Anda di halaman 1dari 81

Buku 4

Panduan

Program Penunjang Kegiatan Operasionalisasi


Kebijakan Nasional Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Berbasis Masyarakat di Daerah

Waspola
Bekerjasama dengan

Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan


Jakarta 2008
Buku 4, PANDUAN
Program Penunjang Kegiatan Operasionalisasi Kebijakan Nasional Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (AMPL) Berbasis Masyarakat di Daerah

Diterbitkan oleh WASPOLA bekerjasama dengan Kelompok Kerja


Air Minum dan Penyehatan Lingkungan:
- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
- Departemen Keuangan
- Departemen Dalam Negeri
- Departemen Pekerjaan Umum
- Departemen Kesehatan
- Departemen Pendidikan Nasional
- Departemen Perindustrian
- Kementerian Lingkungan Hidup

Sekretariat : Jl. Cianjur No. 4, Jakarta 10310


Telp./Fax. : (62-21) 314 2046
E-mail : waspola1@cbn.net.id
Website : www.waspola.org, www.ampl.or.id

viii + 71; 15 x 21 cm

ISBN : 978-979-17944-4-2

Tim Pengarah:
Oswar M Mungkasa
Gary D Swisher

Tim Penulis:
Editor : Sofyan Iskandar
Koordinator Buku 1, 2 : Subari
Koordinator Buku 3 : Nugroho Tomo
Koordinator Buku 4 : Nur Apriatman
Desain dan Produksi : Dormaringan Saragih

Kontributor:
Bambang Purwanto, Zainal Nampira, Rheidda Pramudi, Togap Siagian, Helda Nusi,
Adelina Hutahuruk, Huseiyn Pasaribu, Bambang Pudjiatmoko, Dormaringan Saragih,
Agus Priatna, Purnomo, Nastain Gasba, Syarifuddin, Alma Arief, Wiwit Heris, Udi
Maadi, Ardi Adji, Ida Nuraida, Ratna Tunjung Luih, A Tenriola, Sriaty, H Ridwan Somad,
Haryono Moelyo, H Nuryanto, Triyatno, Budiono, Ishak Jon, Sugeng Hariyanto, Johanes
Robert, Rafid, Isman Uge, Rusman Zakaria, Rewang Budiyana, Iim Ibrahim, Meytri
Wilda Ayuantri.

Cetakan : April 2008

Proyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Tahap Kedua (WASPOLA-2) dilaksanakan di bawah Koordinasi Pemerintah Indonesia, melalui
Kelompok Kerja lintas departemen yang diketuai oleh BAPPENAS, dengan mayoritas dana
hibah dari Pemerintah Australia melalui AusAID, dan dukungan langsung Water and Sanitation
Program for East Asia and the Pacific (WSP-EAP) atas nama AusAID dan Bank Dunia.
BUKU 4

Kata Sambutan

REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

R
eformasi kebijakan dalam Pembangunan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (AMPL) merupakan proses dinamis
dan berlangsung terus menerus, baik di tingkat pusat
maupun daerah, khususnya dalam upaya pencapaian target MDGs
Goal 7, khususnya Target 10.

Dengan demikian proses penguatan kapasitas pemangku


kepentingan, khususnya dari kalangan pemerintah menjadi sangat
relevan dan penting adanya.

Dalam mencapai tujuan ini, Kebijakan Nasional Pembangunan


Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat,
telah disusun oleh Pemerintah melalui proses partisipatif dengan
melibatkan pemangku kepentingan secara luas. Saat ini, kebijakan
itu telah diimplementasikan di berbagai propinsi dan kabupaten di
Indonesia, khususnya yang difasilitasi WASPOLA, dan daerah-daerah
lain yang diintervensi melalui kegiatan proyek terkait air minum
dan sanitasi, misalnya: WES dari Unicef, ProAir-GTZ, CWSHP-ADB,
PAMSIMAS-Bank Dunia, SWASH-CIDA, Plan International (LSM),
Sanimas dan lain-lain.
iii

KATA SAMBUTAN
BUKU 4

Inisiatif WASPOLA untuk menerbitkan dan menyebarluaskan Buku


Panduan tentang pelaksanaan kebijakan nasional pembangunan
AMPL, patut disyukuri dan diapresiasi. Buku Panduan, yang
disusun atas 5 seri (buku 1 hingga buku 5) menjelaskan tahapan
pelaksanaan implementasi kebijakan secara lugas dan terstruktur,
sehingga mudah dipahami dan diikuti. Masing-masing buku
memiliki tujuan dan lingkup pembahasan yang berbeda, walaupun
secara keseluruhan masih saling berangkai.

Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun buku serta


kontributor, baik yang berasal dari Kelompok Kerja AMPL baik di
tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota atas kerja keras
dan inisiatifnya. Masukan positif dan tidak ternilai harganya, sangat
membantu proses pengembangan dan finalisasinya.

Diharapkan melalui penerbitan buku panduan ini, proses reformasi


dan implementasi Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, dapat terus
berjalan dan tersebarluaskan dengan membuka ruang partisipasi
publik dan keterlibatan berbagai pihak.

Kami juga memberikan kesempatan kepada berbagai pihak yang


ingin mengadopsi pendekatan dalam reformasi dan implementasi
kebijakan, dengan menggunakan buku ini sebagai acuan dan
referensi.

