Oleh:
NPM : 12114201180151
NO ABSEN : 7
KELAS : C
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN AJARAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa karena atas
berkat dan pertolonga-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini untuk
pemenuhan tugas dari mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dengan baik.
Penulis
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengidentifikasi, melaksanakan, dan merumuskan
masalah keperawatan pneumothoraks serta dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pneumotoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura yang diagnosis
diyakinkan dengan pemeriksaan sinar tembus dada. Dimana diagnosis
pneumotoraks tergantung kepada garis yang dibentuk pleura pada tepi paru-
paru yang memisahkan dengan dinding dada, mediastinum atau diafragma
oleh udara, dan juga tidak adanya bayangan di luar garis ini. Pneumotoraks
berhubungan dengan berbagai macam kelainan paru meliputi emfisema,
trauma, tuberculosis.
Pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam
rongga pleura. Dalam keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara,
supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga thoraks.
Masuknya udara ke dalam rongga pleura dibedakan atas:
a. Pneumotoraks spontan: Timbul sobekan subpleura dari bulla
sehingga udara dalam rongga pleura melalui suatu lubang
robekan atau katup. Keadaan ini dapat terjadi berulang kali dan
sering menjadi keadaan yang kronis. Penyebab lain ialah suatu
trauma tertutup terhadap dinding dan fistula bronkopleural akibat
neoplasma atau inflamasi.
b. Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui
luka tusuk atau pneumotoraks disengaja (artificial) dengan terapi
dalam hal pengeluaran atau pengecilan kavitas proses spesifik
yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan pneumotoraks
sengaja lainnya ialah diagnostik untuk membedakan massa
apakah berasal dari pleura atau jaringan paru. Penyebab-
penyebab lain ialah akibat tindakan biopsi paru dan pengeluaran
cairan rongga pleura.
c. Masuknya udara melalui mediastinum yang biasanya disebabkan
trauma pada trakea atau esophagus akibat tindakan pemeriksaan
dengan alat-alat (endoskopi) atau benda asing tajam yang
tertelan. Keganasan dalam mediastinum dapat pula
mengakibatkan udara dalam rongga pleura melalui fistula antara
saluran nafas proksimal dengan rongga pleura.
d. Udara berasal dari subdiafragma dengan robekan lambung akibat
suatu trauma atau abses subdiafragma dengan kuman pembentuk
gas.
Pneumotoraks dapat juga dibagi atas:
a) Pneumotoraks Terbuka: Gangguan pada dinding dada berupa
hubungan langsung antara ruang pleura dan lingkungan atau
terbentuk saluran terbuka yang dapat menyebabkan udara dapat
keluar masuk dengan bebas ke rongga pleura selama proses
respirasi.
b) Pneumotoraks Tertutup: Misal terdapat robekan pada pleura
viseralis dan paru atau jalan nafas atau esofagus, sehingga masuk
vakum pleura karena tekanan vakum pleura negatif.
c) Pneumotoraks Valvular: Jika udara dapat masuk ke dalam paru
pada proses inspirasi tetapi tidak dapat keluar paru ketika proses
ekspirasi. Akibat hal ini dapat terjadi peningkatan tekanan
intrapleural. Karena tekanan intrapleural meningkat maka dapat
terjadi tension pneumotoraks.
Kasus
“ Bapak A datang ke rumah sakit dengan keluhan berupa rasa sakit yang tiba-tiba
dan bersifat unilateral serta diikuti sesak nafas. Umur Bapak A 45 tahun.
Keluarga menyatakan bahwa klien tiba-tiba merasakan sesak ketika membantu
istrinya mengangkat barang rumah.”
PENGKAJIAN
1. Nama: Tn. A
2. Umur: 45 tahun
3. Jenis Kelamin: L
4. Agama: Islam
5. Suku/Bangsa: Bugis
6. Bahasa: Indonesia
7. Pendidikan: SMA
8. Pekerjaan: Pedagang
9. Status: Kawin
10. Alamat: Batu merah
Keluhan Utama
: sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
: Sesak tiba-tiba yang timbul saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat.
