Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

“DEFISIT PERAWATAN DIRI”

A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis..
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan dirinya.

B. Penyebab

1. Faktor Predisposisi

Menurut Depkes (2015) penyebab kurang perawatan diri adalah:

a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.

b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.

c) Kemampuan realitas turun


Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.

2. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2016) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat
menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari berbagai stressor antara lain:

a) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli terhadap kebersihannya.

b) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c) Status sosio ekonomi


Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.

d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya.

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang


penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan
lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga

2
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Nanda,
2015).

C. Manifestasi Klinis
1. Mandi / Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur sushu, atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian / Berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakain, serta memperoleh atau menukar
pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, mengguanakan
kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil
pakaian, dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai dalam menelan makanan, mempersiapkan,
mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil
makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4. BAB / BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan dari setelah BAB/BAK dengan tepat,
dan menyiram toilet atau kamar kecil.

3
Keterbatasan perawatan diri atas biasanya diakibatkan karena stressor
yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga
diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya
sendiri baik dalam hal mandi, pakaina, berhias, makan, maupun BAB dan
BAK.Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien
bisa mengalami risiko tinggi isolasi sosial.

D. Penatalaksanaan

1. Farmakologi
a) Obat anti psikosis : Penozotin.
b) Obat anti depresi : Amitripilin.
c) Obat anti ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d) Obat insomnia : Phnebarbital.
2.   Terapi
a.   Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dengan kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan klien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya.
b.  Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau altivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian
orang merupakan perasaan dan tungkah laku pada orang lain.
Ada 5 sesi yang harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.

4
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c.  Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien. 

E. Pohon Masalah
Effect Risiko tinggi isolasi sosial

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif

F. Asuhan Keperawatan
Diagnosa : Defisit Perawatan Diri
KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI
EVALUASI
Pasien mampu : Seteleh..…..x pertemuan, SP 1
1. Melakukan pasien dapat menjelaskan 1. Identifikasi kebersihan diri,
kebersihan diri pentingnya : berdandan, makan, dan
sendiri secara 1. Kebersihan diri BAB/BAK
mandiri 2. Berdandan/berhias 2. Jelaskan pentingnya
2. Melakukan 3. Makan kebersihan diri
berhias/berdan 4. BAB/BAK 3. Jelaskan alat dan cara
da secara baik 5. Dan mampu kebersihan diri
3. Melakukan melakukan cara 4. Masukkan dalam jadwal
makan dengan merawat diri kegiatan pasien
SP 2

5
baik 1. Evaluasi kegiatan yang lalu
4. Melakukan (SP1)
BAB/BAK 2. Jelaskan pentingnya
secara mandiri berdanda
3. Latih cara berdandan
a. Untuk pasien laki-laki
meliputi cara :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Bercukur
b. Untuk pasien perempuan
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Berhias
4. Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1 dan 2)
2. Jelaskan cara dan alat
makan yang benar
a. Jelaskan cara
menyiapkan makanan
b. Jelaskan cara merapikan
perlatan makan setelah
makan dan sesudah
makan
c. Praktek makan sesuai
tahapan makan yang
baik
3. Latih kegiatan makan

6
4. Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 4
1. Evaluasi kemampuan
pasien yang lalu (SP 1, 2,
dan 3)
2. Latih cara BAB dan BAK
yang baik
3. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
4. Menjelaskan cara
membersihkan diri setelah
BAB/BAK
Keluarga mampu Setelah …….x SP 1
merawat anggota pertemuan, keluarga 1. Identifikasi masalah
keluarga yang mampu meneruskan keluarga dalam merawat
mengalami melatih pasien dan pasien dengan masalah
masalah kurang mendukung agar kebersihan diri,
perawatan diri kemampuan pasien berdandan, makan,
dalam perawatan dirinya BAB/BAK
meningkat 2. Jelaskan defisit perawatan
diri
3. Jelaskan cara merawat
kbersihan diri, berdandan,
makan dan BAB/BAK
4. Bermain peran cara
merawat
5. Rencana tindak lanjut
keluarga/jadwal keluarga
untuk merawat pasien

7
SP 2
1. Evaluasi SP1
2. Latih keluarga merawat
langsung ke pasien,
kebersihan diri, dan
berdandan
3. RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien

SP 3
1. Evaluasi kemampuan SP 2
2. Latih keluarga merawat
langsung ke pasien cara
makan
3. RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 4
1. Evaluasi kemampuan
keluarga
2. Evaluasi kemapuan pasien
3. Rencan tindak lanjut
keluarga
a. Follow up
b. Rujukan

8
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2015. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor


Direja Surya Herman Ade. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2015. Teori dan tindakan keperawatan jiwa.
Jakarta: Yankes RI Keperawatan Jiwa
Fitria, Nita. 2013. Aplikasi Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan da
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Keliat, B.A. 2016. Proses Kesehatan Jiwa.Edisi 1. Jakarta
Marimas, F, W. 2015. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Tim Direktorat Keswa. 2015. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung:
RSJP

Anda mungkin juga menyukai