Anda di halaman 1dari 3

ANTROPOLOGI

Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Antropologi


Dosen Pengampu : Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A.

Disusun Oleh :

Fuadatul Munawaroh
53010180108

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2020
SEJARAH ANTROPOLOGI

Antropologi mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangnya sama halnya dengan ilmu


sosiologi. Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase
sebagai berikut:

Fase Pertama (sebelum 1800)


Sekitar abad ke-15, bangsa eropa berlomba-lomba menjelajahi dunia seperti dari Afrika,
Amerika, Asia, hingga ke Australia. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka dalam
menjelajahi dunia mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat
segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik,
kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi
tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi
tentang bangsa-bangsa.
Pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku
luar Eropa menjadi sangat besar. Karena hal tersebut timbul usaha untuk mengintegrasikan
himpunan bahan etnografi.

Fase Kedua (Pertengahan abad ke-19)


Pada fase ini, bahan etnografi telah disusun menjadi sebuah karangan-karangan yang
didasarkan pada pola fikir evolusi masyarakat pada saat itu. Antropologi di fase ini bertujuan
akademis, mereka mempelajari kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh
pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

Fase Ketiga (Awal abad ke-20)


Pada awal abad ke-20 eropa sudah mulai menguasai beberapa negara jajahan Eropa ,
dengan mulai membangun koloni-koloni. Negara-negara Eropa mulai membangun koloni di
benua lain seperti Asia, Amerika, Australia, dan Afrika. Dalam melakukan hal tersebut muncul
berbagai kendala berbagai rintangan seperti serangan bangsa yang dijajah, pemberintakan-
pemberontakan , dan cuaca yang tidak cocok bagi bangsa Eropa. Untuk itulah mereka mulai
mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa,
mempelajarikebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah koloni Eropa.
Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi mulai berkembang pesat dan kebudayaan asli yang dijajah Eropa
mulai luntur karena adanya pengaruh kebudayaan yang dibawah oleh Eropa. Pada masa ini
hilangnya bangsa-bangsa primitive karena terjadinya Perang Dunia II. Perang Dunia II ini
menimbulkan banyak keresahan seperti timbulnya kemiskinan, kesenjangan sosial, dan
kesengsaraan yang tak berkunjung. Adanya kehancuran total di negara yang dijajah oleh Eropa
ini mulailah berkembang sikap nasionalisme. Banyak masyarakat yang memendan dendan
terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Pada fase pertama, kedua, dan ketiga digunakan sebagai landasan perkembangan baru yang
dilakukan para tokoh ahli dalam suatu symposium untuk meninjau dan merumuskan pokok
tujuan dan ruang lingkup dari ilmu antropologi. Proses perubahan ini menyebabkan penelitian
para ahli antropologi bukan hanya mempelajari ke negara diluar Eropa akan tetapi juga
mempelajari dan memahami keadaan didaerah pedesaan di Eropa.
Di fase ke-4 tujuannya dapat dibagi menjadi dua yaitu; tujuan akademis dan tujuan praktis.
Tujuan akademis yaitu: mencapai pengertian manusia pada umumnya dengan mempelajari
keragaman bentuk fisiknya, masyarakat serta kebuduyaanya. Tujuan praktis adalah memepelajari
manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa
itu.

Anda mungkin juga menyukai