Indonesia berpeluang memasuki resesi di kuartal III 2020.
Hal ini lantaran proyeksi pertumbuhan
ekonomi kembali negatif, setelah kuartal II minus 5,32% dibandingkan periode sama tahun lalu. Resesi terjadi ketika ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut. Kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 karena sejumlah komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) diprediksi masih mengalami pelemahan, salah satunya konsumsi rumah tangga dan lembaga non-pemerintah. Komponen ini diperkirarakan hanya tumbuh -1,5% sampai -3%. Proyeksi penurunan konsumsi rumah tangga dan lembaga non-pemerintah lebih kecil ketimbang berbagai komponen pembentuk PDB lainnya. Meski demikian, kontribusi konsumsi rumah tangga yang terbesar, yakni mencapai 57,8%. Selain itu, terlihat pula dari deflasi selama dua bulan berturut-turut pada Juli dan Agustus 2020. Masing-masing sebesar 0,1% dan 0,05%. Deflasi terjadi lantaran penurunan harga barang. Pada kedua bulan tersebut, ditunjukkan oleh turunnya indeks kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan pertumbuhan deflasi 0,86%. Masyarakat Indonesia mulai mengurangi pengeluaran di berbagai kategori produk, kecuali kebutuhan pokok dan hiburan di rumah. Hal sama tampak dari survei PT Danareksa Sekuritas (Persero), bahwa masyarakat mulai mengurangi pengeluaran di sejumlah sektor tersier, seperti makan di luar, pariwisata, cemilan, produk perawatan wajah, paket data/pulsa, hingga produk perawatan pribadi.
Rangkuman : Masyarakat Indonesia mulai mengurangi konsumsi di pelbagai kategori produk,
kecuali bahan pokok dan hiburan di rumah. Hal ini berpengaruh kepada tingkat konsumsi rumah tangga yang berkontribusi besar terhadap PDB.