Anda di halaman 1dari 32

PENGUJIAN

FATIK DAN CREEP

Presented by Iwan Susanto, Ph.D

Mechanical Engineering Department


Politeknik Negeri Jakarta Created by Dr. Vika Rizkia
Fatigue failure  form of failure that occurs in structures subjected to dynamic
and fluctuating stresses (e.g., bridges, aircraft, and machine components). Under these
circumstances it is possible for failure to occur at a stress level considerably lower than
the tensile or yield strength for a static load.

Kerusakan/kegagalan karena fatik, sering terjadi walaupun


tegangan yang diberikan lebih rendah dibandingkan yang
dibutuhkan menimbulkan perpatahan pada pemakaian beban
tunggal

90% kegagalan struktural logam (bridges, aircraft, machine components,etc)


disebabkan kegagalan fatik
Kegagalan fatik adalah sangat membahayakan karena terjadi tanpa petunjuk awal.

Fatik memperlihatkan patah yang terlihat rapuh (brittle), tanpa deformasi pada patahan tersebut,
walaupun pada logam ulet. Hal ini disebabkan patah fatik terjadi tiba-tiba

Pada skala makro, permukaan patahan ditandai dengan sejumlah garis cincin atau garis pantai
(beach mark) bergerak kedalam dari titik dimana retak mulai terjadi dan kemudian diiikuti oleh
katastropik kegagalan.
 Menurut Mode Pembebanan:
1. Tarik
2. Tekan
3. Geser
4. Puntir
5. Tekuk (bending)

Oleh karena fatik adalah beban dinamis, maka material tersebut


mengalami siklus/fluktuasi beban tarik-tekan,puntir-tekuk, puntir-geser atau
terjadi tegangan maksimum-minimum.
Menurut Regime Fatik:
1. Fatik Siklus Rendah
(Fatik Kontrol Regangan)
yaitu N < 105 dan
σmax atau σmin > σys

2. Fatik Siklus Tinggi


yaitu N > 105 - 108
σmax atau σmin < σys
Oleh karena fatik adalah pembebanan dinamis, yaitu siklus tegangan yang
berfluktuasi, maka ada parameter uji pada uji fatik.

 Daerah Tegangan (σr)


σr = σmax - σmin
 Tegangan Bolak-balik (σa)
σa = σr/2 = (σmax - σmin)/2
 Tegangan Rata-rata (σm)
σm = (σmax + σmin)/2
 Ratio Tegangan (R)
R = σmin/σmax
 Ratio Amplitudo (A) =  a  1 - R
m 1 R
Metode dasar dalam menyajikan data fatik adalah menggunakan kurva tegangan versus
waktu pakai (life), biasa disebut kurva S – N, yaitu pemetaan tegangan terhadap jumlah
siklus sehingga terjadi perpatahan N.

Skala N selalu digunakan skala log dan tegangan yang dipetakan dapat berupa σa , σmax
, atau σmin .
Non fe alloy

35%-60% untuk
beberapa steel
 Quality
 Environmental Conditions (temperature, corrosion)
 Range of Stress
 Frequency of Loading
 Surface Effects (Most cracks start from the surface. Better design could
be utilized to reduce this)

Avoid sharp Round corners


corners (better design)
(poor)
Deformasi yang terjadi secara perlahan akibat adanya beban dan tergantung pada waktu.
Creep dapat terjadi pada temperatur rendah, tetapi yang sangat menyolok terjadi pada
temperatur dekat pada titik cair, sekitar 30 hingga 60% dari titik cair, atau sekitar T 
0,4TM

Untuk mengetahui deformasi plastis yang terjadi pada material yang mengalami beban
(load) atau tegangan (stress) yang konstan pada temperatur tinggi.

Pada temperatur tinggi, material akan lebih mudah terdeformasi plastis


karena atom-atom lebih mudah bergerak
Ketika material mengalami deformasi plastis atau mengalami pengerjaan secara mekanis
(rolling, bending, streching, dll) pada temperatur ruang maka logam tersebut akan menjadi
lebih keras karena mengalami pengerasan regang (work hardening/strain hardening)

Apabila tegangan yang diberikan


Terjadi work hardening karena
kepada material melebihi
pergerakan DISLOKASI
tegangan luluh (yield stress)

Apabila material yang mengalami Terjadi ANNEALING


Kekuatan material
work hardening diaplikasikan yang menyebabkan
berkurang
pada temperatur tinggi ANIHILASI DISLOKASI

Ketika material mengalami deformasi plastis secara kontinyu pada


temperatur tinggi, maka WORK HARDENING dan ANNEALING
akan terjadi secara simultan, dan terjadilah kegagalan
CREEP/MULUR pada material.
a creep specimen is gripped at both ends (similar to
that of tensile test) encased with a furnace set at a
desired test temperature

While a constant load is applied, time and dimensional


change are recorded and plotted to give a creep curve
Standard
BS EN 10291 Metallic Materials - Uniaxial Creep Testing in Tension
BS 3500 Methods for Creep and Rupture testing of Metals.
ASTM E139 Conducting Creep, Creep Rupture and Stress Rupture
Tests of Metallic Materials.
BS EN ISO 899 Plastics - Determination of Creep Behaviour.
BS EN 761 Creep Factor Determination of Glass
- Reinforced Thermosetting Plastics
- Dry Conditions.
BS EN 1225 Creep Factor Determination of Glass
- Reinforced Thermosetting Plastics
- Wet Conditions.
Laju creep menurun secara kontinyu

Material mengalami ketahanan creep yang Laju creep konstan


meningkat (strain hardening meningkat)
Kurva creep steady state / linier
Material sulit mengalami deformasi karena
terjadi strain hardening Tahap creep yang memiliki durasi paling lama

Strain hardening > annealing Strain hardening = annealing

Untuk desain engineering yang melibatkan


material dengan aplikasi beban tinggi dan
temperatur tinggi, wajib berada pada daerah
ini
Terjadi peningkatan laju creep hingga menyebabkan
kegagalan pada material

Kegagalan terjadi akibat adanya perubahan


mikrostruktur pada material seperti batas butir, retak
mikro internal, void, dll

Load bearing (kemampuan menahan beban) menurun


akibat adanya pengurangan area (cross section) pada
material

Strain hardening < annealing


Kegagalan creep sepanjang batas butir Kegagalan creep karena adanya void
Regangan meningkat

Kurva steady state meningkat

Rupture lifetime menurun


Secara umum, semakin tinggi
Temperatur lebur material temperatur lebur, semakin tinggi
Modulus elastis material modulus elastis, dan semakin lebar
ukuran butir akan lebih tahan
Ukuran butir material terhadap kegagalan creep

Stainless steels, the refractory metals and the superalloys are especially resilient to
creep and are commonly employed in high-temperature service applications.
(a) Polycristalline turbin blade yang
dibuat dengan cara pengecoran
konvensional. Ketahanan terhadap
creep temperatur tinggi meningkat
akibat adanya struktur butir
kolumnar yang terorientasi

(b) Butir columnar dibuat dengan cara


teknik solidifikasi yang lebih canggih

(c) Single cristall turbin blade memiliki


ketahanan creep yang jauh lebih baik

Anda mungkin juga menyukai