Semoga bermanfaat dan selamat menindaklanjutinya.

Budi Hidayat,
Direktur Permukiman dan Perumahan

iv

KATA SAMBUTAN
BUKU 4

Kata Pengantar

B
uku 4 ini merupakan bagian keempat dari lima buku panduan
pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL
BM) di daerah. Buku ini berisi tentang panduan penyelenggaraan
kegiatan penunjang pelaksanaan Kebijakan di daerah. Dengan
adanya panduan ini, diharapkan mendapat kejelasan dalam
mema­­­hami kebutuhan daerah dalam peningkatan kapasitas guna
melakukan kegiatan-kegiatan pelaksanaan Kebijakan.
Buku panduan ini dapat digunakan oleh berbagai pihak
sesuai kebutuhan, baik pemerintah kabupaten/kota yang me­
nyelenggarakan kegiatan pelaksanaan Kebijakan, peme­rintah
provinsi yang menyelenggarakan pelaksanaan Kebijakan di tingkat
provinsi, maupun dalam mendukung kegiatan pelaksanaan
Kebijakan di kabupaten/kota. Juga dapat di­gunakan oleh pe­
merintah pusat atau stakeholder lain dalam mendukung kegiatan
pelaksanaan Kebijakan AMPL BM.
Buku panduan ini terdiri dari tiga bagian: Bagian 1 Umum, Bagian
2 Garis Besar Panduan, serta Bagian 3 Panduan Penyelenggaraan
yang terdiri dari: Lokakarya Pelaksanaan Kebijakan, Lokakarya
Pelatihan Keterampilan Dasar Fasilitasi, Lokakarya Orientasi MPA
PHAST, Lokakarya Pelatihan Penyusunan Perencanaan Strategis
AMPL, dan Lokakarya Pelatihan Pemicuan CLTS. Sedangkan bagi
yang membutuhkan panduan rinci, dapat dilihat pada Buku 5,
dalam bentuk file elektronik di CD, sebagai bagian tak terpisahkan
dari buku ini.
Selamat membaca dan mempraktekkannya.

Jakarta, April 2008


Tim Penulis 

KATA PENGANTAR
BUKU 4

Daftar Isi
Kata Sambutan........................................................................... iii
Kata Pengantar............................................................................v
Daftar Isi ...............................................................................vi
Daftar Singkatan........................................................................ vii

Bagian I
Pendahuluan............................................................................ 1
A. Gambaran Umum....................................................1
B. Garis Besar Isi Panduan ...........................................5

Bagian II
Panduan Penyelenggaraan.................................................... 7
A. Kegiatan 1: Lokakarya Pelaksanaan Kebijakan.........7
B. Kegiatan 2: Lokakarya dan Pelatihan
Keterampilan Dasar Fasilitasi................................. 17
C. Kegiatan 3: Lokakarya Orientasi MPA-PHAST........ 30
D. Kegiatan 4: Lokakarya dan Pelatihan Penyusunan
Rencana Strategis AMPL Berbasis Masyarakat...... 49
E. Kegiatan 5: Lokakarya dan Pelatihan CLTS
(Community Led Total Sanitation)......................... 58

Bagian III
Penutup ............................................................................. 71

vi

DAFTAR ISI
BUKU 4

Daftar Singkatan
AMPL Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
AMPL BM Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat
Aus AID Australian Agency for International
Development
BAB Buang Air Besar
BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Bapedalda Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah
Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bapermas Badan Pemberdayaan Masyarakat
BPS Badan Pusat Statistik
BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional
BPM Badan Pemberdayaan Masyarakat
CD Compact Disc
CLTS Community-Led Total Sanitation
DAK Dana Alokasi Khusus
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
HIPAM Himpunan Pengelola Air Minum
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MDG Millenium Development Goals
MPA-PHAST Methodogy for Participatory Approach
– Participatory Hygiene and Sanitation
Transformation
NGO Non Goverment Organization
ODF Open-defecation-free
Pokja Kelompok Kerja
Pokmair Kelompok Pemakai Air
PU Pekerjaan Umum
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum

vii

DAFTAR SINGKATAN
BUKU 4

PT Perguruan Tinggi
PRA Participatory Rural Apraisal
PBB Persatuan Bangsa Bangsa
Renstra Rencana Strategis
RKTL Rencana Kerja Tindak Lanjut
RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah
RTL Rencana Tindak Lanjut
SWOT Strengh Weakness Opportunity Threat
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
TOR Term of References
TV Televisi
Tupoksi Tugas Pokok dan Fungsi
UU Undang Undang
WASPOLA Water Supply and Sanitation Policy and
Action Planning Project
WC Water Closset
WS-2 Workshop - 2
WSLIC Water and Sanitation for Low Income
Community
WSP-EAP Water and Sanitation Program – and the
East Asia Pacific

viii

DAFTAR SINGKATAN
BUKU 4

Bagian I

Pendahuluan
A. Gambaran Umum
Buku 3 panduan praktis telah secara gamblang menggambarkan
rangkaian kegiatan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat (AMPL BM). Kegiatan-kegiatan tersebut
pada inti­nya berupa pemahaman prinsip-prinsip Kebijakan,
penyadaran stakeholder terhadap isu dan permasalahan
Kebijakan, ser­ta rencana tindak daerah dalam menangani isu
dan per­masalah­an tersebut. Sesuai dengan semangat Kebijakan,
ke­giatan­-ke­giatan tersebut dilakukan melalui pendekatan
partisipatif, yang melibatkan stakeholder yang luas.

