Anda di halaman 1dari 17

Pengajaran Madrasah, Majlis Taklim dan Pembinaan Minat &

Bakat Santri di Masa Kepengasuhan KH Ali Maksum

PENGAJARAN MADRASAH
Selama periode kepemimpinan Tiga Serangkai (1942-1968) dan
kepemimpinan tunggal K.H. Ali Maksum (1987-1989) terjadi perubahan besar di
bidang pendidikan dan pengajaran, baik dalam pengajaran Al-Qur’an
maupun Kitab Kuning. Pengajaran Kitab Kuning benar-benar ditangani secara
serius, sehingga menjadi pengajaran utama di samping Al-Qur’an.
Pengajaran Kitab Kuning tidak sekedar melalui sistem weton dan sorogan saja,
tetapi juga melalui sistem madrasi (sekolah formal), berjenjang dan ada batasan
waktu belajar, suatu kondisi yang belum dikenal pada periode-periode
sebelumnya. Hal ini tidak lepas dari peranan K.H. Ali Maksum sebagai tokoh
penggerak perubahan dan perkembangan tersebut, yang ditandai dengan
munculnya lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran madrasah disertai
dengan kurikulum yang terprogram.
Dengan kata lain, selama periode kepemimpinan K.H. Ali
Maksum,  Pesantren Al-Munawwir yang tadinya merupakan pesantren yang
bercorak salafi dengan menitikberatkan pada pengajaran Al-Qur’an (aktifitas
utama) dan pengajaran Kitab Kuning (aktifitas sampingan), berubah menjadi
sebuah pesantren bercorak kholafi yang ditandai dengan masih mempertahankan
pola pengajaran sistem salafi dengan tambahan memasukkan pengajaran
pengetahuan umum kedalam kurikulum madrasahnya menurut klasifikasi
Zamakhsyari Dhofier.[1] Atau berubah dari pesantren salaf/klasik menjadi
sebuah pesantren semi berkembang yang ditandai dengan berdirinya madrasah
(swasta) dengan perbandingan kurikulum 90 % agama dan 10 % umum,
kemudian menjadi pesantren berkembang yang ditandai dengan kurikulum 70 %
agama dan 30 % umum pada madrasahnya atau juga berdirinya madrasah SKB
dengan tambahan madrasah diniyyah, menurut klasifikasi M. Ridlwan Nasir. [2]
Sejak kepemimpinan K.H. Ali Maksum, lembaga-lembaga pendidikan–
pengajaran yang bermunculan sebagai berikut :
 1). Madrasah Ibtidaiyah putra ( 4 tahun), didirikan pada tahun 1946
2) Madrasah Tsanawiyah putra (3 tahun), didirikan pada tahun 1948
3). SMP Eksakta Alam (3 tahun),  didirikan pada tahun 1950
4). Madrasah Banat (putri), didirikan pada tahun 1951
5). Madrasah Aliyah Salafiyah putra (3 tahun), didirikan pada tahun 1955
6). Madrasah Diniyah, didirikan pada tahun 1960
7). Madrasah Tsanawiyah (6 tahun), didirikan pada tahun 1962
8). Raudhatutl Atfal / TK nDasari Budi

1). Madrasah Ibtidaiyah 4 tahun.


Madrasah ini didirikan pada awal bulan Agustus 1946 oleh K.H. Ali
Maksum, dengan dibantu oleh dua orang kader beliau: K.H. Zaini Munawwir
dan KH Zuhdi Dahlan. Madrasah ini mula-mula bertempat di serambi Masjid
Pesantren Krapyak dengan sarana prasarana sangat sederhana, yaitu hanya
“dampar” sebagai meja tulisnya. Santri duduk bersila di serambi masjid
mendengarkan keterangan guru sambil menulis diatas dampar. Para muridnya
berasal dari masyarakat sekitar pesantren. Madrasah ini kemudian dipindah ke
rumah penduduk (rumah Bp. Asyrofi) di sebelah timur pesantren, setelah
serambi Masjid tidak mampu menampung jumlah santri yang semakin banyak.
Kemudian dipindah lagi kedalam pesantren, setelah mendapatkan bantuan
berupa bangunan gedung beberapa lokal dari pemerintah. Aktifitas Madrasah
ini sempat terhenti pada masa agresi Belanda yang ingin kembali menguasai
Indonesia, terutama Yogyakarta pada tahun 1947, dan aktif kembali pada tahun
1948 setelah negara dalam kondisi aman dan Belanda sudah hengkang dari
negeri ini. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi : Al-Qur’an, Tafsir, Hadis,
Tajwid, Fiqih, Tauhid, Akhlak, Nahwu, Shorof, Insya’, Khot,  Imla’, Tarikh Islam,
Sejarah Indonesia, Bahasa Indonesia, Berhitung dan Ilmu Bumi. [3]

2) Madrasah Tsanawiyah Putra dan SMP Eksakta Alam

Madrasah ini didirikan oleh K.H. Ali Maksum pada bulan Agustus 1948
dengan lama belajar 3 tahun. Para muridnya seluruhnya putra, yang sebagian
besar merupakan santri pesantren dan sebagian masyarakat sekitar yang telah
menamatkan Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana di atas. Diantara gurunya
adalah K.H. Ali Maksum sendiri dan para kader beliau seperti K.H. Zainal
Abidin, K.H. Dalhar Munawwir, KH Zaini Munawwir, KH Zuhdi Dahlan, KH
Ahmad Warson Munawwir, K.H. Mabarun, dan beberapa santri senior.
Madrasah Tsanawiyah ini terus berkembang dengan pesat, sebagaimana
kepesatan Madrasah Ibtidaiyah. Kurikulumnya 100 % menggunakan kurikulum
pesantren, yakni berupa ilmu-ilmu agama (kitab kuning). Dengan demikian,
Madrasah Tsanawiyah ini bisa dikatakan bercorak salafiyah.
Setelah ada himbauan dari pemerintah RI agar bangsa Indonesia tidak
hanya pandai ilmu agamasaja, akan tetapi juga menguasai ilmu-ilmu umum,
maka atas prakarsa K.H. Ali Maksum didirikanlah SMP Eksakta Alam pada
tahun 1951, dengan harapan agar nantinya muncul ilmuwan-ilmuwan muslim
yang menguasai sains. Adapun mata pelajarannya adalah khusus ilmu-ilmu
umum, diantaranya : bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Ilmu Hayat (biologi),
Berhitung (matematika) dan Fisika. Sementara ilmu agamanya diperoleh melalui
pengajaran di pesantren dalam bentuk pengajian weton dan sorogan.
Setelah tiga tahun berjalan, maka pada tahun 1954 SMP Eksakta Alam ini
dihapus dan seterusnya dilebur kedalam Madrasah Tsanawiyah, dengan
pertimbangan agar nantinya para lulusannya tidak hanya dapat masuk ke
perguruan tinggi umum saja, akan tetapi juga bisa diterima di perguruan tinggi
agama semacam PTAIN (sekarang IAIN, UIN atau STAIN). Konsekwensi dari
peleburan ini adalah bahwa kurikulum Madrasah Tsanawiyah tidak melulu 100
% pelajaran ilmu-ilmu agama, akan tetapi juga mata pelajaran umum .
[4] Kurikulum dan materi pelajarannya sebagai berikut :

