnya:
𝑉𝐿2 625002
- hE = K = 1,55x10−7 =1,55x10−7 𝑥 199298469,3 =
2𝑔 2.9,8

3,08912627

• Perhitungan constraction
Hl = h3 – h4 = 335 – 260 = 75 mm = 0,075 m
- Vl = 52.500 mm/s 52,5 m/s
- Vs = 125.000 mm/s = 125 m/s
𝐻𝑙 .2𝑔 75 . 2 (9,8) 1470
- Koefisien kerugian (k) = (𝑉𝑙−𝑉𝑠)² = (52.500−125.000)² = 5256250000

3,76x10−4
Maka headloss nya:
𝑉𝐿² 52500²
- hE = K = 2,79x10−7 = 2,79x10−7 𝑥 140625000=
2𝑔 2.9,8

392343750 x10−7
• Perhitungan data long bend
Hl = h5 – h6 = 327 – 305 = 22 mm = 0,022 m
1
- Maka As = 4 𝜋Ds²
1
= 4 𝜋(0,0003)

= 0,0002
Untuk menghitung kecepatannya, maka:
𝑄 25
- Vs = 𝐴𝑠 = 0,0002 = 125.000 mm/s = 125m/s
𝐻𝑙 .2𝑔 22 . 2 (9,8) 431,2
- Koefisien kerugian (k) = (𝑉𝑠)2
= (125.000)2 = 15625000000 =

2,75x10−5
Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 52500²
- hL = K = 2,75x10−8 = 2,75x10−8 𝑥 140625000=
2𝑔 2.9,8

38671875𝑥10−8

• Perhitungan short bend


Hl = h7 – h8 = 258 – 208 = 50 mm =0,05 m
- Vs = 125.000 mm/s = 125m/s
𝐻𝑙 .2𝑔 50 . 2 (9,8) 980
- Koefisien kerugian (k) = (𝑉𝑠)2
= (125.000)2 = 15625000000 =

6,27x10−5
Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 52500²
- hL = K = 6,27x10−8 = 6,27x10−8 𝑥 140625000=
2𝑔 2.9,8

881718750𝑥10−8

• Perhitungan elbow bend


Hl = h9 – h10 = 178 – 73 = 105 mm = 0,105 m/s
- Vs = 125.000 mm/s = 125 m/s
𝐻𝑙 .2𝑔 105 . 2 (9,8) 2058
- Koefisien kerugian (k) = (𝑉𝑠)2
= (125.000)2
= 15625000000 =

1,32x10−4
Maka headlossnya:
𝑉𝐿² 52500²
- hL = K = 1,31x10−7 = 1,31x10−7 𝑥 140625000=
2𝑔 2.9,8

1842187500𝑥10−8
• Perhitungan mitre
Hl = h11 – h12 = 53 - 43 = 10 mm = 0,01 m
- Vs = 125.000 mm/s = 125 m/s
𝐻𝑙 .2𝑔 10 . 2 (9,8) 196
- Koefisien kerugian (k) = (𝑉𝑠)2
= (125.000)2 = 15625000000

=1,25x10−5
Maka headlossnya:
𝑉𝐿2 525002
- hL = K = 1,25x10−8 = 1,25x10−8 𝑥 140625000=
2𝑔 2.9,8

1757812500𝑥10−8

4.3. Tabel Hasil Perhitungan

Kapasitas VL VS Koefisien Kerugian, K


Aliran Long Short Elbow
(m/s) (m/s) Englargement Contraction Mitre
Air (L/s) Bend Bend Bend
15 37,5 75 0,000696 0,000334 0,000334 0,0000418 0,000146 0,000119
17 42,5 85 0,000119 0,000326 0,000326 0,0000678 0,000122 0,0000814
19 47,5 95 0,000495 0,0004 0,000109 0,0000391 0,000148 0,0000652
21 52,5 105 0,000142 0,000391 0,000178 0,0000622 0,000137 0,0000249
23 57,5 115 0,00016 0,000385 0,000148 0,0000593 0,000133 0,0000148
25 62,5 125 0,000156 0,000376 0,0000275 0,0000627 0,000132 0,0000125