Dari tujuh kegiatan utama seperti dijelaskan pada Buku 3,


seluruhnya dilakukan melalui lokakarya partisipatif. Untuk
mela­kukan kegiatan-kegiatan tersebut, kelompok kerja daerah
di­tuntut memiliki paling tidak pemahaman terhadap prinsip
pendekatan partisipatif. Hal ini diperlukan oleh kelompok kerja
daerah, baik provinsi maupun kabupaten, karena yang menjadi
pelaku utama dalam kegiatan pelaksanaan Kebijakan ini adalah
daerah sendiri. Walaupun dalam prakteknya ada bantuan
teknis dari kelompok kerja nasional dan sekretariat WASPOLA,
bantuan tersebut lebih menekankan kepada membimbing dan
mendorong daerah, sehingga memiliki kemampuan sendiri
dalam me­lakukan seluruh rangkaian kegiatan, baik selama
proses fasilitasi, maupun sesudahnya.


BAGIAN I: PENDAHULUAN
BUKU 4

Untuk keperluan tersebut, ada beberapa kebutuhan kelompok


kerja daerah yang minimal harus dikuasai, seperti:

a. Pemahaman terhadap Kebijakan dan metodologi fasilitasi


dalam memberikan pemahaman Kebijakan terhadap
stakeholder yang luas di daerah
b. Pemahaman terhadap teknik dasar fasilitasi, sehingga
memiliki kemampuan dasar dalam pengorganisasian dan
penye­lenggaraan event partisipatif, seperti lokakarya,
pertemuan, monitoring, dan sebagainya
c. Pemahaman terhadap metodologi partisipatif, dalam hal ini
methodology for partisipatory assessment (MPA), yang sudah
diterapkan dalam berbagai proyek AMPL berbasis masyarakat
d. Pemahaman terhadap perencanaan pembangunan AMPL,
khusus­nya rencana strategis AMPL, sehingga kelompok kerja
da­pat memahami konsep perencanaan strategis, memahami
tahap­an yang harus dilalui dalam penyusunannya, dan
memi­liki rencana untuk mewujudkan perencanaan strategis
di daerahnya, serta memilki kesadaran tentang alokasi
sumber daya yang harus disediakannya.
e. Pemahaman terhadap upaya-upaya alternatif dan inovatif
da­lam meningkatkan pelayanan AMPL di daerah. Sehingga
wa­wasan kelom­pok kerja menjadi terbuka untuk melakukan
te­robosan-terobosan. Pendekatan alternatif yang diberikan
di sini adalah pendekatan perubahan perilaku melalui
program CLTS (community-led total sanitation), yang
mendorong masyarakat untuk menghilangkan kebiasaan
buang air besar sembarangan

Hal-hal yang diuraikan di atas merupakan kebutuhan dasar


kelompok kerja daerah dalam pelaksanaan Kebijakan AMPL
Berba­sis Masyarakat. Kebutuhan tersebut dapat diperoleh daerah
dengan upaya sendiri untuk menyelenggarakan pelatihan,
dengan mengundang narasumber, atau dapat mengakses ke
lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pelatihan tersebut.

Sampai dengan saat ini Kelompok Kerja AMPL Pusat masih


menyediakan pelatihan-pelatihan tersebut, tetapi tidak


BAGIAN I: PENDAHULUAN
BUKU 4

menutup kemungkinan adanya lembaga lain yang tertarik


menye­lenggarakannya. Pada alur fasilitasi di bawah, dapat
dilihat kotak A-E merupakan kegiatan lokakarya/pelatihan/
orientasi yang diperlukan, yang merupakan modal bagi
kelompok kerja daerah dalam penyelenggaraan kegiatan
secara keseluruhan.

Sebagai acuan bagi para pihak yang berkeinginan untuk


menyelenggarakan lokakarya-pe­latihan untuk peningkatan
kapasitas da­­erah, dalam rang­ka menunjang kegiatan pem­
bangunan AMPL di daerah, di­sediakan pan­duan penyeleng­
garaan ke­giatan kegiatan dimaksud, meliputi:

a. Lokakarya pelaksanaan Kebijakan


b. Lokakarya dan pelatihan keterampilan dasar fasilitasi
c. Orientasi MPA/PHAST
d. Lokakarya dan pelatihan penyusunan rencana strategis AMPL
e. Lokakarya dan Pelatihan CLTS

Sebagai tindak lanjut dari pelatihan-pelatihan yang didapatkan


daerah, selanjutnya daerah melakukan kegiatan sendiri di
daerah­­nya masing-masing. Dengan bekal dari lokakarya dan
pela­­tihan, serta dukungan minimal dari pihak luar, daerah di­
harap­­kan dapat melakukan kegiatan yang disepakati dan telah
dijadwalkan.