(Tabel 1)
KURIKULUM MADRASAH TSANAWIYAH PUTRA
P.P. AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA (1954 – 1962)[5]
No Mata Pelajaran Kitab-Kitab Muatan
Kurikulum
I II III
01 Al Qur’an dan Tafsir Maraghi 3 3 6
Tafsir
02 Hadis Adabun Nabawi 3 - -
Bulughul Maram - 3 3
03 Ilmu Hadis Nukhbatul Fikri - - 2
04 Tauhid Al Aqaid lil Hasan Al Banna 3 - -
Fathul Majid 3
Al-Husunul Hamidiyah 3
05 Fiqh Tuhfatut Thullab (S. Tahrir) 4 4 -
Al Mu’amalat Al Hamidiyah - - 4
06 Ushul Fiqh Al Luma’ - 3 3
07 Q. Fiqh Al Faraidul Bahiyah - 2 2
08 Sorof dan B. Arab Qawaidul Lughoh al Arabiyah 4 4 -
Tahdzibi al Taudhih fi qismis - - 4
Shorfi
09 Nahwu An Nahwu Wadhih lis Sanawi 4 - -

Al Qawaidul Asasiyah - 4 4
10 Insya’ Mu’allimul Insya’ al Arabiyah I, II, 4 4 4
III
11 Ulumul Balaghah Al Balaghah Al Wadhihah - 4 4
12 Al Qiroah Al Mutholaah al-Arabiyah I, II, III 4 4 4
13 Tarikhul Islam At Tarikh Al Islami li Mahmud 3 2 2
Thoha
14 Bahasa Indonesia 2 2 2
15 Bahasa Inggris 3 2 2
16 Ilmu Bumi 2 2 2
17 Sejarah Dunia 2 2 -
18 Civic 2 2 -
19 IPA 1 1 -
Jumlah 43 47 46
 Pada tahun 1960-an, perjalanan Madrasah Ibtidaiyah semakin surut, jumlah santri
semakin berkurang dan bahkan kurang diminati, maka pada tahun 1962 Madrasah Ibtidaiyah
dan Madrasah Tsanawiyah dilebur (merger) menjadi Madrasah Tsanawiyah 6 tahun dengan
kepala Madrasah K.H. Ali Maksum sendiri. Hal ini sekaligus untuk menjawab tantangan
perkembangan jaman, dimana dengan berbekal Ijazah swasta yang dikeluarkan oleh MTs 6
tahun ini para lulusannya diharapkan dapat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi
agama (PTAIN/IAIN) atau perguruan tinggi umum (UGM, IKIP, UII dll).  Sedangkan bagi santri
yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi ingin memperdalam kajian kitab
kuning disarankan untuk melanjutkan ke Madrasah Tahassus (peleburan dari Madrasah Aliyah
Salafiyah). Mengingat kesibukan K.H. Ali Maksum yang ketika itu diangkat sebagai dosen luar
biasa dan guru besar dalam ilmu tafsir di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, maka sejak tahun
1970 urusan Madrasah diserahkan pengelolaannya kepada Drs. K.H.M. Hasbullah
(menantunya), sementara beliau sendiri tetap sebagai Direktur atau Kepala Madrasah.[6]
Calon siswa yang diterima di MTs 6 tahun Pesantren Krapyak ini adalah mereka yang
telah tamat SD/MI dan yang sederajat serta tamat MTs/SMP dan yang sederajat. Untuk
menentukan kelasnya, calon siswa akan dites atau diseleksi terlebih dahulu oleh K.H. Ali
Maksum tentang kemampuannya dalam hal membaca dan menulis teks arab, serta
kemampuannya dalam membaca kitab kuning. Tamatan SD/MI dites dengan menulis surat Al-
Fatihah dan membaca teks kitab yang berharokat seperti kitab Al-Qiro’ah al-
Roasyidah atau Durusul Lughah al-‘Arabiyyah. Orang yang baru saja tamat dari SD/MI, setelah
dites oleh kiai, belum tentu ia duduk di kelas 1, bisa jadi ia ditempatkan di kelas 2. Demikian
pula orang tamatan dari MTs/SMP atau pindahan dari MA/SMA, belum tentu langsung
ditempatkan di kelas 4, akan tetapi bisa jadi ia ditempatkan di kelas 2, kelas 3 atau kelas 5,
tergantung pada kemampuannya dalam menulis dan membaca teks kitab.[7]   Kurikulumnya
menggunakan kurikulum pesantren dengan perbandingan 70 % ilmu agama dan 30 % ilmu
umum :