4.3.1 Tabel Data Koefisien Kerugian masing masing sambungan


4.4. Grafik Hasil Perhitungan dan Analisa

1. Grafik enlargement

Enlargement
6.00E-04

5.00E-04
Koefisien Kerugian (K)

4.00E-04

3.00E-04

2.00E-04

1.00E-04

0.00E+00
15 17 19 21 23 25
Kapasitas Aliran (L/s)

Dari grafik yang didapat maka dapat disimpilkan bahwa pada saat
aliran (Q) = 15 – 17 L/s nilai K (koefisien kerugian) meningkat,
namun pada saat Q = 17-19 nilai K nya meningkat dengan tajam dan
menurun tajam pada saat Q = 21 hingga Q = 25.
2. Grafik constraction

Contraction
4.50E-04
4.00E-04
3.50E-04
Koefisien Kerugian (K)

3.00E-04
2.50E-04
2.00E-04
1.50E-04
1.00E-04
5.00E-05
0.00E+00
15 17 19 21 23 25
Kapasitas Aliran (L/s)
Pada grafik contraction ini terjadi peningkatan nilai koefisien kerugian
(K) pada saat Q = 19 L/s sampai dengan Q = 19 L/s, dan terjadi
penurunan nilai K sampai Q = 25 L/s.

3. Grafik long bend

Long Bend
3.50E-05

3.00E-05
Koefisien Kerugian (K)

2.50E-05

2.00E-05

1.50E-05

1.00E-05

5.00E-06

0.00E+00
15 17 19 21 23 25
Kapasitas Aliran (L/s)

Nilai koefisien kerugian pada grafik long bend bervariasi mulai dari
meningkat hingga menurun dengan tajam. Penurunan nilai koefisien
kerugian terlihat pada grafik dari Q = 17 L/s sampai 19 L/s, berbeda
dengan grafik enlargement dan constarction pada Q = 17-19 L/s
terjadi peningkatan.
4. Grafik short bend

Short Bend
8.00E-05
7.00E-05
Koefisien Kerugian (K)
6.00E-05
5.00E-05
4.00E-05
3.00E-05
2.00E-05
1.00E-05
0.00E+00
15 17 19 21 23 25
Kapasitas Aliran (L/s)

Pada grafik short bend penurunan terjadi pada saat Q = 17-19 L/s
sama dengan grafik long bend, namun terjadi peningkatan nilai
koefisien kerugian pada saat Q = 15 L/s dan 21 L/s.

5. Grafik elbow bend

Elbow Bend
2.00E-04
1.50E-04
Koefisien Kerugian (K)

1.00E-04
5.00E-05
0.00E+00
15 17 19 21 23 25
-5.00E-05
-1.00E-04
-1.50E-04
-2.00E-04
Kapasitas Aliran (L/s)

Pada elbow bend terjadi peningkatan koefisien kerugian yang


meningkat secara tajam pada saat Q = 15 L/s.
6. Grafik mitre

Mitre
1.60E-04
1.40E-04

Koefisien Kerugian (K) 1.20E-04


1.00E-04
8.00E-05
6.00E-05
4.00E-05
2.00E-05
0.00E+00
15 17 19 21 23 25
Kapasitas Aliran (L/s)

Pada grafik mitre terlihat bahwa nilai koefisien kerugian berangsur


menurun seiring bertambahnya laju aliran Q dari 15 L/s sampai 25
L/s.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengukur


kerugian energi aliran pada sambungan perpipaan dan mampu menentukan
koefisien kerugian sebagai fungsi laju aliran untuk masing-masing sambungan
dalam sistem serta mampu mengetahui pengaruh headloss dalam pipa terhadap
aliran fluida didalamnya. Kerugian head adalah untuk mengatasi kerugian-
kerugian yang terdiri atas head kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan head di
dalam kerugian karena belokan-belokan, katup-katup dan sebagainya. Dalam
keadaan turbulen peralihan atau laminar untuk aliran dalam pipa (saluran
tertutup), telah dikembangkan persamaan kerugian oleh Henry Darcy dan Julius
Weishbach. Kerugian energi persatuan berat fluida dalam pengaliran cairan dalam
sistem perpipaan disebut kerugian headloss.