Upaya yang Telah Dilakukan
Klien membeli obat yang dijual bebas
Istirahat dirumah saja
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah mengidap gangguan pernafasanefusi pleura dan telah
dilakukan penyedotan pada paru kanan dengan selang WSD.
Asma akut
Riwayat Kesehatan Keluarga
2) Bersihan jalan napas tak efektif b.d peningkatan produksi sekresi kental
Ditandai : Pernyataan kesulitan bernapas
Perubahan kedalaman/kecepatan pernapasan, penggunaan
otot aksesori
Bunyi napas tak normal, mis., mengi, ronki, krekels
Batuk (menetap), dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1X24 jam klien
menunjukan bersihan jalan napas.
KH : Mempertahankan jalan napas pasien dengan bunyi napas bersih/
jelas
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, mis.,
batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis.,
mengi, krekles, ronki.
2. Kaji / pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi /
ekspirasi
3. Catat adanya dispnea, gelisah, ansietas, distres
pernapasan, penggunaan otot bantu
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu,
asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu.
6. Dorong / bantu latihan napas abdomen atau bibir.
7. Berikan obat sesuai indikasi
Bronkodilator, mis., β-agonis : epinefrin (Adrenalin,
Vaponefrin); albuterol (Proventil, Ventolin); terbutalin
(Brethine, Brethaire); isotetarin (Brokosol,
Bronkometer); Xantin, mis., aminofilin, oxitrifilin
(Choledyl); teofilin (Bronkodyl, Theo-Dur)
8. Berikan fisioterapi dada
Rasional :
1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan
adanya bunyi napas adventisius, mis., penyebaran,
krekles basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan
ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi
napas (asma berat).
2. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres / adanya
proses infeksi memanjang dibanding inspirasi
3. Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung
pada tahap proses kronis selain proses akut yang
menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi,
reaksi alergi.
4. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun,
pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang
paling mudah untuk bernapas.
5. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat
mentriger episode akut
6. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara
7. Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal,
menurunkan spasme jalan napas, mengi, dan produksi
mukosa. Obat-obat mungkin per oral, injeksi, atau
inhalasi.
8. Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk
membuang banyaknya sekret kental dan memperbaiki
ventilasi pada segmen dasara paru.
Intervensi :
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat
derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan
ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus
3. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan
sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering
Rasional :
1. Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena
dispnea, produksi sputum, dan obat.
2. Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang
berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan,
pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan
hipoksemia.
3. Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan
dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan
masukan kalori total.
Rasional :
a. Informasi menurunkan takut karena ketidaktauan.
Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman
kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.
b. Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan
keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh. Selain
itu pasien sehat yang menderita pneumotoraks spontan,
insiden kambuh 10 %- 50 %.
c. Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan
penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.
d. Berulangnya pneumotoraks memerlukan intervensi
medik untuk mencegah / menurunkan potensial
komplikasi.
PELAKSANAAN
EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pneumotoraks adalah :
a. Pola pernafasan efektif.
b. Nafsu makan bertambah
c. Nyeri berkurang
d. Pasien dapat menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
e. Infeksi tidak terjadi.
f. Pengetahuan klien bertambah
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam usaha peningkatan mutu dan kualitas sumber daya perawat dalam
usaha pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat, maka hendaknya
mahasiswa calon perawat dapat melakukan pemenuhan pembelajaran.
Khususnya dalam pembuatan asuhan keparawatan dan dalam melakukan
tindakan keperawatan hendaknya dapat dilakukan dengan baik dan benar.
Maka untuk itu dipandang perlu bimbingan yang optimal dari bapak/ibu
pembimbing guna peningkatan mutu dari mahasiswa tersebut terlebih dalam
bidang gawat darurat.
Daftar Pustaka
http://razimaulana.wordpress.com/2011/04/09/pneumotoraks/
http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/pneumothoraks.html
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Nursing Diagnosis: Application To Clinical
Practice. Philadelphia: J.B. Lippincott Company
http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/pneumothoraks.html