Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia saat ini sedang dihadapkan pada permasalahan global yakni Wabah
Corona Virus Disease (COVID 19) atau lebih dikenal dengan Virus Corona.
Wabah Covid 19 di Indonesia telah meluas ke berbagai wilayah. Jabodetabek
menjadi episentrum penyebaran virus tersebut. Pemerintah memberlakukan social
distancing dan beberapa daerah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) guna memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Berbagai dampak yang ditimbulkan pandemi Covid-19 ini diantaranya, masalah
sektor pengamanan perlindungan kesehatan penduduk, sektor usaha dan sektor
kriminalitas. Tingkat kriminalitas di Indonesia semakin meningkat selama
pandemi Covid -19. Kita bisa melihat data polda Bali, “laporan harian Biro
Operasi Polda Bali pada tanggal 10 April mencatat 12 kasus kejahatan dan terus
meningkat menjadi 15 kasus kejahatan dalam laporan harian tanggal 20 April”.
Berikut juga pernyataan dari Karopenmas Mabes Polri , Brigjen Pol Argo
Yuwono menyatakan “peningkatan kriminalitas sebaar 19,72 persen dari masa
sebelum pandemi, semetara Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusril
Yunus menyatakan di tengah corona kejahatan yang paling banyak terjadi di
Wilayahnya adalah pencurian, penjambretan dan perampokan minimarket” .1
Efek negatif pademi COVID-19 ternyata sangat berdampak juga di kalangan
remaja. Terlebih lagi tidak menempuh pendidikan di bangku sekolah (sekolah di
liburkan) salah satunya seperti yang terjadi di Kota Palembang “kenakalan remaja
semakin liar dan brutal.2Polisi mengamankan 11 remaja yang melakukan tawuran
dan mengamankan pula 17 pasangan remaja di penginapan”.

1
Muhammad Ahsan Rido.’’kriminalitas meningkat selama pandemi corona , sebanyak apa’’,
katadata.com, (Jakarta, 22 April:2020), 1.
2
Moslim,”Dampak negative covid 19 bagi remaja sudah parah,orang tua harus bertindak, ,Detak
Palembang.com, (Palembang,13 Mei 2020),1.

1
2

“Begitupun yang terjadi di Kota Cimahi, sejumlah anak muda di Kota Cimahi
kepergok petugas gabungan tengah berpesta narkoba, Sabtu (11/4/2020) malam.”3
Selain itu ada beberapa contoh problematika yang menyangkut tatanan nilai dalam
masyarakat yang tak kunjung dapat diselasaikan seperti korupsi, tawuran, antar
sekolah, free sex, nepotisme, budaya sogok menyogok, yang semuanya itu sudah
menjadi karakter dari bangsa kita. Dari karakter-karakter yang mengakar pada diri
bangsa Indonesia tersebut tidak bisa dihindari tanpa melalui pendidikan yang bisa
menumbuhkan nilai-nilai karakter bangsa yang terpuji.
Hal tersebut diatas berimbas pada pendidikan anak Indonesia salah satunya adalah
pendidikan karakter.Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan
dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal itu
tercermin dari kesenjangan sosial ekonomi politik yang masih besar, kerusakan
lingkungan yang terjadi di berbagai pelosok negeri, masih terjadinya
ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan
remaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang merambah pada semua sektor
kehidupan masyarakat.
Kenakalan remaja pada satuan lembagapendidikanmenunjukkanadanyadegradasi
dan krisis moral yang dialami bangsa ini. Pendidikan di Indonesia belum mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing unggul dan berkarakter. Lebih
tragis lagi, bila fenomena ini menyasar ke semua lembaga satuan pendidikan,
termasuk madrasah. Salah satu usaha yang dilakukan dalam mengatasi krisis
moral adalah dengan menerapkan pengembangan manajemen pendidikan
karakter. Secara regulatif, UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

3
Pandemi Covid-19, Muda-mudi di Cimahi Pesta Narkoba, Ayo Bandung.com.(13 April 2020), 1.
3

sehat, berilmu,cakap,kreatif,mandiri,danmenjadiwarga negara yang


demokrasi serta bertanggung jawab. 4

Dalam Undang-undang Sisdiknas tersebut dijelaskan mengenai keimanan


dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah inti dari pendidikan bangsa
Indonesia. Akan tetapi, dalam kenyataanya masih menempatkan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan sebagai inti pendidikan. “Pendidikan karakter
merupakan bagian dari pendidikan keagamaan dan Pendidikan
Kewarganegaraan”.5 Artinya pendidikan karakter belum menjadi salah satu fokus
pendidikan nasional.
Sejak tahun 2010 “pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional
mencanangkan penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan,
baik sekolah dasar hingga perguruan tinggi”.6Program ini dicanangkan bukan
tanpa alasan. Sebab, selama ini dunia pendidikan dinilai kurang berhasil dalam
mengantarkan generasi bangsa menjadi pribadi-pribadi berkarakter dan
bermartabat. Dan bisa juga dikatakan bahwa selama ini pendidikan gagal dalam
aspek karakter, dimana sekolah terlalu mengedepankan target-target akademis,
dan melupakan aspek pendidikan karakter, realitas ini membuat kreativitas,
keberanian menghadapi resiko, kemandirian dan kesabaran dalam menghadapi
ujian menjadi sangat rendah, yang menyebabkan anak mudah frustasi, menyerah,
dan kehilangan semangat juang.
Sebagai generasi penerus bangsa, peserta didik diharapkan mampu
mengoptimalkan segenap potensi fitrahnya untuk melakukan revolusioner bagi
kemajuan bangsa ke depan. Oleh karena itu pendidikan bukan sekedar bertujuan
untuk mengembangkan potensi intelektualitas dan keterampilan peserta didik
dalam setiap proses pembelajaran, melainkan juga harus mampu menanamkan
nilai-nilai etika dan moral yang baik dalam mengarungi kehidupan yang semakin
kompleks.

