Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL ANTROPOLOGI

1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN ANTROPOLOGI


2. ANTROPOLOGI: OTOLOGI, EPISTIMOLOGI, AKSIOLOGI
3. SEJARAH ANTROPOLOGI
4. ANTROPOLOGI BUDAYA
5. KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Antropologi

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : TORIKUL UMAMI


NIM : L1C020112
Fakultas&Prodi : Sosiologi
Semester : 1(Satu)

PROGRAM STUDI …
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
terstruktur mata kuliah Antropologi ini

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas segala raw11sa nikmat dan kesehatan yang diberikan kepada kita semua

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Antropologi ini

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat di kemudian hari bagi saya dan
kita semua.

Penyusun, Mataram,13-oktober-2020

Nama : TORIKUL UMAMI


NIM : L1C020112

2
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Antropologi ..
BAB II. Antropologi: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi ..
BAB III. Sejarah Antropologi ..
BAB IV. Antrologi Budaya ..
BAB V. Kesimpulan dan Analisis Kritis ..
DAFTAR PUSTAKA ..

LAMPIRAN
BAB 1 Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Antropologi
1.Pengertian Antropologi…………………………………………………..4
2.Ruang Lingkup Antropologi……………………………………………..5

BAB 2 Antropologi:Ontologi,Epistimologi,Aksiologi
1.Pengertian Ontologi,Epistimologi,Aksiologi……………………………6
2. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Kehidupan Sehari-hari….6

BAB 3 SEJARAH ANTROPOLOGI

A.Perkembangan Antropologi………………………………………………8

B.Lahirnya Ilmu Antropologi………………………………………………..9

C.Berkembangnya Ilmu Antropologi……………………………………….10

BAB 4 ANTROPOLOGI BUDAYA

.Antropologi Budaya………………………………………………………..12

BAB 5 KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS

KESIMPULAN………………………………………………………………..14

3
PEMBAHASAN

BAB 1

A.Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian antropologi


1. Pengertian Antropologi

Sebelum Anda mempelajari lebih jauh tentang antropologi maka Anda terlebih dulu
harus mengetahui pengertian dari antropologi. Nah, sekarang kita mulai dengan arti
dari kata “Antropologi”. Antropologi adalah sebuahilmu yang mempelajari makhluk
manusia (anthropos). Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti
manusia dan logos berarti ilmu. Dalam antropologi, manusia dipandang sebagai
sesuatu yang kompleks dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi
sering pula disebut sebagai ilmu tentang manusia dan kebudayaannya. Antropologi
mulai banyak dikenal orang sebagai sebuah ilmu setelah diselenggarakannya
simposium pada tahun 1951 yang dihadiri oleh lebih dari 60 tokoh antropologi dari
negara-negara di kawasan Ero-Amerika (hadir pula beberapa tokoh dari Uni Soviet).
Simposium yang dikenal dengan sebutan International Symposium on Anthropology ini
telah menjadi lembaran baru bagi antropologi, terutama terkait dengan publikasi
beberapa hasil karya antropologi, seperti buku yang berjudul “Anthropology Today”
yang di redaksi oleh A.R. Kroeber (1953), “An Appraisal of Anthropology Today”yang di
redaksi oleh S. Tax, dkk. (1954), “Yearbook of Anthropology” yang diredaksi oleh W.L.
Thomas Jr. (1955), dan “Current Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr.
(1956). Setelah simposium ini, antropologi mulai berkembang di berbagai negara
dengan berbagai tujuan penggunaannya. Di beberapa negara berkembang pemikiran-
pemikiran antropologi mengarah pada kebutuhan pengembangan teoritis, sedangkan
di wilayah yang lain antropologi berkembang dalam tataran fungsi praktisnya.
Pengertian lainnya disampaikan oleh Harsojo dalam bukunya yang berjudul “Pengantar
Antropologi” (1984). Menurut Harsojo, antropologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurutnya, perhatian
antropologi tertuju pada sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi serta nilai-nilai
yang akan membedakan cara pergaulan hidup yang satu dengan pergaulan hidup
yang lainnya.Sementara itu Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul “Pengantar
Antropologi I ” (1996) menjelaskan bahwa secara akademis, antropologi adalah
sebuah ilmu tentang manusia pada umumnya dengan titik fokus kajian pada bentuk
fisik, masyarakat dan kebudayaan manusia.Sedangkan secara praktis, antropologi
merupakan sebuah ilmu yang mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku
bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
Secara awam sering kali dipahami bahwa bidang kajian dari antropologi adalah
masyarakat “primitif”, yang dianggap mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan
kebudayaan masyarakat Eropa. Pemahaman seperti ini tentu saja tidak benar, karena
sejauh ini bidang kajian antropologi telah berkembang jauh memasuki wilayah
masyarakat modern. Di lain pihak Masinambow, ed. dalam bukunya yang berjudul
“Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia” (1997) menjelaskan bahwa antropologi
adalah disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat atau kelompok manusia.Conrad Philip
Kottak dalam bukunya berjudul “Anthropology, the Exploration of Human Diversity”
(1991) menjelaskan bahwa antropologi mempunyai perspektif yang luas, tidak seperti

4
cara pandang orang pada umumnya, yang menganggap antropologi sebagai ilmu yang
mengkaji masyarakat nonindustri. Menurut Kottak, antropologi merupakan studi
terhadap semua masyarakat, dari masyarakat yang primitif (ancient) hingga
masyarakat modern, dari masyarakat sederhana hingga masyarakat yang kompleks.
Bahkan antropologi merupakan studi lintas budaya (komparatif) yang membandingkan
kebudayaan satu masyarakat dengan kebudayaan masyarakat lainnya.

2. Ruang Lingkup Antropologi


Antropologi sebagai salah satu cabang ilmu sosial mempunyai bidang kajian sendiri
yang dapat dibedakan dengan ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu
politik, kriminologi dan lain-lainnya. Antropologi juga dapat dikelompokkan ke dalam
cabang ilmu humaniora karena kajiannya yang terfokus kepada manusia dan
kebudayaannya. Seperti halnya yang terjadi di Universitas Indonesia, di mana pada
masa awal terbentuknya Jurusan Antropologi ini berada di bawah Fakultas Sastra.
Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, ketika muncul anggapan bahwa
antropologi cenderung memiliki fokus pada masalah sosial dari keberadaan manusia,
maka jurusan antropologi ini pun pada tahun 1983 pindah di bawah Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Saat ini beberapa universitas di Indonesia mempunyai Jurusan
Antropologi, di antaranya adalah di Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas
Gajah Mada (UGM), Universitas Andalas (Unand), Universitas Cendrawasih (Uncen),
dan Universitas Udayana (Unud).Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa, secara umum
dapat dikatakan antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dari segi
keragaman fisiknya, masyarakatnya, dan kebudayaannya, namun demikian, di
beberapa tempat, negara, dan universitas, antropologi sebagai ilmu mempunyai
penekanan-penekanan tertentu sesuai dengan karakteristik antropologi itu sendiri dan
perkembangan masyarakat di tempat, negara, dan universitas tersebut. Seperti yang
pernah diungkapkan Koentjaraningrat bahwa ruang lingkup dan dasar antropologi
belum mencapai kemantapan dan bentuk umum yang seragam di semua pusat ilmiah
di dunia. Menurutnya, cara terbaik untuk mencapai pengertian akan hal itu adalah
dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menjadi pangkal dari antropologi, dan bagaimana
garis besar proses perkembangan yang mengintegrasikan ilmu-ilmu pangkal tadi, serta
mempelajari bagaimana penerapannya di beberapa negara yang berbeda.

5
BAB 2

ANTROPOLOGI:OTOLOGI,EPISTIMOLOGI,AKSIOLOGI

Keberadaan landasan ontologi, epistemologi, dan aksiologi tidak bisa dilepaskan dari ilmu.
Ontologi itu sendiri membahas tentang apa yang ingin diketahui mengenai teori tentang
keberadaan. Kemudian epistemologi membahas mengenai bagaimana proses memperoleh
pengetahuan. Dan aksiologi membahas mengenai nilai yang berkaitan dengan kegunaan atau
manfaat dari pengetahuan yang diperoleh. Dengan membahas ketiga unsur ini manusia akan
mengerti apa hakikat ilmu itu.
1.Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata: ontos yang memiliki
arti ada atau keberadaan dan logos yang berarti studi atau ilmu tentang. Jadi secara
sederhana, ontologi berarti ilmu atau studi tentang keberadaan atau ada. Di dalam ilmu
ontologi terdapat beberapa aliran, beberapa aliran ontologi terkenal yang berupaya
menjelaskan hakikat realitas antara lain: monisme, dualisme, pluralisme, materialisme,
idealisme, nihilisme, dan agnotisisme. Ontologi juga berbicara tentang realitas
supranatural, yaitu aliran mistisisme.
Ontologi berasal dari kata "Onthos" yang berarti berada dan "Logos" berarti ilmu. Jadi
bisa disimpulkan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu
yang ada sehingga sesuatu tersebut bisa dipercaya masyarakat.
Aspek Ilmu pengetahuan dalam hal ini ditentukan oleh metodis, sistematis (saling
berkaitan), dan rasional (berdasarkan fakta). Seperti Benda mati, Benda hidup, manusi
individu, dan lain sebagainya.

Epistemologi berdasarkan akar katanya episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang
sistematis, teori). Secara terminologi, epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan
tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan. Epistemologi adalah suatu disiplin ilmu
yang bersifat evaluative, normative, dan kritis. Evaluatif berguna untuk menilai,
normatif berarti menentukan norma atau tolok ukur bagi kebenaran suatu pengetahuan,
dan kritis berarti banyak mempertanyakan dan melakukan penalaran hasil kegiatan
manusia.
Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti layak
atau pantas dan logos yang memiliki arti ilmu. Secara sederhana, aksiologi mempelajari
tentang manfaat atau nilai-nilai yang kita peroleh dari sebuah ilmu pengetahuan.
Dari pengertian beberapa kajian filsafat di atas, kita dapat mengetahui bahwa ketiga
cabang ilmu ini dapat saling melengkapi. Jika ontologi mempelajari hakikat keberadaan
sesuatu yang ingin diketahui, maka epistemologi mempelajari bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan tentang hal yang ingin diketahui tersebut. Dan kemudian,
aksiologi akan menjelaskan tentang manfaat dari pengetahuan yang diperoleh tersebut.

2.Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Kehidupan Sehari-hari


Contoh ontologi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya yaitu ontologi rumah. Pada
zaman sekarang, banyak sekali model dan bentuk dari rumah semisal rumah susun dan
apartemen yang dimana bentuk rumah tersebut tidak ada pada zaman dahulu. Menurut
Plato, realitasnya adalah ide atau gambaran yang membuat kita selalu mengenali tentang

6
rumah. Meskipun kini banyak model dan bentuk rumah, namun ide tentang rumah ini
yang membuat kita tetap mengenali bahwa yang kita lihat adalah rumah.
Selanjutnya adalah contoh epistemologi, jika tadi kita membahas mengenai rumah,
maka pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu tersebut
disebut sebagai rumah. Pada awalnya, kita akan mengetahui keberadaan pengetahuan
mengenai rumah melalui panca indera yang kita miliki. Kemudian selanjutnya informasi
yang kita dapatkan melalui panca indera akan dianalisa oleh akal yang kita miliki. Akal
yang akan mengklasifikasikan segala informasi yang kita terima menjadi sebuah ilmu
pengetahuan tentang rumah.
Kemudian bagaimana contoh dari aksiologi dalam kehidupan sehari-hari? Aksiologi
sendiri membahas tentang manfaat dari ilmu pengetahuan yang kita dapatkan, ranah dari
aksiologi ini adalah etika dan estetika. Apabila kita membahas tentang ilmu
pengetahuan mengenai rumah, maka dengan aksiologi kita dapat mengetahui apakah
rumah memberi manfaat untuk kehidupan kita. Misalnya denan kita bisa mengetahui
bahwa sesuatu itu adalah rumah, kia bisa dengan mudah untuk menentukan dimana kita
akan tinggal, tempat seperti apa yang nyaman dan kita bisa mengenali bahwa rumah itu
adalah hal yang penting untuk kehidupan sehari-hari. Itulah contoh dari ontologi,
epistemologi, dan aksiologi dalam kehidupan sehari-hari.

7
BAB 3

SEJARAH ANTROPOLOGI

A.Perkembangan Antropologi

Perkembangan Antropologi – Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan
kini, di mana didalamnya manusia digambarkan melalui pengetahuan ilmu sosial dan
ilmu alam. Antropologi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu anthropos yang berarti
manusia dan logos yang berarti ilmu.

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Antropologi.

1. Fase Pertama (Sebelum 1800)

Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua Asia, Afrika,
Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat selam kurang lebih
4 abad.

Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta,
kaum nasrani, maupun para pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-
buku kisah perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari
bangsa-bangsa yang mereka kunjungi. Deskripsi tersebut berupa adat istiadat,
susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut
sebagai “etnografi” (dari kata etnos berarti bahasa.

2. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19)

Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius
beerapa karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia
pada berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut
mentangkut masyarakat yang dianggap “primitiv” yang tingkat evolusinya sangat
lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar
1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang
mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam
berbagai tingkat evolusi.

3. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)

Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil
memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial
tersebut, ilmu Antropologi menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme.

Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non Eropa
ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks
bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman mengenai masyarakat yang tidak

8
kompleks, maka hal itu akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang
kompleks.

4. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)

Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik.
Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-metode
ilmiahnya. Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin
berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak memperoleh
pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) setelahPerang Dunia II.

Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan. Oleh


karena itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah
beralih dari suku-suku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk pedesaan,
termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademik
perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan symposium internasional
pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup antropologi oleh para
ahli dari Amerika dan Eropa.

B.Lahirnya Ilmu Antropologi

Antropologi adalah suatu ilmu sosial yang pemaparannya mengenai sejarah


pembentukan antropologi tetap penting dibicarakan. Kebanyakan antropolog
sependapat bahwa antropologi muncul sebagai suatu cabang keilmuan yang jelas
batasannya pada sekitar pertengahan abad kesembilan belas, tatkala perhatian orang
pada evolusi manusia berkembang. Setiap antropolog dan ahli sejarah memiliki alas an
sendiri-sendiri untuk menetukan kapan antropologi dimulai. Dari sudut pandang
“sejarah gagasan”, tulisan-tulisan filsuf, dan peziarah Yunani, sejarawan Arab kuno,
peziarah Eropa kuno, maupun masa renaisans, dan filsuf, ahli hukum, ilmuwan
berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap pendorong bagi dibangunnya
tradisi antropologi.

Sebagai contoh, Alan Bernand (2000) berpendapat bahwa kelahiran antropologi


adalah ketika konsep “kontrak sosial” lahir, dan persepsi mengenai hakikat manusia,
masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan tumbuh dari konsep “kontrak sosial”
tersebut. Gagasan ini dalam beberapa hal adalah pelopor dalam teori evolusi.

Perdebatan pada abad ke 18 mengenai asal usul bahasa dan mengenai hubungan
antara manusia dengan apa yang kita sebut primate yang lebih tinggi juga relevan,
seperti halnya perdeatan pada abad ke 19 antara poligenis (keyakinan bahwa setiap
‘ras’ mempunyai asal usul terpisah) dan monogenis (keyakinan bahwa manusia
memiliki asal usul keturunan yang sama, dari adam atau dari makhluk yang disebut
dengan kera). Gagasan demikian itu tidak hanya penting sebagai fakta sejarah, tetapi
juga karena gagasan itu membentuk persepsi antropologi modern mengenai dirinya
sendiri.

9
C.Berkembangnya Ilmu Antropologi

Dalam arti tertentu, praktik antropologi dimulai begitu manusia mulai berfikir tentang
masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka, dan secara sadar memutuskan untuk
membandingan diri mereka sendiri dengan masyarakat-masyarakat lain yang
melakukan kontak dengan mereka.

Ahli sejarah Yunani, Herodotus (484-425 SM) menghabiskan bertahun-tahun untuk


melakukan perjalanan di Asia, Mesir dan Yunani, dan menuliskan gambaran terperinci
tentang pakaian, panen, etiket dan ritual dari orang-orang yang ia jumpai. Ibn Khaldun
(13326-1406) adalah seorang ahli politik dan sejarah yang tinggal beberapa tahun. Ia
menghasilkan karya ilmiah yang menakjubkan, karena mengelompokkan orang-orang
yang diamatinya menjadi dua kelompok masyarakat, yaitu suku Bedouin yang
dianggap liar, nomaden serta agresif, dan masyarakt kota yang menetap,
berpendidikan dan kadang-kadang korup, yang menggantungkan hidup mereka pada
pertanian lokal.

Antropologi mengemuka setelah melewati serangkaian perkembangan yang kompleks,


dan saat ini mencakup minat-minat dan bidang-bidang ilmu yang sangat beragam. Kita
akan meninjau beberapa diantaranya untuk memahami bagaimana antropologi sampai
saat pada perkembangannya saat ini.

Setidaknya sejak abad kelima belas, dengan dilengkapinya pe;ayaran-pelayaran besar


untuk menemukan dan menaklukan wilayah baru, muncul berbagai perdebatan tentang
sifat dan adat istiadat orang-orang biadab yang digambarkan oleh orang pelaut dan
pedagang. Di akhir abad keenam belas sastrawan Perancis, Michael De Montaigne
(1533-1529), memadukan pengetahuannya tentang karya-karya penulis klasik seperti
Xenophon, Lucretius dan virgil dengan penjelajahan-penjelajahan dunia baru.

Selama zaman pertengahan, makhluk didunia dikelompokkan kedalam beberapa ordo


yang statis, diciptakan oleh tuhan yang disebut rantai kehidupan (chain of being). Pada
abad ketujuh belas dan delapan belas ‘Rantai’ tersebut kerat teramati dalam kondisi-
kondisi yang lebih dinamis. Dengan demikian, kebudayaan dapat dianggap sebagai
kemajuan, dengan masyarakat eropa sebagai titik puncak perkembangan, baik secara
moral maupun cultural.

Antropologi menjadi sebuah subjek akademis yang berdiri sendiri pada abad
kesembilan belas, sebagian besar memusatkan perhatian pada penelitian sifat-sifat
fisik, bahasa dan budaya masyarakat yang belum beradab. Sir Edward Tylor menjadi
dosen antropologi di Oxford pada tahun 1884, maka mulai disinilah antropologi
dikembangkan diberbagai Negara. Hampir disepanjang abad kesembilan belas, status
pasti antropologi mencakup segala hal, mulai dari mengukur bentuk dan ukuran kepala
sampai mengumpulkan artefak untuk mengisi museum-museum dikota-kota yang
kaitannya dengan sains, terutama zoology dan biologi.

Goerge Stocking, seorang ahli antropologi sejarah dari Amerika membedakan perilaku
banyak warga Inggris Victoria dengan masyarakat non Eropa, secara jelas gambaran
yang dimunculkan adalah gambaran seorang yang bukan saja terasing secara

10
geografis, tapi juga kebalikan dari gambaran ideal dari seorang pria Victoria; berkulit
putih, menarik bersih (sifat ini bisa dikatakan mendekati sifat saleh). Gagasan itu jelas
menggambarkan evolusi budaya, sebuah gagasan yang berhasil menjadi sebuah teori
dominan di abad kesembilan belas.

Gagasan ini didukung oleh hasil penelitian beberapa disiplin ilmu, bukti-bukti geologi
menunjukan bahwa bumi lebih tua daripada yang diungkapkan oleh injil, sementara
penemuan-penemuanarkeologi seperti peralatan yang ditemukan di tanah berlumpur
Denmark dianggap mendukungteori yang menyatakan bahwa umat manusia telah
melewati berturut-turut, zaman-zaman batu,perunggu,dan besi.

11
BAB 4

ANTROPOLOGI BUDAYA

A.ANTROPOLOGI BUDAYA
Antropologi budaya memfokuskan perhatianya kepada kebudayaan manusia ataupun
cara hidupnya dalam masyarakat. menurut Haviland (1999:12) cabang antropologi
budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi, antroplogi linguistic,
dan etnologi.
Antropologi budaya juga merupakan studi tentang praktik-praktik social, bentuk-bentuk
ekspresif, dan penggunaan bahasa, dimana makna diciptakan dan diujui sebelum digunakan
oleh masyarakat manusia
Biasanya, istilah antropologi budaya dikaitkan dengan tradisi riset dan penulisan
antropologi di Amerika. pada awal abad ke-20, Franz Boas (1940) mengajukan
tinjauan kirtisnya terhadap asumsi-asumsi antropologi evolusioner serta inflikasi yang
cendrung bersifat rasial. Dalam hal itu, boas menyoroti keberpihakan pada komparasi
dan generalisasi antropollgi tradisional ytang dinilainnya kurang tepat, selanjutnya ia
mengembangkan alitan baru yang sering disebut antropologi boas. dalam hal ini, boas
merumuskan konsep kebudayaan yang bersifat relative. plural dan holistic
saat ini, kajian antropologi budaya lebih menekankan pada empat aspek yang
tersusun.
a. Pertimbangan politik, di mana antropologi budaya sering terjebak oleh
kepentingan-kepentingan politik dan membiarkan dalam penulisannya masih terpaku
oleh metode-metode lama yang sudah terbukti kurang layak untuk menyusun sebuah
karya ilmiah, seperti yang dikeluhkan said dalam orientalisme (1970).
b. Menyangkut hubungan kebudayaan dengan kekuasaan. jika pada awalnya
bertumpuk pada asumsasumsi kepatuhan dan penguasaan masing-masing terhadap
kebudayaanya sedangkan pada masa kini dengan munculnya karya Bourdieu (1977)
dan Foucault (1977,1978) kian menekankan pengunaan taktis diskursus budaya yang
melayani kalangan tertentu di masyarakat.
c. Menyangkut bahasa dalam antropologi budaya, dimana terjadi pergeseran
makna kebudayaan dari homogenitas ke heterogenitas yang menekankan peran
bahasa sebagai sistem formal abstraksi-abstraksi kategori budaya.

d. Preferensi dan pemikiran individual dimana terjadi antara hubungan antara jati diri
dan emosi, sebab antara kepribadiyaan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang
erat.
cabang antropologi budaya ini dibagi-bagi menjadi tiga bagian yakni arkeologi,
antropologi linguistic dan etnologi.
a. Arkeologi
Arkeologi adalah cabang antropologi kebudayaan yang mempelajari benda-benda
peninggalan lama dengan maksud untuk menggambarkan serta menerangkan perilaku
manusia karena dalam peninggalan-peninggalannya lam itulah terpantul eksfresi
kebudayaannya.
b. Antropologi linguistic
Ernest Cassirer (1951 : 32) mengatakan bahwa manusia mahluk yan g paling mahir
dalam menggunakan simbol-simbol sehingga manusia disebut homo symbolicum
karena itulah manusia dapat berbahasa berbicara dan melakukan gerakan-gerakan
lainnya yang juga banyak dilakukan oleh makhluk-makhluk lain yang serupa dengan
manusia. tidak hanya mengenai cara orang berkomunikasi, tetapi juga tentang
bagaimana memahami dunia luar.

12
c. Etnologi
Pendekatan etnologi adalah etnografi, lebih memusatkan perhatiannya kepada
kebudayaan-kebudayaan zaman sekaranng, etnologi ini mirip dengan arkeologi,
bedanya dalam etnologi tentang keyakinan yang dialami dalam kehidupan
sekarangsedangkan arkeologi tentang kalampauan yang sangat klasik. benar
ungkapan Kluckhohn (1965) yang mengatakan bahwa ahli atnografi adalah ahli
arkeologi yang mengamati arkeologinya hidup-hidup. antopologi pada hakikatnya
mendokumentasikan kondisi manusia pada masa lampau dan masa kini.
perhatian utamanya adalah pada masyarakat-masyarakat eksotis, mas prasejarah,
bahasa tak tertulis, dan adat kebiasaan yang aneh. mereka yang masih berpradaban
rendah (savage) bukankah para bangsawan alam dan keberadaan hidup mereka tidak
juga firdausi (kapplan dan Manners, 1999:xiii).
selain antropologi fisik dan kebudayaan adalah antropologi ekonomi, antropologi medis,
antropologi medis,antropologi psikolog, dan antropologi social.
1. Antropologi Ekonomi
bidang ini merupakan cara manusia dalam memerintahkan dan mengekpresikan didri
melalui penggunaan barang dan jasa material (Gudeman, 2000: 295). khususnya
aliran mikro dan neoklasik . melalui pengkajian pendekatan neoklasik, walaupun
cakupnya begitu besar (makro) bahkan yang lebih unik lagi adalah aliran marxisme.
2. Antropologi Medis
Antropologi medis merupakan subdidiplin yang sekarang paling populis di Amerika
serikat, terutama yang berjasa dalam perkembangan disiplin ini adalah foster dan
Anderson yang menulis karyanya medical Anthropology [1978 (1986)], disusun oleh
McElroy dan Towsend dalam bukunya medical Antropology in Ecological Perspective
(19850.
3. Antropologi psikolog
Bidang ini merupakan wilayah antropologi yang mengkaji tentang hubunganya antara
individu dengan makna dan nilai dengan kebiasaan social dari system budaya yang
ada (White,2000:856). secara historis bidang antropologi psikologi tersebut lebih dekat
pada psikoanalisis daripada psikologi eksperimental.
4. Antropologi sosial
Bidang ini mulai dikembangkan oleh James George Frazer di Amerika Serikat pada
awal abad ke-20. penekanan pada antropologi social inggris bergerak menjadi suatu
studi komperatif masyarakat kontenporer(kuper, 2000:971). mereka bereksperimen
dengan suatu kisaran yang luas dari strategi penelitian yang bersifat komparatif,
historis dan etnografis.

13
BAB 5

KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS

KESIMPULAN

Antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari umat manusia (anthropos).


Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti manusia dan logos
berarti ilmu. Antropologi memandang manusia sebagai sesuatu yang kompleks dari
segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai
ilmu tentang manusia dan kebudayaannya. Antropologi mulai dikenal banyak orang
sebagai sebuah ilmu setelah diselenggarakannya simposium International Symposium
on Anthropologi pada tahun 1951, yang dihadiri oleh lebih dari 60 tokoh antropologi
dari negara-negara di kawasan Ero-Amerika dan Uni Soviet. Simposium ini
menghasilkan buku antropologi berjudul “Anthropology Today” yang di redaksi oleh
A.R. Kroeber (1953), “An Appraisal of Anthropology Today” yang di redaksi oleh S.
Tax, dkk. (1954), “Yearbook of Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr.
(1955), dan “Current Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1956).
Setelah simposium ini, di beberapa wilayah berkembang pemikiran-pemikiran
antropologi yang bersifat teoritis, sedangkan di wilayah yang lain antropologi
berkembang dalam tataran fungsi praktisnya. Dilihat dari perkembangannya, sejarah
antropologi dapat dibagi ke dalam 5 fase yaitu fase pertama bercirikan adanya bahan-
bahan deskripsi suku bangsa yang ditulis oleh para musafir, penjelajah dan pemerintah
jajahan. Fase kedua, sampai fase keempat merupakan kelanjutannya di mana
antropologi semakin berkembang baik mencangkup teori maupun metode kajiannya.
Fase ke lima merupakan tahap terbaru yang menunjukkan perkembangan antropologi
setelah tahun 1970-an. Menurut Kontjaraningrat, antropologi di Indonesia hampir tidak
terikat oleh tradisi antropologi manapun dan belum mempunyai tradisi yang kuat. Oleh
karena itu seleksi dan kombinasi dari beberapa unsur atau aliran dapat dipilih sesuai
dengan kebutuhan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Repository.ut.ac.id

https://www.kompasiana.com/uswawawa/5db5361f097f367e9159d402/objek-kajian-
dan-aliran-epistimologi
https://dedikayunk.wordpress.com/2014/11/19/pengertian-aksiologi-dan-aspek-aspek-
serta-isu-aksiologi/
https://sabdakhairuss.blogspot.com/2019/01/contoh-ontologi-epistemologi-dan-
aksiologi.html
https://www.kompasiana.com/tantydewi1754/5db370af0d823056427396e2/pengertian-
aksiologi-dan-aliran-alirannya-kelompok-4?page=all

lilandcloe.com

https://www.kompasiana.com/daishg/56fe814da123bd2d091a9db5/ruang-lingkup-
antropologi-dan-pentingnya-antropologi?page=4
https://www.kompasiana.com/ulvizakiyah6937/5e875ea871d6960c1f125e62/pengertia
n-ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-beserta-contohnya
https://www.academia.edu/11586120/Resume_dan_Kesimpulan_Tentang_Ontologi
https://irsadifarista.wordpress.com/filsafat/ontologi-pengetahuan/
http://erwindahapsari.blogspot.com/2012/06/pengertian-ontologi.html
https://guruppkn.com/contoh-kasus-ontologi
https://adalah.co.id/epistemologi/

15

Anda mungkin juga menyukai