5.2. Saran

Saran saya pada praktikum ini adalah supaya alat praktikum bisa
digunakan sehingga praktikum bisa berjalan dengan lancar dan mahasiswa yang
melakukan praktikum dapat memahami dengan benar praktikum pengukuran
kerugian energi aliran pada sambungan perpipaan.
DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Mekanika Fluida, 2019. Panduan Praktikum Fenomena Dasar


Mesin (TME 314). Darussalam: Laboratorium Mekanika Fluida Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Lampiran
PENGUKURAN
TUMBUKAN SEMBURAN AIR
(JET IMPACT)
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pengukuran tumbukan semburan air (Jet Impact) merupakan suatu


percobaan yang menyelidiki tentang pengaruh momentum tumbukan suatu fluida
terhadap suatu permukaan (vane). Fluida yang mengalir melalui nozzle akan
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi dibanding sebelum melalui nozzle.
Perubahan kecepatan ini akan menimbulkan perubahan momentum karena
kecepatan berbanding lurus terhadap momentum (P=m.v). Momentum yang besar
ketika menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya yang besar pula. Gaya
yang timbul berupa gaya tolak yang dialami bidang yang ditumbuk (dalam
percobaan ini fluida menumbuk vane).

Dalam mekanika fluida sangat erat hubungan antara tekanan dan


kecepatan. Karena dua fungsi tersebut adalah syarat mengapa bisa terjadi proses
mekanik. Tekanan dan kecepatan pada dasarnya memiliki perbandingan nilai yang
berbalik. Artinya jika suatu substansi memiliki kecepatan yang tinggi maka
substansi tersebut akan memiliki tekanan yang rendah, begitu juga sebaliknya.

Pada praktikum pengukuran tumbukan semburan air (Jet Impact) dapat


kita ketahui bahwa penurunan tekanan dapat meningkatkan kecepatan, peristiwa
tersebut dapat kita lihat aplikasinya pada nozzle. Perubahan kecepatan sebelum
dan sesudah dari nozzle akan menimbulkan perubahan momentum.

1.2. Tujuan Pengujian

a. Mengetahui fenomena momentum akibat semburan (jet) air yang


ditumbukkan pada suatu permukaan.
b. Menghitung gaya yang ditimbulkan akibat tumbukan semburan (jet) air
pada permukaan dan membandingkan dengan hasil perhitungan secara
teoritis.
c. Mengetahui pengaruh bentuk permukaan terhadap gaya yang
ditimbulkan.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1. Perangkat Praktikum

Gambar 1. Alat uji praktikum tumbukan semburan air

Perangkat praktikum yang digunakan adalah :

a. Hydraulic Bench
b. Alat Uji Jet Impact (detail pada gambar 1)

2.2. Perangkat Penunjang Praktikum

a. Stopwatch
b. Alat Tulis

2.3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum

a. Letakkan Hydraulic Bench pada posisi yang tepat.


b. Yakin bahwa air telah terisi dalam tangki penampung pada Hydraulic
Bench (min. 120 liter)
c. Hubungkan pipa masuk pada jet impact dengan sambungan keluaran
(11) Hydraulic Bench. Yakni posisi katup keluar pompa pada tertutup
penuh.
d. Pilih jenis permukaan yang akan digunakan (ditentukan oleh
praktikum).
e. Pilih pemberat yang akan digunakan dan jaga posisi pegas pada posisi
nol.
f. Letakkan pemberat dan jalankan pompa, buka katup keluaran
perlahan-lahan sampai posisi pemberat pada posisi nol.
g. Ukur kapasitas air dengan metode volume/waktu.
h. Lakukan pengukuran dengan beberapa pemberat (diatur oleh asisten
praktikum).

2.4. Data Alat Ukur

Diameter jet : 8 mm

Jarak antara jet & permukaan target : 20 mm

Diameter permukaan target : 36 inci

Jenis permukaan target : 1800 hemispherical target

120º target (cone)

Flat target

30º target
BAB III

DASAR TEORI
3.1. Prinsip Kerja Alat Praktikum

Prinsip kerja alat praktikum jet impact ini didasarkan pada momentum
yang terjadi akibat tumbukan pancaran air dengan plat. Air yang ditampung pada
hidraulic bench dipompa naik dengan menggunakan pompa sentrifugal yang
akhirnya terhubung dengan perlengkapan jet impact melalui supply house. Air
yang terpompa diubah tekanannya menjadi lebih tinggi dengan menggunakan
sebuah nozzle pada ujung selang air. Air yang keluar dengan tekanan yang lebih
tinggi akan menjadi sebuah gaya yang menumbuk permukaan yang berada di
atasnya. Dari sini kita dapat mengukur momentum yang terjadi akibat tumbukan
air dengan pelat.

3.2. Persamaan-Persamaan Dasar

Persamaan dasar yang digunakan adalah persamaan momentum,


persamaan Bernoulli, dan persamaan konservasi massa.

𝑃 = 𝑚𝑣 (pers. Momentum)
1 1
𝑃1 + 2 𝜌𝑣12 + 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑃2 + 2 𝜌𝑣22 + 𝜌𝑔ℎ2 (pers. Bernoulli)
𝑄1 = 𝑄2 (pers. Konservasi massa)

3.3. Persamaan-Persamaan yang digunakan

Fpegas

X3 X2

A
X1

Fberat = mpemberat . g
Fjet

Gambar 2. Batang yang mengalami gaya akibat semburan


Sebuah bata seperti diperlihatkan dalam gambar 2 diberikan gaya akibat
semburan (Fjet) maka besarnya gaya teoritis yang bekerja pada permukaan dapat
ditentukan dengan menjumlah momen pada titik A.

Jumlah momen di A

𝐹𝑗𝑒𝑡 = 𝐹𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

0 = 𝑥3 . 𝐹𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 + 𝑥1 . 𝐹𝑗𝑒𝑡 − (𝑥1 + 𝑥2 )𝐹𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡

(𝑥1 + 𝑥2 ). 𝐹𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 − 𝑥3 . 𝐹𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠


𝐹𝑗𝑒𝑡 =
𝑥1

Persoalan tersebut dapat juga diterapkan pada sudu-sudu sebagaimana


ditunjukkan dalam gambar 3.

Gambar 3. Contoh semburan air pada permukaan datar dan permukaan lengkung

Kecepatan semburan air dapat ditentukan dari konservasi massa :

𝑄 = 𝑣1 . 𝐴1

𝑄
𝑣1 =
𝐴1

Dimana :
𝜋 2
𝐴1 = 𝑑
4 𝑗𝑒𝑡
Kecepatan air meninggalkan permukaan V2 dapat ditentukan dengan
menerapkan persamaan Bernoulli, yaitu :

𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2

Besarnya gaya (Fm) yang dikenakan pada permukaan dapat ditentukan dari
konservasi momentum :
𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. (𝑣𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑣𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ )

Besarnya gaya (Fm) yang dikenakan pada permukaan dapat ditentukan dari
konservasi momentum, dimana :

a. Untuk permukaan datar

𝑣𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 0 ; 𝑣𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑣2

Maka :

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. (𝑣2 )

b. Untuk permukaan lengkung

𝑣𝑎𝑡𝑎𝑠 = −𝑣𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ ; 𝑣𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 𝑣2

Maka :

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. (2𝑣2 )
BAB IV

ANALISA DATA
4.1. Tabel Data Hasil Pengukuran Praktikum

Tabel 1. Data Pengukuran Pada Permukaan Datar


No Pemberat Volume Tangki Waktu
(gram) (liter) (detik)
1 100 10 40”
2 120 10 35”
3 140 10 35”
4 160 10 30”
5 180 10 26”

Tabel 2. Data Pengukuran Pada Permukaan Lengkung


No Pemberat Volume Tangki Waktu
(gram) (liter) (detik)
1 100 10 42”
2 120 10 37”
3 140 10 36”
4 160 10 35”
5 180 10 33”

4.2. Perhitungan-Perhitungan

Kapasitas aliran (Q) dan gaya tumbukan (Fm) dapat ditentukan dengan
persamaan :
𝑉
𝑄= ; dimana, - V = Volume (liter)
𝑡

- t = waktu (detik)

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 𝑣2 (Permukaan datar)

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 2𝑣2 (Permukaan lengkung)

dimana,
𝑄 𝜋2
𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2 ;- 𝑣1 = 𝐴 (𝐴1 = 4 𝑑𝑗𝑒𝑡 ; djet = 8 mm)
1

- z2 = Jarak antara jet & permukaan target (20 mm)


a. Permukaan Datar

- Pemberat 100 gram

𝑉 0,01 𝑚3
𝑄= =
𝑡 40 𝑠

= 𝟐, 𝟓𝟎 . 𝟏𝟎−𝟒 𝒎𝟑 ⁄𝒔

𝑄 2,50 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠
𝑣1 = =
𝐴1 5,02 . 10−5 𝑚2

= 𝟒, 𝟗𝟖 𝒎⁄𝒔

𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2

= √(4,98 𝑚⁄𝑠)2 − 2 . 9,81 𝑚⁄𝑠 2 . 0,02 𝑚

= 𝟒, 𝟗𝟒 𝒎⁄𝒔

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 𝑣2

= 998 𝑘𝑔⁄𝑚3 . 2,50 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠 . 4,94 𝑚⁄𝑠

= 𝟏, 𝟐𝟑 𝑵

- Pemberat 120 gram

𝑉 0,01 𝑚3
𝑄= =
𝑡 35 𝑠

= 𝟐, 𝟖𝟔 . 𝟏𝟎−𝟒 𝒎𝟑 ⁄𝒔
𝑄 2,86 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠
𝑣1 = =
𝐴1 5,02 . 10−5 𝑚2

= 𝟓, 𝟔𝟗 𝒎⁄𝒔

𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2

= √(5,69 𝑚⁄𝑠)2 − 2 . 9,81 𝑚⁄𝑠 2 . 0,02 𝑚

= 𝟓, 𝟔𝟓 𝒎⁄𝒔

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 𝑣2

= 998 𝑘𝑔⁄𝑚3 . 2,86 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠 . 5,65 𝑚⁄𝑠

= 𝟏, 𝟔𝟏 𝑵

- Pemberat 140 gram (sama seperti 120 gram ; 10 liter / 35 detik)

𝑄 = 𝟐, 𝟖𝟔 . 𝟏𝟎−𝟒 𝒎𝟑 ⁄𝒔

𝑣1 = 𝟓, 𝟔𝟗 𝒎⁄𝒔

𝑣2 = 𝟓, 𝟔𝟓 𝒎⁄𝒔

𝐹𝑚 = 𝟏, 𝟔𝟏 𝑵

- Pemberat 160 gram

𝑉 0,01 𝑚3
𝑄= =
𝑡 30 𝑠

= 𝟑, 𝟑𝟑 . 𝟏𝟎−𝟒 𝒎𝟑 ⁄𝒔

𝑄 3,33 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠
𝑣1 = =
𝐴1 5,02 . 10−5 𝑚2