4
Team Pustaka Pelajar. Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2011), 3
5
Bambang Samsul Arifin dan Rusdiana, Manajemen Pendidikan Karakter ( Bandung:Pustaka
Setia, 2019), 2
6
Rahmat Rifai Lubis & Miftahul Husni Nasution, Implementasi Manajemen Pendidikan Karakter
di Madrasah, JIP: Jurnal Ilmiah PGMI, 3:1, (Juni 2017), 1
4

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia sangat penting, baik sebagai


individu maupun masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Akhlak
merupakancakupan moralitas atau perilaku yang baik pada setiap individu dalam
melakukan aktivitasnya agar bisa selamat di dunia dan di akhirat. Dengan
demikian tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa misi utama dari kerasulan
Muhammad saw. Adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah
mencatat bahwa factor pendukung keberhasilan dakwah nabi antara lain karena
dukungan akhlaknya yang mulia, sehingga Allah SWT. sendiri memuji akhlak
mulia nabi Muhammad SAW. sebagaimana Firman-Nya dalam Al Quran al-
Ahzab/33:21

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.(Q.S.al-Ahzab
(33:21)
Berdasarkan firman Allah di atas, bahwasanya telah ada suri teladan yang baik
dalam diri Rasulullah baik sifat, perilaku maupun tutur kata. Hal ini dapat dikaji
dalam keteladanan yang dicontohkan Rasulullah menerangi kehidupan umat
manusia menuju cahaya kebenaran dan kemenangan semasa ke khalifahanya di
bumi ini.
Allah SWT telah meletakkan dalam personalitas Nabi Muhammad SAW
dalam gambaran yang sempurna untuk kerakter islami, agar menjadi teladan bagi
generasi ummat selanjutnya dalam kesempurnaan akhlak dan universalitas
keagunganNya. Sebagaimana firman Allah dalam QS al-Qalam/68: 4
Permasalahan karakter telah mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah pusat.
Penyelenggaraan pendidikan Indonesia yang dirasa belum memberikan kontribusi
maksimal terhadap pengembangan karakter nasional menggerakan para pemangku
kebijakan untuk mengeluarkan kebijakan pendidikan yang terfokus pada
pengembangan karakter. Kebijakan tersebut dinamakan dengan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK). Menurut Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017.
5

Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan


pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat
karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan
olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)7
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sangatlah masih jauh dari harapan
karena mutu lulusan saat ini belum mencerminkan karakter yang diharapkan,
karena mereka masih cenderung bersifat pragmatis, sekuler, hedonistic,
materialistic yaitu cerdas secara intelektual dan fisik, namun secara kecerdasan
emosional masih kurang. Karena setiap lembaga pendidikan tidak hanya dituntut
untuk meningkatkan pencapaian akademis saja, melainkan bertanggung jawab
dalam pembentukan karakter yang baik.
Karakter merupakan sifat alamiah manusia dalam merespon situasi secara
bermoral yang diwujudkan dalam tindakan sehari-hari melalui prilaku
jujur, baik, hormat pada orang lain dan nilai-nilai karakter lainnya.
Pendidikan karakter bukan hanya berkaitan dengan benar atau salah, akan
tetapi bagaimana cara menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal
yang baik dalam kehidupan. Dengan demikian peserta didik memiliki
kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen
untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.8

Pengembangan pendidikan karakter di sekolah/madrasah merupakan upaya


pengembangan yang dilakukan oleh sekolah/madrasah dalam rangka
pembentukan karakter siswa. Istilah yang identik dengan pembinaan adalah
pembentukan, pembudayaan atau pembangunan. Pengembangan karakter memang
dapat dilakukan lewat berbagai kegiatan, namun akan lebih efektif jika dilakukan
melalui jalur pendidikan. Agar pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah/madrasah dapat optimal, efektif dan efisien, maka diperlukan kegiatan
manajemen yang efektif dan efisien juga.9

7
Team penyusun PPK. Panduan Penilaian Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah Pertam (Jakarta. Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia.2016), 3.
8
Samsul Arifin, Manajemen Pendidikan, 3
9
Laena Zakiyah, ,: Pola Manajemen Pendidikan Karakter di Madrasah(Penelitian di MTs. Al
Amin Cisarua Kabupaten Bandung Barat dan MTs. Persis Lembang Kabupaten Bandung Barat),
2018.3
6

Madrasah menghadapi tantangan yang sama dengan sekolah umum lainnya dalam
pembentukan karakter peserta didik. Sebagai lembaga pendidikan formal yang
sarat dengan muatan keislaman, madrasah memiliki peluang lebih besar dalam
mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada seluruh aktivitas pendidikan di
madrasah, khususnya pada fungsi manajemen.Untuk mengetahui manajemen
pendidikan karakter perlu dilakukan penelitian yang relevan untuk memberikan
kecukupan informasi dan referensi tentang manajemen pendidikan karakter.
Terkait pendidikan karakter, Pemerintah sudah membuat pedoman dalam
penerapan pendidikan karakter yang dikembangkan dari pendekatan integrasi,
sehingga pendidikan tidak hanya diintegrasikan pada setiap bidang studi/mata
pelajaran namun dikembangkan dan diintegrasikan dalam program pengembangan
diri, dan budaya sekolah.
Penerapan pendidikan karakter di sekolah dapat ditempuh melalui empat
langkah strategis yaitu:
Mengintegrasikan konten pendidikan karakter yang telah dirumuskan dalam
semua matapelajaran, Mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kegiatan
sehari-hari di sekolah, Mengintegrasikan pendidikan karakter dalam
kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan, dan Membangun
komunikasi kerjasama antar sekolah dan orang tua peserta didik 10.

Akan tetapi program ini pada kenyataannya tidak berjalan mulus seperti yang
diharapkan.Masih banyak sekolah yang hanya mengintegrasikan pada mata
pelajaran saja, namun itupun hanya sekedar tertera dalam RPP dan silabus. Akan
tetapi dalam proses pembelajaran di kelas masih banyak guru yang tidak
menerapkannya dan mengaplikasikannya.Terkait pengintegrasiannya terhadap
program pengembangan diri dan budaya sekolah juga tidak jauh berbeda, masih
banyak pihak sekolah belum siap dalam mengimplementasikan pendidikan
karakter dengan berbagai faktor-faktor yang menghambat berjalannya proses
pengintegrasian pendidikan karakter tersebut, salah satunya adalah fasilitas yang
tidak memadai, kesadaran diri para guru-guru dan juga pihak sekolah, kurang
sosialisasi bagaimana implementasi pendidikan karakter yang ideal dan masih
banyak lagi.

