Artikel Ilmiah Analisis Konsep Struktur Modal PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAKSI

Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam
jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan
penyertaan kepemilikan perusahaan.

Struktur Modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai


pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur Modal tersebut maka dapat digunakan
beberapa Teori yang menjelaskan Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.

Keputusan Struktur Modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang
ditanggung pemegang saham beserta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan
yang diharapkan. Keputusan Struktur Modal yang diambil oleh manager tersebut tidak saja
berpengaruh terhadap profitalitas perusahaan tetapi juga berpengaruh terhadap resiko yang
dihadapi oleh perusahaan.

Struktur Modal merupakan pilihan pendanaan antara utang dan ekuitas. Teori yang
menjelaskan hal tersebut antara lain Teori Trade-Off, Teori Pecking Order, dan Teori lainnya.

PENDAHULUAN

Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manager keuangan dalam kaitannya
dengan operasional perusahaan adalah keputusan atas Struktur Modal, yaitu keputusan keuangan
yang berkaitan dengan komposisi utang, saham prefen dan saham biasa yang harus digunakan
oleh perusahaan.

Keputusan Struktur Modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang
ditanggung pemegang saham beserta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan
yang diharapkan. Keputusan Struktur Modal yang diambil oleh manager tersebut tidak saja
berpengaruh terhadap profitalitas perusahaan tetapi juga berpengaruh terhadap resiko yang
dihadapi oleh perusahaan.
Struktur Modal merupakan pilihan pendanaan antara utang dan ekuitas. Teori yang
menjelaskan hal tersebut antara lain Teori Trade-Off, Teori Pecking Order, dan Teori lainnya.

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal
(modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki
perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).

Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit).

Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri.
Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka
pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan
kepemilikan perusahaan.

Struktur Modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai


pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur Modal tersebut maka dapat digunakan
beberapa Teori yang menjelaskan Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.

LITERATUR TEORI

Struktur modal adalah bagian yang terpenting dari perusahaan. Baik buruknya sruktur
modal akan sangat berpengaruh kepada kondisi keuangan perusahaan. Dengan adanya
manajemen struktur modal, perusahaan dapat mengalokasikan dana-dana yang dimiliki untuk
kegiatan yang sesuai dan berguna untuk kelangsungan perusahaan.

Faktor yang Memengaruhi Struktur Modal Perusahaan :

1. Struktur Aktiva (Tangibility)

Semakin besar jumlah aktiva perusahaan terutama aktiva lancar, maka perusahaan
cenderung mengoptimalkan terpenuhinya kebutuhan dana utang. Hal ini yang
menunjukkan adanya pengaruh dari struktur aktiva pada struktur modal perusahaan.
2. Growth Opportunity

Perusahaan cenderung melakukan investasi untuk mengembangkan perusahaan.


Kesempatan mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik ini biasanya tidak
semuanya menguntungkan. Hal tersebut juga mempengaruhi struktur modal perusahaan.

3. Ukuran Perusahaan (Form Size)

Perusahaan besar lebih cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dibanding
perusahaan kecil. Hal inilah yang membuat perusahaan kecil lebih rentan bangkrut
sedangkan perusahaan besar lebih siap menghadapi krisis karena memiliki ukuran
perusahaan yang lebih besar.

4. Profitabilitas

Perusahaan dengan profit yang tinggi pasti mempunyai dana internal lebih banyak
dibanding dengan profit rendah. Dengan begini, perusahaan yang memiliki profit tinggi
akan memiliki hutang yang lebih rendah karena memiliki dana internal yang cukup. Hal
inilah yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.

5. Risiko Bisnis

Risiko bisnis bisa menjadi salah satu alasan kenapa perusahaan mengalami kesulitan
untuk pendanaan eksternalnya. Hal ini berpengaruh kepada leverage perusahaan.

Setiap faktor mempengaruhi kondisi struktur modal perusahaan juga akan mempengaruhi
kondisi keuangan perusahaan. Misalnya saja posisi perpajakan. Perusahaan yang kondisi
keuangannya sehat, tentunya rutin membayar pajak dan tidak mengalami masalah
perpajakan. Sebaliknya, perusahaan yang tidak taat pajak atau memiliki kondisi keuangan
tidak sehat, proses pajaknya bisa saja terhambat.

Teori Struktur Modal Perusahaan

1. Teori Pendekatan Tradisional


Teori Pendekatan tradisional menyatakan bahwa akan ada struktur modal dengan optimal.
Dengan maksud, struktur modal mempunyai pengaruh pada nilai perusahaan, yang mana
struktur modal bisa berubah-ubah supaya dapat didapatkan nilai perusahaan optimal.

2. Teori Pendekatan Modligiani dan Miller

Teori ini dibagi menjadi dua. Yaitu:

1) Teori MM Tanpa Pajak.

Pendapat Modligiani dan Miller mengenai struktur modal adalah tidak relevan
atau tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Kemudian ia mengajukan asumsi
guna membangun teori mereka, yakni :

Tanpa agency cost.Tanpa pajak.Investor bisa berhutang dengan suku bunga sama
dari perusahaan.Investor memiliki informasi serupa manajemen tentang prospek
perusahaan pada masa depannya.Tanpa biaya kebangkrutan.EBIT tanpa pengaruh
penggunaan utang.Para investor merupakan price-takers.Jika mengalami
kebangkrutan, maka aset dijual harga pasar

2) Teori MM dengan Pajak

Teori Modligiani dan Miller tanpa pajak dianggap tidak masuk akal. Lalu
dimasukkan pajak ke dalam teori mereka. Pajak dibayarkan untuk pemerintah
artinya menjadi aliran kas keluar perusahaan. Utang dapat dipakai untuk
menghemat pajak sebab dapat digunakan menjadi pengurang pajak.

3) Teori Trade Off pada Struktur Modal

Menurut pendapat yang diungkapkan Myers (2001), perusahaan berhutang hingga


dalam tingkat utang tertentu, yang mana penghematan pajak dari tambahan utang
seperti biaya kesulitan keuangan”.

Teori struktur modal perusahaan trade off ini, dalam struktur modal optimal
menggunakan faktor antara biaya agen, pajak dan biaya kesulitan, namun tetap
mempertahankan sebuah asumsi symmetric information dan efisiensi pasar
menjadi imbangan serta manfaat untuk pemakaian utang.

4) Teori Pecking Order

Teori Pecking Order menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat


keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil.
Secara spesifik, perusahaan memiliki ururtan untuk preferensi penggunaan dana
perusahaan. Berikut urutannya:

Pandangan internal perusahaan. Dana internal didapat dari laba yang dihasilkan
perusahaan.Perusahaan menghitung target rasio pembayaran berdasarkan
perkiraan kesempatan investasi.Adanya kebijakan konstan yang digabung dengan
fluktuasi dan kesempatan berinvestasi tanpa prediksi sehingga aliran kas menjadi
lebih besar daripada pengeluaran investasi.Jika pandangan eksternal diperlukan,
maka perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih
dahulu.

5) Teori Asimetri dan Signaling

Teori ini menyatakan bahwa pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan


tidak memiliki informasi yang sama tentang prospek maupun resiko bisnis.

6) Teori Keagenan (Agency Approach)

Dengan teori ini, strutur modal tersusun untuk mengurangi konflik dari kelompok
yang berkepentingan saja.

PEMBAHASAN

1. Teori MM tanpa pajak

Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur
modal perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi: Risiko bisnis
perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest and
Taxes). Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa
mendatang. Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang
sempurna Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga
waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT
selalu sama.

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori
MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi
nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka
(Brigham dan Houston, 2001, p.31) yaitu:

a. Tidak terdapat agency cost.

b. Tidak ada pajak.

c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan

d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek


perusahaan di masa depan

e. Tidak ada biaya kebangkrutan

f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari
hutang.

g. Para investor adalah price-takers.

h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).

Nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan sama dengan nilai perusahaan yang
tidak menggunakan hutang sebagai berikut ini.

VL = VU

dimana :
VL = Nilai untuk perusahaan yang menggunakan hutang (value for leveraged
companies)

VU = Nilai untuk perusahaan yang tidak menggunakan hutang (100%saham, atau


value for unlevered companies

Dengan kata lain, dalam kondisi tanpa pajak, Modigliani dan Miller berpendapat bahwa
struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Tingkat keuntungan dan risiko
usaha (keputusan investasi) yang akan mempengaruhi nilai perusahaan (bukannya
keputusan pendanaan).

Proposisi 2 mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk perusahaan


yang menggunakan hutang, naik proporsional terhadap peningkatan rasio hutang dengan
saham.

ks = ko + B / S (ko – kb) ……… (2)

dimana:

ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham

ko = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham perusahaan tanpa


hutang

B/S = rasio hutang dengan saham

kb = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk hutang (tingkat

bunga)
Dengan menggunakan hutang yang semakin banyak, perusahaan bisa menggunakan
sumber modal yang lebih murah yang semakin besar. Penggunaan sumber modal yang
murah yang semakin banyak akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang
perusahaan (WACC) tersebut, jika tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham (ks)
konstan. Tetapi dengan semakin meningkatnya hutang, tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk saham (ks) juga akan meningkat. Dua efek yang saling berlawan
tersebut menghasilkan biaya modal rata-rata tertimbang yang konstan. Hasilnya, nilai
perusahaan akan konstan.

2. Teori MM Dengan Pajak

Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun


1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan. Dengan
adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan
nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran
pajak.

Bagan Pendekatan Roti menurut MM (dengan Pajak)

Bagan 5.

Dibayarkan ke Pemerintah
Terlihat bahwa roti tersebut dibagi ke dalam tiga bagian: saham, hutang, dan
pajak. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang
bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.

Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak
berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I
ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa
struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.

VL = VU + Tc B

EBIT (1 – Tc) Tc . kb . B

= ------------------ + ----------------- ……… (3)

ko kb

Dimana :

 Tc = tingkat pajak (perusahaan)

 B = besarnya hutang

 Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham

 Kb = tingkat keuntungan hutang (tingkat bunga)

 Ko = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham perusahaan tanpa hutang

 EBIT = Earning Before Interest and Taxes (Pendapatan sebelum pajak dan
bunga)

Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang,
tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena
kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang
semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih
banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil
dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata
tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).
ks = ko + B / S (1 – Tc) (ko – kb) ………

Formula tersebut mempunyai implikasi bahwa penggunaan hutang yang semakin banyak
akan meningkatkan biaya modal saham. Tetapi penggunaan hutang yang lebih banyak, berarti
menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan biaya
modal saham), akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang (meskibiaya modal sahamnya
meningkat).

Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan


sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan
yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan,
akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori
MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM
mengabaikan biaya kebangkrutan.

Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor
pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas
keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai
pengurang pajak.

1) Teori Trade-Off dalam Struktur Modal

Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang
sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang,
akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan. Biaya kebangkrutan
tersebut bisa cukup signifikan. Penelitian di luar negeri menunjukkan biaya kebangkrutan
bisa mencapai sekitar 20% dari nilai perusahaan. Biaya tersebut mencakup dua hal :

 Biaya langsung: biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi,


biaya pengacara, biaya akuntan, dan biaya lainnya yang sejenis.

 Biaya tidak langsung: biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan,
perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara
normal. Misal, supplier barangkali tidak akan mau memasok barang karena
mengkhawatirkan kemungkinan tidak terbayar.

Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan hutang (agency
cost of debt). Jika hutang meningkat, maka konflik antara pemegang hutang dengan
pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang
hutang akan meningkat. Dalam situasi tersebut, pemegang hutang akan semakin
meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan
dalam bentuk biaya-biaya monitoring (persyaratan yang lebih ketat, menambah jumlah
akuntan, dsb) dan bisa juga dalam bentuk kenaikan tingkat bunga. Dengan memasukkan
biaya keagenan, persamaan nilai perusahaan di atas bisa diperluas sebagai berikut ini.

VL = VU + PV Penghematan Pajak – [PV Biaya Kebangkrutan + PV Biaya


Keagenan]

Dengan demikian gabungan antara teori struktur modal Modigiliani-Miller dengan


memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan mengindikasikan adanya trade-off
antara penghematan pajak dari hutang dengan biaya kebangkrutan. Teori tersebut kemudian
dikenal sebagai teori trade-off struktur modal, atau static trade-off capital structure theory.
Tetapi teori tersebut tidak memberikan formula yang pasti yang bisa memberi petunjuk
berapa tingkat hutang yang optimal.

2) Teori Pecking Order

Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan
tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan
yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam
pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik
perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana.
Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart, Megginson, dan Gitman (2004, p.458-
459), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :
a. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam
atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal
tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan
operasional perusahaan.

b. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih


pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang
paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas
hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham
biasa.

c. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan


menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh
seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

d. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan


deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta
kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio
investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan
target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan
pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang
yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi.
Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang
mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat
hutang yang kecil.

Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam


menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti
skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory.
Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995)
menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih
memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam membiayai
perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang
menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang
terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan
pendanaan eksternal.

3) Teori Asimetri Informasi dan Signaling

Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak
mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak
tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.

Teori ini terdiri dari Teori :

 Myers dan Majluf

Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar.
Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan
dibandingan pihak luar.

