Anda di halaman 1dari 13

A.

Pendahuluan
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah dalam
ketrampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan dan praktek di keluarga dan komunitas.
Perlu adanya integrasi dari ketiga faktor di atas untuk memperbaiki kesehatan anak
tersebut sehingga tercipta peningkatan derajat kesehatan anak. Perbaikan kesehatan anak
dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen kasus anak sakit, memperbaiki gizi,
memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain dan memperbaiki
dukungan psikososial. Berdasarkan alasan tersebut, muncullah program Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) (Damayanti, dkk, 2015).
Program MTBS ini juga merupakan bagian dari pembelajaran dalam mata kuliah
Keperawatan Anak dan menjadi salah satu tuntutan pencapaian yang harus dilakukan
oleh para mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Para mahasiswa dapat menerapkan
langsung saat praktek di Puskesmas yang ditentukan agar ketika tamat nanti sudah dapat
terbiasa dan bisa menangani penyakit-penyakit pada balita.

B. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran pada topik keterampilan MTBS ini adalah diharapkan
mahasiswa :
1. Mampu melakukan penilaian balita sakit dengan menggunakan pedoman MTBS.
2. Mampu menentukan klasifikasi masalah balita sakit dengan menggunakan pedoman
MTBS.
3. Mampu menilai status gizi balita (klinis dan antropometris) menurut aturan WHO
(2005) dan memeriksa adanya penyakit penyerta.
4. Mampu melakukan dan menyarankan tindakan berdasarkan klasifikasi balita sakit pada
pedoman MTBS.
5. Mampu melakukan pendampingan konseling balita sakit berdasarkan pedoman MTBS
berupa perawatan di rumah.

1
6. Mampu melakukan pendampingan konseling berupa kapan kembali untuk tindak
lanjut.

C. Penerapan MTBS di Puskesmas


Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit
(selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani
pasien apabila sudah dilatih);
2. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS);
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan). (Depkes RI, 2008)

Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai pendekatan MTBS.
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh petugas kesehatan yang
telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk melakukan
penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-
keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'.
Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan
pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi, petugas akan menentukan jenis tindakan/pengobatan,
misalnya anak dengan klasifikasi pneumonia berat atau penyakit sangat berat akan dirujuk ke
dokter puskesmas, anak yang imunisasinya belum lengkap akan dilengkapi, anak dengan
masalah gizi akan dirujuk ke ruang konsultasi gizi, dst. Di bawah ini adalah gambaran
pendekatan MTBS yang sistematis dan terintegrasi tentang hal-hal yang diperiksa pada
pemeriksaan. Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas kesehatan akan
menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda
bahaya umum seperti:

1. Apakah anak bisa minum/menyusu?


2. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
3. Apakah anak menderita kejang? Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah
anak tampak letargis/tidak sadar?

Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:

1. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?


2. Apakah anak menderita diare?
3. Apakah anak demam?
4. Apakah anak mempunyai masalah telinga?
5. Memeriksa status gizi

2
6. Memeriksa anemia
7. Memeriksa status imunisasi
8. Memeriksa pemberian vitamin A
9. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain (Depkes RI, 2008)

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi


keluhan/penyakit anak, setelah itu melakukan langkah-langkah tindakan/ pengobatan yang telah
ditetapkan dalam penilaian/ klasifikasi. Tindakan yang dilakukan antara lain:

1. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah;


2. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah;
3. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal
aturan penanganan diare di rumah;
4. Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak
sakit maupun dalam keadaan sehat;
5. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan, dan lain-lain.

Selain itu di dalam MTBS terdapat penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda berusia kurang dari
2 bulan, yang disebut juga Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Penilaian dan klasifikasi
bayi muda di dalam MTBM terdiri dari:

1. Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau


infeksi bakteri;
2. Menilai dan mengklasifikasikan diare;
3. Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus;
4. Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan berat badan rendah dan atau
masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI).

