200070600111016
KASUS
CANCER_2020
Echokardiografi: pola penurunan fraksi ejeksi berlanjut (mencapai EF 55%) dibanding awal terapi kemoterapi doublet AC (EF 70%).
Avira Hajar Sawitri
200070600111016
Temperatur C 36.7
Heart rate (HR, nadi) Per menit 80
Respiration rate Per menit 18
SaO2 Arteri >90%, vena 65-75% 98
Tekanan darah mm Hg 135/75
Aspartate aminotransferase (AST) <37 U/L 27
Alanine aminotransferase (ALT) <41 U/L 38
Total bilirubin <1,0 mg/dL 0,5
γ-Glutamyl transferase (GGT) 5–61 U/L 10
Alkaline phosphatase (ALP) 35–129 U/L 50
Albumin 3,5–5,0 g/dL 4
Hb 14–18 g/dL (laki) 12–16 g/dL (perempuan) 11
Hematokrit 42%–50% (laki) 36%–45% (perempuan) 27,6
Mean corpuscular volume (MCV) 78–100 μm 85
Leucocytes 5-10 ribu/μL 8
Neutrofil 50-75% 50
Bands % 20
Platelet count 150–450 ribu/mm3 125
Ureum 10-50 20
Creatinine 0,80–1,20 mg/dL 0,8
Urea nitrogen (BUN) 6–20 mg/dL 6
Na 135-145 mmol/L 138
K 3,5-5,3 mmol/L 4
Cl 95-105 mmol/L 100
NT-proBNP < 300 ng/L 1409
BNP < 100 ng/L 277
CEA <5 8.7
yang positif adalah pemberian terapi antihormonal. Namun pada pasien ini, metastasis
yang terjadi luas dan melibatkan organ-organ penting sehingga kemoterapi dipilih sebagai
terapi adjuvant.
B. KELUHAN
a) Pusing dan agak lelah → karena terjadi penurunan hematokrit yang menyebabkan
pasien menjadi anemia sehingga memungkin muncul gejala seperti mudah lelah, pusing,
sakit kepala, dan kulit tampak pucat. Menurunnya hematokrit dapat disebabkan karena
penggunaan obat kemoterapi dapat menghentikan sumsum tulang memproduksi cukup
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Mielosupresi adalah efek merugikan
dari senyawa toksik terhadap organ pembentuk darah. Obat-obatan anti kanker seperti
doksorubisin, karboplatin, sisplatin, lenalidomid, talidomid dan vinkristin dikenal luas
dapat menyebabkan mielotoksisitas.Kondisi anemia pada pasien juga dapat disebabkan
oleh oleh inflamasi kronis yang dsiebabkan oleh kondisi kanker pasien, anemia
disebabkan oleh hormon sitokin IL-6 yang dilepaskan ketika inflamasi berkepanjangan,
anemia ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kanker lanjut (Maddedu et al,
2018).
b) Echokardiografi: pola penurunan fraksi ejeksi berlanjut (mencapai EF 55%) dibanding
awal terapi kemoterapi doublet AC (EF 70%). Hal ini dikarenakan efek kardiotoksisitas
dari penggunaan obat-obat kemoterapi seperti golongan antrasiklin (doxorubicin).
Daugaard, dkk meneliti fraksi ejeksi ventrikel kiri pada pasien yang menerima
kemoterapi golongan antrasiklin, dari 48 pasien yang diperiksa, 19% pasien
menunjukkan penurunan fraksi ejeksi ventrikel. Pada penelitian tersebut, didapatkan
hasil pemeriksaan ekokardiografi pada pasien kemoterapi doksorubisin sebelum
kemoterapi dengan rerata nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri/left ventricle ejection fraction
(LVEF) yang sama yakni 72% (SB 6%). Sedangkan, penurunan rerata nilai LVEF sesudah
1-3 bulan kemoterapi yaitu 71% (SB 8%) dengan penurunan LVEF sebesar 1%, serta
penurunan rerata nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri setelah 3,5 tahun kemoterapi selesai
yakni 56% (SB 8%) dengan penurunan LVEF sebesar 16%. Kardiotiksisitas akibat
doksorubisin juga ditunjukkan pada pemeriksaan NTproANP dan BNP yang meningkat.
c) Hasil USG dan ST-Scan menunjukkan perbaikan metastase pada hati dan tulang
acetabulum → kemoterapi adjuvan dapat mengendalikan lesi subklinis, sisa lokal atau
yang lebih sering ditemukan adalah mikrometastasis, hal ini dikarenakan sistemik
metatase hanya diatasi oleh pengobatan sistemik. Dalam upaya memperbaiki local
kontrol dan membasmi mikrometastase dilaksanakan terapi kombinasi kemoterapi.
Sehingga terjadi perbaikan pada metastase pada hati dan tulang setelah menjalani 4
siklus kemoterapi.
d) Kelelahan pada pasien kemungkinan besar disebabkan oleh karena anemia yang sedang
dialami, entah diinduksi oleh kemoterapi maupun kondisi kronis dari kanker. Untuk
kondisi pasien, dengan nilai HB 11g/dL, diperlukan evaluasi dari anemia sebelum
pelaksanaan terapi untuk melihat apakah ada sitopeni pada pasien dan apabila ada risk
factor yang bisa dikurangi dalam kondisi pasien sebelum inisiasi pengobatan (NCCN,
2020). Untuk kondisi kelelahan pasien, juga diperlukan assessment/ screening
menghitung keparahan kelelahan, kemudian menghilangkan faktor penyebab (anemia),
kemudian melakukan edukasi, konseling, dan manajemen kelelahan.
Avira Hajar Sawitri
200070600111016
e) Stress. Pasien kemungkinan mengalami distress yang sering terjadi pada pasien dengan
kanker melalui banyak faktor, dapat disarankan penggunaan NCCN distress
thermometer untuk mengetahui keparahan distress yang terjadi pada pasien secara
lebih lanjut. Diperlukan assessment dari risk factor distress pasien, seperti riwayat
adanya kelainan mental maupun trauma pada pasien. Pada kondisi pasien diperlukan
evaluasi lebih lanjut dari kondisi stress pasien sebelum dapat memberikan terapi
farmakologis, namun intervensi yang dapat dilakukan mencakup memvalidasi distress
pada pasien, memperjelas kembali diagnosa, opsi dari pengobatan dan efek samping,
memastikan pasien sepenuhnya memahami, kemudian mengedukasi transisi-transisi
yang mungkin meningkatkan distress. Intervensi-intervensi yang dilakukan dimonitoring
secara berkala untuk tindakan lebih lanjut.
D. TERAPI OBAT
Pada kasus pasien Ca mammae ER/PR +, HER2 -, dan metastase ke 4 organ, yaitu
hati, paru, tulang (acetabulum), dan ovarium bilateral. Sehingga berdasarkan guideline
NCCN (2020) pasien diberi terapi adjuvant chemotherapy diikuti dengan endocrine
therapy.
a) Kemoterapi Paclitaxel 80 mg/m2/minggu dan Zolendronic acid 4 mg/bulan (4 siklus)
Avira Hajar Sawitri
200070600111016
2. Lengkapi/isikan pada kolom rencana terapi obat (Tabel Profil pengobatan pasien), apa saja
yang sebaiknya ditambahkan untuk terapi pasien pada hari pertama, dan seterusnya, dan tandai
dengan “√” pada kolom tanggal kapan akan diberikan. Lengkapi dengan regimen dosis (misalnya
berapa mg berapa kali sehari, jika perhitungan dosis menggunakan luas permukaan maka hitung dan
tulis berapa mg atau berapa mL yang akan diinjeksikan dalam waktu berapa menit jika infus, ataukah
IV bolus atau per oral, jika ada beberapa injeksi maka mana terlebih dahulu, atau Sprn). BSA px 1,57
1 NS IV √ √ √ √
.
