Anda di halaman 1dari 22

Avira Hajar Sawitri

200070600111016

KASUS
CANCER_2020

DOKUMEN FARMASI PASIEN


No. Rekam Medis:
Tgl. MRS: 5 Oktober 2020 Keluhan Utama: Akan menjalani kemoterapi siklus 5, merasa agak Alergi: Tidak ada
KRS: 8 Oktber 2020 lebih cepat lelah dibanding biasanya, pusing.
Merokok/Alkohol: Tidak
Initial Pasien: Ny. KS Obat Tradisional: Tidak
Diagnosis: Ca mammae kiri ER/PR + HER2-mucinous
Umur/BB/Tinggi: 35 thn/55 kg/160 cm adenocarcinoma, metastase ke hati, paru-paru, tulang(acetabulum), OTC: Tidak ada
Alamat: Jl. I ovarium bilateral.

Riwayat Sosial: wiraswasta Riwayat Penyakit: Ca mammae


Riwayat Obat: Kemoterapi paclitaxel 80 mg/m2/minggu zolendronic acid 4
mg/bulan (4 siklus), diganti goserelin – exesmestane dan denosumab (3
bulan), diganti lagi karena resistensi dan progresi kanker, menjadi
Adriamycin (doxorubicin)-cyclophosphamide tiap 3 minggu (telah 4 siklus)
plus denosumab tetap lanjut
Kepatuhan: Rajin pengobatan sesuai regimen
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Tanggal Problem / Kejadian / Tindakan Klinisi
5 Ny. KS merasa agak lebih cepat lelah dibanding biasanya dan pusing. Akan menjalani kemoterapi siklus ke-5.
Pemeriksaan lab untuk persiapan kemoterapi.
USG, CT-scan: perbaikan metastase pada hati dan acetabulum.
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

Echokardiografi: pola penurunan fraksi ejeksi berlanjut (mencapai EF 55%) dibanding awal terapi kemoterapi doublet AC (EF 70%).
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

DATA PEMERIKSAAN KLINIK PASIEN


Pemeriksaan Reference range Hari: 1 (5 okt)

Temperatur C 36.7
Heart rate (HR, nadi) Per menit 80
Respiration rate Per menit 18
SaO2 Arteri >90%, vena 65-75% 98
Tekanan darah mm Hg 135/75
Aspartate aminotransferase (AST) <37 U/L 27
Alanine aminotransferase (ALT) <41 U/L 38
Total bilirubin <1,0 mg/dL 0,5
γ-Glutamyl transferase (GGT) 5–61 U/L 10
Alkaline phosphatase (ALP) 35–129 U/L 50
Albumin 3,5–5,0 g/dL 4
Hb 14–18 g/dL (laki) 12–16 g/dL (perempuan) 11
Hematokrit 42%–50% (laki) 36%–45% (perempuan) 27,6
Mean corpuscular volume (MCV) 78–100 μm 85
Leucocytes 5-10 ribu/μL 8
Neutrofil 50-75% 50
Bands % 20
Platelet count 150–450 ribu/mm3 125
Ureum 10-50 20
Creatinine 0,80–1,20 mg/dL 0,8
Urea nitrogen (BUN) 6–20 mg/dL 6
Na 135-145 mmol/L 138
K 3,5-5,3 mmol/L 4
Cl 95-105 mmol/L 100
NT-proBNP < 300 ng/L 1409
BNP < 100 ng/L 277
CEA <5 8.7

1. Identifikasi masalah pasien (keluhan, penyakit, hasil lab, obat)


A. PENYAKIT
Ca mammae kiri ER/PR + HER2-mucinous adenocarcinoma, metastase ke hati, paru-paru,
tulang(acetabulum), ovarium bilateral. → Karsinoma musinosa merupakan varian dari
karsinoma payudara invasif yang menyumbang 2% di antaranya dan memiliki prognosis
yang lebih baik dibandingkan dengan karsinoma invasif non spesifik. Karsinoma payudara
musinus adalah varian dari karsinoma payudara yang ditandai dengan adanya produksi
musin yang banyak pada ekstraseluler dan atau intraseluler. Asal mula kanker payudara
musinosa multifaktorial dan melibatkan pola makan, faktor reproduksi dan hormon. Selain
itu riwayat keluarga yang positif juga merupakan salah satu faktor risiko terbesar kanker
payudara yang dikaitkan dengan gen abnormal seperti gen BRCA1 atau BRCA2. Pada usia
≥30 tahun atau 40 tahun keatas disebut masa pramenopause, pada masa ini hormon
estrogen dan progesteron tidak dapat dihasilkan dengan jumlah yang cukup sehingga
produksi hormon estrogen semakin meningkat dan hal inilah yang akan memicu untuk
terjadinya kanker. Lokasi paling sering terjadinya metastasis pada kanker payudara yaitu
paru dan pleura (15-20%), tulang (20-60%), hati (5-15%), otak ( 5-10%) dan metastasis
lokal/regional (20-40%). Sedangkan metastasis ovarium membentuk antara 15% dan 20%
tumor ovarium ganas dan kanker primer sebagian besar adalah adenokarsinoma yang
berasal dari berbagai tempat, seperti gastrointestinal (39%), payudara (28%) dan saluran
genitourinari (20%). Hasil pemeriksaan imunohistokimia (IHK) didapatkan hasil luminal A
positif pada ER/PR dan negatif pada HER-2. Pilihan utama terapi pada reseptor hormonal
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

