Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERPAJAKAN

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................................4

1.1.1 Latar belakang.............................................................................................................................4

1.2 Rumusan masalah :......................................................................................................................4

1.3 Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................................5

2.1 Pajak penghasilan pasal 21..........................................................................................................5

2.1.1 Pengertian..................................................................................................................................5

2.1.2 Pemotongan Pajak PPh Pasal 21................................................................................................5

2.1.3 Objek Pajak PPh Pasal 21..........................................................................................................7

2.1.4 Tarif pajak dan penerapannya....................................................................................................8


BAB I

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah :


1. Pengertian Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

2. Kebijakan Pajak Penghasilan PPh pasal 21

3. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21 atas penghasilan

4. Cara perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21 atas pembayaran uang pensiun

1.2 Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:


1. Mengetahui pengertian Pajak Penghasilan PPh pasal 21,

2. Menjelaskan kebijakan Pajak Penghasilan PPh pasal 21,

3. Menjelaskan Cara perhitungan Pajak Penghasilan PPh pasal 21 atas penghasilan dan
pembayaran uang pensiun
BAB II

1.3 Pajak penghasilan pasal 21

2.1.1 Pengertian
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

Adapun pengertian dari Pajak Penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan


adalah “ pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak”.
Yang dimaksud penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) Undang- Undang Nomor 36 Tahun
2008 :

Pajak Penghasilan, adalah “ setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”. Sedangkan yang dimaksud dengan

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
Subjek Pajak dalam negeri,sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 undang-undang pajak
penghasilan.

1.3.1 Pemotongan Pajak PPh Pasal 21


 Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan usaha, baik merupakan pusat
maupun cabang, perwakilan atau unit yang m mbayar gaji, upah, honorqrium,
tunjangan dan pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai.
 Bendahara/pemegang kas pemerintah, termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah
Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan
Kedutaan Besar Republik Indonesia di luqr negeri yang membayarkan gaji dan
pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatannya.

 Dana pensiun, badan penyelanggara jaminan sosial tenaga kerja dan badan-badan
lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

 Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha/ pekerjaan bebas serta badan yang
membayar honorarium.

 Penyelenggara kegaiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat


nasional dan internasional, perkumpulan yang membayar honorarium, hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
berkenaan dengan suatu kegiatan.

Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan
pemotongan PPh Pasal 21 yaitu :

1. Kantor perwakilan negara asing.

2. Organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan

3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekefjaan bebas
yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga/pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas

Wajib Pajak PPh Pasal 21

Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan :

1. Pegawai

2. Penerima uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, termasuk ahli
warisnya.

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan


pekerjaan, jasa atau kegiatan, antara lain :

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

c. Olahragawan

d. Agen iklan

e. Pengawas atau pengelola proyek

f. Petugas dinas asuransi

4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan


keikutsertaan dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :

a. Peserta perlombaan dalam segala bidang

b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja.

c. Peserta pendidikan, pelatihan dan magang

Tidak termasuk wajib pajak PPh pasal 21 :

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing, dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama mereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut,
serta Negara yang bersangkutan memerikan perlakuan timbale balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaiman dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)
huruf c Undang Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh menteri keuangan,
dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan
atau pekerjaan lain untuk memperoleh pengahasilan dari Indonesia.

2.1.3 Objek Pajak PPh Pasal 21


1. Penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang teratur
ataupun tidak.

2. Penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun
atau penghasilan sejenisnya.

3. Penghasilan berupa jasa produksi, bonus atau imbalan lainnya yang bersifat tidak
teratur yang diterima oleh mantan pegawai.

4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga lepas, berupa upah harian, upqh
mingguan, upah satuan, upah borongan ataupun upah yang diberikan bulanan.
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honor, komisi, fee, dan imbalan
sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan lainnya.

6. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka
waktu 2 tahun sejak pegawai berhenti bekerja.

7. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honor, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun
dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

8. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima tau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang
masih berstatus pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.

10. Penerimaan dalam bentuk natura/kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang dibelikan oleh :

a. WP yang dikenakan PPh yang bersifat final.

b. WP yang dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus.

2.1.4 Tarif pajak dan penerapannya


1. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas penghasilan kena pajak dari :

a. Pegawai tetap

PPh pasal 21 = (Penghasilan netto - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh (sebesar 28%)

= (Penghasilan bruto – Biaya jabatan – iuran pensiunan dan iuran


THT/JHT yang dibayar sendiri ) x Tarif Ps 17 UU PPh (sebesar
28%)

b. Penerima pensiun berkala yang dibayarkan secara bulanan

PPh pasal 21 = (penghasilan netto - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

= ( Penghasilan bruto- biaya pensiun - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

c. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayarkan secara bulanan
Jika penghasilannya yang dibayar secara bulanan yang diterima satu bulan
kalender telah melebihi Rp4.500.000 besarnya PPh.

PPh pasal 21 = ( Penghasilan bruto - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

2. Penghasilan yang diterima oleh pegawai tidak tetap berupa upah harian, upah mingguan,
upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian sepanjang penghasilan tidak
dibayarkan secara bulanan, tariff lapisan pertama pasal 17 UU PPh (5%) diterapkan atas :

i) Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp450.000,00 atau


ii) Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya dalam hal jumlah
penghasilan kumulatif dalam 1 bulan kalender telah melebihi Rp4.500.000,00.

Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp
10.200.000,00, PPh pasal 21 dihitung dengan menerapkan tariff pasal 17 UU PPh atas
jumlah penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan

3. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas jumlah kumulatif dari :

i) Penghasilan Kena Pajak sebesar jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP, yang
diterima bukan pegawai (selain tenaga ahli) yang memenuhi ketentuan :
 Yang bersangkutan telah mempunyai NPWP
 Hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan pemotongan PPh
pasal 21
 Tidak memperoleh penghasilan lainnya

PPh pasal 21 = (penghasilan bruto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

Apabila tidak memenuhi syarat diatas maka yang dijadikan dasar adalah jumlah
penghasilan bruto

PPh pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh

ii) 50% dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas, seperti Pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,
notaris, penilai, dan aktuaris.

PPh Pasal 21 = (50% x penghasilan bruto ) x Tarif Ps 17 UU PPh

iii) Jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur

PPh pasal 21 = Penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh

iv) Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi


PPh pasal 21 = Penghasilan bruto x Tarif Ps 17 UU PPh
v) Jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dan pensiun oles peserta program pensiun
yang masih berstatus sebagai pegawai

PPh pasal 21 = Penghasilan bruto x Tarif Ps 17 UU PPh

4. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas jumlah penghasilan bruto :

a) Untuk setiap pembayaran imbalan kepada bukan pegawai yang tidak bersifat
berkesinambungan
b) Untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuhdan tidak dipecah, yang diterima oleh
peserta kegiatan.

5. Tarif PPh pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun yang menjadi
beban APBN atau APBD adalah sebagi berikut :

a) Sebesar 0% dari pengahsilan bruto PNS Golongan 1 dan Golongan 2, Anggota TNI
dan Anggota POLRI Golongan pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya.
b) Sebesar 5% dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan 3, Anggota TNI dan Anggota
POLRI Golongan pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya.
c) Sebesar 15% dari penghasilan bruto bagi Pejabat Negara, PNS Golongan 4, Anggota
TNI dan Anggpta POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan PErwira Tinggi,
dan Pensiunannya

A. Kebijakan pajak penghasilan pasal 21 :

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun
2007.

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah


diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000


sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo
Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara
Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan
Penundaan Pembayaran Pajak.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian


Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta
Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah


dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal
21/26.

6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.011/2012 tentang


Penyesuaian Besarnya Penghasilan Kena Pajak.

7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata
Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

B. Biaya jabatan dan biaya pensiun

 Besarnya biaya jabatan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk perhitungan
pemotongan PPh bagi pegawai tetap (5% dari penghasilan bruto), setinggi-tingginya
Rp6.000.000 setahun atau Rp500.000/bulan.

 Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
perhitungan pemotongan PPh bagi pensiun (5% dari penghasilan bruto), setinggi-
tingginya Rp2.400.000 setahun atau Rp200.000/bulan

B. Cara menghitung PPh pasal 21 :


Untuk pegawai tetap atas penghasilan teratur dengan gaji bulanan

PPh pasal 21 : ( Penghasilan netto - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

( Penghasilan bruto - biaya jabatan - iuran pensiun dan iuran THT/JHT yg


dibayar sendiri - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

Contoh soal :

Bambang Eko pegawai pada

C. Cara menghitung uang pensiun yang dibayarkan secara berkala/ bulanan

PPh pasal 21 : penghasilan bruto x tarif Ps 17 UU PPh

Contoh soal :

Hari Irawan, berstatus kawin dengan 2 orang anak yang masih menjadi tanggungan, bekerja
sebagai pegawai tetap pada PT Nusa Indah Gemilang dengan gaji per bulan sebesar
Rp13.000.000. Hari Irawan setiap bulan membayar iuran pensiun sebesar Rp250.000 ke Dana
Pensiun Artha Mandiri yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan
ketentuan yang berlaku di PT Nusa Indah Gemilang terhitung mulai 1 Juli 2016 Hari Irawan
akan memasuki masa pensiun.

Anda mungkin juga menyukai