3 Docetaxel 117,75 mg √
dalam 250
mL NaCl
0,9% IV
infus
selama 60
menit
4 Siklofosfam 942 mg √
. id dalam 100
mL NaCl
0,9% IV
infus
selama 30
menit
setelah
pemberian
diuresis
NaCl 0,9%
5 Denosumab 60 mg SC √
. tiap 6
bulan
6 Tamoxifen 20 mg PO √ √ √ √
.
7 Dexametas 12 mg PO √
. on 1x1 hari
Dexametha 8 mg PO √ √
sone 1x1
9 Ondansentr 16 mg PO √
. on 1x1
Avira Hajar Sawitri
200070600111016
1 Paracetamo 650 mg PO √ √ √
0 l setiap 4
. jam PRN
1 Ferrous 200 mg PO √ √ √ √
1 Sulfate setiap 12
. jam
3. Setelah pemberian terapi pada hari pertama, pasien masih dirawat inap, dan catatan
perkembangan menunjukkan keadaan umum pasien baik, masih mengeluh agak pusing, terasa mual,
serta stres. Tanda-tanda vital hari ke 2, 3 dan 4 sebagai berikut: suhu badan 36,4; 36,8 dan 36,5; RR
dan SaO2 stabil, sedangkan HR 78, 75 dan 68; dan tekanan darah 130/75; 135/75; dan 132/75. Hari
ke 4 biasanya pasien KRS (pulang/keluar dari rumah sakit). Berdasarkan hal tersebut buat rencana
terapi untuk pasien selama:
(1) dirawat inap,
Indika Nam Kekuata Be Cara pemberian (kapan, Monitoring
si a n nt bagaimana, berapa kali, dan tindak
obat sediaan uk durasi terapi) lanjut
se
di
aa
n
untuk
anemia pada
pasien
(kadar TSAT
dan Ferritin)
untuk
pemilihan
suplementas
i zat besi
yang tepat.
o D
f
r
a
k
t
u
r
t
u
l
a
n
g
e
s
t
r
o
g
e
n
m
u
a
l
d
a
n
m
u
n
t
a
h
m
u
Avira Hajar Sawitri
200070600111016
a
l
d
a
n
m
u
n
t
a
h
4. Apa tujuan terapi kanker pasien saat ini? Apakah menurut anda terapi kanker yang diberikan
telah berhasil? Bagaimana anda menilainya?
Jawaban:
Tujuan terapi kanker pasien saat ini (Stadium IV) adalah tujuan paliatif dan simtomatik, yaitu
meringankan gejala kanker dan mencegah perluasan metastase sel kanker untuk memperbaiki
keadaan umum pasien dan memperpanjang survival.
Goal therapy lain mencakup supportive care yang dijalankan secara efektif dan tepat guna
meningkatkan quality of life dari pasien. Pertama dengan manajemen stress yang terjadi pada
pasien, kemudian manajemen kelelahan pada pasien, dan kondisi anemia, serta possibly VTE
pada pasien.
Terapi kanker yang diberikan sebelumnya (sebelum kemoterapi siklus ke-5) sudah cukup
berhasil, dilihat dari hasil USG dan CT-scan yang menunjukkan adanya perbaikan metastase
pada hati dan tulang (acetabulum). Namun terapi tersebut masih menimbulkan efek samping
yang mempengaruhi kerja jantung (menurunkan fraksi ejeksi) yang cukup signifikan, sehingga
direkomendasikan perubahan regimen terapi kanker pada jadwal siklus ke-5.
Keberhasilan terapi pada siklus selanjutnya dievalusi dari segi kebermanfaatan dan efektivias
terapi secara rutin dengan melihat perbaikan keluhan/gejala pasien, data lab termasuk
Avira Hajar Sawitri
200070600111016
pemeriksaan darah, USG, dan CT-Scan terkait efek samping dan kondisi metastase. Evaluasi
respon terapi secara rutin dilaksanakan 2-3 bulan setelah terapi endokrin dan setelah 2-3
siklus kemoterapi (Kurniawan & Nugraha, 2018).
Berikut rekomendasi rencana follow-up terapi kanker:
5. Edukasi apa yang anda berikan kepada pasien mengenai terapi obat dan/atau masalah terkait
obat (DRP)nya.
A. Edukasi persiapan sebelum melakukan kemoterapi:
● Untuk mencegah efek mual yang berlebihan ketika kemoterapi, pasien disarankan
untuk mengonsumsi Dexamethasone 12 mg PO dan Ondansentron 16 mg PO 1 hari
sebelum dilaksanakannya kemoterapi
● Istirahat yang cukup sebelum memulai kemoterapi
B. Edukasi atau memberi informasi kepada pasien terkait rencana (tahapan pemberian
kemoterapi), serta menjelaskan efek apa saja yang mungkin akan timbul selama
kemoterapi
● Menjelaskan kepada pasien bahwa proses kemoterapi akan berlangsung cukup lama,
yaitu sekitar 3-4 jam
● Menjelaskan kepada pasien bahwa sebelum dilakukan kemoterapi, pasien akan
diberikan infus cepat NaCl 0.9% sebanyak 250-500 ml selama 1 jam sebagai diuresis
untuk menghindari efek nefrotoksik (gangguan fungsi ginjal) akibat obat kemoterapi,
serta menginformasikan bahwa pemberian infus NaCl tersebut mungkin akan
menimbulkan efek yang kurang nyaman seperti begah/penuh karena banyak cairan
yang masuk ke dalam tubuh dalam waktu singkat
Avira Hajar Sawitri
200070600111016
● Setelah 1 jam infus NaCl, pasien akan mulai diberikan obat kemoterapi pertama,
yaitu Docetaxel dalam 250 ml NaCl 0.9% melalui infus selama 1 jam. Sebelum terapi
pasien juga diberi informasi bahwa ada perubahan regimen terapi untuk kemoterapi,
yaitu penggantian Adriamicin (doxorubicin) menjadi Docetaxel karena pemberian
Adriamicin dapat menyebabkan gangguan pada fungsi jantung.
● Setelah itu pasien harus menunggu 1 jam untuk pemberian obat kemo selanjutnya.
Selama 1 jam tersebut pasien akan diberi infus NaCl 0.9% 250 ml kembali, agar tidak
terjadi akumulasi obat kemo di ginjal yang dapat menyebabkan gangguan pada
fungsi ginjal nantinya.
● Selanjutnya pasien akan mulai diberi obat kemoterapi ke-2, yaitu siklofosfamid
dalam 100 ml NaCl 0.9% yang diberikan selama 30 menit.
● Menginfokan kepada pasien bahwa kemoterapi tersebut akan dilakukan setiap 21
hari selama 4 siklus (4 kali), sehingga siklus kemoterapi tersebut akan selesai sekitar
2-3 bulan.
C. Edukasi terapi setelah kemoterapi
● Mengedukasi pasien tentang efek yang mungkin akan timbul setelah pemberian
kemoterapi, yaitu mual dan muntah, pusing
● Untuk mengurangi efek mual dan muntah setelah kemoterapi pasien dapat
mengonsumsi Dexamethasone 8 mg PO sehari 1 kali pada hari ke-2 dan ke-3 setelah
kemoterapi
● Untuk mengurangi nyeri atau pusing setelah kemoterapi pasien akan diberikan
Paracetamol 650 mg PO setiap 4 jam (prn), hanya diminum ketika merasa nyeri saja
● Mengingatkan pasien untuk ke faskes setiap 6 bulan sekali untuk menerima terapi
Denosumab SC untuk mencegah perluasan kanker di sel tulang dan mencegah
terjadinya fraktur tulang
● Pasien akan mendapatkan suplemen Kalsium/Vitamin D untuk mempertahankan
massa tulang dan mencegah fraktur akibat metastase kanker yang mencapai tulang
(acetabulum) dan efek samping dari obat-obat kemoterapi yang dapat menurunkan
massa tulang.