(Tabel 2)
KURIKULUM MADRASAH TSANAWIYAH 6 TAHUN
P.P. AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA (1962 – 1978) [8]
No Mata Kitab-Kitab Muatan Kurikulum
Pelajaran 1 2 3 4 5 6
01 Al Qur’an dan Juz 30 dan Juz 1-5 4 2 2
Tafsir Tafsir Juz ‘Amma 2 2 2
Tafsir Al-Maroghi 4 2 2
02 Ilmu Tafsir Al-Itqan fi Ulumil Qur’an 2 2
03 Tajwid Syifaul Jinan 2
Hidayatus Shibyan 2
04 Hadis Al-Arba’in an-Nawawiyah 4 - -
Al-Majalisus Saniyyah 4 4
Adabun Nabawi 4
Bulughul Maram 2 2
05 Ilmu Hadits Mushtholahul Hadits 2 2 2
06 Tauhid Durusul ‘Aqaid 2 - -
Aqidatul ‘Awam 2
Jawahirul Kalamiyah 2
Al Aqaid - Hasan Al Banna 2
Fathul Majid 2
Al-Husunul Hamidiyah 2
07 Fiqh Mabadiul Fiqhiyyah 4 4
Fathul Qorib 4
Tuhfatut Thullab (Tahrir) 4 4 2
Fiqhul Mawaris 4
08 Ushul Fiqh Waraqat – fi Ushul al-Fiqh - 2
Ushulul Fiqh – Lil Hudhori 2
09 Qowaidul  Fiq Al Faraidul Bahiyah - 4
h Ringkasan Al-Asybah wan 4
Nadhoir (KH Humam Bajuri)
10 Shorof Ash-Sharful Wadhih 1 4
(Lughawi - mujarrod)
Ash-Sharful Wadhih 2 4
(Ishtilahi - mujarrod)
Ash-Sharful Wadhih 3 4
(Lughawi/Istilahi - Mazid)
Qawaidul Lughoh al Arabiyah 4 2
Tahdzibi al Taudhih fi qismi 2
Shorfi
11 Nahwu An Nahwul Wadhih 1 dan 2 2 2 - -
Ad-Durusun Nahwiyah 1 - 2 2 2
An Nahwu Wadhih lis Sanawi 4
Al Qawaidul Asasiyah 4 4 4
12. Mahfudhot Al-Muntakhobat fil Mahfudhot 2
dan Insya’ Durusul Insya’ wal Mahfudhot 2 2
Mu’allimul Insya’ al Arabiyah I, 2 2 2
II, III
13 Ulumul Al Balaghah Al Wadhihah - 2 2
Balaghah
14 Al-Qiroah Qiroatur Rosyidah 1 dan 2 2 2
Al-Qiro’ah wal-Muthola’ah 2
Al Mutholaah al-Arabiyah I, II 2 2
15 Tarikhul Islam Khulashoh Nurul Yaqin 1, 2, 3 2 2 2
At Tarikh Al Islami li Mahmud 4 2 2
Thoha
16 Bhs Indonesia Bhs. Indonesia 2 2 2 2 2 2
17 Bhs Inggris Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
18 I.Bumi/ I.Bumi/Geografi 2 2 2 2
19 S. Indonesia Sej. Indonesia 2 2 2 1 1 1
Sej. Dunia Sej. Dunia 1 1 1
20 Civic Civic 2 2 2 2 2 2
21 IPA Ilmu Hayat - Fisika 2 2 2
22 Akuntansi Akuntansi 2 2 2
23 Matematika Matematika 2 2 2 2 2 2
Jumlah 44 44 44 46 46 46
 Telah terdengar wacana tentang tidak berlakunya “Ijazah” swasta untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, pada tahun pelajaran 1979/1980 dikeluarkanlah
kebijakan untuk mengikuti “Ujian Persamaan”, baik untuk
tingkat Tsanawiyah maupun tingkat Aliyah, sekaligus diadakan pemisahan secara
kelembagaan dari Madrasah Tsanawiyah 6 tahun menjadi Madrasah
Tsanawiyah (MTs) 3 tahun dan Madrasah Aliyah (MA) 3 tahun. Kemudian
menetapkan Drs. K.H. M. Hasbullah, SH menjadi Kepala Madrasah dari kedua
lembaga tersebut. Sebagai konsekwensi dari mengikutkan para siswa
dalam Ujian Negara atau Ujian Persamaan, kurikulum yang ditentukan pesantren
pun ikut mengalami perubahan, namun perbandingannya masih tetap 70 % ilmu
agama dan 30 % ilmu umum, yang diberlakukan sejak tahun pelajaran
1980/1981 s/d 1989/1990. Khusus untuk Madrasah Aliyah, jurusan yang diambil
adalah jurusan IPS.[9]

(Tabel 3)
KURIKULUM MADRASAH TSANAWIYAH 3 TAHUN
P.P. AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA (1980/1981)[10]
No Mata Pelajaran Muatan Kurikulum
1 2 3
1. Program Umum
01 Aqidah – Akhlaq 2 2 2
02 Al-Qur’an Hadis 2 2 2
03 Syari’ah 2 2 2
04 PMP 2 2 2
05 Pendidikan Olah Raga/Kesehatan 2 2 2
06 Pendidikan Kesenian 1 1 1
Jumlah 11 11 11
2. Program Akademis
07 Sejarah Kebudayan Islam 2 2 2
08 Bahasa Arab 2 2 2
09 Bahasa Indonesia 2 2 2
10 Bahasa Daerah 1 1 1
11 Bahasa Inggris 2 2 4
12 IPS 2 2 2
13 Matematika 3 3 4
14 IPA (Fisika dan Biologi) 2 2 2
Jumlah 16 16 19
3. Program Ketrampilan
15 PKK 2 2 2
16 Ibadah Praktis 2 2 2
Jumlah 4 4 4
4. Program Pesantren
17 Tafsir Al-Qur’an 2 2 2
18 Tajwid 2 2 2
19 Hadis 2 2 2
20 Tauhid 2 2 2
21 Fiqih 2 2 2
22 Akhlak (al-Akhlaq lil Banin, Wasoya) 2 2 2
23 Mahfudhot 1 1 -
24 Al-Qiro’ah wal Muthola’ah 1 1 -
25 Imlak 1 1 -
26 Nahwu (Nahwul Wadhih) 2 2 2
27 Shorof  (ash-Shorful Wadhih) 2 2 2
28 Tarikh (Khulasoh Nurul Yaqin) 2 2 2
29 Pengajian Kitab (Fathul Qorib) 6 6 6
30 Pengajian Kitab (Jurumiyah, Mutamimah) 6 6 6
Jumlah 33 33 30
TOTAL 64 64 64
1 jam tatap muka = 35 menit.
Jam belajar :  Pagi : 07.00 – 13.00.  Sore : 15.00 – 16.30

(Tabel 4)
KURIKULUM MADRASAH ALIYAH 3 TAHUN
JURUSAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
P.P. AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA (1980/1981)[11]