= 𝟔, 𝟔𝟑 𝒎⁄𝒔
𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2

= √(5,69 𝑚⁄𝑠)2 − 2 . 9,81 𝑚⁄𝑠 2 . 0,02 𝑚

= 𝟔, 𝟔𝟏 𝒎⁄𝒔

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 𝑣2

= 998 𝑘𝑔⁄𝑚3 . 3,33 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠 . 6,61 𝑚⁄𝑠

= 𝟐, 𝟐𝟎 𝑵

- Pemberat 180 gram

𝑉 0,01 𝑚3
𝑄= =
𝑡 26 𝑠

= 𝟑, 𝟖𝟓 . 𝟏𝟎−𝟒 𝒎𝟑 ⁄𝒔

𝑄 3,85 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠
𝑣1 = =
𝐴1 5,02 . 10−5 𝑚2

= 𝟕, 𝟔𝟔 𝒎⁄𝒔

𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2

= √(5,69 𝑚⁄𝑠)2 − 2 . 9,81 𝑚⁄𝑠 2 . 0,02 𝑚

= 𝟕, 𝟔𝟑 𝒎⁄𝒔

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 𝑣2

= 998 𝑘𝑔⁄𝑚3 . 3,85 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠 . 7,63 𝑚⁄𝑠

= 𝟐, 𝟗𝟑 𝑵
b. Permukaan Lengkung

- Pemberat 100 gram

𝑉 0,01 𝑚3
𝑄= =
𝑡 42 𝑠

= 𝟐, 𝟑𝟖 . 𝟏𝟎−𝟒 𝒎𝟑 ⁄𝒔

𝑄 2,38 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠
𝑣1 = =
𝐴1 5,02 . 10−5 𝑚2

= 𝟒, 𝟕𝟒 𝒎⁄𝒔

𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2

= √(4,74 𝑚⁄𝑠)2 − 2 . 9,81 𝑚⁄𝑠 2 . 0,02 𝑚

= 𝟒, 𝟕𝟎 𝒎⁄𝒔

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 2𝑣2

= 998 𝑘𝑔⁄𝑚3 . 2,38 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠 . 2 . 4,70 𝑚⁄𝑠

= 𝟐, 𝟐𝟑 𝑵

- Pemberat 120 gram

𝑉 0,01 𝑚3
𝑄= =
𝑡 37 𝑠

= 𝟐, 𝟕𝟎 . 𝟏𝟎−𝟒 𝒎𝟑 ⁄𝒔

𝑄 2,70 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠
𝑣1 = =
𝐴1 5,02 . 10−5 𝑚2

= 𝟓, 𝟑𝟖 𝒎⁄𝒔
𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2

= √(5,38 𝑚⁄𝑠)2 − 2 . 9,81 𝑚⁄𝑠 2 . 0,02 𝑚

= 𝟓, 𝟑𝟒 𝒎⁄𝒔

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 2𝑣2

= 998 𝑘𝑔⁄𝑚3 . 2,70 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠 . 2 . 5,34 𝑚⁄𝑠

= 𝟐, 𝟖𝟖 𝑵

- Pemberat 140 gram

𝑉 0,01 𝑚3
𝑄= =
𝑡 36 𝑠

= 𝟐, 𝟕𝟖 . 𝟏𝟎−𝟒 𝒎𝟑 ⁄𝒔

𝑄 2,78 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠
𝑣1 = =
𝐴1 5,02 . 10−5 𝑚2

= 𝟓, 𝟓𝟑 𝒎⁄𝒔

𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2

= √(5,53 𝑚⁄𝑠)2 − 2 . 9,81 𝑚⁄𝑠 2 . 0,02 𝑚

= 𝟓, 𝟒𝟗 𝒎⁄𝒔

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 2𝑣2

= 998 𝑘𝑔⁄𝑚3 . 2,78 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠 . 2 . 5,49 𝑚⁄𝑠

= 𝟑, 𝟎𝟓 𝑵
- Pemberat 160 gram

𝑉 0,01 𝑚3
𝑄= =
𝑡 35 𝑠

= 𝟐, 𝟖𝟔 . 𝟏𝟎−𝟒 𝒎𝟑 ⁄𝒔

𝑄 2,86 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠
𝑣1 = =
𝐴1 5,02 . 10−5 𝑚2