Di sini diuraikan secara terperinci cara mengajari ibu tentang cara meningkatkan produksi ASI,
cara menyusui yang baik, mengatasi masalah pemberian ASI secara sistematis dan terperinci,
cara merawat tali pusat, menjelaskan kepada ibu tentang jadwal imunisasi pada bayi kurang dari
2 bulan, menasihati ibu cara memberikan cairan tambahan pada waktu bayinya sakit, kapan
harus kunjungan ulang, dll;

1. Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi;


2. Memeriksa masalah dan keluhan lain. (Depkes RI, 2008)

D. Penerapan MTBS di Puskesmas Paniki Bawah

Dalam pelaksanaan yang dilakukan mahasiswa beserta petugas kesehatan di Puskesmas adalah
sebagai berikut:

a. Kegiatan di Puskesmas

3
1. Pasien dan keluarga mendaftarkan diri dibagian administrasi
2. Pasien membawa kartu berobat sesuai dengan data keluarga yang ada
3. Petugas mengisi resume dan data pasien
4. Petugas melakukan pengkajian fisik berdasarkan umur dan keluhan pasien
5. Pasien diarahkan untuk konsultasi dan pemeriksaan lanjutan ke dokter yang bertugas
6. Penyuluhan singkat atau edukasi
7. Pasien dan keluarga mengambil obat sesuai dengan resep dokter
b. Kegiatan di luar Puskesmas (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-
PK))
1. Petugas masuk ke wilayah kerja yang sudah ditentukan
2. Petugas mengunjungi setiap rumah di wilayah kerja tersebut
3. Petugas melakukan pendataan keluarga meliputi jumlah anggota keluarga, riwayat
penyakit keluarga, jumlah balita, ketersediaan air bersih, program Keluarga
Berencana, kebiasaan merokok, jenis jamban, pengukuran tekanan darah gratis dan
edukasi singkat.
4. Petugas menempelkan stiker Keluarga Sehat sebagai bukti kunjungan.
c. Hasil Pengamatan
Selama dua hari pengamatan didapati dari 10 pasien yang datang, kasus yang ada adalah
ISPA, Dermatitis, dan nyeri telinga.

RESUME ASKEP PUSKESMAS


Nama Perawat : Deily Kaparang
Tanggal Pengkajian : 6 Februari 2020
A. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : An. Adriel Mamahit
b. Tanggal lahir : 15-04-2016
c. Jenis kelamin : laki laki
d. Anak ke :
e. Agama :
f. Alamat : kairagi 2 lingkungan 9
g. No.RM :

B. Identitas Orang Tua


a. Nama Ayah/Ibu : Ny. Agnes Mamahit
b. Agama :
c. Pendidikan :-
d. Pekerjaan : Swasta
e. Jumlah Anak :1

C. Keluhan Utama: Demam, batuk, bringus

D. Riwayat Penyakit Sekarang: ISPA, batuk bukan pneumoni

4
E. Riwayat Penyakit Dahulu: --

F. Pelaksanaan Pemeriksaan: Pemeriksaan Fisik

G. Pelaksanaan Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan fisik: BB: 8 Kg. T: 36.3℃, tidak sesak
b. Diagnosa medis:ISPA & Dermatitis
c. Tindakan keperawatan yan dilakukan: Pengkajian Fisik dan Pendidikan Kesehatan
d. Terapi medis yang diberikan: PCT Syr, Ambroxol, Dextab, Amoxilin, Hidrocortisol

5
6
7
E. Jurnal Pendukung

Hubungan Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Dengan Kesembuhan


Pneumonia Pada Balita Di Puskesmas Palimanan Kabupaten Cirebon

Oleh Erida Fadila dan Oktiani Tejaningsih

Abstrak

Pneumonia masih menjadi penyakit terbesar penyebab kematian anak terutama balita dan juga
penyebab kematian pada banyak kaum lanjut usia di dunia. Kejadian Pneumonia tahun 2012 di
Kabupaten Cirebon terdapat 12.441 kasus pneumonia dan pneumonia berat pada balita, dari
kasus tersebut didapati 1 balita meninggal. Puskesmas Palimanan tertinggi di Kabupaten Cirebon
yakni sebesar 889 balita.Dalam usaha meningkatkan cakupan penemuan dan meningkatkan
tatalaksana pneumonia pada anak balita Depkes telah menerapkan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) di Puskesmas.Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Palimanan Kabupaten Cirebon.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriftif korelasi menggunakan
pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 64 responden (orang tua balita/pengasuh)
dan teknik purposive sampling Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan
Chi Square.

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari hasil uji statistik didapatkan nilai P value ≤ 0,05
(0,025), sehingga kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara penerapan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) dengan kesembuhan Pneumonia pada balita di Puskesmas
Palimanan Kabupaten Cirebon.

Kata Kunci   :   Pneumonia, Balita, MTBS, Palimanan.

8
Teori Penyakit ISPA
Pengertian ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ini adalah infeksi yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-
paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari.

Penyebab ISPA

Penyebab ISPA adalah bakteri dan virus yang cukup beragam.

Penyebab yang lain seperti asap pembakaran, asap rokok, gizi yang tidak seimbang (banyak konsumsi
gorengan dan minuman dingin), kurang minum air putih, kurang olah raga dan istirahat yang tidak cukup.

Faktor kondisi rumah juga berpengaruh seperti lantai yang berdebu, kurangnya ventilasi udara, ruangan
yang lembap, kurang sinar matahari.

Cara Penularan ISPA

Lewat udara yang tercemar seperti droplet saat bersin dan batuk.

Tanda dan Gejala serta Kategori ISPA

Menurut DepKes RI:

ISPA ringan: Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.

ISPA sedang: Apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 39◦C dan bila bernafas
mengeluarkan suara seperti mengorok.

ISPA berat: Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun,
bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

Komplikasi ISPA

Sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, bronkitis hingga pneumonia.

Pencegahan ISPA

1. Kebersihan tangan
2. Makan dan minum yang seimbang
3. Rajin berolahraga dibawah sinar matahari
4. Istirahat yang cukup
5. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
6. Mencegah kontak langsung dengan orang yang sedang ISPA
7. Ventilasi udara yang kondusif
8. JIka kondisi Nampak makin parah, segera dibawa ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.

9
Leaflet Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas

10
Dokumentasi Penyuluhan Kesehatan

11
F. Penutup

Kesimpulan: Program MTBS sudah sangat membantu masyarakat dan juga petugas
kesehatan dalam upaya mencegah dan menangani sejak dini penyakit yang terjadi pada
balita. Selain itu menjadi bahan pelajaran bagi mahasiswa dalam praktek Keperawatan
Anak.

Saran: Perlunya penambahan waktu praktek di Puskesmas bagi mahasiswa agar dapat
menguasai lebih banyak dalam penerapan MTBS.

Demikianlah tugas ini saya susun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. Tuhan
memberkati.

12
G. Daftar Pustaka

Damayanti, (2015). Ketrampilan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Universitas Sebelas
Maret: Surakarta.

Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.

Fadila, E., & Tejaningsih, O. (2018). Hubungan Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) Dengan Kesembuhan Pneumonia Pada Balita Di Puskesmas Palimanan Kabupaten
Cirebon. Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(2). Retrieved from https://e-
journal.umc.ac.id/index.php/JIK/article/view/229

Slamet, dkk. (2013). Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Saluran Pernapasan Akut Berat Suspek MERS-
CoV. Kemenkes RI dan WHO: Jakarta.

Retrieved from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16377/Chapter%20II.pdf?


sequence=4&isAllowed=y

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nurhadig2a-6164-2-babii.pdf

https://www.kemkes.go.id/resources/download/puskes-haji/4-pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-
cov.pdf

https://www.who.int/csr/resources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_8BahasaI.pdf?ua=1

13

Anda mungkin juga menyukai