10
Samsul Arifin, Manajemen Pendidikan, 178.
7

Sebagai subsistem pendidikan formal makakeberadaansekolah/ madrasah


mengacu kepada tujuan pendidikannasionalUntuk mewujudkan mutu lulusan yang
berkarakter diperlukanprofilkualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan
dalam standarnasionalpendidikan (SNP), yang dikenal dengan delapan standar
sebagai acuanutama dalam mengembangkan sekolah/madrasah yang bermutu.
Madrasah merupakan lembaga yang sangat tepat untuk pelaksanaan pendidikan
karakter. Di madrasah pendidikan karakter sudah dilaksanakan dan sudah
tertanam begitu kuat, sebab nilai-nilai pendidikan karakter itu bersumber dari
ajaran agama dan nilai-nilai sosial yang berlaku. Mutu madrasah dari segala lini
manajemen, output, dan outcome tidaklah kalah dari lembaga pendidikan lainnya.
Ini adalah fakta yang menunnjukan bahwa madrasah lebih dapat diandalkan untuk
melahirkan generasi yang memiliki karakter terpuji. Output madrasah adalah para
alumni yang berilmu dan berakhlakul karimah.
Selama ini pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah masih menafikan
karakter, pendidikan kita sibuk menyusun desain pembelajaran dengan
meletakkan pilihan a.b, atau c, sebagai evaluasi terakhir tanpa memperhatikan
bagaimana penddikan itu dapat berdampak terhadap perubahan prilaku.
Agar pelaksanaan pendidikan karakter di madrasah dapat berjalan secara optimal,
efektif dan efisien diperlukan adanya kegiatan manajemen yang efektif dan efisien
pula.
Studi awal yang dilakukan pada tanggal 21 Januari 2020 di Madrasah Ibtidaiyah
(MI) Cerdas Nurani Kota Cimahi hal yang pertama dilihat dari madrasah ini
adalah Visi dan Misi yang tertera di dinding gedung. Visi dari Madrasah
Ibtidaiyah (MI)Cerdas Nurani ini adalah “Terwujudnya Pribadi Dan Masyarakat
Berkarakter Mulia”.11Melihat Visi tersebut jelas bahwa Madrasah tersebut
menerapkan pendidikan karakter sebagai program yang diunggulkan untuk
mencetak lulusan yang berkualitas baik dari keilmuan maupun dalam akhlakul
karimah.
MI Cerdas Nurani dalam manajemen pendidikan karakternya telah mempunyai
Kurikulum Character Building Cerdas Nurani dengan metode HCL (Habit-

11
Visi Misi Madrasah Ibtidaiyah Cerdas Nurani Kota Cimahi
8

Caracter-Life Skill) yang dilaksanakan dalam program harian, mingguan, bulanan


dan tahunan.12
Studi awal yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2020 di MI Asih Putera . MI
Asih Putera mempunyai slogan yaitu“Mendidik dengan sepenuh hati, itu
mencerminkan sikap tulus mendidik dari guru terhadap peserta didiknya.”13
Berdasarkan informasi yang didapat dari ibu kepala madrasah bahwasanya “MI
Asih Putera merupakan salah satu madrasah terbaik di Kota Cimahi yang
memiliki model pendidikan khas Islami yang dalam proses dan tujuan
pembelajarannya menerapkan pencapaian karakter.”14
Madrasah Ibtidiyah (MI) Asih Putera merupakan madrasah yang berdiri di bawah
naungan Yayasan Asih Putera yang berdiri pada februari 1985. Prestasi MI Asih
Putera telah mengokohkan visinya sebagai madrasah tingkat Internasional yang
Modern, Kompetitif, dan Islami. Oleh karena itu, Madrasah selalu mendorong dan
memberikan kesempatan bagi seluruh peserta didik dan pendidik untuk tetap
berprestasi pada bidang apapun, sehingga setiap even atau kegiatan lomba, MI
Asih Putera selalu mengirimkan duta-duta terbaiknya untuk berlaga di ajang
kompetisi yang sehat untuk membawa citra positif terhadap Madrasah. Beberapa
prestasi telah diraih, di antara prestasi yang monumental adalah “Terpilihnya
mewakili Jawa Barat pada lomba MI berpreastasi Tingkat Nasional, dan MI Asih
Putera mendapat juara kedua. dan di samping itu banyak sekali prestasi lain yang
telah dicapai.”15Dengan bergelimangnya prestasi yang diraih oleh MI Asih Putera,
baik di tingkat kota, provinsi maupun tingkat nasional, maka konsekuensi
logisnya adalah pola pendidikan yang diterapkan selama ini di MI Asih Putera
telah berdampak positif kepada keberhasilan peserta didik, khsususnya
keberhasilan peserta didik melalui program-program yang berkaitan dengan
pembentukan karakter di MI Asih Putera Cimahi.

12
wawancara dengan Rini Ismiati Putri (kepala MI Cerdas Nurani), Cimahi, 21 Januari 2020
13
wawancara dengan Nursaadah (kepala MI Cerdas Nurani), Cimahi, 22 Januari 2020
14
wawancara dengan Nursaadah (kepala MI Cerdas Nurani), Cimahi, 22 Januari 2020
15
wawancara dengan Nursaadah (kepala MI Cerdas Nurani), Cimahi, 22 Januari 2020
9