= 𝟓, 𝟔𝟗 𝒎⁄𝒔

𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2

= √(5,69 𝑚⁄𝑠)2 − 2 . 9,81 𝑚⁄𝑠 2 . 0,02 𝑚

= 𝟓, 𝟔𝟓 𝒎⁄𝒔

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 2𝑣2

= 998 𝑘𝑔⁄𝑚3 . 2,86 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠 . 2 . 5,65 𝑚⁄𝑠

= 𝟑, 𝟐𝟐 𝑵

- Pemberat 180 gram

𝑉 0,01 𝑚3
𝑄= =
𝑡 33 𝑠

= 𝟑, 𝟎𝟑 . 𝟏𝟎−𝟒 𝒎𝟑 ⁄𝒔

𝑄 3,03 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠
𝑣1 = =
𝐴1 5,02 . 10−5 𝑚2

= 𝟔, 𝟎𝟑 𝒎⁄𝒔
𝑣2 = √𝑣12 − 2. 𝑔. 𝑧2

= √(6,03 𝑚⁄𝑠)2 − 2 . 9,81 𝑚⁄𝑠 2 . 0,02 𝑚

= 𝟔, 𝟎𝟎 𝒎⁄𝒔

𝐹𝑚 = 𝜌. 𝑄. 2𝑣2

= 998 𝑘𝑔⁄𝑚3 . 3,03 . 10−4 𝑚3 ⁄𝑠 . 2 . 6,00 𝑚⁄𝑠

= 𝟑, 𝟔𝟑 𝑵

4.3. Tabel Hasil Perhitungan


Tabel 3. Tabel Hasil Perhitungan

Permukaan Datar Permukaan Lengkung


Pemberat Gaya Gaya
No Laju Aliran Laju Aliran
(gram) Tumbukan Tumbukan
(l/s) (l/s)
(N) (N)
1 100 0,250 1,23 0,238 2,23
2 120 0,286 1,61 0,270 2,88
3 140 0,286 1,61 0,278 3,05
4 160 0,333 2,20 0,286 3,22
5 180 0,385 2,93 0,303 3,63
4.4. Grafik Hasil Perhitungan

Hubungan laju Aliran dan Tumbukan


dengan Pemberat pada Permukaan datar
3.5

3
Laju aliran dan gaya tumbukan

2.5

1.5 laju aliran

1
gaya
0.5 tumbukan

0
100 120 140 160 180

Pemberat (gram)

Grafik 4.1. Hubungan Laju Aliran dan Gaya Tumbukan dengan pemberat pada Permukaan
datar

Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa semakin besar beban yang
diberikan maka semakin besar pula laju aliran dan gaya tumbukan yang diberikan.

Hubungan laju Aliran dan Tumbukan dengan


Pemberat
4 pada Permukaan lengkung
3.5
Laju aliran dan gaya tumbukan

3
2.5
laju aliran
2
1.5 gaya
tumbukan
1
0.5
0
100 120 140 160 180

Pemberat(gram)

Grafik 4.2. Hubungan Laju Aliran dan Gaya Tumbukan dengan pemberat pada Permukaan
Lengkung
Dari grafik yang di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar beban
yang diberikan maka semakin besr pula laju aliran dan gaya tumbukan yang
didapatkan.

4.5. Analisis dan Jawaban Pertanyaan

1. Lakukan analisis terhadap hasil percobaan dan berikan komentar.

Dari grafik 1, kita dapat menyimpulkan bahwa laju aliran berbanding lurus
dengan gaya tumbukan (Jet Impact) ketika beban ditambah beratnya.
Semakin besar nilai laju aliran, maka nilai gaya tumbukan yang dimiliki
fluida tersebut juga meningkat.

Kemudian nilai laju aliran fluida yang menumbuk permukaan datar lebih
besar daripada yang menumbuk permukaan datar. Namun berbeda dengan
nilai gaya tumbukan (Jet Impact), fluida yang menumbuk permukaan
lengkung memiliki gaya tumbukan yang lebih besar dibandingkan dengan
fluida yang menumbuk permukaan datar.

2. Dengan menggunakan persamaan Bernoulli dapatkan persamaan 3

1 1
𝑃1 + 𝜌𝑣12 + 𝜌𝑔𝑧1 = 𝑃2 + 𝜌𝑣22 + 𝜌𝑔𝑧2
2 2
𝑃1 𝑣12 𝑃2 𝑣22 𝑃1 𝑃2
+ + 𝑧1 = + + 𝑧2 ; 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 = 𝑑𝑎𝑛 𝑧1 = 0
𝜌𝑔 2𝑔 𝜌𝑔 2𝑔 𝜌𝑔 𝜌𝑔

𝑣12 𝑣22
= + 𝑧2
2𝑔 2𝑔

𝑣22 = 𝑣12 − 2𝑔𝑧2

𝑣2 = √𝑣12 − 2𝑔𝑧2

3. Dengan persamaan konservasi momentum, perlihatkan bahwa gaya


yang terjadi pada permukaan berbentuk sudu adalah dua kali gaya pada
permukaan pelat datar.

𝑃 = 𝑚𝑣

∆𝑃 = 𝑚̇𝑣2 − 𝑚̇𝑣1
∆𝑃 = 𝜌𝑄(𝑣2 − 𝑣1 ) ; 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 ∆𝑃 = 𝐼 ; 𝑑𝑎𝑛 𝐼 = 𝐹. 𝑠

Sehingga persamaan momentum antara nozzle dan plat dimana titik


refrensinya adalah sumbu x :

−𝐹𝑥 = 𝜌𝑄(𝑣𝑥.2 − 𝑣𝑥.1 )

−𝐹𝑥 = 𝜌𝑄(𝑣. cos 𝛽 − 𝑣)

𝐹𝑥 = 𝜌𝑄𝑣(1 − cos 𝛽)

Maka untuk pelat datar

𝐹𝑥.𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟 = 𝜌𝑄𝑣(1 − cos 90)

𝐹𝑥.𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟 = 𝜌𝑄𝑣(1 − 0)

𝐹𝑥.𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟 = 𝜌𝑄𝑣 (𝑝𝑒𝑟𝑠. 𝑎)

Untuk pelat lengkung

𝐹𝑥.𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 = 𝜌𝑄𝑣(1 − cos 180)

𝐹𝑥.𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 = 𝜌𝑄𝑣(1 − (−1))

𝐹𝑥.𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 = 2𝜌𝑄𝑣 (𝑝𝑒𝑟𝑠. 𝑏)

Subsitusi (pers. a) ke dalam (pers. b)

𝐹𝑥.𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 = 2𝐹𝑥.𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟
BAB V

KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan

Nilai dari laju aliran (Q) dan gaya tumbukan / jet impact (Fm) berbanding
terbalik jika ditinjau dari dua permukaan berbeda yang ditumbuk oleh suatu
fluida. Fluida yang menumbuk permukaan datar memiliki laju aliran yang lebih
tinggi daripada fluida yang menumbuk permukaan lengkung. Namun berbeda
dengan gaya tumbukan (jet impact), fluida yang menumbuk permukaan lengkung
memiliki gaya tumbukan yang lebih besar disbanding fluida yang menumbuk
permukaan datar.

5.2. Saran

Sebaiknya kegiatan praktikum memiliki ruang yang cukup agar setiap


praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa terganggu dengan praktikum yang
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Darwin. 2019. Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin. Banda Aceh :


Laboratorium Mekanika Fluida Universitas Syiah Kuala.

gurumuda.net. Prinsip dan Persamaan Bernoulli. https://gurumuda.net/prinsip-


dan-persamaan-bernoulli.htm
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai