3. SEJARAH ANTROPOLOGI
4. ANTROPOLOGI BUDAYA
Dosen Pengampuh
DISUSUN OLEH:
NIM : L1C020092
SEMESTER : I ( SATU )
UNIVERSITAS MATARAM
T.A.2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji sukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
instruktur mata kuliah Antropologi ini.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas perjuangan beliau menunjukkan alam yang gelap gulita menuju alam yang terang
benderang.
Terimakasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata kuliah Antropologi.
Besar harapan penulis tugas ini akan memberi manfaat di kemudian hari bagi penulis
sendiri ataupun orang lain.
NIM : L1C020092
ii
HALAMAN COVER.......................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
iii
BAB I
Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti "manusia" atau
"orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Dari definisi
inilah kita bisa menyimpulkan bahwa antropologi adalah studi ilmu yang membahas
tentang manusia dari segi keanekaragaman fisik, serta kebudayaannya baik itu tradisi,
cara berprilaku dan nilai moral. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti
manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang
secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang
menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu
sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi
sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada penduduk yang
merupakan masyarakat tunggal. Antropologi terbagi menjadi cabang-cabang besar,
yaitu Antropologi Fisik dan Antropologi Budaya, Archeologi prasejarah, Antropologi
Sosial dan Antropologi Physochologi. Seseorang antropolog mempunyai pandangan
yang luas, bersikap terbuka, dapat melihat, mendengar, meraba keadaan lingkungan
yang ada, serta cermat dalam bertindak. Antropolog juga memiliki paradigma dan cara
pandang yang unik, karena mereka harus mampu berbaur padu dengan segala
komunitas, golongan, kelompok dalam suatu masyarakat, lalu melihat lebih mendalam
serta mencoba untuk menangkap dan menjelaskan makna-makna yang ada dalam
kehidupan masyarakat tersebut.
1
serta kebudayaan yangdihasilkan. Dari definisi tersebut, dapat disusun
pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari
manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara
berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap
manusiayang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Jenis-jenis Antropologi
1. Antropologi Fisik
Antropologi fisik menurut Haviland ilmu yang memplajari manusia mnjadi objek
organisme biologis. Antropologi fisik lebih membahaspada manusia yang
didasarkan pada evaluasi serta menyelidiki manusia dengan berbagai variasi
biologis kedalam berbagai macam atau spesies. Analisis antropologi fisik
sendiri didapatkan dari fosil setta pengamatan kepada primata yang hidup pada
zaman dahulu. Antropologi fisik juga dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Paleontologi, Rasiologi, dan Somatologi. Paleoantropologi muncul untuk
menjawab persoalan tentang mengapa dan bagaimana terjadi
keanekaragaman evolusi manusia dari manusia purba hingga munculnya
manusia modern di muka bumi ini. Penyelidikan ini melihat keanekaragaman
manusia dalam kaitannya dengan waktu. Sedangkan pertanyaan bagaimana
munculnya warna kulit dan bentuk perawakan manusia dalam kaitannya
dengan ruang merupakan pertanyaan yang khas dalam rasiologi. Antropometri
menjadi salah satu bidang dalam antropologi ragawi yang berurusan tendang
cara pengkuran tubuh manusia dan perkembangan volume organ-organ tubuh,
seperti volume otak manusia, dalam kaitannya dengan waktu tertentu dalam
sejarah manusia.
2. Antropologi Budaya
Antropologi budaya adalah salah satu studi tentang praktek sosial, bentuk
ekspresif serta pemakaian bahasa. Persoalan yang menjadi fokus perhatian
dalam antropologi budaya ialah menjelaskan hubungan timbal balik antara
manusia (human) dan kebudayaan (culture) pada suatu masa dan ruang
tertentu. Dalam hal itu kebudayaan dipandang sebagai hasil kreasi manusia di
satu sisi dan kebudayaan merupakan satu-satunya sarana yang
memungkinkan manusia untuk dapat hidup di sisi lain. Manusia menciptakan
kebudayaan dengan menggunakan pikiran, yakni ide-ide atau gagasan yang
bekerja dalam kesadaran seseorang. Hasil-hasil kreasi atau ciptaan manusia
itu lazimnya terwujud secara sistemik dalam bentuk pranata-pranata
2
kebudayaan. Hasil-hasil kreasi atau ciptaan manusia itu lazimnya terwujud
secara sistemik dalam bentuk pranata-pranata kebudayaan. Pranata-pranata
itu umumnya melembaga menurut unsur-unsur kebudayaan yang dimiliki oleh
setiap kebudayaan manusia di manapun (universal). Unsur kebudayaan
universal itu meliputi tujuh sistem, antara lain, sistem bahasa,
organisasiorganisasi, sarana teknologi, ilmu pengetahuan, religi, kesenian,
termasuk mata pencaharian. Atropologi budaya merupakan ilmu yang juga
berfokus pada kebudayaan manusia. Dan berfokus pada cara hidup manusia
dalam bermasyarakat. Antropologi budaya mempunyai tiga bagian yaitu:
Arkeologi, Antropologi linguistik dan Etnologi.
Arkeologi
Arkeologi adalah cabang antropologi kebudayaan yang mempalajari
benda-benda peninggalan lama dengan maksud untuk menggambarkan
serta menerangkan perilaku manusia karena dalam peninggalan-
peninggalan lama itulah terlihat ekpresi kebudayaan.
Antropologi Lingustik
Ernest Cassirer (1951 : 32) mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang paling mahir dalam menggunakan simbol-simbol
sehingga manusia disebut homo symbolicum. Karena manusia dapat
berbahasa, berbicara dan melakuakan gerkan-gerakan lainnya yang
juga banyak dilakukan oleh makhluk-makhluk lain yang serupa dengan
manusia. Tetapi, hanya manusia yang dapat mengembangkan sistem
komunikasi lambang atau simbol yang begitu kompleks karena manusia
memiliki kemampuan bernalar. Disinilah antropologi liguistik berperan.
Antropologi liguistik merupakan deskripsi sesuatu bahasa (cara
membentuk kalimat atau mengubah kata kerja) maupun sejarah
bahasayang digunakan (perkembangan bahasa yang saling
mempengaruhi sepanjang waktu). Dari kedua pendekatan tersebut
menghasilkan informasi yang berharga, tidak hanya mengenai cara
orang berkomunikasi, tetapi juga tentang bagaimana memahami dunia
luar.
Etnologi
Pendekatan etnologi adalah etnografi, lebih memutuskan perhatiannya
pada kebudayaan-kebudayaan zaman sekarang, telaahnyapun terpusat
pada prilaku manusianya, sebagaimana yang dapat disaksikan
3
langsung, dialami, serta di diskusikan dangan pendukung
kebudayaannya. Dengan demikian, etnologi ini mirip dengan arkeologi,
bedanya dalam etnologi tentang apa yang dialami sekarang, sedangkan
arkeologi tentang kemampuanyang sangat klasik. Antropologi pada
hakikatnya memperlihatkan kondisi manusia pada masa lampau dan
masa kini. Perhatian utamanya adalah pada masyarakat-masyarakat
eksotis, masa prasejarah, bahasa tak tertulis, dan adat kebiasaan yang
aneh. Akan tetapi, itu semata-mata adalah cara natropolog
mrngungkapkan perhatian terhadap tempat-tempatsaat ini.
Sebagai suatu ilmu yang terus berubah, antropologi telah mempunyai cabang-
cabang yang berdiri sendiri sebagai suatu ilmu. Antropologi telah berkembang menjadi
tiga bidang ilmu, yaitu, Antropologi Fisik, Arkeologi, dan Antropologi Budaya. Masing-
masing bidang ini telah menjadi bidang ilmu yang mandiri sehingga seakan-akan
hubungan satu sama lain menjadi renggang. Sasaran akhir dari ketiga bidang ini
adalah memberikan gambaran tentang manusia sebagai pemangku kebudayaan
dalam kaitannya dalam ruang dan waktu sejarah peradaban manusia. Seorang ahli
antropologi fisik tidak berhenti pada taraf memberikan bentuk, ukuran dan jenis fisik
makhluk purba, akan tetapi hal-hal itu dijadikan dasar untuk memberikan penjelasan
tentang kebudayaan manusia pada masa tertentu. Demikian juga dengan ahli
arkeologi, baginya benda-benda purbakala merupakan jejak-jejak yang dapat dijadikan
untuk memerikan kebudayaan manusia yang dicerminkan oleh benda purbakala itu.
Untuk mempelajari manusia, makhluk yang paling mengherankan di antara makhluk
lain ini, maka muncul berbagai disiplin ilmu pengetahuan modern, seperti biologi,
psikologi, sosiologi, antropologi, dan ilmu-ilmu lainnya. Kita mempelajari psikologi
untuk mencapai untuk memperoleh gambaran tentang manusia sebagai makhluk
individu yang mentalitasnya diasumsikan tunduk pada suatu hukum universal,
misalnya hukum perkembangan jiwa. Sementara melalui sosiologi, kita akan mendapat
gambaran bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang hidup dengan menjalin
hubungan atau relasi sosial antara seseorang atau kelompok dengan orang atau
kelompok lain. Adanya hubungan sosial itu ditandai oleh kepekaan manusia terhadap
status dan peran sosial tertentu.
4
Ruang lingkup antropologi mencakup bidang-bidang yang luas yang bersifat
fisiologis (ragawi), sosial dan budaya adalah satu cabang dari etnologi yang berinduk
pada antropologi budaya. Dari uraian sepintas itu dapat kita lihat bahwa antropologi
sebagai ilmu tentang manusia menempati ketiga wilayah pembagian atau kategori
ilmu-ilmu empiris yang lazim berlaku dewasa ini, yakni antroplogi fisik dalam kategori
ilmu-ilmu alamiah (natural science), antropologi sosial dalam kategori ilmu-ilmu sosial
(social science), dan antropologi dalam kategori ilmu-ilmu budaya (humanities).
5
BAB II
2. Epistimologi
Epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau
kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Epistimologi adalah suatu ilmu
pengetahuan yang berusaha menjawab dengan pengetahuan, disertai dengan cara
manusia memperoleh dan menangkap serta jenis-jenis pengetahuan. Menurut
epistimologi pengetahuan manusia di peroleh dari hasil pemeriksaan dan penyelidikan
hingga di ketahui manusia. Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan.
a. Logika Material adalah usaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu
pemikiran di tinjau dari segi isinya. Lawannya adalah logika formal
6
(menyelidiki bentuk pemikiran yang masuk akal). Apabila logika formal
bersangkutan dengan bentuk-bentuk pemikiran, maka logika material
bersangkutan dengan isi pemikiran. Dengan kata lain, apabila logika formal
yang biasanya disebut istilah ’logika’ berusaha untuk menyelidiki dan
menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal, maka logika material
berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari
segi isinya. Maka dapat disimpulkan bahwa logika formal bersangkutan
dengan masalah kebenaran formal sering disebut keabsahan (jalan)
pemikiran. Sedangkan logika material bersangkutan dengan kebenaran
materiil yang sering juga disebut sebagai kebenaran autentik atau otentisitas
isi pemikiran.
b. Kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Ukuran yang
dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran
atau pengetahuan tertentu. Dengan demikian kriteriologia merupakan suatu
usaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan
berdasarkan ukuran tentang kebenaran.
c. Kritika Pengetahuan adalah pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara
mendalam, berusaha menentukan benar tidaknya suatu pikiran atau
pengetahuan manusia.
d. Gnoseologia (gnosis = keilahian, logos = ilmu pengetahuan) adalah ilmu
pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh
pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan, khususnya mengenahi
pengetahuan yang bersifat keilahian.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti
nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi menyangkut nilai-nilai berkualitas
atau tidak, dalam definisi lain Aksiologi merupakan suatu pendidikan yang di
emplementasikan serta untuk menguji dalam kepribadian anak. Pembahasan aksiologi
menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-
tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral
suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malah menimbulkan bencana. Dalam aksiologi ada dua penilaian yang umum
digunakan yaitu:
7
1. Etika adalah ilmu yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-
masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat
istiadat manusia. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku
manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku
yang penuh dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab terhadap diri
sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang
pencipta.
2. Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang
nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala
sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis
dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya
adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras
serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
8
BAB III
SEJARAH ANTROPOLOGI
Antropologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang berkembang sebagai dampak
penjajahan bangsa Eropa di seluruh dunia. Antropologi adalah salah satu cabang ilmu
sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suat etnis tertentu. Antropologi
muncul sebagai suatu cabang ilmu yang jelas batasannya. Pada sekitar abad ke-19
Antropologi muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri
fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang di Eropa.
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-
karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu.
masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam
9
jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa
sebagai bangsa-bangsa primitive yang tertinggal, dan menganggap Eropa
sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya.
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat
dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman
tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
10
Teori Antropologi
Antropologi semakin berkembang karena adanya teori-teori yang bermunculan
dan berkembang. Teori antropologi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Teori Evolusionisme Deterministik
Teori Evolusionisme Deterministik dapat dikatakan sebagai teori tertua di deretan
teori antropologi. Teori ini dikembangkan oleh Lewis Henry Morgan dan Edward
Burnet Tylor. Teori ini muncul dari anggapan adanya hukum universal yang
mengendalikan perkembangan semua kebudayaan manusia. Berdasarkan teori
ini setiap kebudayaan mengalami fase-fase atau evolusi.
Lewis Henry Morgan (1818-1881) menggambarkan proses evolusi masyarakat
dan kebudayaan dengan delapan tahap evolusi universal yang dituangkan dalam
karyanya dengan judul Ancient Society. Delapan tingkat evolusi tersebut adalah
zaman liar, zaman liar madya, zaman liar muda, zaman barbar tua, zaman barbar
madya, zaman barbar muda, zaman peradaban purba dan zaman peradaban
masa kini.
b. Teori Partikularisme
Teori partikularisme muncul setelah berakhirnya masa teori evolusionisme.
Pemikiran baru ini dipelopori oleh Franz Boas (1858-1942) yang menentang teori
evolusionisme. Teori ini disebut juga sebagai partikularisme historic. Boas tidak
setuju dengan teori evolusi tentang adanya hukum universal yang menguasai
kebudayaan. Boas berpendapat meskipun hanya satu unsur, kebudayaan tetap
harus dipelajari dalam konteks masyarakat di mana unsur tersebut berada. Teori
partikularisme berpandangan bahwa perkembangan tiap kebudayaan mempunyai
kekhasan sendiri-sendiri dan tidak dapat digeneralisasikan ke dalam aturan atau
hukum yang universal.
c. Teori Fungsionalisme
Teori fungsionalisme dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942).
Teori ini beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan adalah bagian-bagian
yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut berada. Pandangan
fungsionalis menekankan bahwa setiap pola perilaku, kepercayaan dan sikap
yang menjadi bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memiliki peran
mendasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.
11
BAB IV
ANTROPOLOGI BUDAYA
Konsep Kebudayaan
Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering dikaitkan dengan
Antropologi. Secara pasti, Antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk
menggunakan istilah ini. Seniman seperti penari atau pelukis dll juga memakai istilah
ini atau diasosiasikan dengan istilah ini, bahkan pemerintah juga mempunyai
departemen untuk ini. Konsep ini memang sangat sering digunakan oleh Antropologi
dan telah tersebar kemasyarakat luas bahwa Antropologi bekerja atau meneliti apa
12
yang sering disebut dengan kebudayaan. Seringnya istilah ini digunakan oleh
Antropologi dalam pekerjaan-pekerjaannya bukan berarti para ahli Antropolgi
mempunyai pengertian yang sama tentang istilah tersebut. Seorang Ahli Antropologi
yang mencoba mengumpulkan definisi yang pernah dibuat mengatakan ada sekitar
160 defenisi kebudayaan yang dibuat oleh para ahli Antropologi. Tetapi dari sekian
banyak definisi tersebut ada suatu persetujuan bersama diantara para ahli Antropologi
tentang arti dari istilah tersebut.
13
BAB V
14
DAFTAR PUSTAKA
“Referensi Antropologi 1”
https://sites.google.com/site/ardlin555555/referensi/antropologi/1
15
dalam-pengetahuan-filsafat/ di akses pada tanggal 18 oktober 2020, pukul 21:58
WITA
16