 Signaling

Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan


signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai
keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham
tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor.
Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih
credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai
perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor
diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik.

4) Teori Keagenan (Agency Approach)

Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai
kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah konsep
free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga
mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk
mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka
manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.

5) Model Miller dengan Pajak Perusahaan dan Personal

Modigliani dan Miller mengembangkan model struktur modal tanpa pajak, dan dengan
pajak. Nilai perusahaan dengan pajak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan
tanpa pajak. Selisih tersebut diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga bisa
dipakai untuk mengurangi pajak. Penghematan pajak tersebut bisa dihitung sebagai
berikut ini.

Penghematan pajak = VL - VU = tc . B

Miller sendiri kemudian mengembangkan model struktur modal dengan


memasukkan pajak personal. Pemegang saham dan pemegang hutang harus membayar
pajak jika mereka menerima dividen (untuk pemegang saham) atau bunga (untuk
pemegang hutang). Menurut Miller, nilai perusahaan yang menggunakan hutang, setelah
memasukkan pajak personal adalah sebagai berikut ini.

(1 – Tc) (1 – ts)

VL = VU + { 1 – [ --------------------- ] } B ……… (5)

(1 – tb)

Dimana :

 VL = Nilai perusahaan dengan hutang

 VU = Nilai perusahaan tanpa hutang

 Tc = tingkat pajak perusahaan

 ts = tingkat pajak pemegang saham (atas dividen dan capital gain)

 tb = tingkat pajak untuk pemegang hutang (atas bunga)

 B = Hutang
Menurut model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah, tidak hanya
meminimalkan pajak perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang harus dibayarkan
(pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan pajak atas pemegang hutang).
Melihat persamaan di atas mempunyai beberapa implikasi. Jika (1 – tb) = (1 – Tc) (1 –
ts), maka persamaan di atas menjadi,

VL = VU + (1 – 1) B = VU

Dengan kata lain, pada kondisi tersebut, nilai perusahaan dengan hutang sama
dengan nilai perusahaan tanpa hutang. Tidak ada penghematan pajak atas bunga hutang.

Pada situasi lain, dimana ts = tb, persamaan di atas menjadi.

VL = VU + Tc . B

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan hutang sama


dengan nilai perusahaan tanpa hutang ditambah penghematan pajak karena bunga hutang.
Persamaan tersebut sama dengan argumen MM dengan pajak. Dua situasi di atas
merupakan situasi ekstrim. Pada situasi kebanyakan, nilai VL akan berada diantara nilai
VU dan nilai VU + Tc.B.

KESIMPULAN
1. Struktur modal yang optimal adalah struktur yang memaksimalkan harga dari perusahaan,
dan hal ini biasanya meminta rasio utang yang lebih rendah dari pada rasio yang
memaksimalkan EPS yang diharapkan.

2. Inti teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal
terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang
konstan. Dan Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga
saham, adalah struktur modal yang terbaik.

3. Pengambilan keputusan sangatlah penting karena kalau perusahaan salah dalam


pengambilan keputusan maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai atau tidak tepat
sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Gandhy, Fardinal, (2019). Analysis of Financial Ratio to Predict Financial Distress Conditions
(Empirical Study on Manufacturing Companies listed on the Indonesia Stock Exchange for 2014-
2017). International Journal of Business and Management Invention (IJBMI), 8(6), 27-34.

Hanifah, S., Sarpingah, S., & Putra, Y. M., (2020). The Effect of Level of Education, Accounting
Knowledge, and Utilization Of Information Technology Toward Quality The Quality of MSME ’
s Financial Reports. The 1st Annual Conference Economics, Business, and Social Sciences, 1(3).
https://doi.org/10.4108/eai.3-2-2020.163573

Herliansyah, Y., Nugroho, L., Ardilla, D., & Putra, Y. M., (2020). The Determinants of Micro,
Small and Medium Entrepreneur (MSME) Become Customer of Islamic Banks (Religion,
Religiosity, and Location of Islamic Banks ). The 1st Annual Conference Economics, Business,
and Social Sciences (ACEBISS) 2019, 1, (2). https://doi.org/10.4108/eai.26-3-2019.2290775.

Putra, Y. M., (2017). Analisis Konsep Struktur Modal. Modul Kuliah Manajemen Keuangan.
FEB-Universitas Mercu Buana: Jakarta

http://ulfatunnazilah94.blogspot.com/2015/04/makalah-struktur-modal-diajukan-
untuk.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai