Anda di halaman 1dari 7

KASUS

Ny. DW (50thn) datang ke apotek anda dan bertanya kepada anda selaku apoteker. Sejak
5 bulan yang lalu, pasien mengalami gatal pada kedua tangan. Hal ini ia rasakan setelah
memelihara kucing baru. Kulitnya menjadi kering, kasar dan bersisik. Kulit menjadi lebih
tebal, lebih keras dan berwarna kemerahan. Kini rasa gatal dan kelainan pada kulit tersebut
menyebar hingga ke bahu dan dada bagian atas. Selama ini pasien hanya mengolesi dengan
pelembab saja berharap agar kering pada kulitnya dapat teratasi, namun tidak berhasil. Selain
itu pasien juga lebih sering mengkonsumsi CTM tablet untuk mengurangi rasa gatalnya.

PEMBAHASAN KASUS
Subyektif
Soal no. 1  Menurut anda kelainan kulit apa yang terjadi pada pasien ini?
Jelaskan.
Pasien mengeluhkan mengenai tanda tanda di kulitnya sejak 5 bulan yang lalu yaitu
kering, kasar, dan bersisik. Pasien juga mengeleuhkan gatal pada kedua tangannya.
Tanda tanda yang terdapat pada kulit pasien adalah kulitnya tebal, lebih keras, dan
berwarna kemerahan. Namun hingga saat ini, gatal dan tanda tanda tersebut sudah
menjalar hingga ke bahu dan dada bagian atas.
Menurut tanda tanda yang ada pada pasien, pasien mengalami dermatitis atopik.
Gambaran klinis dari dermatitis atopik adalah eritema berbatas tidak
tegas, papul, papulovesikel, erosi, dan eksudasi. Lesi subakut berupa plak erimatosa,
berskuama, ekskoriasi, dan papul sedangkan lesi kronik terdiri atas plak
tebal/likenifikasi kehitaman, papulfibrotik (prurigo) (Perdoski, 2014).

Soal no. 2  Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi timbulnya dermatitis
tersebut?
Faktor resiko timbulnya dermatitis pada pasien dimungkinkan karena adanya
kontak dengan bulu kucing yang bisa jadi membawa bakteri, virus, maupun parasit
yang dapat memicu reaksi alergi sehingga menimbulkan dermatitis. Selain itu, faktor
yang menyebabkan kondisi pasien semakin parah bisa jadi karena penggunaan emolien
yang mengandung parfum atau zat kimia lain yang menyebabkan dermatitis.
Lingkungan, kebiasaan menjaga higienitas diri, kebiasaan dalam mengonsumsi
makanan, usia, serta jenis kelamin dapat menjadi faktor lain yang mempengaruhi
timbulnya dermatitis, dimana pada usia lanjut memiliki kondisi kulit yang kering bisa
menjadi penyebab timbulnya dermatitis serta pada wanita lebih memiliki
kecenderungan mengalami dermatitis dibandingkan dengan pria.

Obyektif
Tidak ada hasil obyektif pada kasus.

Assessment
Soal no. 3  Mengapa pelembab dan CTM yang selama ini digunakan oleh pasien
tidak dapat mengatasinya?
• CTM tablet, digunakan pasien untuk mengatasi rasa gatal yang timbul, menurut
Dipiro (2012), antihistamin golongan pertama termasuk CTM dipilih untuk
mengatasi gatal yang berlebihan pada pasien dermatitis.
• Pelembab, digunakan untuk mengatasi kulit kering maupun pecah-pecah. Disini
pelembap hanya menjaga kelembapan saja dan tidak ada efek mengobati dermatitis
dari pasien. Untuk pelembap, pasien disarankan agar memilih pelembap yang bebas
SLS, dengan konsentrasi pewarna dan pengharum yang berlebihan.
CTM merupakan antihistamin topikal yang bekerja secara lokal. Antihistamin saja tidak
begitu efektif dalam mengontrol sensasi gatal, hal ini dikarenakan histamin bukan
mediator tunggal pada dermatitis. Mediator lain yang juga dapat berperan dalam
terjadinya gatal pada pasien dermatitis misalnya asetil kolin, eicosanoid, atau
terjadinya aktivasi tRPV1 yang memicu pelepasan mediator pruritogenik.

Soal no. 4  Sarankan terapi apa yang terbaik untuk pasien. Dan kenapa anda
menyarankan obat tersebut.
Penatalaksaan awal dari semua jenis dermatitis kontak alergi adalah dengan
kortikosteroid, kortikosteroid topical membantu menyelesaikan proses inflamasi dan
merupakan perawatan. Pada dermatitis kontak alergi akan merespon kortikosteroid
topical lebih baik daripada dermatitis kontak iritan. Menurut Dipiro (2012), untuk
pasien dermatitis yang akan melakukan terapi kortikosteroid jangka panjang maka
pilihan obat yang dapat digunakan adalah kortikosteroid dosis rendah, misalnya
bethametason valerat 0,1%. Namun apabila kortikosteroid dimaksudkan untuk terapi
jangka pendek karena ekserbasi, maka pilihan obatnya adalah kortikosteroid topical
strength, misalnya bethametason dipropionat 0,05%. Pada kasus, pasien mengeluh
jika rasa gatalnya telah menyebar hingga bagian bahu dan dada atas, maka bisa juga
ditambahkan kortikosteroid untuk sistemik.

Soal no. 5  Jelaskan masing-masing mekanisme aksi dari obat-obat yang anda
saranakn.
• CTM
Turunan alkilamin yang bekerja secara kompetitif dengan menghambat reseptor
histamin H1 yang dapat menembus sawar darah otak (Gunawan, 2007).
• Cream Urea
Urea sebagai humektan dapat menarik air dari atmosfir dan dermal, sehingga
meningkatkan hidrasi pada sawar kulit. 5-7 Peningkatan ini juga akibat urea dapat
menahan air dalam lapisan korneum. Mekanisme lain berupa upregulasi
signifikan filagrin, involukrin, lorikrin, enzim terlibat pada metabolisme sfingolipid,
serinepalmitoyltransferase (SPT) dan sintesiskolesterol, 3- hydroxy-3-
methylglutarylCoA reductase (Eka, 2015).
• Hidrokortison 2,5% (kortikosteroid topikal)
Salep hidrokortison merupakan golongan steroid anti-inflamasi yang memiliki
mekanisme kerja, yaitu mengurangi komponen vaskular dari respons inflamasi,
pengurangan pembentukan cairan inflamasi, dan eksudat seluler. Menekan inflamasi
dengan menekan migrasi leukosit poli morfonuklear dan meningkatkan
permeabilitas kapiler (Medica Farma, 2017).
• Prednison 30 mg (kortikosteroid oral)
Mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler; menekan sistem kekebalan dengan
mengurangi aktivitas dan volume sistem limfatik; menekan fungsi adrenal pada
dosis tinggi (Drugs.com, 2019).

Plan
 CTM tetap dilanjutkan, agar pasien juga dapat beristirahat
 Pelembap pasien diganti dengan obat, misalnya cream urea 5%. Obat ini merupakan
pelembap tipe humektan, menarik dan mengikat air dari atmosfer, dermis, serta
epidermis bawah stratum korneum. Urea dapat melembutkan area hiperkeratolitik
dengan melarutkan matriks intraseluler, sehingga terjadi pelonggaran lapisan kulit
yang terangsang (pelunakan).
 Kortikosteroid topical, misal hidrokortison 2,5%
 Kortikosteroid oral, yaitu prednisone 30 mg selama 3-4 hari lalu dimonitoring

2. MONITORING DAN KONSELING


Monitoring
 CTM sebagai antihistamin
‐ Monitoring efikasi : rasa gatal hilang, pasien tidak mengeluhkan gangguan tidur
karna gatal
‐ Monitoring efek samping : mengantuk
 Hidrokortison 2,5% sebagai kortikosteroid topical
‐ Monitoring efikasi : eritema hilang atau berkurang, luas area dermatitis berkurang
atau tidak bertambah, tidak terjadi eksaserbasi, inflamasi berkurang.
‐ Monitoring efek samping : memicu vasokonstriksi, gejala telangiektasis atau spider
vein, rosacea, dan purpura.
 Prednisone 30 mg p.o
‐ Monitoring efikasi : eritema hilang atau berkurang, luas area dermatitis berkurang
atau tidak bertambah, tidak terjadi eksaserbasi, inflamasi berkurang
‐ Monitoring efek samping : gejala vasokonstriksi, peningkatan gula darah,
osteoporosis, moon face.

Konseling
Soal no. 6  Berikan KIE yang tepat kepada pasien ini. Informasi- informasi apa
saja yang ditekankan pada pasien ini.
 Penggunaan obat CTM menimbulkan efek kantuk sehingga harus diberikan
informasi bahwa setelah diminum diharapkan pasien tidak melakukan aktivitas
terutama yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi.
 Aturan penggunaan kortikosteroid topical dengan emollient dimulai dari
penggunaan kortikosteroid topical terlebih dahulu kemudian diberikan jeda
beberapa jam baru digunakan emollient.
 Pasien berhenti merawat kucing, bertujuan untuk menjauhi sumper dan paparan
allergen.
 Hidrokortison dioleskan tipis-tipis ke area dermatitis
 Pasien tidak diperbolehkan menggaruk area dermatitis untuk mencegah terjadinya
infeksi sekunder.
 Disarankan untuk mengompres dengan air dingin untuk mengurangi rasa gatal
selama 5-10 menit jika rasa gatal sangat mengganggu.
 Menggunakan pakaian yang halus dan tidak berserabut serta dapat menyerap
keringat
 Menjaga suhu ruangan dan tidak boleh terlalu berkeringat.
 Rutin menjaga kebersihan tubuh dengan mandi 1-2 kali dengan air hangat selama
10-15 menit untuk memudahkan hidrasi dan membersihkan kulit serta
meningkatkan penetrasi agen terapi topical.
 Rutin menggunakan emollient untuk mencegah kulit kering, kasar, dan bersisik.
 Menghindari produk perawatan kulit yang mengandung pengawet, pewangi, dan
SLS karna dapat menyebabkan kulit lebih kering dan lebih mudah teriritasi.
 Jangan terlalu sering memakai detergen.
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, J. T., Wells, B. G., Schwinghammer, T. L., and Dipiro, C. V. 2009.


Pharmacotherapy Handbook, Seventh Edition. New York: McGraw Hill.
Dipiro, J.T., Barbara G.W., Terry L.S., and Cecily V.D. 2012.
Pharmacotherapy
Handbook 9th Edition. McGraw Hill, New York.
Drugs.com. 2019. Drug Reference. Diakses pada 23 September 2019
(https://www.drugs.com/ppa/prednisone.html)
Eka. 2015. Perbandingan Efektifitas Krim Urea 10% dan Krim Niasinamid 4%
pada Xerosis Usia Lanjut. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan. Volume 2,
No. 1,: 135-141.

Medica Farma. Hidrokortison 2,5%. Samarinda: PT Indie Medica Farma


PERDOKSI. 2014. Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Dermatitis Atopik di
Indonesia. Jakarta: PT.Transfarma Medica

Anda mungkin juga menyukai