yang positif adalah pemberian terapi antihormonal. Namun pada pasien ini, metastasis
yang terjadi luas dan melibatkan organ-organ penting sehingga kemoterapi dipilih sebagai
terapi adjuvant.

B. KELUHAN
a) Pusing dan agak lelah → karena terjadi penurunan hematokrit yang menyebabkan
pasien menjadi anemia sehingga memungkin muncul gejala seperti mudah lelah, pusing,
sakit kepala, dan kulit tampak pucat. Menurunnya hematokrit dapat disebabkan karena
penggunaan obat kemoterapi dapat menghentikan sumsum tulang memproduksi cukup
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Mielosupresi adalah efek merugikan
dari senyawa toksik terhadap organ pembentuk darah. Obat-obatan anti kanker seperti
doksorubisin, karboplatin, sisplatin, lenalidomid, talidomid dan vinkristin dikenal luas
dapat menyebabkan mielotoksisitas.Kondisi anemia pada pasien juga dapat disebabkan
oleh oleh inflamasi kronis yang dsiebabkan oleh kondisi kanker pasien, anemia
disebabkan oleh hormon sitokin IL-6 yang dilepaskan ketika inflamasi berkepanjangan,
anemia ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kanker lanjut (Maddedu et al,
2018).
b) Echokardiografi: pola penurunan fraksi ejeksi berlanjut (mencapai EF 55%) dibanding
awal terapi kemoterapi doublet AC (EF 70%). Hal ini dikarenakan efek kardiotoksisitas
dari penggunaan obat-obat kemoterapi seperti golongan antrasiklin (doxorubicin).
Daugaard, dkk meneliti fraksi ejeksi ventrikel kiri pada pasien yang menerima
kemoterapi golongan antrasiklin, dari 48 pasien yang diperiksa, 19% pasien
menunjukkan penurunan fraksi ejeksi ventrikel. Pada penelitian tersebut, didapatkan
hasil pemeriksaan ekokardiografi pada pasien kemoterapi doksorubisin sebelum
kemoterapi dengan rerata nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri/left ventricle ejection fraction
(LVEF) yang sama yakni 72% (SB 6%). Sedangkan, penurunan rerata nilai LVEF sesudah
1-3 bulan kemoterapi yaitu 71% (SB 8%) dengan penurunan LVEF sebesar 1%, serta
penurunan rerata nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri setelah 3,5 tahun kemoterapi selesai
yakni 56% (SB 8%) dengan penurunan LVEF sebesar 16%. Kardiotiksisitas akibat
doksorubisin juga ditunjukkan pada pemeriksaan NTproANP dan BNP yang meningkat.
c) Hasil USG dan ST-Scan menunjukkan perbaikan metastase pada hati dan tulang
acetabulum → kemoterapi adjuvan dapat mengendalikan lesi subklinis, sisa lokal atau
yang lebih sering ditemukan adalah mikrometastasis, hal ini dikarenakan sistemik
metatase hanya diatasi oleh pengobatan sistemik. Dalam upaya memperbaiki local
kontrol dan membasmi mikrometastase dilaksanakan terapi kombinasi kemoterapi.
Sehingga terjadi perbaikan pada metastase pada hati dan tulang setelah menjalani 4
siklus kemoterapi.
d) Kelelahan pada pasien kemungkinan besar disebabkan oleh karena anemia yang sedang
dialami, entah diinduksi oleh kemoterapi maupun kondisi kronis dari kanker. Untuk
kondisi pasien, dengan nilai HB 11g/dL, diperlukan evaluasi dari anemia sebelum
pelaksanaan terapi untuk melihat apakah ada sitopeni pada pasien dan apabila ada risk
factor yang bisa dikurangi dalam kondisi pasien sebelum inisiasi pengobatan (NCCN,
2020). Untuk kondisi kelelahan pasien, juga diperlukan assessment/ screening
menghitung keparahan kelelahan, kemudian menghilangkan faktor penyebab (anemia),
kemudian melakukan edukasi, konseling, dan manajemen kelelahan.
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