No Mata Pelajaran Muatan Kurikulum


1 2 3
1. Program Umum

01 Aqidah – Akhlaq 1 2 2
02 Al-Qur’an Hadis 2 1 2
03 Syari’ah 2 2 1
04 PMP 2 2 2
05 Pendidikan Olah Raga/Kesehatan 2 2 2
06 Pendidikan Kesenian 1 1 1
Jumlah 10 10 10
2. Program Akademis
07 Sejarah Kebudayan Islam 1 1 1
08 Bahasa Arab 2 2 2
09 Bahasa Indonesia 2 2 2
10 Bahasa Daerah 1 1 1
11 Bahasa Inggris 3 3 3
12 Tata Buku / Hitung dagang 2 2 2
13 Ekonomi Koperasi 1 1 1
14 Sejarah (Indonesia & Umum) 2 2 2
15 Geografi Antropologi 1 1 1
16 Matematika 3 3 3
Jumlah 20 20 20
3. Program Ketrampilan
17 PKK 1 1 1
18 Ibadah Praktis 1 1 1
19 Ketrampilan Agama 2 2 2
Jumlah 4 4 4
4. Program Pesantren
20 Tafsir Al-Qur’an 2 2 2
21 Ilmu Tafsir 1 1 1
22 Hadis 2 2 2
23 Mustholahul Hadits 2 2 2
24 Ilmu Tauhid 2 2 2
25 Ilmu Akhlak 2 2 2
26 Fiqih 2 2 2
27 Qowa’idul Fiqh 2 2 2
28 Ushul Fiqh 2 2 2
29 Ilmu Faroidh/Mawaris 2 2 2
30 Al-Qiro’ah wal Muthola’ah 1 1 1
31 Mahfudhot 1 1 1
32 Insya’ 1 1 1
33 Qiroatul Kutub ad-Diniyyah 1 1 1
34 Nahwu 2 2 2
35 Shorof  2 2 2
36 Balaghah 2 2 2
37 Tarikh 1 1 1
38 Pengajian Kitab (Tuhfatut Thullab/Tahrir) 4 4 4
39 Pengajian Kitab (Jami’ ad-Durus al-‘Arabiyyah 4 4 4
Jumlah 38 38 38
TOTAL 72 72 72
1 jam tatap muka = 35 menit.
Jam belajar : Pagi : 07.00 -  13.00 WIB  dan Sore : 15.00 – 17.20 WIB

Mulai tahun pelajaran 1986/1987, MTs Al-Munawwir menerima siswa putri, sedangkan
Madrasah Aliyah mulai tahun pelajaran 1987/1988.  Sejak saat itu jumlah siswa/santri MTs dan
MA Al-Munawwir terus mengalami perkembangan yang sangat pesat, sampai saat wafatnya
K.H. Ali Maksum pada tahun 1989. Kelas 1, 2 dan 3, baik MTs maupun MA masing-masing
memiliki empat kelas pararel, yaitu A,B,C dan D, sehingga MTs memiliki 12 kelas pararel dan
MA juga 12 kelas pararel. Kemudian sejak tahun pelajaran 1990/1991, MTs dan MA ini secara
kelembagaan tidak lagi berada didalam naungan Pesantren Al-Munawwir yang diasuh oleh K.H.
Zainal Abidin Munawwir, tetapi dikelola secara khusus oleh Yayasan Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta yang dipimpin oleh K.H. Atabik Ali Maksum.

3).   Madrasah Aliyah Salafiyah


Madrasah Aliyah Salafiyah dengan lama belajar 3 tahun ini didirikan pada tahun
1955 oleh K.H. Ali Maksum, dengan kepala sekolah K.H. Zainal Abidin
Munawwir. Tujuan awal didirikannya Madrasah Aliyah Salafiyah ini adalah untuk
mendidik para santri agar mampu menguasai kitab-kitab klasik (salaf) dalam
rangka mengantarkan mereka menjadi “ulama salaf” (militan). Kurikulumnya
menggunakan kurikulum pesantren dengan perbandingan 90 %  ilmu-ilmu
agama dan 10 % ilmu-ilmu umum. Diantara para murid yang pertama kali
mengikuti program ini adalah K.H. Abdul Aziz Masyhuri; DR. K.H.. Abd.
Muchid AF; K.H. Asyhari Marzuki;  K.H. Humam Bajuri; K.H. Atabik Ali dan
lain-lain.[12]

Kurikulum Madrasah Aliyah Salafiyah (1955 – 1965)  sebagai berikut :


 (Tabel 5)
KURIKULUM MADRASAH ALIYAH SALAFIYAH[13]
Muatan Kurikulum
No Mata Pelajaran Kitab-Kitab I II III
Syar’i Lughah
01 Tafsir Tafsir Maraghi 3 3 6 6
02 Ilmu Tafsir Al-Itqan 3 3 3 -
03 Hadis Al-Jami’us Shohih lil Bukhori 3 3 6 6
04 Ilmu Hadis Syarah Alfiyah As-Suyuthi  fi 2 2 3 -
Ilmi Atsir
05 Fiqh Dalil Al Muhadzab li Sya’roni 4 4 3 -
Bidayatul Mujtahid 3 3
06 Ushul Fiqh Ushul Fiqh lil Khudhori 3 4 3 -
Al-Mustasyfa - - 3 3
07 Q. Fiqh Al-Asybah wan Nadhoir 3 3 3 -
08 Nahwu dan Sharaf Syarah Ibn ‘Aqil wa 4 4 - 6
Duru Tasrif li Muhyidin
09 An Naqd wal Jawahirul Balaghah 4 4 - -
Balaghah Kitabu Sona’atain - - - 6
10 Adab wan Nushus An Nususu Al Adabiyah 3 - - -
Al Adab wan Nushus lis - 3 - 5
Saibani
11 Matnul Lughoh Fiqhul Lughoh wa Sirril - - - 2
Arabiyah
12 Arudh wal Qawafi Ahdy Sabili ila Alami al 2 - - -
Kholil
13 Tarikh Islam Fajrul Islam 2 2 - -
14 Tasrikh Tasyri’ Tarikhut Tasyri’ Islami wa 2 2 2 -
Fununus Sunnah lil
Khudhori
15 Fiqhus Sirah Fiqhus Sirah al- 2 2 - -
Muhammadiyah
16 Ilmu Mantiq Ilmu Mantiq wan Nafs li 1 - - -
Muhammad Thoha Mahmud
17 Tarikh Adab Al Arobi Tarikh Adab al-Aroby 1 1 - 2
18 Bahasa Inggris 2 2 2 2
19 Ilmu Ekonomi 1 2 2 -
20 Civic  1 1 1 1
21 Antropologi- 1 1 - -
Sosiologi
Jumlah 47 44 40 42

Sehubungan dengan berdirinya Madrasah Tsanawiyah 6 tahun (sebagai peleburan


dari Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah 3 tahun), maka Madrasah
Aliyah Salafiyah pun ikut dilebur dengan Program Takhassus, lalu statusnya
diganti menjadi Madrasah Takhassus, yang kurikulumnya 100 % berupa ilmu-
ilmu agama. Materi kajian kitabnya antara lain : Tafsir Tafsir Al-Maraghi;
Hadits: Jami’us shoghir dan Jawahirul Bukhori (Hadits); Fiqih : Muhadz-dzab,
Bidayatul Mujtahid, Al-Asybah wan Nazhoir;  Tauhid : Risalah Tauhid;  Bahasa
Arab : Syarah Ibnu ‘Aqil, Jawahirul Balaghah, Nususul Adab; dan lain-lain.
Madrasah Takhassus ini pada perkembangan selanjutnya merupakan cikal bakal
berdirinya Perguruan Tinggi Ilmu-ilmu Salaf “Al-Ma’had Al-‘Ali” Al-Munawwir
pada tahun 1414 H / 1993 M, dengan lama belajar 4 tahun (8 semester).[14]

4). Madrasah Banat (Putri).


Madrasah Banat yang khusus untuk santri putri ini didirikan pada tahun 1951,
bertempat di komplek Nurussalam.  Madrasah ini dikelola dan diasuh oleh  K.H.
Mufid Mas’ud, K.H. Dalhar Munawwir, Ny Hj. Jauharoh Munawwir dan
keluarga pesantren. Jam belajarnya mulai pukul 18.30 s/d 20.30 WIB, mengingat
para santrinya adalah mereka yang pada pagi/siang harinya sekolah di sekolah
menengah (SMP, SMA dan yang sederajat) sampai perguruan tinggi (IAIN,
UGM, UII dll). Kurikulum dan mata pelajarannya 100% berupa ilmu-ilmu
agama. Pada perkembangan berikutnya, madrasah ini dilebur kedalam Madrasah
Salafiyah I, ketika P.P. Al-Munawwir di bawah kepemimpinan K.H. Zainal
Abidin Munawwir, 1989 s/d  sekarang ini.[15]

(Tabel 6)
KURIKULUM MADRASATUL BANAT
PP AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA[16]
No Mata Pelajaran Mata Pelajaran
Ula Tsani Tsalis Rabi’ Khamis Sadis
1 ALQUR’AN /TAFSIR 6 6 6 6 6 6
2 ILMU TAFSIR - - - 1 1 -
3 ILMU TAJWID 1 1 - - 1 -
4 HADITS - - 1 - - -
5 ILMU HADITS - - 1 - -
6 TAUHID/AQIDAH 1 1 1 1 - -
7 ULUMUS SYAR’IYYAH:
a. Fiqih 1 1 1 1 1 1
b. Furu’ - - 1 - - -
c. Ushul Fiqh - - 1 1 - -
8 AHLAK TASAWUF 1 1 1 1 1 1
9 LUGHAH ARABIYAH
a. Bahasa Arab/Lughah 1 - -
b. Nahwu - 1 1 1 1 -
c. Sharaf 1 1 1 - - -
10 TARIKH 1 - - - - -
JUMLAH 13 12 13 13 12 8

5).   Raudhatul Athfal / TK nDasari Budi dan Madrasah Diniyyah


RA/TK nDasari Budi PP Al-Munawwir  dengan masa belajar 1 tahun didirikan
pada tahun 1957 atas prakarsa Nyai Hj. Hasyimah Ali Maksum. Pada
perkembangan berikutnya, masa belajar di RA/TK ini ditambah setahun
sehingga menjadi 2 tahun. Adapun mata pelajarannya dititikberatkan pada :
a).   Pembinaan aqidah, syari’ah, akhlak dan pendidikan Al-Qur’an melalui metode
hafalan dan menyanyi
b).   Latihan beribadah
c).   Terwujudnya akhlak karimah melalui tingkah laku, ucapan dan pergaulan. [17]

Bersamaan dengan itu, Madrasah Diniyah PP Al-Muanwwir Krapyak dengan


lama belajar 3 tahun didirikan pada tahun 1957 atas prakarsa Nyai Hj. Hasyimah
Ali Maksum, dengan maksud dan tujuan agar masyarakat sekitar pesantren
dapat mendalami ilmu agama.  Dengan demikian, sejak awal
berdirinya, Madrasah Diniyah diperuntukkan bagi masyarakat umum sekitar
pesantren. Materi pelajarannya meliputi : 1) menulis huruf arab dan membaca
surat-surat pendek; 2) Hadis;  3) Tafsir; 4) Mahfudhot; 5) Shorof; 6) Nahwu; 7)
Khat; 8) Imlak; 9) Akhlak; dan 10) Tarikh Islam.[18]
Yang pertama kali menjadi Kepala Madrasah Diniyah adalah K.H. Asyhari
Marzuki (Pendiri dan Pengasuh P.P. Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta).
Perkembangan Madrasah Diniyah mengalami pasang surut, dan mengalami
perkembangan yang pesat sejak dikelolah oleh Drs. K.H. Henry Sutopo pada
tahun 1980-an. Sejak tahun itu jumlah murid semakin banyak dan tidak hanya
dari masyarakat umum, tetapi juga dari santri Krapyak yang sekolah di luar
pondok. [19]

MAJLIS TAKLIM
Majlis Taklim atau pengajian umum merupakan media penyampaian proses
belajar-mengajar pendidikan agama Islam secara umum dan terbuka, yang
diikuti para jamaah dari berbagai lapisan masyarakat dan tidak dibatasi
usia. Majlis Taklim atau pengajian umum ini biasanya dilakukan pada waktu-
waktu tertentu, misalnya pada minggu atau bulan tertentu, peringatan
haul (ulang tahun kematian) seorang ulama’, Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj, Nuzulul
Qur’an, Nisfu Sya’ban, dan lain-lain. Materi pembelajarannya pun beragama,
disesuaikan dengan situasi dan kondiri. Metodenya bervariasi tergantung situasi
dan kondiri, namun pada umumnya menggunakan metode ceramah,
wirid/dzikir, pepujian  dan sejenisnya.
Majlis Taklim yang diadakan di Pesantren Al-Munawwir merupakan
bentuk kepedulian dan pengabdian pengelola pesantren kepada masyarakat
sekitar dalam bidang pembinaan keimanan dan hidup keagamaan. Diantaranya
adalah

1).   Majlis Taklim setiap Jum’at legi.


Pesertanya khusus kaum ibu/para pemudi yang datang dari berbagai desa dan
wilayah di sekitar kabupaten Bantul dan Kodya Yogyakarta.
Tempatnya di halaman rumah K.H. Ali Maksum.
Waktunya antara pukul 08.30 s/d 10.30 WIB.
Bentuk pengajarannya dimulai dengan bacaan dzikir Tahlil, diteruskan dengan
pengajian/ceramah umum terutama oleh K.H. Ali Maksum.
Setelah itu ditutup dengan doa.

2).   Majlis Taklim setiap malam Sabtu Wage.


Pesertanya khusus bapak-bapak dan pemuda dari berbagai kampung/desa
sekitar pesantren.
Tempatnya di gedung Aula dan serambi Masjid pesantren.
Waktunya antara pukul 19.30 s/d 21.30 WIB.
Bentuk pengajarannya dimulai dengan bacaan dzikir Tahlil, diteruskan dengan
pengajian/ceramah umum oleh K.H. Zainal Abidin Munawwir.
Setelah itu ditutup dengan doa.
3).   Majlis Taklim “Peringatan Haul K.H.M. Munawwir” diadakan setahun sekali,
yaitu setiap malam tanggal 11 Jumadil Akhir.
Pesertanya dari berbagai lapisan masyarakat dan para alumni pesantren yang
datang dari berbagai kota, baik dari dalam dan dari luar kota Yogyakarta.
Tempatnya di P.P. Al-Munawwir. Waktunya dimulai sejak malam tanggal 10
sampai malam tanggal 11 Jumadil akhir.
Bentuk kegiatannya: Malam tanggal 10 sampai dengan siangnya
didadakan semaan Al-Qur’an bil Ghaib di Masjid; antara pukul 09.30 s/d 12.00
tanggal 10 diadakan temu alumni dalam rangka memecahkan berbagai
persoalan demi kemajuan pesantren. Sehabis shalat ‘Ashar sampai pukul 17.30
diadakan ziarah dan tahlil bersama di lokasi makam K.H.M. Munawwir di dusun
Dongkelan.
Kegiatan puncaknya diadakan pada malam tanggal 11 ba’da shalat ‘Isyak, antara
pukul 20.00 s/d 23.30, bahkan sampai larut malam. Acaranya dimulai dengan
pembacaan dzikir Tahlil secara umum, sambutan-sambutan, lalu diteruskan
dengan ceramah pengajian umum dengan penceramah muballigh/kiai kondang
kaliber Nasional dari luar kota Yogyakarta. Selanjutnya Majlis Taklim
Haul diakhiri dengan doa.[20]

PEMBINAAN MINAT DAN BAKAT SANTRI


Selain membekali para santri dengan berbagai bidang keilmuan melalui
pendidikan dan pengajaran seperti di atas, Pesantren Al-Munawwir juga
memberikan pelatihan ketrampilan (keorganisasian, kepemimpinan, muballigh,
dll), penggemblengan mental dan karakter (kedisiplinan, kemandirian, amaliyah
yaumiyah  baik ubudiyah  maupun mu’amalah, dll), serta pembinaan minat dan
bakat lainnya, diantaranya melalui kegiatan-kegiatan seperti Kepengurusan
lembaga-lembaga di lingkungan pesantren;  Jam’iyyah;  Pembinaan kesenian
dan olahraga;  dan Pengabdian masyarakat dalam bentuk memberikan
pembinaan mental keagamaan kepada masyarakat sekitar pesantren melalui
Yayasan KODAMA (Korps Dakwah Mahasiswa) Yogyakarta. 

Pondok Pesantren Al-Muanwwir menerapkan tata aturan yang sangat


longgar dan tidak terlalu ketat kepada para santri dalam kaitannya dengan
aktifitas di luar lokasi pesantren, kecuali pada jam tertentu antara pukul 24.00
s/d 03.00 bagi santri putra, dan antara pukul 19.00 s/d 05.30 bagi santri putri.
Artinya, para santri hidup dan tinggal di PP Al-Munawwir seperti hidup dan
tinggal di rumah / kampung sendiri. Mereka diberi kebebasan yang luas untuk
bermain, berhubungan, berinteraksi dan bertransaksi dengan masyarakat, serta
bebas melakukan berbagai aktifitas di tengah masyarakat luar lokasi
pesantren.  Tidak seperti keadaan para santri di sebagian besar pesantren pada
umumnya yang diharuskan tinggal dan menetap didalam komplek pesantren
selama 24 jam.
Adapun untuk melatih kedisiplinan para santri, pihak pengurus pesantren
dan Madrasah menyiapkan tata tertip (berisi: kewajiban, larangan, dan sangsi)
yang harus ditaati dan berbagai macam kegiatan positif yang harus diikuti para
santri, seperti kegiatan pengajian rutin, musyawarah atau belajar
bersama, jam’iyyah dan sebagainya. Dengan cara demikian, maka akan tercipta
kedisiplinan dan ketaatan yang timbul dari kesadarannya sendiri.
Jadwal kegiatan sehari-hari para santri PP Al-Munawwir sejak pagi hingga
malam hari sebagai berikut :

No Waktu Kegiatan
1 04.00 – 05.00 Bangun pagi, tahajjud dan jamaah sholat
subuh
2 05.00 – 06.15 Sorogan, pengajian weton, Al-Qur’an
3 06.15 – 07.00 Mandi, sarapan, dan berangkat ke Madrasah
4 07.00 – 12.30 Masuk ke Madrasah (proses belajar-mengajar)
5 12.30 – 13.00 Jamaah sholat dhuhur
6 13.00 – 15.00 Makan siang, istirahat
7 15.00 – 17.30 Masuk Madrasah
8 17.30 – 18.15 Jamaah shalat maghrib, istirahat
9 18.15 – 19.15 Pengajian kitab (weton) dan Al-Qur’an
10 19.15 – 20.00 Sholat isyak dan makan malam
11 20.00 – 22.00 Musyawarah (belajar kelompok), Al-Qur’an,
dan pengajian weton.
12 22.00 – 04.00 Istirahat, tidur malam,
Diluar padatnya jadwal kegiatan santri di atas, Pesantren Al-Munawwir
masih menyempatkan diri untuk melakukan pembinaan dan pengembangan
minat dan bakat para santri, diantaranya melalui kegiatan:
1).   Jam’iyyah yang diadakan para santri setiap komplek (unit gedung asrama) setiap
malam Jum’at, antara ba’da maghrib sampai pukul 20.00 WIB. Jam’iyyah artinya
perkumpulan, yang dimaksudkannya adalah suatu perkumpulan dengan
serangkaian kegiatan yang bermanfaat sebagai sarana latihan dan
pengembangan bakat kepemimpinan para santri, terutama yang berkaitan
dengan kehidupan sosial keagamaan. Acaranya meliputi : qiro’ah,
pembacaan surat Yasin, Tahlil,    kitab Dziba’ / Barzanji,  dan latihan pidato, dengan
para petugas yang ditunjuk secara bergiliran setiap minggunya.
Dari kegiatan jam’iyyah diharapkan muncul bakat kepemimpinan santri,
diantaranya bakat dan ketrampilan sebagai
pemimpin yasinan, tahlilan, dzibaan atau berzanjian, sebagai qori’/qori’ah,
muballigh, presenter atau pengatur acara dan lain-lain, sehingga para santri
ketika pulang kembali ke daerahnya masing-masing tidak merasa canggung
dalam memimpin dan mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada
di tengah masyarakatnya.