● Pasien akan diberikan suplemen zat besi untuk mengatasi anemia yang disebabkan
oleh efek samping dari obat-obat kemoterapi
D. Edukasi pasien dan keluarga terkait stress yang sedang dialami
a. Edukasi pasien untuk mengikuti support group dan konseling
b. Edukasi keluarga, pasangan pasien untuk memberikan support terhadap
kondisi stress yang sedang dialami oleh pasien
c. Merekomendasikan relaksasi, mindulness, dan meditasi, seni, seni tari, dan
musik
d. Edukasi keluarga dan pasangan untuk memberikan support secara spiritual
e. Merekomendasikan pasien untuk melakukan olahraga
E. Edukasi pasien dan keluarga terkait kelelahan yang dialami
a. Sebagai bagian dari terapi aktif pasien mempertimbangkan untuk inisiasi dan
melakukan aktivitas fisik dan olahraga
b. Mengajarkan kepada pasien untuk melakukan self-monitoring dari tingkat
kelelahan
c. Melakukan konservasi energi
Avira Hajar Sawitri
200070600111016
d. Merekomendasikan yoga
e. Merekomendasikan intervensi psikososial, seperti CBT (Cognitive Behavioral
Therapy
f. Konsultasi nutrisi
g. Menjelaskan kemungkinan kelelahan yang disebabkan oleh anemia.
F. Edukasi terapi penunjang/non-farmakologi
● Istarahat yang cukup
● Tidak mengangkut atau membawa beban yang berat serta tidak melakukan aktivitas
yang berat untuk mengurangi risiko fraktur tulang
● Disarankan untuk berolahraga ringan seperti berjalan di pagi hari untuk
mendapatkan sinar matahari pagi untuk kesehatan tulang
● Mengingatkan pasien untuk rutin melakukan pemeriksaan sesuai jadwal berikut:
6. Buat video edukasi anda untuk pasien, tidak lebih dari 7 menit, unggah di vlm2.
Catatan: semua isian kolom dan lajur dapat ditambah sesuai keperluan.
References
Aapro, M., Beguin, Y., Bokemeyer, C., Dicato, M., Gascón, P., Glaspy, J., Hofmann, A., Link, H.,
Littlewood, T., Ludwig, H., Österborg, A., Pronzato, P., Santini, V., Schrijvers, D., Stauder, R.,
Jordan, K., Herrstedt, J., & ESMO Guidelines Committee (2018). Management of anaemia and
iron deficiency in patients with cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines. Annals of oncology :
official journal of the European Society for Medical Oncology, 29(Suppl 4), iv96–iv110.
https://doi.org/10.1093/annonc/mdx758
Avira Hajar Sawitri
200070600111016
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Kanker Payudara. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kurniawan, A. dan Prayogo N. Tatalaksana Kanker Payudara Relaps. Indonesian Journal of Cancer.
2018, 6(2): 87-92.
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2020. Adult Cancer Pain. NCCN Clinical
Practice Guidelines in Oncology. NCCNFoundation.org
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2020. Breast Cancer Invasive. NCCN Clinical
Practice Guidelines in Oncology. NCCNFoundation.org
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2020. Distress Management (version 1 2021).
Retrieved from : https://www.nccn.org/professionals/physician_gls/pdf/distress.pdf
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2020. Cancer Related Fatigue (version 2, 2020).
Retrieved from : https://www.nccn.org/professionals/physician_gls/pdf/fatigue.pdf
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2020. Hematopoietic Growth Factors (version 2,
2020). Retrieved from :
https://www.nccn.org/professionals/physician_gls/pdf/growthfactors.pdf
Madeddu, C., Gramignano, G., Astara, G., Demontis, R., Sanna, E., Atzeni, V., & Macciò, A. (2018).
Pathogenesis and Treatment Options of Cancer Related Anemia: Perspective for a Targeted
Mechanism-Based Approach. Frontiers in physiology, 9, 1294.
https://doi.org/10.3389/fphys.2018.01294
U.S. Pharmacopeia. The United States Pharmacopeia, USP 30/The National Formulary, NF 25.
2007 Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention, Inc., p.2635