e) Stress. Pasien kemungkinan mengalami distress yang sering terjadi pada pasien dengan
kanker melalui banyak faktor, dapat disarankan penggunaan NCCN distress
thermometer untuk mengetahui keparahan distress yang terjadi pada pasien secara
lebih lanjut. Diperlukan assessment dari risk factor distress pasien, seperti riwayat
adanya kelainan mental maupun trauma pada pasien. Pada kondisi pasien diperlukan
evaluasi lebih lanjut dari kondisi stress pasien sebelum dapat memberikan terapi
farmakologis, namun intervensi yang dapat dilakukan mencakup memvalidasi distress
pada pasien, memperjelas kembali diagnosa, opsi dari pengobatan dan efek samping,
memastikan pasien sepenuhnya memahami, kemudian mengedukasi transisi-transisi
yang mungkin meningkatkan distress. Intervensi-intervensi yang dilakukan dimonitoring
secara berkala untuk tindakan lebih lanjut.

C. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


PEMERIKSAAN REFERENCE RANGE HARI: 1 (5 Okt) COMMENT

Temperatur °C 36.7 Normal

Heart rate (HR, nadi) Per menit 80 Normal

Respiration rate Per menit 18 Normal

SaO2 Arteri >90%, vena 98 Normal


65-75%

Tekanan darah mmHg 135/75 Tekanan darah pasien belum


cukup tinggi untuk disebut
sebagai stage 1 hipertensi,
hanya prehipertensi dimana
pemberian terapi tidak
memberikan efek signifikan,
kemungkinan pasien
mengalami white coat
hypertension, dimana pasien
merasa gugup akan memulai
kemoterapi.

Aspartate <37 U/L 27 Normal


aminotransferase
(AST)

Alanine <41 U/L 38 Normal


aminotransferase
(ALT)

Total bilirubin <1,0 mg/dL 0,5 Normal

γ-Glutamyl 5–61 U/L 10 Normal


transferase (GGT)
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

Alkaline 35–129 U/L 50 Normal


phosphatase (ALP)

Albumin 3,5–5,0 g/dL 4 Normal

Hb 14–18 g/dL (laki) 11 Pada pasien terjadi Cancer


12–16g/dL Related Anemia, biasanya
(perempuan) terjadi pada pasien dengan
kondisi kanker yang sudah
lanjut, pada pasien terjadi
anemia grade I (mild), yang
disebabkan oleh sitokin
proinflamasi, terutama IL-6
yang dilepaskan oleh sel imun
dan sel tumor, iL-6 mendukung
perubahan pada proliferasi
eritoid progenitor, produksi
eritropoietin (EPO), survival
dari eritrosit yang sirkulasi,
keseimbangan zat besi, status
redoks, dan metabolisme
energi, yang dapat
menyebabkan anemia,
ditandai oleh menurunnya
hemoglobin dan hematokrit,
pada pasien tidak diperlukan
koreksi hemoglobin, karena
masih dalam rentang mild, dan
goal Hb untuk CRA adalah 8-10
mg/dL, karena dapat
menyebabkan penurunan
survival pada pasien kanker
dengan anemia (Madeddu et
al, 2018). Kondisi lemas pasien
kemungkinan disebabkan oleh
kondisi anemia pasien. Untuk
koreksi anemia pasien,
diperlukan injeksi zat besi.
(Aapro et al, 2018)

Hematokrit 42%–50% (laki) 27,6 Pada pasien terjadi Cancer


36%–45% Related Anemia, terjadi
(perempuan) anemia grade I (mild), yang
disebabkan oleh sitokin
proinflamasi, terutama IL-6
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

yang dilepaskan oleh sel imun


dan sel tumor, iL-6 mendukung
perubahan pada proliferasi
eritoid progenitor, produksi
eritropoietin (EPO), survival
dari eritrosit yang sirkulasi,
keseimbangan zat besi, status
redoks, dan metabolisme
energi, yang dapat
menyebabkan anemia, yang
ditandai oleh menurunnya
hemoglobin dan hematorkrit
(Madeddu et al, 2018). Kondisi
lemas pasien kemungkinan
disebabkan oleh kondisi
anemia pasien. Untuk koreksi
anemia pasien, diperlukan
injeksi zat besi. (Aapro et al,
2018).

Mean corpuscular 78–100 μm 85 Normal


volume (MCV)

Leucocytes 5-10 ribu/μm 8 Normal

Neutrofil 50-75% 50 Normal

Bands % 20 Tinggi → menunjukkan adanya


infeksi yang serius. Bands
merupakan bentuk neutrophil
yang immature, yang
merupakan sel darah putih
yang sering diproduksi. Bands
yang tinggi “Bandemia”
menggambarkan terlalu
banyak sel darah putih yang
dilepas oleh sumsum tulang ke
aliran darah, sehingga
menunjukkan indikasi adanya
infeksi. Salah satu penyebab
bandemia adalah kanker
(seperti kondisi pasien)

Platelet count 150-450 ribu/mm3 125 Rendah → thrombocytopenia.


Seseorang dengan kanker
memungkinkan memiliki
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

tingkat platelet yang rendah


karena salah satu penyebab
terjadinya thrombocytopenia
adalah efek samping
kemoterapi. Salah satu gejala
thrombocytopenia yang
dialami pasien yaitu mudah
Lelah dan pusing

ureum 10-50 20 Normal

creatinin 0,80–1,20 mg/dL 0,8 Normal

Urea Nitrogen (BUN) 6–20 mg/dL 6 Normal

Na 135-145 mmol/L 138 Normal

K 3,5-5,3 mmol/L 4 Normal

Cl 95-105 mmol/L 100 Normal

NT-proBNP < 300 ng/L 1409 Tinggi → menunjukkan pasien


mengalami cardiotoxicity
akibat dari ES kemoterapi
golongan antrasiklin
(doxorubicin). NT-proBNP
adalah penanda kuantitatif
dari gagal jantung yang
dipengaruhi oleh sistolik dan
disfungsi diastolic ventrikel kiri

BNP < 100 ng/L 277 Tinggi → (NT-proBNP) dan B-


type natriuretic peptide (BNP)
secara luas digunakan sebagai
biomarker kondisi patofisiologi
pada jantung. menunjukkan
pasien mengalami
cardiotoxicity akibat dari ES
kemoterapi golongan
antrasiklin (doxorubicin).

CEA <5 8.7 Tinggi → CEA sebagai


pertanda/marker tumor untuk
kanker payudara. nilai CEA
digunakan untuk pemantauan
gejala pasien dan beban
kanker selama pengobatan
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

metastasis kanker payudara


dan penting untuk
menentukan apakah
pengobatan memberikan
manfaat dan pasien tidak
mengalami toksisitas dari
terapi yang tidak efektif.
Namun pada pasien nilai CEA
masih tinggi hal ini bisa
menunjukkan bahwa adanya
metastasis dan terapi tidak
efektif untuk kondisi pasien
saat ini

D. TERAPI OBAT

Pada kasus pasien Ca mammae ER/PR +, HER2 -, dan metastase ke 4 organ, yaitu
hati, paru, tulang (acetabulum), dan ovarium bilateral. Sehingga berdasarkan guideline
NCCN (2020) pasien diberi terapi adjuvant chemotherapy diikuti dengan endocrine
therapy.
a) Kemoterapi Paclitaxel 80 mg/m2/minggu dan Zolendronic acid 4 mg/bulan (4 siklus)
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

 Pemberian Paclitaxel 80 mg/m2/minggu disini sudah tepat sebagai adjuvant


chemotherapy. Paclitaxel merupakan golongan taxane dan direkomendasikan
sebagai first line therapy paada HER2 -.
 Pemberian Zolendronic acid di sini sudah tepat karena diketahui kanker telah
bermetastasis ke tulang. Berdasarkan NCCN ketika ada masalah pada tulang
dapat ditambahkan denosumab, zoledronic acid, atau pamidronate.
Pemberian terapi tersebut masih dilakukan sebanyak 4 siklus, seharusnya terapi
dilakukan hingga 6 siklus.
b) Goserelin-exemestane dan denosumab (3 bulan)
 Pemberian Gosereline-exemestane di sini diberikan untuk mengganti terapi
sebelumnya, yaitu Paclitaxel. Namun pemberiannya tidak adekuat sehiingga
terjadi resistensi dan terjadi progresi kanker. Selain itu, pemberian Gosereline
ternyata dapat menyebabkan gangguan pada jantung pasien.
 Pemberian Denosumab sudah tepat menggantikan Zolendronic acid, karena
zoledronic acid dapat menyebabkan anemia, sehingga penggunaan zoledronic
acid harus diganti dengan terapi lain (Denosumab) karena pasien mengalami
metastasis kanker hingga ke tulang.
c) Adriamycin (doxorubicin)-cyclophosphamide tiap 3 minggu (telah 4 siklus) +
Denosumab
 Pemberian Adriamycin-Cyclophosphamide sudah tepat diberikan sebagai
pengganti Gosereline-exemestan, karena terapi sebelumnya resisten dan tidak
adekuat lagi. Interval pemberian terapi sudah tepat setiap 3 minggu dan terapi
sudah lengkap dengan 4 siklus (regimen terapi berdasarkan penatalaksanaan
Kanker payudara menurut Kemenkes adalah Adriamicin 80 mg/m2, hari 1 dan
cyclophospamide 600 mg/m2, hari 1 dengan interval /3-4 minggu, 4 siklus)
 Pemberian denosumab sudah tepat sebagai terapi tambahan karena kanker
sudah bermestatasis ke tulang