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan pengkajian


dan penelitian yang lebih mendalam tentang “Implementasi Manajemen
Pendidikan Karakter di Madrasah Pada Masa Pandemi Covid 19 (penelitian di
Madrasah Ibtidaiyah Cerdas Nurani dan Madrasah Ibtidaiyah Asih Putera Kota
Cimahi”. Kajian ini menjadi penting guna memberikan gambaran tentang
pelaksanaan manajemen pendidikan karakter di sekolah/madrasah. Dengan
terjawabnya permasalahan tersebut, akan sangat membantu bagi pengembangan
pendidikan karakter di sekolah/madrasah khususnya di MI Cerdas Nurani dan MI
Asih Putera Kota Cimahi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi focus penelitian ini
adalah Implementasi Manajemen Pendidikan Karakter di MI Cerdas
Nurani Kota Cimahi. Sedangkan yang menjadi subfokus yaitu : Integrasi konten
pendidikan karakter yang telah dirumuskan kedalam semua mata pelajaran,
Integrasi pendidikan karakter dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, Integrasi
Pendidikan karakter dalam kegiatan yang diprogramkan, dan Membangun
komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua peserta didik.
Dalam mencapai atau mendapatkan sesuatu, pasti adanya ketidaksesuaian dengan
tujuan awal yang diharapkan. “Masalah adalah kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan yang ada.”16 Berdasarkan latar belakang, focus dan subfokus
masalah tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam seluruh
mata pelajaran di MI Cerdas Nurani dan MI Asih Putera Kota Cimahi pada
masa pandemi COVID-19?
2. Bagaimana pelaksanaanpendidikan karakter yang terintegrasi dalam kegiatan
sehari-hari di sekolah di MI Cerdas Nurani dan MI Asih Putera Kota
Cimahipada masa pandemi COVID-19?

16
S.Margono,Penelitian Pendidikan,(Bandung : Rineka Cipta,1990). 54
10

3. Bagaimana pelaksanan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kegiatan


Ekstrakurikuler di MI Cerdas Nurani dan MI Asih Putera Kota Cimahi pada
masa pandemi COVID-19 ?
4. Bagaimana membangun komunikasi kerjasama antara sekolah dan orang tua
peserta didik dalam pendidikan karakter di MI Cerdas Nurani dan MI Asih
Putera Kota Cimahi pada masa pandemi COVID-19 ?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi
Manajemen Pendidikan Karakter di MI Cerdas Nurani Kota Cimahi. Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi :
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan pendidikan karakter
yang terintegrasi dalam seluruh mata pelajarandi MI Cerdas Nurani dan MI
Asih Putera Kota Cimahi pada masa pandemi COVID-19
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pendidikan karakter yang terintegrasi
dalam kegiatan sehari-hari di sekolah di MI Cerdas Nurani dan MI Asih Putera
Kota Cimahi pada masa pandemi COVID-19
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanan pendidikan karakter yang
terintegrasi dalam kegiatan yang diprogramkan di MI Cerdas Nurani dan MI
Asih Putera Kota Cimahi pada masa pandemi COVID-19
4. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan komunikasi kerjasama
antara sekolah dan orang tua peserta didik di MI Cerdas Nurani dan MI Asih
Putera Kota Cimahi pada masa pandemi COVID-19

D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
a. Sebagai kontribusi pemikiran sekaligus dalam ranghka memperluas wawasan
bagi kajian ilmu pendidikan dalam meningkatkan pemahaman tentang
manajemen pendidikan Islam terutama dalam Implementasi manajemen
pendidikan karakter.
11

b. Menambah ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan


penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ikmu dalam Implementasi
manajemen pendidikan Islam.
c. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan wacana ilmu ke-
Islaman, terutama yang berkaitan dengan Implementasi Manajemen
Pendidikan Karakter di lembaga pendidikan Islam.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan berguna untuk:
a. Memberikan informasi mengenai Implementasi Manajemen Pendidikan
Karakter.
b. Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam Implementasi Manajemen
Pendidikan Karakter.
c. Bagi peneliti lain, untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang
Implementasi Manajemen Pendidikan Karakter dan penerapannya..

E. Kerangka Berpikir
Pendidikan Karakter dan Akhlak merupakan dua hal yang penting dalam dunia
pendidikan. Tujuan Pendidikan Karakter adalah untuk meningkatkan mutu dan
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter yang terwujud dari akhlak mulia siswa secara utuh,
terpadu, dan seimbang. Pendidikan Karakter dapat dipahami yaitu segala sesuatu
yang dilakukan oleh guru dan sekolah, yang mampu mempengaruhi karakter
siswa dalam bentuk sikap dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi
dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama dan lingkungannya
Pendidikan karakter sesuatu hal yang sangat penting dan mendasar bagi
kehidupan manusia. Karena karakterlah yang membedakan antara manusia dengan
hewan. Meskipun manusia diberikan akal pikiran oleh Alloh swt tidak berarti
manusia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena karakter
juga harus didapatkan dari pembinaan dan pendidikan, oleh karena itu pendidikan
karakter perlu diberikan kepada manusia.
12

Pendidikan karakter di sekolah maupun madrasah merupakan suatu keharusan


dikarenakan pentingnya moral pada peserta didik, dalam sebuah lembaga
pendidikan yang mengimplementasikan pendidikan karakter tentu tidak luput
dari komponen pendidikan karakter itu sendiri. Pada prinsipnya pendidikan
karakter terdapat tiga komponen yang saling berhubungan yaitu pengetahuan,
perasaan danprilaku.
Selanjutnya berdasarkan betapa pentingnya akhlak atau karakter dalam
pendidikan sehingga Allah mengabadikannya dalam al-Qur’an surah Al-Qalam:
4 yang terjemahnya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.(QS. Al-Qalam: 4).
Ayat diatas menjelaskan betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia,
sehingga Allah swt mengutus Nabi Muhammad saw untuk menyempurnakan
akhlak manusia.Dalam keseharian hidup beliau, Nabi Muhammad saw pantas
dijadikan sebagai suri tauladan karena akhlaknya yang tinggi dan agung..
Menurut Sukro Muhab yang dikutip oleh Anas Salahudin dalam bukunya
Pendidikan Karakter, Oleh karena keteladanan dan akhlak Nabi Muhammad
SAW ini sampai menggugah seorang Mahatma Gandi dengan
menyatakan:“Saya lebih dari yakin bukanlah pedang yang memberikan
kesadaran pada Islam pada masanya, Tapi, ia datang dari kesederhanaan,
kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad serta pengabdian luar biasa kepada
teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya serta keyakinannya pada
Tuhan dan tugasnya”Dari fenomena pendidikan akhlak atau karakter di atas,
sehingga banyak dari para ahli yang membahas tentang pendidikan akhlak atau
dikenal sekarang dengan istilah pendidikan karakter, diantaranya al-Ghazali dan
Burhanuddin alZarnuji. Dengan berbagai kitab yang dikarang oleh para ahli
tersebut sehingga menunjukkan akan pentingnya pendidikan karakter yang
merupakan tujuan puncak dari pendidikan dengan membentuk karakter positif
dalam perilaku anak didik. Dan karakter positif itu sendiri tiada lain adalah
penjelmaan sifatsifat mulia Tuhan dalam kehidupan manusia.
Menurut Al-Ghazali Dalam Risalah Ayyuha al-Walad mengenai prinsip
pendidikan karakter yaitu “Menekankan pada pentingnya nilai akhlak yang
13