2).   Pembinaan minat dan bakat olahraga yang dilakukan setiap hari Jum’at pagi
dan sore. Cabang olahraga yang ada di pesantren Al-Munawwir diantaranya :
tenis meja, bola voli, sepakbola, pencak silat, karate, olahraga tenaga dalam.
Dalam hal ini pesantren menyiapkan sarana dan prasarananya yang meliputi : 2
lapangan bola voli, 4 lapangan bulu tangkis, 6 meja tennis meja, 1 lapangan
sepak bola (milik masyarakat yang setiap hari jum’at khusus dipergunakan
untuk keperluan latihan olahraga para santri). Untuk meningkatkan minat dan
bakat olahraga ini, pada event-event tertentu seperti dalam rangka
peringatan Isro’ Mi’roj, menyambut tahun Baru Hijriyah, peringatan HUT RI dan
lain, diadakanlah berbagai macam perlombaan olahraga, MTQ, qiroatul
kutub dan perlombaan lainnya antar komplek (unit gedung asrama);
mengadakan pertandingan persahabatan dengan pondok-pondok lain dan
masyarakat sekitar pesantren. Di samping itu juga mengirimkan beberapa santri
untuk mengikuti Porseni, Popda dan lain-lain.

 3). Pembinaan minat dan bakat kesenian. Dalam hal ini pesantren mengadakan
pelatihan atau pembinaan beberapa cabang kesenian, diantaranya
a). Seni Baca Al-Qur’an (Qiro’ah) setiap malam jum’at antara pukul 20.30 s/d 22.30
WIB; 
b). Samroh/Albanjari setiap hari jum’at pagi antara pukul 08.00 s/d 10.00 WIB; 
c). Drama, beberapa minggu sebelum tampil; dan cabang seni lainnya.
Untuk mengembangkan minat dan bakat ini, diadakanlah berbagai macam
perlombaan antar komplek didalam pesantren, mengirimkan beberapa santri
untuk mengikuti Porseni, Popda, MTQ tingkat Kabupaten, Propinsi dan
Nasional. Pada tahun 1980-an, salah satu santri Krapyak pernah mewakili
Propinsi DIY dan mendapat juara ke-1 MTQ tingkat Nasional untuk usia anak-
anak dan pada dua tahun berikutnya  juara ke-2 untuk usia Remaja atas nama
Bahrori Rahza (santri asal Pekalongan).[21]

Selain pembinaan dan pengembangan minat-bakat yang dilakukan


pesantren, para santri senior (Mahasiswa) juga menyalurkan bakatnya di luar
lembaga pesantren. Misalnya untuk menyalurkan bakat sebagai muballigh, para
santri membentuk organisasi dakwah yang diberi nama CODAMA (Corps
Dakwah Mahasiswa) pada tahun 1975 dan masih aktif sampai sekarang (2010).
Pada perkembangan selanjutnya, organisasi ini menjadi sebuah lembaga yang
berbadan hukum dalam bentuk Yayasan pada tahun 1982 dengan nama
“Yayasan KODAMA Yogyakarta” yang bergerak di bidang Dakwah, Pendidikan
dan Sosial. Pada akhir tahun 1989, Yayasan KODAMA yang memiliki kantor di
Jl. KH Ali Maksum RT 01 RW 01 Dusun Krapyak Kulon, Panggungharjo, Sewon
Bantul, yang berseberangan dengan lapangan sepak bola dan Rumah Sakit
Bedah Patmasuri ini beranggotakan + 150 santri; memiliki 1 Madrasah Diniyah
di Saman Bangunharjo Sewon Bantul, 1 lembaga kursus menjahit, 1 BMT (Baitul
Mal wat-Tamwil), serta memiliki 42 masjid/musholla/tempat binaan yang
tersebar di berbagai pelosok dusun wilayah kabupaten Bantul, Kodya Yogya,
kabupaten Sleman, kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo, bahkan ada yang
di daerah Muntilan Magelang (dekat lokasi Candi Borobudur).
Para santri senior yang menjadi anggotanya tersebut dikirim ke daerah
binaan (musholla/masjid/rumah penduduk) beberapa hari dalam satu
minggunya untuk mengajari anak-anak dan masyarakat membaca Al-Qur’an,
memberikan pengajian kitab-kitab kuning secara rutin, menjadi khotib sholat
jum’at, atau penceramah pada pengajian umum yang diselenggarakan oleh
masyarakat setempat.
Organisasi milik santri senior Pesantren Krapyak ini secara struktural
memang tidak berada di bawah lembaga pesantren Al-Munawwir, namun secara
kultural organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari peranan dan dukungan
pesantren Al-Munawwir, yang telah memberikan kebebasan bagi para santrinya,
terutama mereka yang menjadi mahasiswa, untuk mengabdikan keilmuannya
kepada masyarakat diluar pesantren, dan organisasi ini berada di bawah
bimbingan, pembinaan dan perlindungan K.H. Ali Maksum beserta para Kiai
dan para ustadz  pesantren.[22]

[1]   Zamakhsyari Dhofier, op.cit., halm. 41

Zamakhsyari Dhofier mengelompokkan berbagai pesantren menjadi dua kelompok besar, yaitu
pesantren salafi dan pesantren khalafi. Pesantren salafi ditandai dengan mempertahankan
sistem pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pengajarannya. Sistem madrasah diterapkan
untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pendidikan sistem
lama, tapi tanpa mengenalkan pengejaran pengetahuan umum. Sedangkan pesantren khalafi,
sama seperti pesantren salafi, hanya saja dengan memasukkan pengajaran pengetahuan umum
dalam madrasah-madrasah yang dikembangkannya, atau dengan membuka tipe sekolah-
sekolah umum dalam lingkungan peantren.

[2]   M. Ridlwan Nasir, op.cit., halm. 87


M. Ridlwan Nasir mengklasifikasikan pesantren menjadi 5, yaitu 1) Pesantren salaf/klasik,
ditandai dengan penerapan sistempendidikan salaf (weton dan sorogan)  dan sistem klasikal
(madrasah) salaf;  2) pesantren semi berkembang, sama seperti pesantren salaf ditambah
adanya sistem madrasah (swasta) dengan kurikulum 90 % agama dan 10 % umum’ 
3) pesantren berkembang, sama seperti nomor 2, hanya sudah bervariasi dalam kurikulumnya,
70 % agama dan 30 % umum, disamping itu juga diselenggarakan madrasah SKB tiga menteri
dengan penambahan diniyah; 4) pesantren khalaf/modern, sama seperti nomor 3, hanya lebih
lengkap, yakni dengan penambahan ada sekolah umum plus madrasah diniyah, perguruan tinggi
(umum atau agama), adanya koperasi, dan takhassus (bahasa Arab dan Inggris);  5) pesantren
ideal, sama seperti nomor 4, hanya lembaganya pedidikan lebih lengkap, yaitu adanya berbagai
lembaga ketrampilan, perbankan, dan hal-hal lain yang tidak menggeser ciri khas sebagai
pesantren.

[3]  Djunaidi dkk, Ibid., halm.34-35. Juga wawancara dengan K.H. Zainal Abidin Munawwir dan K.H.
A. Warson Munawwir, 03-09-2010

[4]  Ibid. halm. 35 juga wawancara dengan K.H. Zanal Abidin dan K.H.A. Warson Munawwir, 03-09-
2010.

[5]  Aly As’ad., Ibid., Bagian Lampiran halm.7-8

[6]  Djunaidi dkk., Ibid., halm. 36-37. Juga wawancara dengan KH Asyhari Abta, 04-09-2010

[7] Berikut ini merupakan gambaran seleksi penerimaan dan penempatran kelas model K.H. Ali
Makum, sesuai dengan pengalaman penulis sewaktu dites dan pengalaman kawan-kawan
penulis : materi tes untuk tamatan SD/MI atau pindahan dari MTs/SMP dan yang sederajat
adalah diperintah menulis surat Al-Fatihah tanpa melihat Mushhaf dan membaca teks kitab yang
berharokat seperti kitab Al-Qiro’ah al-Rosyidah, Durusul Lughah al-‘Arabiyyah dan semisalnya. Jika
calon siswa mampu menulis secara benar surat Al-Fatihah (tanpa ada kesalahan tulisan huruf
dan harokat) dan lancar membaca teks kitab tersebut, bisa dipastikan bahwa dia akan
ditempatkan di kelas 2 Tsanawiyah. Sedangkan materi tes untuk tamatan MTs/SMP/sederajat
atau pindahan dari MA/SMA dan yang sederajat adalah diperintah menulis surat Adh-
Dhuha dan membaca teks kitab “gundul” semisal kitab Fathul Qorib beserta pemahamannya. Jika
dia mampu menulis secara benar surat Adh-Dhuha (tanpa ada kesalahan tulisan huruf dan
harokat) serta mampu membaca secara lancar dan benar teks kitab “gundul” tersebut beserta
pemahamannya, dia akan ditempatkan di kelas 5 Tsanawiyah, dan jika ada kesalahan tetapi
tidak seberapa, dia akan ditempatkan di kelas 4 Tsanawiyah, namun jika dia tidak mampu atau
mampu tetapi kesalahannya agak parah, biasanya akan ditempatkan di kelas 2 atau 3
Tsanawiyah. Jadi, penempatan calon siswa di tingkatan kelas sepenuhnya merupakan hak
prerogatif K.H. Ali Maksum. Sedangkan pihak pengelola Madrasah tinggal melaksanakan
instruksi atau surat perintah dari beliau.

[8] Dokumen MTs Yayasan Ali Maksum PP Krapyak Yogyakarta, dan wawancara dengan Drs. K.H.
Asyhari Abta, 04-09-2010

[9]  Wawancara dengan Drs. KH. Asyhari Abta, 04-09-2010

[10] Dokumen MTs/MA Yayasan Ali Maksum PP Krapyak Yogyakarta.

[11] Dokumen MTs/MA Yayasan Ali maksum PP Krapyak Yogyakarta


[12]  Wawancara dengan KH Zainal Abidin Munawwir dan KH A. Warson Munawwir, 03-09-2010

[13] Aly As’ad, ibid., bagian Lampiran halm.9-10

[14] Wawancara dengan KH Zainal Abidin Munawwir dan KH A. Warson Munawwir, 03-09-2010

[15] Djunaidi dkk., Ibid., halm. 36-37. Juga wawancara dengan K.H. Zainal Abidin Munawwir dan K.H.
A. Warson Munawwir, 03-09-2010

[16] Ibid., halm., 60-61

[17] Aly As’ad, ibid., halm. 52

[18] Djunaidi dkk., halm.

[19] Wawancara dengan Drs. KH. Henry Sutopo, mantan Direktur Madrasah Diniyah 1980 – 2002,
pada tanggal  03-09-2010.

[20] Wawancara dengan Drs. K.H. Henry Sutopo, Drs. K.H. Asyhari Abta dan Drs. K.H. Munawwir
AF, 03-09-2010

[21] Wawancara pada tanggal 18 Juli 2010 dengan Drs. Djunaidi (mantan ketua pondok tahun 1988-
1990). Juga wawancara dengan Drs K.H. Munawwir AF (guru senior pondok, dan mantan
pengurus pondok), K.H. Drs. Asyhari Abta, M.Pd.I (kepala MA Al-Munawwir, mantan pengurus
pondok), 04-09-2010

[22] Wawancara pada tanggal 04-09-2010 dengan Drs. H. A. Zuhdi Mukhdlor, M.Hum (mantan ketua
Yayasan KODAMA periode 1981-1983), Drs. KH Munawwir AF (mantan ketua Yayasan
KODAMA periode 1985-1987), dan Drs. KH Asyhari Abta,M.PdI (mantan ketua Yayasan
KODAMA periode 1991-1993).

Anda mungkin juga menyukai