2. Lengkapi/isikan pada kolom rencana terapi obat (Tabel Profil pengobatan pasien), apa saja
yang sebaiknya ditambahkan untuk terapi pasien pada hari pertama, dan seterusnya, dan tandai
dengan “√” pada kolom tanggal kapan akan diberikan. Lengkapi dengan regimen dosis (misalnya
berapa mg berapa kali sehari, jika perhitungan dosis menggunakan luas permukaan maka hitung dan
tulis berapa mg atau berapa mL yang akan diinjeksikan dalam waktu berapa menit jika infus, ataukah
IV bolus atau per oral, jika ada beberapa injeksi maka mana terlebih dahulu, atau Sprn). BSA px 1,57

Profil pengobatan pasien

. JENIS OBAT Regimen Tanggal Pemberian Obat (Mulai MRS)


(Merek Dosis
Dagang / 5 6 7 8
Generik)
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

1 NS IV √ √ √ √
.

2 NaCl 0,9% 250 ml IV √


infus
selama 60
menit
setelah
pemberian
Docetaxel

3 Docetaxel 117,75 mg √
dalam 250
mL NaCl
0,9% IV
infus
selama 60
menit

4 Siklofosfam 942 mg √
. id dalam 100
mL NaCl
0,9% IV
infus
selama 30
menit
setelah
pemberian
diuresis
NaCl 0,9%

5 Denosumab 60 mg SC √
. tiap 6
bulan

6 Tamoxifen 20 mg PO √ √ √ √
.

7 Dexametas 12 mg PO √
. on 1x1 hari

Dexametha 8 mg PO √ √
sone 1x1

9 Ondansentr 16 mg PO √
. on 1x1
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

1 Paracetamo 650 mg PO √ √ √
0 l setiap 4
. jam PRN

1 Ferrous 200 mg PO √ √ √ √
1 Sulfate setiap 12
. jam

3. Setelah pemberian terapi pada hari pertama, pasien masih dirawat inap, dan catatan
perkembangan menunjukkan keadaan umum pasien baik, masih mengeluh agak pusing, terasa mual,
serta stres. Tanda-tanda vital hari ke 2, 3 dan 4 sebagai berikut: suhu badan 36,4; 36,8 dan 36,5; RR
dan SaO2 stabil, sedangkan HR 78, 75 dan 68; dan tekanan darah 130/75; 135/75; dan 132/75. Hari
ke 4 biasanya pasien KRS (pulang/keluar dari rumah sakit). Berdasarkan hal tersebut buat rencana
terapi untuk pasien selama:
(1) dirawat inap,
Indika Nam Kekuata Be Cara pemberian (kapan, Monitoring
si a n nt bagaimana, berapa kali, dan tindak
obat sediaan uk durasi terapi) lanjut
se
di
aa
n

Pusing Parac 650 mg Ca Pemberian secara per oral Monitoring


( etam pl setiap 6 jam PRN (ketika tingkat nyeri
mild) ol et pusing atau nyeri saja). pasien.
Max: 4g/hari Apabila tidak
ada
perbaikan
dapat
diberikan
PCT secara
IV atau
NSAID

Mual Dexa 12 mg Ta Dexamethason 12 mg Monitoring


meth dan 8 bl diberikan 1 hari sebelum mual dan
ason mg et kemoterapi secara per muntah
oral sehari 1 kali pasien
Dexamethasone 8 mg
diberikan pada hari ke-2
dan ke-3 setelah
kemoterapi secara per
oral sehari 1 kali
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

Mual Onda 8 mg Ta Ondansentron diberikan Monitoring


nsent bl setiap 1 hari sebelum mual pasien
ron et kemoterapi secara per setelah
oral sehari 1 kali pemberian
ondansentro
n. Apabila
mual masih
berlanjut
dapat
ditambahka
n
Deksametas
on

Anemi Ferro 100-200 Ta Diberikan secara per oral Monitoring


a us mg bl 2x1 kadar Hb
sulfat et dalam
e rentang
normal (12-
16 mg/dL).
Apabila Hb
menurun
hingga
<10mg/dL
maka dapat
ditambahka
n ESA
(Eritropoieti
n
Stimulating
Agent). Jika
Hb < 8mg/dL
dapat
dilakukan
transfusi
darah hingga
Hb 8-10.
Meningat
kondisi
pasien
dengan HB
11, perlu
dilakukan
evaluasi
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

untuk
anemia pada
pasien
(kadar TSAT
dan Ferritin)
untuk
pemilihan
suplementas
i zat besi
yang tepat.