mengarah pada prinsip integrasi spiritualitas.”17Dalam tujuan pendidikan


karakter. Al-Ghazali menganggap bahwa “karakter lebih dekat dengan akhlaq,
yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah
menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan
lagi.”18 Apa yang dikatakan al-Ghazali tersebut merupakan karakter yang telah
mengakar dalam diri seseorang,dimana nilai-nilai yang sebelumnya menjadi
acuan telah dipahami dengan benar dan diaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat. Karakter bersumber dari nilai-nilai luhur yang secara moral
membentuk pribadi seseorang dan tercermin dalam perilaku.
Sebagaimana pakar pendidikan karakter Thomas Lickona menekankan
“Tiga komponen karakter yang baik dan harus ditanamkan sejak dini yaitu
Pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan perbuatan moral.”19
Tiga komponen ini sangat diperlukan untuk dapat memahami, merasakan, dan
mengerjakan nilai-nilai dalam pendidikan karakter.
Heri Gunawan juga menjelaskan dalam bukunya, bahwa “Tiga komponen
pendidikan karakter harus selalu diberikan kepada peserta didik dengan tahapan
Pengetahuan tentang moral,kecintaan akan moral,dan perbuatan
moral”.20Pengetahuan tentang moral yang disebutkan Heri Gunawan sebagai
tahapan penguasaan tentang nilai-nilai karakter, selanjutnya Kecintaan akan
moraladalah sebagai tahapan pendalaman dan pengetahuan aspek emosi peserta
didik dan yang terakhir adalah perbuatan moralsebagai tahapan aplikatif prilaku
peserta didik dari kedua tahapan sebelumnya yaitu pengetahuan tentang moral
dan kecintaan akan moral.
Ketiga prinsip di atas, dijelaskan sebagai berikut:
1.Tahu Kebaikan
Tahu kebaikanadalah tahapan penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai.

17
Ahmad Busroli, “Pendidikan akhlak Ibnu Miskawih dan Imam al-Ghazali dan Relevansinya
dengan Pendidikan Karakter Di Indonesia”.Attulab:IslamicReligion Teaching and Learning
Journal, 4:2 (2019). 4
18
Ahmad Busroli, Pendidikan akhlak,4.
19
Thomas Lickona, Educating for Character Mendidik Untuk nmembentuk Karakter, terj
Juma Abdu Wamaungo (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 85-100
Gunawan, Heri, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, cet. ke-2,
20

Bandung: Alfabeta, 2012


14

Dimensi-dimensi yang termasuk dalam kategori ini adalah ranah kognitif


seperti, kesadaran moral pengetahuan tentang nilai pengambilan perspektif ,
penalaran nilai keberanian mengambil sikap, pengenalan diri. Peserta didik
dalam tahapan ini diharuskan mampu “Membedakan nilai baik dan buruk,
menguasai dan memahaminya secara logis dan rasional bukan secara doktriner
dan dogmatis, mengenal sosok-sosok keteladanan misalnya Nabi Muhammad
Saw dan sahabat-sahabatnya.”21
2. Cinta Kebaikan
Aspek ini merupakan pendamalan dan pengetahuan aspek emosi peserta
didik untuk menjadi manusia yang berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan
sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu “Kesadaran akan jati diri
(conscience), percara diri (self esieem), kepekaan terhadap orang lain (empathy),
cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), dan
kerendahan hati (humility).”22Dalam prinsip ini pendidik harus mampu
menyentuh sisi emosional peserta didik sehingga akan tumbuh kesadaran dan
kebutuhan dalam diri siswa dan merasakan apa yang seharusya dan setidaknya
mereka lakukan.
3. Perbuatan Moral
Perbuatan Moralmerupakan “Perbuatan atau tindakan yang merupakan hasil dari
dua prinsip karakter lainnya. Untuk mengetahui apa yang mendorong sesorang
dalam berbuat baik maka harus dilihat dari tiga aspek lain dari karakter yaitu
kompetensi, keinginan, dan kebiasaan .“23
Ketiga prinsip yang dijelaskan di atas, adalah suatu prinsip yang harus
diberikan kepada siswa. Dengan prinsip diatas, maka diharapkan siswa
memahami tiga prinsip tersebut sehingga pendidikan karakter mudah untuk
diterima, dihayati, dan diimplementasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari.
Karena kita menyadari bahwa pendidikan karakter adalah mendidik siswa untuk
praktik dalam kehidupanya dengan diwarnai karakter yang baik. Sebagaimana

21
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, cet. ke-2, (Bandung: Alfabeta,
2012), . 193-195
22
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter. 193-195
23
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter. 193-195
15

yang ditulis Doni Koesoema dalam bukunya yaitu menekankan pada praktisi
atau tindakan siswa itu sendiri, Donimenilai bahwa keberhasilan pendidikan
karakter adalah dari tindakan kebaikan itu sendiri.
“Pendidikan karakter berkaitan dengan praksis, bukan sekedar
pengetahuan dan pemahaman. Pengetahuan memang penting, namun
pengetahuan tidak akan ada artinya dalam pendidikan karakter jika
pengetahuan itu tidak menjaditindakan."24
Berdasarkan gambaran tersebut, kita menyadari bahwa untuk mengaktualkan
sikap yang baik dari nilai-nilai yang telah diajarkan tidak cukup hanya dengan
pengetahuan kebaikan saja, akan tetapi merasakan atau cinta akan kebaikan dan
melakukan kebaikan adalah bentuk keberhasilan. Maka dari itu dalam
pengembangan karakter siswa tidak cukup peran guru dan sekolah saja, akan
tetapi bagaimana peran orang tua yangselalu Merujuk pada Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui
beberapa hal, yaitu pertama melalui mata pelajaran atau proses pembelajaran,
kedua melalui pengembangan diri siswa, dan yang ketiga melalui budaya
madrasah.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter yang telah dirumuskan oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dapat dipahami bahwa pelaksanaan
pendidikan karakter tidak hanya berlaku dalam proses pembelajaran di dalam
kelas saja, akan tetapi pada keseluruhan sekolah atau madrasah sebenarnya
terdapat proses pendidikan karakter yaitu melaui budaya madrasah atau atau
lingkungan sekolah yang terdapat nuansa interaksi sosial dan sebagainya, dalam
pengembangan diri siswa baik kegiatan yang bedada di dalam maupun diluar
sekolah. Oleh karenanya bila dicermati lebih dalam lagi, pelaksanaan
pendidikan karakter juga terdapat dalam pendidikan formal, informal, maupun
non formal.
Permasalahan karakter telah mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah
pusat. Penyelenggaraan pendidikan Indonesia yang dirasa belum memberikan
kontribusi maksimal terhadap pengembangan karakter nasional menggerakan para

24
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Utuh Dan Menyeluruh, (Yogyakarta: Kanisius,
2012), 158
16

pemangku kebijakan untuk mengeluarkan kebijakan pendidikan yang terfokus


pada pengembangan karakter. Kebijakan tersebut dinamakan dengan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK). Menurut Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017,
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan
pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat
karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan
olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).25
Penyelenggaraan PPK dalam pendidikan formal dilaksanakan melalui setiap
aktivitas sekolah dan penyelenggara pendidikan formal lainnya. Dalam lingkup
sekolah, PPK dimaksimalkan dengan mengembangkan lima nilai karakter utama
yang diantaranya sebagai berikut:26
a. Religius, yaitu nilai yang mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. b. Nasionalis, yaitu nilai yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. c. Mandiri,
yaitu nilai yang tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan
tenaga dan pikiran serta waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan
cita-cita. d. Gotong royong, yaitu nilai yang mencerminkan tindakan yang
menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan
persoalan bersama. e. Integritas, yaitu nilai yang menjadi upaya untuk
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam setiap
perkataan, tindakkan dan pekerjaan.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber


dari nilai moral universal (bersifat absolut) sebagai pengejawantahan nilai-nilai
agama yang biasa disebut the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki
tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut
para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada
Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan
santun, kasih sayang, peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang
menyerah, keadilan kepemimpinan, baik, rendah hati, toleransi, cinta damai dan
cinta persatuan.

25
Kokom Komalasari dan Didin Syarifudin, Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasi
Living Values Education (Bandung: PT Repika Aditama, 2017), 16.
26
Kokom Komalasari dan Didin Syarifudin, Pendidikan Karakter. 18
17

Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi


tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, sehingga
akan memiliki nilai. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter merupakan bagian
inti dari pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter di sekolah
setidaknya dapat ditempuh melalui empat alternatif strategi secara terpadu.
Pertama, mengintegrasikan konten pendidikan karakter yang telah
dirumuskan kedalam seluruh mata pelajaran.Kedua, mengintegrasikan
pendidikan karakter kedalam kegiatan sehari-hari di sekolah.Ketiga,
mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam kegiatan yang diprogramkan
atau direncanakan.Keempat, membangun komunikasi kerjasama antar
sekolah dengan orang tua peserta didik.27

Strategi mengintegrasikan keseluruhan mata pelajaran yaitu pengembangan nilai-


nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan kedalam setiap pokok
bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Strategi mengintegrasikan ke
dalam kegiatan sehari-hari dengan menerapkan keteladanan. Pembiasaan
keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tidak
diprogramkan karena dilakukan tanpa mengenal batasan ruang dan waktu.
Keteladanan ini merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga pendidikan dan
peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan- tindakan yang baik
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai
disiplin, kebersihan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur dan
kerja keras. Kegiatan ini meliputi berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin
membaca, memuji kebaikan dan keberhasilan orang lain,datang tepat waktu.
Strategi pembiasaan rutin yaitu pembinaan rutin merupakan salah satu kegiatan
pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di sekolah,
seperti upacara bendera, senam, doa bersama, ketertiban, pemeliharaan kebersihan
(Jumat bersih). Pembiasaan-pembiasaan ini akan efektif membentuk karakter
peserta didik secara berkelanjutan dengan pembiasaan yang sudah biasa mereka
lakukan.

27
Samsul Arifin, Manajemen Pendidikan, 178
18

Pada penelitian ini peneliti mengkaji implementasi pendidikan karakter dalam


kegiatan belajar mengajar, pembiasaan-pembiasaan dalam kehidupan keseharian
di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan keagamaan di sekolah.
Identifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang terkait dengan implementasi
pendidikan karakter perlu terus dilakukan termasuk kelengkapan administrasinya.
Semua data yang masuk akan diolah dan di cross check sampai memperoleh data
yang benar- benar kredibel.
Penciptaan suasana kondusif yang mendukung pengembangan karakter juga
dimulai dari kerjasama yang baik antara sekolah dengan lingkungan sekitar,
sehinggaterwujud sekolah yang memiliki iklim belajar yang aman, tertib dan
nyaman. Dengan demikian pelaksanaan program pendidikan akan berjalan secara
efektif. Merancang kondisi sekolah yang kondusif salah satu faktor yang
berpengaruh dalam pendidikan karakter adalah lingkungan.Salah satu aspek yang
turut memberikan saham dalam terbentuknya corak pemikiran, sikap dan tingkah
laku seseorang adalah faktor lingkungan dimana orang tersebut hidup. Berangkat
dari paradigm ini, maka menjadi sangat urgen untuk menciptakan suasana,
kondisi, atau linkungan belajar yang nyaman bagi peserta didik misalnya kondisi
toilet yang bersih, ketersediaan tempat sampah yang memadai, halaman yang
hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di dalam kelas. Hal
ini akan mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Kerjasama dengan
keluarga dan lingkungan mempengaruhi perkembangan pendidikan karakter bagi
peserta didik, karena pembentukan karakter peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari yang mereka temui adalah hal-hal yang ada di sekitarnya. Dengan adanya
kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan tersebut akan menghasilkan
karakter-karakter peserta didik yang diharapkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Skema kerangka berpikir dibawah ini:
19

context input proses product

REALITA (1) (2) (3)


(4)
1. Globalisasi merupakan salah Landasan Yuridis: STRATEGI
satu dampak negatif dalam 1.UU R.I. No.20 Tahun 2003 Tercapainya
dunia pendidikan terutama tentang Sistem Pendidikan 1. Pengembangan diri keberhasilan
mengenai pengembangan pen- Nasional. siswa yang mencakup program
didikan karakter; kegiatan rutin, ke- pendidikan karakter
2.PP R.I No.32 Tahun 2013
2. Banyaknya kekerasan dan teladanan, pengondisian siswa dalam rangka
tentang perubahan atas PP
perilaku menyimpang lainnya ling-kungan, kegiatan mela-hirkan
R.I No.19 Tahun 2005
terjadi di kalangan remaja spontan; siswa/lulusan
tentang Standar Nasional
merupakan salah satu per- 2. Pengintegrasian pada dengan akhlaqul
masalahan tersendiri bagi Pendidikan.
kegiatan yang telah ka-rimah.
pendidikan karakter; 3.PERMENDIKNAS R.I diprogramkan se-perti
3. Masih rendahnya kesadaran No.39 Tahun 2008 pada proses
dan keterampilan guru dalam tentang Pembinaan pembelajaran di kelas;
menanamkan pendidikan ka- Kesiswaan. 3. Memberikan kesadaran
rakter di sekolah; akan pentingnya nilai
4. Masih banyaknya warga se- 4.PERMENDIKNAS R.I karakter bagi seluruh
kolah yang membudidayakan No.21 Tahun 2006 tetang warga/civitas lembaga
sikap ketidakjujuran; Standar Kompetensi pendidikan;
5. Masih banyaknya sekolah Lulusan Untuk Satuan 4. Pengembangan budaya
yang mementingkan prestasi Pendidiikan Dasar & sekolah.
akademik daripada prestasi Menengah
non akademik (sikap siswa).
5.PERMENDIKBUD R.I
No. 62 Tahun 2014
tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler Pada
Pendidikan Dasar &
Menengah.

Teori pendidikan karakter


dan karakter Islami

umpan

Gambar 1.1Kerangka Pemikiran


20

F. Hasil Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang manajemen pendidikan
karakter ditemukan berdasarkan sudut pandang yang dilakukan beberapa peneliti,
diantaranya adalah:
1. Sahriani (2017)
Sahriani, (2017)28.melakukan penelitian yang berjudul ”:Implementasi
Manajemen Pendidikan Karakter dalam Pembinaan Akhlak Peserta Didik di SMA
Negeri 1 Burau Kabupaten Luwu Timur. Tesis prodi Manajemen Pendidikan
Islam, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alaudin Makasar. Tujuan penelitian
ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui perencaan, pelaksanaan dan dampak
manajemen pendidikan karakter dalam pembinaan akhlak peserta didik di
SMANegeri 1 Burau Kab. Luwu Timur. Penelitian ini adalah penelitian lapangan
(Field Research) dengan Pendekatan Teologis-Normatif, Pendekatan Pedagogis
dan Pendekatan fenomenlogi. Hasil kajian yang diperoleh dari penelitian ini
adalah; pertama bahwa dalam mengelolah perencanaan manajemen pendidikan
karakter peserta didik, melibatkan semua unsur baik sekolah, stakeholder (camat,
kapolsek, kepala desa, dan tokoh agama) dan masyarakat dalam hal ini orang tua
peserta didik ikut terlibat dalam menetapkan nilai-nilai karakter yang akan
diterapkan di sekolah yang tertuang dalam tata tertib. Kedua, Pelaksanaan
manajemen pendidikan karakter melibatkan semua elemen sekolah baik kepala
sekolah, guru, penjaga sekolah, dan penjaga kantin berperan dalam mengciptakan
kondisi kondusif bagi perkembangan karakter peserta didik. Ketiga, Penilaian
manajemen pendidikan karakter berbentuk observasi, maksudnya semua guru
terlibat dalam menilai karakter peserta didik dengan membuat catatan
perkembangan peserta didik melalui observasi. Dari hasil observasi guru
dilakukan rapat untuk membahas pilar-pilar karakter yang sudah tercapai dan
tindakan apa yang akan dilakukan guru untuk pembinaan karakter yang sudah
ditetapkan dalam aturan sekolah.

28
Sahriani, Implementasi Manajemen Pendidikan Karakter Dalam Pembinaan Akhlak Peserta
Didik Di Sma Negeri 1 Burau Kabupaten Luwu Timur, Tesis Program Pascasarjana UIN Alaudin
Makasar, (Makasar:UIN Alaudin, 2017)
21

Penelitian ini berbeda dengan yang peneliti lakukan, dimana penelitian


diatas dilakukan pada SMA negeri, sementara yang peneliti di Madrasah
Ibtidaiyah Swasta. Disamping itu peneliti hanya mengupas tentang
implementasinya saja di kedua Madrasah Ibtidaiyah.
2. Ngadiyono (2017)

Ngadiyono, (2017)29: Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah


Ibtidaiyah Negeri 2 Sleman Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, 2017. Penelitian ini bertujuan (1)
mendeskripsikan perencanaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh kepala
sekolah, dan guru MIN 2 Sleman; (2) mengetahui peran kepala sekolah, guru dan
karyawan MIN 2 Sleman dalam implementasi pendidikan karakter; (3)
mengidentifikasi nilai-nilai yang diimplementasikan dalam pendidikan karakter di
MIN 2 Sleman; (4) menghasilkan pola implementasi pendidikan karakter di MIN 2
Sleman; dan (5) menemukan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
implementasi pendidikan karakter di MIN 2 Sleman.Penelitian kualitatif ini
menghasilkan simpulan sebagai berikut. (1) Kepala madrasah telah melakukan
perencanaan pendidikan karakter secara terprogram dalam visi dan misi MIN 2
Sleman. Guru telah melakukan perencanaan pendidikan karakter dalam membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran. (2) Kepala madrasah memiliki peran sebagai
leader dengan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan dan mengawasi
program implementasi pendidikan karakter. Para guru memiliki peran
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, melakukan transfer of
knowledge dan transfer of value, sebagai teladan, pengawas, dan evaluator
implementasi pendidikan karakter. Karyawan memiliki peran sebagai penyedia
fasilitas sarana dan prasarana. (3) Nilai-nilai pendidikan karakter yang
dikembangkan di MIN 2 Sleman adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. (4) Implementasi
pendidikan karakter di MIN 2 Sleman dilaksanakan secara terintegrasi pada setiap