Kemot s 600mg/ IV - Dosis yang diberikan: - Monitoring


erapi i m2 600mg x 1,57 m2= 942 mg nilai CEA
k - siklofosfamid - Monitoring
l direkonstitusi menjadi 2% efek
o di dalam cairan dengan samping
f masing-masing volume: mual
o (USP, 2007) muntah.
s - Jika mual
f muntah
a dapat
m - untuk injeksi IV diberi
i langsung: dapat ondansentr
d dilarutkan di NaCl on 8 mg
steril 0,9% setiap 12
jam selama
1-2 hari
setelah
kemoterap
i +
deksameta
son 8mg
PO setiap
24 jam
selama 1-3
hari
setelah
kemoterap
i

Kemot D 75mg/m IV - Dosis yang diberikan monitoring


erapi o 2 75mg/m2 x 1,57 m2 efek
c = 117,75 mg samping
e - docetaxel diberikan anemia,
t melalui infus IV alopecia
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

a dalam glukosa 5% (kerontokan)


x atau NaCl 0,9% pada , mual
e konsentrasi tidak muntah
l melebihi 0,74 mg/ml jika mual
- infus normalnya muntah
lebih dari 1 jam dapat diberi
(martindale, 2009) ondansentro
n 8 mg
setiap 12
jam selama
1-2 hari
setelah
kemoterapi
+
deksametas
on 8mg PO
setiap 24
jam selama
1-3 hari
setelah
kemoterapi

(2) ketika pulang (KRS)


Indika Nam Kekuata Bentuk Cara pemberian Monitoring
si a n sediaa (kapan, bagaimana, dan tindak
obat sediaan n berapa kali, durasi lanjut
terapi)

M C 10 Tablet Pemberian secara -Monitoring


e a 00 per oral, 1x sehari kadar
n l m kalsium
g c g/ darah
u i 60 -Cek BMD
r u 0 secara
a m IU berkala
n /
g v
i i
t
r a
i m
s i
i n
k
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

o D

f
r
a
k
t
u
r

t
u
l
a
n
g

T T 20 Tablet - pemberian - Monitoring


e a m secara peroral, data lab
r m g 1x1 hari untuk
a o - terapi marker
p x dberikan kanker
i i selama 5 seperti CEA
f tahun - Monitoring
h e (Martindale efek
o n 2009) samping hot
r flashes
m (kemerahan)
o , perubahan
n menstruasi

e
s
t
r
o
g
e
n

(3) saat akan terapi lanjut siklus berikutnya (Pramedikasi).


Indika Nam Kekuata Bentuk Cara pemberian Monitoring
si a n sediaa (kapan, bagaimana, dan tindak
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

obat sediaan n berapa kali, durasi lanjut


terapi)

P Dexa 12 mg Tablet Diminum 1 hari Monitoring


r meth sebelum kemoterapi gejala mual
o ason secara per oral, dan muntah
f sebanyak 1x sehari
i
l
a
k
s
i
s

m
u
a
l

d
a
n

m
u
n
t
a
h

P Onda 16 mg Tablet Diminum 1 hari Monitoring


r nsetr sebelum kemoterapi gejala mual
o on secara per oral, dan muntah.
f sebanyak 1 x sehari
i
l
a
k
s
i
s

m
u
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

a
l

d
a
n

m
u
n
t
a
h

D NaCl 0,9 % 2 Diberikan melalui Monitoring


i 5 infus cepat selama kondisi
u 0 30 menit pasien,
r seperti rasa
e m begah atau
s l penuh
i akibat
s pemberian
NaCl dalam
volume
besar dalam
waktu
singkat.

4. Apa tujuan terapi kanker pasien saat ini? Apakah menurut anda terapi kanker yang diberikan
telah berhasil? Bagaimana anda menilainya?
Jawaban:
Tujuan terapi kanker pasien saat ini (Stadium IV) adalah tujuan paliatif dan simtomatik, yaitu
meringankan gejala kanker dan mencegah perluasan metastase sel kanker untuk memperbaiki
keadaan umum pasien dan memperpanjang survival.
Goal therapy lain mencakup supportive care yang dijalankan secara efektif dan tepat guna
meningkatkan quality of life dari pasien. Pertama dengan manajemen stress yang terjadi pada
pasien, kemudian manajemen kelelahan pada pasien, dan kondisi anemia, serta possibly VTE
pada pasien.
Terapi kanker yang diberikan sebelumnya (sebelum kemoterapi siklus ke-5) sudah cukup
berhasil, dilihat dari hasil USG dan CT-scan yang menunjukkan adanya perbaikan metastase
pada hati dan tulang (acetabulum). Namun terapi tersebut masih menimbulkan efek samping
yang mempengaruhi kerja jantung (menurunkan fraksi ejeksi) yang cukup signifikan, sehingga
direkomendasikan perubahan regimen terapi kanker pada jadwal siklus ke-5.
Keberhasilan terapi pada siklus selanjutnya dievalusi dari segi kebermanfaatan dan efektivias
terapi secara rutin dengan melihat perbaikan keluhan/gejala pasien, data lab termasuk
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

pemeriksaan darah, USG, dan CT-Scan terkait efek samping dan kondisi metastase. Evaluasi
respon terapi secara rutin dilaksanakan 2-3 bulan setelah terapi endokrin dan setelah 2-3
siklus kemoterapi (Kurniawan & Nugraha, 2018).
Berikut rekomendasi rencana follow-up terapi kanker:

(Sumber: Kemenkes RI, 2018)

5. Edukasi apa yang anda berikan kepada pasien mengenai terapi obat dan/atau masalah terkait
obat (DRP)nya.
A. Edukasi persiapan sebelum melakukan kemoterapi:
● Untuk mencegah efek mual yang berlebihan ketika kemoterapi, pasien disarankan
untuk mengonsumsi Dexamethasone 12 mg PO dan Ondansentron 16 mg PO 1 hari
sebelum dilaksanakannya kemoterapi
● Istirahat yang cukup sebelum memulai kemoterapi
B. Edukasi atau memberi informasi kepada pasien terkait rencana (tahapan pemberian
kemoterapi), serta menjelaskan efek apa saja yang mungkin akan timbul selama
kemoterapi
● Menjelaskan kepada pasien bahwa proses kemoterapi akan berlangsung cukup lama,
yaitu sekitar 3-4 jam
● Menjelaskan kepada pasien bahwa sebelum dilakukan kemoterapi, pasien akan
diberikan infus cepat NaCl 0.9% sebanyak 250-500 ml selama 1 jam sebagai diuresis
untuk menghindari efek nefrotoksik (gangguan fungsi ginjal) akibat obat kemoterapi,
serta menginformasikan bahwa pemberian infus NaCl tersebut mungkin akan
menimbulkan efek yang kurang nyaman seperti begah/penuh karena banyak cairan
yang masuk ke dalam tubuh dalam waktu singkat
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

● Setelah 1 jam infus NaCl, pasien akan mulai diberikan obat kemoterapi pertama,
yaitu Docetaxel dalam 250 ml NaCl 0.9% melalui infus selama 1 jam. Sebelum terapi
pasien juga diberi informasi bahwa ada perubahan regimen terapi untuk kemoterapi,
yaitu penggantian Adriamicin (doxorubicin) menjadi Docetaxel karena pemberian
Adriamicin dapat menyebabkan gangguan pada fungsi jantung.
● Setelah itu pasien harus menunggu 1 jam untuk pemberian obat kemo selanjutnya.
Selama 1 jam tersebut pasien akan diberi infus NaCl 0.9% 250 ml kembali, agar tidak
terjadi akumulasi obat kemo di ginjal yang dapat menyebabkan gangguan pada
fungsi ginjal nantinya.
● Selanjutnya pasien akan mulai diberi obat kemoterapi ke-2, yaitu siklofosfamid
dalam 100 ml NaCl 0.9% yang diberikan selama 30 menit.
● Menginfokan kepada pasien bahwa kemoterapi tersebut akan dilakukan setiap 21
hari selama 4 siklus (4 kali), sehingga siklus kemoterapi tersebut akan selesai sekitar
2-3 bulan.
C. Edukasi terapi setelah kemoterapi
● Mengedukasi pasien tentang efek yang mungkin akan timbul setelah pemberian
kemoterapi, yaitu mual dan muntah, pusing
● Untuk mengurangi efek mual dan muntah setelah kemoterapi pasien dapat
mengonsumsi Dexamethasone 8 mg PO sehari 1 kali pada hari ke-2 dan ke-3 setelah
kemoterapi
● Untuk mengurangi nyeri atau pusing setelah kemoterapi pasien akan diberikan
Paracetamol 650 mg PO setiap 4 jam (prn), hanya diminum ketika merasa nyeri saja
● Mengingatkan pasien untuk ke faskes setiap 6 bulan sekali untuk menerima terapi
Denosumab SC untuk mencegah perluasan kanker di sel tulang dan mencegah
terjadinya fraktur tulang
● Pasien akan mendapatkan suplemen Kalsium/Vitamin D untuk mempertahankan
massa tulang dan mencegah fraktur akibat metastase kanker yang mencapai tulang
(acetabulum) dan efek samping dari obat-obat kemoterapi yang dapat menurunkan
massa tulang.
● Pasien akan diberikan suplemen zat besi untuk mengatasi anemia yang disebabkan
oleh efek samping dari obat-obat kemoterapi
D. Edukasi pasien dan keluarga terkait stress yang sedang dialami
a. Edukasi pasien untuk mengikuti support group dan konseling
b. Edukasi keluarga, pasangan pasien untuk memberikan support terhadap
kondisi stress yang sedang dialami oleh pasien
c. Merekomendasikan relaksasi, mindulness, dan meditasi, seni, seni tari, dan
musik
d. Edukasi keluarga dan pasangan untuk memberikan support secara spiritual
e. Merekomendasikan pasien untuk melakukan olahraga
E. Edukasi pasien dan keluarga terkait kelelahan yang dialami
a. Sebagai bagian dari terapi aktif pasien mempertimbangkan untuk inisiasi dan
melakukan aktivitas fisik dan olahraga
b. Mengajarkan kepada pasien untuk melakukan self-monitoring dari tingkat
kelelahan
c. Melakukan konservasi energi
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

d. Merekomendasikan yoga
e. Merekomendasikan intervensi psikososial, seperti CBT (Cognitive Behavioral
Therapy
f. Konsultasi nutrisi
g. Menjelaskan kemungkinan kelelahan yang disebabkan oleh anemia.
F. Edukasi terapi penunjang/non-farmakologi
● Istarahat yang cukup
● Tidak mengangkut atau membawa beban yang berat serta tidak melakukan aktivitas
yang berat untuk mengurangi risiko fraktur tulang
● Disarankan untuk berolahraga ringan seperti berjalan di pagi hari untuk
mendapatkan sinar matahari pagi untuk kesehatan tulang
● Mengingatkan pasien untuk rutin melakukan pemeriksaan sesuai jadwal berikut:

6. Buat video edukasi anda untuk pasien, tidak lebih dari 7 menit, unggah di vlm2.
Catatan: semua isian kolom dan lajur dapat ditambah sesuai keperluan.

References

Aapro, M., Beguin, Y., Bokemeyer, C., Dicato, M., Gascón, P., Glaspy, J., Hofmann, A., Link, H.,
Littlewood, T., Ludwig, H., Österborg, A., Pronzato, P., Santini, V., Schrijvers, D., Stauder, R.,
Jordan, K., Herrstedt, J., & ESMO Guidelines Committee (2018). Management of anaemia and
iron deficiency in patients with cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines. Annals of oncology :
official journal of the European Society for Medical Oncology, 29(Suppl 4), iv96–iv110.
https://doi.org/10.1093/annonc/mdx758
Avira Hajar Sawitri
200070600111016

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Kanker Payudara. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kurniawan, A. dan Prayogo N. Tatalaksana Kanker Payudara Relaps. Indonesian Journal of Cancer.
2018, 6(2): 87-92.
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2020. Adult Cancer Pain. NCCN Clinical
Practice Guidelines in Oncology. NCCNFoundation.org
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2020. Breast Cancer Invasive. NCCN Clinical
Practice Guidelines in Oncology. NCCNFoundation.org
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2020. Distress Management (version 1 2021).
Retrieved from : https://www.nccn.org/professionals/physician_gls/pdf/distress.pdf
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2020. Cancer Related Fatigue (version 2, 2020).
Retrieved from : https://www.nccn.org/professionals/physician_gls/pdf/fatigue.pdf
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2020. Hematopoietic Growth Factors (version 2,
2020). Retrieved from :
https://www.nccn.org/professionals/physician_gls/pdf/growthfactors.pdf
Madeddu, C., Gramignano, G., Astara, G., Demontis, R., Sanna, E., Atzeni, V., & Macciò, A. (2018).
Pathogenesis and Treatment Options of Cancer Related Anemia: Perspective for a Targeted
Mechanism-Based Approach. Frontiers in physiology, 9, 1294.
https://doi.org/10.3389/fphys.2018.01294
U.S. Pharmacopeia. The United States Pharmacopeia, USP 30/The National Formulary, NF 25.
2007 Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention, Inc., p.2635

Anda mungkin juga menyukai