29
Ngadiyono, 2017, Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Sleman
Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, 2017.
22

mata pelajaran dan setiap kegiatan ekstrakurikuler. (5) Faktor pendukung


implementasi pendidikan karakter di MIN 2 Sleman meliputi visi dan misi
madrasah, komitmen kepala madrasah, SDM guru, karyawan, dan orang tua siswa
serta lingkungan masyarakat yang Islami. Sedangkan faktor penghambat
implementasi pendidikan karakter di MIN 2 Sleman meliputi sistem manajerial
madrasah, persepsi yang belum sama, beban kerja guru, siswa yang nakal, wali
siswa yang kurang peduli dan perkembangan media elektronik.
Penelitian ini berbeda dengan yang peneliti lakukan karena penelitian
diatas dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri sementara peneliti melakukannya
di Madrasah Ibtidaiyah swasta dan hanya mengupas implementasinya saja.
3. Laena Zakiyah (2018)
Laena Zakiyah, (2018)30, telah melakukan penelitian dengan judul : Pola
Manajemen Pendidikan Karakter di Madrasah(Penelitian di MTs. Al Amin
Cisarua Kabupaten Bandung Barat dan MTs. Persis Lembang Kabupaten
Bandung Barat)Bandung, Program Pascasarjana UIN Bandung, 2018. Penelitian
ini bertujuan : 1). Untukmembandingkan perencanaan pendidikan karakter di MTs
Al Amin Cisarua Kabupaten Bandung Barat dan MTs Persis Lembang Kabupaten
Bandung Barat. 2). Untuk mengetahui langkah-langkah kongkrit pengembangan
manajemen pendidikan karakter di madrasah tersebut. 3). Untuk menyusun
model/draft manajemen pendidikan karakter di madrasah tersebut 4). Untuk
memperbaiki standar oprasional manajemen pendidikan karakter di madrasah
tersebut. Penelitian Kualitatif yang berisi tentang perbandingan pola manajemen
pendidikan karakter di dua Madrasah Tsanawiah Al Amin Cisaruayang dibawah
naungan Muhammaadiyah dan Madrasah Tsanawiyah Persis Lembang Kabupaten
Bandung Barat.

Penelitian ini menjelaskan perbedaan pola manajemen pendidikan antara


MTs yang berada dibawah naungan Persis dan Mts yang berada dibawah naungan
Muhammadiyah., sementara yang peneliti lakukan di dua Madrasah Ibtidaiyah

30
Laena Zakiyah, 201830, telah melakukan penelitian dengan judul : Pola Manajemen Pendidikan
Karakter di Madrasah(Penelitian di MTs. Al Amin Cisarua Kabupaten Bandung Barat dan MTs.
Persis Lembang Kabupaten Bandung Barat)
23

yang hanya membahas tentang implementasinya saja.


4. Rahmat Rifai Lubis & Miftahul Husni Nasution (2017)
Rahmat Rifai Lubis & Miftahul Husni Nasution (201731) telah melakukan
penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah
Ibtidaiyah, Jurnal. JIP: Jurnal Ilmiah PGMI Volume 3, Nomor 1, Juni 2017.
Jurnal ini berisi tentang Beberapa model-model Penerapan Pendidikan Karakter di
Madrasah Ibtidaiyah, 1) Model sebagai mata pelajaran tersendiri (monolitik),
2).Model terintegrasi dalam semua bidang studi, 3).Model di luar pengajaran, 4).
Model gabungan. Kemudian berkenaan dengan implementasi pendidikan karakter
dapat dilakukan melalui implementasi Pendidikan Karakter Terintegrasi, antara
lain:1) Pengintegrasian dalam program pengembangan diri antara lain terintegrasi
pada kegiatan rutin disekolah, terintegrasi pada kegiatan spontan, terintegrasi pada
keteladanan, dan terintegrasi pada pengkondisian. 2). Pengintegrasian Pada Mata
Pelajaran. 3). Pengintegrasian Dalam Budaya Sekolah.
Penelitian diatas berbeda dengan yang peneliti lakukan, dimana peneliti
membahasa tentang implementasi pendidikan karakter di dua Madrasah.
Sementara penelitian diatas menjelaskan tentang model-model implementasi
pendidikan karakter di Madrasah.
Kempat penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa pada umumnya
masyarakat belum memiliki pemahaman yang baik tentang pendidikan karakter.
Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan sikap yang kurang memperdulikan
terhadap karakter anak-anak dan cenderung menyerahkan masalah tersebut pada
pihak sekolah. Hal tersebut yang mendorong Peneliti untuk melakukan penelitian
tentang implementasi pendidikan karakter pada siswa di madrasah terutama pada
masa pandemic covid 19 ini karakter empati pada individu masih kurang.
Pendidikan karakter perlu didukung oleh semua pihak baik kepala sekolah, guru,
karyawan, siswa, orang tua siswa dan masyarakat. Mereka harus bersinergi agar
pendidikan karakter berhasil menjiwai sikap dan tingkah laku siswa yang terbiasa
dengan karakter baik. Dengan demikian, sekolah harus mengimplementasikan

31
Rahmat Rifai Lubis & Miftahul Husni Nasution (201731) telah melakukan penelitian yang
berjudul Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidaiyah, Jurnal. JIP: Jurnal Ilmiah
PGMI Volume 3, Nomor 1, Juni 2017
24

pendidikan karakter sebagai tanggung jawab sekolah untuk membekali anak-anak


dengan nilai-nilai pendidikan karakter mulia. Karena para peserta didik
merupakan generasi penerus bangsa.

Anda mungkin juga menyukai