BAGIAN I: PENDAHULUAN

Bagan Alir Proses Pelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
BUKU 4

Diseminasi Diseminasi Pendalaman Penyusunan Rencana Pemantapan Rencana


Kebijakan Nasional Kebijakan Nasional Kebijakan Pembangunan AMPL Kerja Pokja AMPL
AMPL-BM AMPL-BM
1 4 5 6 7

BAGIAN I: PENDAHULUAN
Penggalangan Lokakarya Kajian Kesepakatan Lokakarya
Dukungan Pimpinan Pelaksanaan Keberlanjutan Pe­­nyu­­­su­­­nan Rencana Konsolidasi
Daerah Kebijakan a Sarana AMPL Pembangunan Hasil Pelaksanaan
2 Daerah b AMPL-BM f Kebijakan h

Kajian
Penyiapan Pengelo­la­an Data
Kelompok Kerja Penyusunan
& Informasi AMPL
AMPL Daerah c Dokumen Renstra
3 AMPL-BM g
Kajian Investasi dan
Alternaif Pen­da­naan
AMPL Daerah d
Lokalatih Lokakarya dan
Pelaksanaan Orientasi Penilaian Diri Finalisasi
Kebijakan A MPA Phast C (Self Asses­­ment) e Rencana Strategis
Pelatihan Pelatihan AMPL
keteram­­­pilan Pe­nyu­sunan
Sosialisasi dan Legalitas
Dasar Fasilitasi B Renstra AMPL D Penyempurnaan
Dialog Publik Renstra
Lokakarya / Monitoring
Pelatihan Acuan SKPD Umpan Balik
dan Evaluasi
CLTS E
BUKU 4

B. Garis Besar Isi Panduan


Ringkasan Panduan Program Penunjang dalam Pelaksanaan
Kebijakan

Jenis Kegiatan Pokok Bahasan


1. Lokakarya ● Latar belakang, maksud dan tujuan Kebijakan
pelaksanaan ● Pokok-pokok Kebijakan dan strategi
Kebijakan pelaksanaannya
● Pendalaman pokok Kebijakan dan strategi
pelaksanaannya
● Pendalaman road mapping implementasi Kebijakan di
kabupaten/kota untuk penajaman Rencana Kerja Daerah
sesuai dengan kemampuannya masing masing
2. Lokakarya ● Kebijakan: Diskusi pendalaman langkah langkah
dan Pelatihan fasilitasi pelaksanaan Kebijakan
Keterampilan ● Kompetensi Fasilitator: Dasar dasar fasilitasi, Metoda
Dasar-dasar Fasilitasi, Etika fasilitator, Teknik komunikasi, Media
Fasilitasi fasilitasi, Penjajagan kebutuhan fasilitasi, Menyusun
kerangka acuan fasilitasi, Menyusun kurikulum
fasilitasi,
● Simulasi Fasilitasi di Lapangan: Persiapan simulasi
fasilitasi, Pelaksanaan praktek fasilitasi, Acara
kreatifitas kelompok, Refleksi praktek fasilitasi
3. Lokakarya ● Konsep dan metode MPA-PHAST sebagai piranti
Orientasi perencanaan, monitoring, evaluasi dan pengam­
Methodology bilan keputusan pembangunan AMPL yang
of Participatory berkelanjutan.
Asessment and ● Kerangka kerja MPA-PHAST
Participatory ● Tata cara penggunaan piranti MPA-PHAST
Health and ● Keterkaitan MPA-PHAST dengan Kebijakan nasional
Sanitation AMPL berbasis masyarakat
Transformation ● Simulasi penggunaan piranti MPA-PHAST
(MPA-PHAST)
4. Pelatihan dan ● Pengantar Pola Pembangunan
Lokakarya ● Pengantar Rencana Strategis
Nasional ● Kaji ulang pelaku AMPL Daerah
Penyusunan ● Klarifikasi Mandat
Rencana Strategis ● Penyusunan Visi-Misi dan Nilai AMPL Daerah
AMPL ● Analisis SWOT AMPL
● Perumusan Strategi: Analisa Isu Strategis,
Perumusan Tujuan Strategis, Kebijakan Strategis,
Program Strategis dan Kegiatan
● Pengenalan Indikator Kinerja

BAGIAN I: PENDAHULUAN
BUKU 4

Jenis Kegiatan Pokok Bahasan


5. Lokakarya dan ● Refleksi pengalaman sanitasi sebelumnya
Pelatihan CLTS ● Pengenalan CLTS dan pengalaman di negara dan
daerah lain
● Prinsip2 CLTS, Tiga pilar PRA dalam CLTS, Perubahan
perilaku, Elemen pemicu: Pembuatan Peta, Transek,
Alur Kontaminasi, Air Terkontaminasi, FGD, Faktor
penghambat, Apa yang seharusnya dilakukan dan
tidak dilakukan
● Praktek pemicuan di lapangan: persiapan, simulasi
di kelas, pelaksanaan pemicuan, Kompilasi temuan
lapangan dan penyusunan laporan, Refleksi
temuan praktek lapan, Penyusunan RKM
● Sanitation ladder: Memberikan pilihan informasi
mengenai sarana jamban yang meminimalkan atau
membatasi terjadinya kontaminasi, serta membantu
masyarakat dalam mengenali sarana jamban
yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat, serta sebagai alat bantu komunikasi
dalam pemilihan teknologi sarana jamban

BAGIAN I: PENDAHULUAN
BUKU 4

Bagian II

Panduan Penyelenggaraan

A. Kegiatan 1: Lokakarya Pelaksanaan Kebijakan

Tujuan:
a. Memberikan pemahaman kepada daerah tentang latar bela­kang
penyusunan Kebijakan
b. Memberikan pemahaman kepada daerah tentang isi Kebijakan
Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehat­an Ling­kungan
Berbasis Masyarakat
c. Memberikan pemahaman kepada daerah tentang pelaksanaan


BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Kebijakan di daerah, ter­­masuk proses yang harus di­lalui, dan


sumber daya yang harus di­sediakan oleh daerah
d. Mengembangkan rencana tindak pelaksanaan Kebijakan di
daerah

Keluaran
a. Diperolehnya pemahaman terhadap latar belakang dan
tujuan penyusunan Kebijakan
b. Diperolehnya pemahaman terhadap pokok-pokok Kebijakan
c. Dipahaminya proses pelaksanaan Kebijakan di daerah, dan
ter­petakannya dukungan sumber daya daerah
d. Tersusunnya rencana tindak lanjut pelaksanaan Kebijakan di
daerah.

Metode:
a. Presentasi
b. Diskusi kelompok
c. Presentasi bergerak

Alat dan Bahan/Materi:


a. Komputer/laptop, LCD proyektor, dan layar
b. Kain rekat, kartu metaplan, spidol
c. Kertas flipchart, selotif.
d. Buku Kebijakan Nasional AMPL-BM
e. Bahan presentasi Kebijakan dan pelaksanaannya

Peserta:
Lokakarya ini dapat diikuti oleh peserta yang berasal dari da­erah,
baik provinsi, kabupaten, maupun kota, yang ber­mi­nat da­­­­lam
melaksanakan Kebijakan Nasional Air Mi­num dan Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat. Peserta non­ pemerintah juga
dapat mengikutinya untuk dapat ber­parti­sipasi dalam kegiatan
pelaksanaan Kebijakan, baik yang langsung mereka fasilitasi,
maupun mendukung kegiatan yang dilakukan oleh daerah
sendiri. Peserta potensial untuk pe­latihan/lokakarya ini adalah:

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

a. Instansi terkait AMPL di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota:


Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Badan
Pemberdayaan Masyarakat, Bapedalda/Dinas Lingkungan
Hidup, dan dinas terkait lainnya
b. LSM/Perguruan Tinggi/Tokoh Masyarakat
c. Pihak lain yang dianggap perlu dan peduli terhadap
pembangunan AMPL seperti tokoh adat, tokoh agama dan
lain sebagainya.

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Alur Lokakarya

1. Pembukaan 2. Pengantar Lokakarya

3. Pengantar Kebijakan AMPL BM (pleno)

4. Pengantar Sesi Pemahaman


Substansi Kebijakan

Diskusi tentang pemahaman Kebijakan

Presentasi hasil diskusi kelompok


5. Pengantar pelaksanaan
Kebijakan Review hasil diskusi kelompok

Diskusi isu pembangunan AMPL


masa lalu dan sekarang

Pengelompokkan isu pembangunan AMPL


masa lalu dan sekarang

Penarikan garis keterhubungan


kelompok isu AMPL

Diskusi isu pembangunan AMPL masa datang

Diskusi menentukan kegiatan yang dibutuhkan


sesuai dengan kondisi yang diinginkan

Menentukan prioritas
sesuai dengan kemampuan daerah

Menyusun Rencana Tindak

Review hasil diskusi kelompok

6. Penutupan

Seper­ti digambarkan dalam alur lokakarya di atas, langkah-


lang­kah dalam menyelenggarakan lokakarya ini adalah
sebagai be­rikut:

10

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

1) Pembukaan dan arahan.


Sesi ini dapat diisi oleh narasumber atau pejabat terkait yang
berkompeten, sebaiknya arahan meliputi latar belakang
dan tujuan lokakarya, yang memberikan pemahaman
kepada peserta tentang perlunya lokakarya ini bagi
daerah. Pembelajaran dalam pembangunan AMPL berbasis
masyarakat, baik yang berhasil maupun yang gagal perlu
disampaikan kepada peserta.
Demikian juga tentang posisi daerah dalam era desentralisasi,
yang memikul tanggung jawab dalam pembangunan AMPL.
Keterbatasan kemampuan pendanaan pemerintah dan potensi
pendanaan masyarakat perlu mendapat penekanan. Selepas
kegiatan ini, lakukan pemetaan awal kemampuan peserta.
2) Pengantar lokakarya
Sesi berisi perkenalan dimana secara partisipatif peserta,
fasi­li­tator dan panitia berkenalan satu dengan lainnya;
dilanjut­kan dengan identifikasi harapan dan kenyataan,
dimana setiap peserta mendapatkan dua kertas metaplan
ber­­­beda warna, misalnya biru dan merah untuk menuliskan
ha­rapan dan kekhawatiran tentang penyelenggaraan
lokakar­ya, untuk kemudian ditempel dan dikelompokkan
di kain rekat; berdasarkan hasil identifikasi tersebut tadi,
kemu­dian dijelaskan alur lokakarya; serta akhirnya, diujung
acara peserta dan fasilitator menyepakati aturan main
pelaksanaan lokakarrya.
3) Presentasi Kebijakan Nasional AMPL dan Pelaksanaannya
Se­si ini dapat diisi oleh narasumber yang menguasai
isi Kebijakan, serta memahami proses pelaksanaannya.
Pada intinya perlu disampaikan tentang latar belakang
dan tujuan Kebijakan dalam menciptakan pembangunan
AMPL Berbasis Masyarakat yang berkelanjutan. Demikian
ju­ga tentang perlunya daerah dalam mengadopsi dan
meng­implementasikan Kebijakan, hal ini terkait dengan
ke­wajiban daerah dalam memberikan pelayanan AMPL
kepada masyarakat.

11

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Untuk menghindari kesalahpahaman daerah terhadap


pelaksanaan Kebijakan, perlu dijelaskan tahapan-tahapan
kegiatan adopsi dan implementasi Kebijakan (seperti
dijelaskan pada alur fasilitasi). Pada intinya perlu ditegaskan
bahwa program pelaksanaan Kebijakan merupakan kegiatan
bantuan teknis, yang tidak secara khusus membawa proyek
fisik. Tetapi dalam fasilitasi tersebut akan mendorong daerah
untuk memetakan kebutuhan dan po­tensi sumber pendanaan
yang potensial, yang dapat diakses oleh daerah.

4) Diskusi Pemahaman Kebijakan

Bagi peserta ke dalam beberapa kelompok, sesuaikan dengan


jumlah peserta keseluruhan, masing-masing kelompok
disarankan tidak lebih dari 10 orang. Untuk lokakarya
yang dihadiri oleh beragam daerah, pastikan bahwa ini
merupakan latihan, sehingga pengelompokan daerah tidak
berpengaruh. Keragaman asal peserta justru menjadi sarana
saling belajar di antara peserta. Perlu ditegaskan bahwa sesi
ini akan dilakukan pada tingkat daerah, sehingga peserta
harus mengikutinya dengan baik, sehingga mereka dapat
melakukannya di tingkat daerah.

Pembagian kelompok: tentukan jumlah kelompok yang


akan dibentuk, sesuaikan dengan jumlah peserta dan
12

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

jum­­lah fasi­litator yang tersedia. Teknik pembagian


kelompok dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya
menghitung 1,2,3 dan 4 terus berulang, untuk membentuk
4 kelompok. Pasti­kan bahwa selain fasilitator utama yang
memandu jalannya diskusi, ada pencatat jalannya diskusi,
dan juru bicara untuk mempresentasikan hasilnya. Pastikan
juga bahwa fasilitator sudah menyiapkan matriks 4 kolom
berisi kolom 1: 11 butir Kebijakan, kolom 2: pemahaman/
definisi menurut peserta, kolom 3: hambatan pelaksanaan,
kolom 4: cara mengatasi hambatan.

Lakukan diskusi mulai dari butir Kebijakan no 1 sampai dengan


11, secara berurutan. Atur sedemikian rupa sehingga masing-
masing pendapat dapat diklarifikasi oleh anggota kelompok.
Sehingga seluruh anggota mendapatkan pemahaman yang
sama. Untuk memudahkan pembahasan butir Kebijakan,
mulai­lah dengan kata kunci. Kemudian eksplorasi kata kunci
ter­se­but, kaitkan dengan praktek yang dilakukan sehari-hari,

dan juga dengan yang ideal yang seharusnya terjadi. Tuliskan


kesepakatan hasil diskusi tentang pemahaman, hambatan,
dan cara mengatasinya pada kolom yang disediakan pada
flipchart atau sticky cloth.

Apabila diskusi kelompok telah selesai, fasilitator utama


meminta masing-masing kelompok mempresentasikan
13

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

ha­­­sil diskusinya kepada seluruh peserta. Dengan cara


presentasi keliling, fasilitator utama dapat menentukan
urutan presentasi, atau dilakukan secara sukarela mulai
dari kelompok yang paling siap. Pastikan seluruh peserta
bergerak ke kelompok yang melakukan presentasi. Apabila
alokasi waktu mencukupi, berikan kesempatan kepada
seluruh kelompok untuk presentasi. Apabila waktu terbatas,
setelah presentasi satu kelompok, berikan kesempatan
kepada kelompok lain untuk memberikan komentar tentang:
hal penting yang belum dicakup, hal yang seharusnya tidak
disertakan, atau hal lain yang perlu menjadi catatan. Pastikan
semua kelompok mendapat giliran memberikan komentar.

Setelah presentasi selesai, fasilitator utama memberikan


u­lasan singkat tentang proses, dan hasil diskusi secara
u­mum. Dalam penutupan sesi ini, fasilitator utama harus
me­ne­kan­kan kembali tentang proses yang telah dilalui dan
pen­ting­nya sesi ini dalam seluruh rangkaian pelaksanaan
Kebijakan di daerah. Sesi ini secara persis akan dilakukan di
da­erah dengan stakeholder AMPL yang luas.

5) Pelaksanaan Kebijakan
Pada tahap awal, peserta diajak untuk melakukan diskusi
ten­tang isu pembangunan AMPL pada masa lalu dan masa
sekarang secara berkelompok. Berdasarkan hasil diskusi
tersebut, dilakukan pengelompokkan isu pembangunan
AMPL berdasarkan kesamaan topik - biasanya mengelompok
menjadi: pendanaan, kelembagaan, teknologi, lingkungan,
serta sosial, untuk kemudian peserta diajak untuk
melakukan penarikan garis keterhubungan antara masing-
masing kelompok, sehingga akan membentuk pentagon
keberlanjutan. Untuk kegiatan ini, gunakan isu masa lalu
saja. Biarkan isu saat ini untuk sesi berikutnya (diskusi
kelompok). Lakukan review hasil diskusi kelompok melalui
kegiatan presentasi bergerak.

14

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Pada tahap kedua, diskusi tentang kondisi pembangunan


AMPL pada masa yang akan datang, dengan cara
membandingkan kondisi saat ini (gunakan isu saat ini dari
sesi sebelumnya) terhadap kondisi masa yang akan datang.
Tentukan kegiatan yang perlu dilakukan oleh daerah dalam
mencapai kondisi yang diinginkan; sehingga berdasarkan
hasil diskusi tersebut, dapat ditentukan prioritas kegiatan
yang dapat dilakukan dalam mencapai kondisi yang ingin
dicapai, serta pengembangan rencana tindak, sedangkan
untuk review hasil diskusi kelompok, kembali dilakukan
melalui presentasi bergerak.

6) Penutupan
Penutupan merupakan acara semi seremonial, sebagai
sarana setiap peserta untuk menyatakan komitmennya
tentang implementasi rencana tindak yang disepakati, yang
kemudian ditegaskan oleh pejabat yang ditunjuk untuk
menutup acara, sehingga kesepakatan rencana tindak
menjadi acuan bersama tentang apa yang harus dilakukan
setelah lokakarya ini.

15

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Alokasi Waktu Pelaksanaan:


Alokasi waktu efektif untuk penyelenggaraan lokakarya ini ± 3
hari, dengan rincian materi sebagai berikut:

Waktu Acara
120 menit Pembukaan, pemetaan awal (pre-test) dan pengantar lokakarya
120 menit Presentasi Kebijakan
240 menit Diskusi kelompok yang akan membahas:
- pemahaman pokok-pokok Kebijakan;
- proses pelaksanaan Kebijakan di semua level; dan
- pembahasan bagian penting strategi pelaksanaan Kebijakan
yang harus dikuasai fasilitator
120 menit Diskusi kelompok membahas isu pembangunan AMPL masa lalu,
yang akan dibahas menuju pentagon keberlanjutan
120 menit Diskusi kelompok membahas isu pembangunan AMPL masa
kini dan apa yang diharapkan untuk masa mendatang, yang
dihubungkan dengan pengembangan rencana tindak
90 menit Acara kreatifitas (Optional)
30 menit Review dan rangkuman
60 menit Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
30 menit Pemetaan akhir (post-test)
Evaluasi
15 menit Penutupan

Perlu Diingat !
Rumusan rencana tindak lanjut setelah lokakarya ini, bagi masing-masing
daerah sangat penting karena RTL ini akan menjadi acuan untuk menyusun
rencana kegiatan menuju terwujudnya Kebijakan AMPL didaerah. Seperti
misalnya apa, bagaimana, kapan dan siapa yang akan bertanggungjawab
dalam Pokja AMPL di masing-masing daerah dalam melaksanakan kegiatan
dalam rangka pelaksanaan Kebijakan.

16

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

B. Kegiatan 2: Lokakarya dan Pelatihan


Keterampilan Dasar Fasilitasi
Penjelasan Umum
Kata kunci keberlanjutan pembangunan AMPL terletak pada
keikutsertaan atau partisipasi aktif masyarakat sasaran. Ikut
serta aktif berarti ikut bersuara (voice) dan menentukan
pilihan/memutuskan (choice) di seluruh tahapan manajemen
pembangunan. Mulai dari tahap persiapan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pemanfaatan, sampai pada tahap monitoring-
evaluasi. Keterlibatan seperti ini, telah terbukti mampu mendorong
rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap sarana
yang terbangun. Pada gi­lirannya kondisi seperti ini menjamin
terciptanya keberlanjutan AMPL di masa mendatang.

Dari pengalaman bekerja sama dengan pihak-pihak terkait,


khu­susnya pada tataran birokrasi, nampaknya konsep
seperti ini belum banyak dimengerti dan dipraktekkan oleh
para penyelenggara pembangunan termasuk para aparatur
pemerintahan. Nampaknya hal ini terjadi karena masih belum
dikuasainya pendekatan, teknik dan metode fasilitasi yang
berorientasi pada peningkatan peran serta masyarakat. Dalam
konteks inilah, pemahaman pendekatan dan metode fasilitasi
dalam program AMPL penting dan mendesak dikuasai oleh
fasilitator khususnya oleh kelompok kerja AMPL pusat dan
daerah serta pemangku kepentingan lainnya khususnya dari
kalangan perguruan tinggi dan LSM yang peduli dengan
pembangunan sektor AMPL yang berkelanjutan. Kegiatan ini
penting dilakukan dengan mempertimbangkan:

● Terjadinya perubahan paradigma pelaku pembangunan


AMPL dari penyedia menjadi fasilitator
● Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sektor
AMPL menitik-beratkan pada pentingnya melalui alur proses:
per­siapan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemanfaatan,
sampai pada tahap monitoring–evaluasi
● Masih terbatasnya kemampuan memfasilitasi proses
17

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

pembangunan AMPL berbasis masyarakat oleh pihak-pihak


yang terkait dengan pembangunan AMPL
● Terbatasnya jumlah fasilitator yang handal di setiap daerah

Tujuan
● Peningkatan kompetensi peserta dalam memfasilitasi proses
diseminasi dan pelaksanaan Kebijakan
● Peningkatan kemampuan peserta menyusun agenda
fasilitasi agar prinsip-prinsip Kebijakan dapat dipahami oleh
berbagai pemangku kepentingan
● Mendapatkan umpan balik untuk menemukan teknik teknik
yang efektif dalam proses fasilitasi
● Penyusunan rencana kerja fasilitasi dalam rangka diseminasi
dan pelaksanaan Kebijakan

Keluaran
● Meningkatnya pemahaman terhadap kerangka Kebijakan
sebagai dasar untuk menyusun agenda fasilitasi
● Meningkatnya kemampuan keterampilan dasar fasilitasi
● Tersusunnya rencana kerja fasilitasi dalam rangka diseminasi
dan pelaksanaan Kebijakan

Metode :
● Berbagi pengalaman
● Curah pendapat
● Diskusi kelompok
● Simulasi dan praktek keterampilan dasar fasilitasi
● Presentasi dan tanya jawab.

Alat dan Bahan :


● Kain rekat, metaplan, selotif, kertas flipchart, spidol
● Proyektor, Komputer
● Bahan materi: Keterampilan Dasar Fasilitasi

Peserta:
Lokalatih ini dapat dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat
dalam pembangunan AMPL, baik pemerintah, swasta, dan
masyarakat sendiri; dengan peserta antara lain meliputi:
18

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

● Instansi terkait AMPL Pusat,


● Instansi terkait AMPL-Provinsi/Kabupaten/Kota,
● LSM/Perguruan Tinggi/Tokoh Masyarakat
● Pihak lain yang peduli pembangunan AMPL

Jumlah peserta jangan terlalu besar, misalnya cukup sekitar 30


orang, hal ini dilakukan untuk memudahkan pengorganisasian
dan pendalaman diskusi.

Alur Lokakarya :

1. Pembukaan 2. Pengantar Lokalatih

3. Perubahan paradigma Pembangunan

4. Diskusi pendalaman Kebijakan pembangunan


AMPL berbasis masyarakat

5. Pemberdayaan masyarakat 6. Dasar dasar fasilitasi

7. Metode fasilitasi 8. Etika fasilitator

9. Teknik komunikasi 10. Media fasilitasi

11. Merancang kegiatan fasilitasi : Penjajagan kebutuhan,


Menyusun kerangka acuan, Menyusun kurikulum

12. Persiapan praktek fasilitasi 13. Pelaksanaan praktek fasilitasi

14. Acara kreatifitas kelompok 15. Refleksi praktek fasilitasi

17. Penutupan kelompok 16. Pembulatan, RTL dan Evaluasi

19

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Keterangan

Pengantar Berisi perkenalan semua pihak yang terlibat dalam


Lokalatih lokalatih, identifikasi harapan dan kekhawatiran,
penjelasan alur lokakarya, serta penyepakatan aturan
main pelaksanaan lokalatih, dilanjutkan dengan
kuesioner corak motivasi
Perubahan Dimulai dengan mengeksplorasi pendapat peserta
paradigma tentang batasan waktu periode pembangunan,
Pembangunan dilanjutkan dengan mengumpulkan pendapat
peserta mengenai kecenderungan/karakteristik
perioda pembangunan tersebut, dikelompokkan, dan
diakhiri dengan penegasan melalui ceramah singkat
Diskusi Dimulai dengan presentasi Kebijakan, diskusi tanya jawab,
pendalaman dilanjutkan dengan diskusi langkah langkah pelaksanaan
Kebijakan Kebijakan, dan fasilitasi yang harus dilakukan dalam rangka
pembangunan pelaksanaan Kebijakan tersebut
AMPL berbasis
masyarakat
Pemberdayaan Dimulai dengan penugasan kelompok membuat
masyarakat gambar bersama dengan instruksi yang berbeda
disertai pengamatnya, pembahasan makna
permainan, dilanjutkan dengan penegasan melalui
ceramah singkat
Dasar dasar Dimulai dengan kegiatan penugasan membuat
fasilitasi gambar berdasarkan instruksi penyiar TV, guru taman
kanak kanak serta fasilitator, pembahasan makna
permainan, dilanjutkan dengan penegasan melalui
ceramah singkat
Metoda fasilitasi Dimulai dengan kegiatan kelompok yang berbeda:
mengisi kuisiener, melakukan FGD serta melakukan
diskusi Bahasa Foto, pembahasan makna kegiatan di
tiap kelompok, presentasi bergerak untuk pertukaran
pengalaman, dilanjutkan dengan penegasan melalui
ceramah singkat
Etika fasilitator Dimulai dengan mengeksplorasi apa yang boleh
dan tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator
melalui kertas metaplan, dikelompokkan, dilanjutkan
dengan penegasan melalui ceramah singkat
Teknik komunikasi Dimulai dengan permainan Kartu Persepsi wartawan,
penjahat dan peramal, pembahasan makna
permainan, dilanjutkan dengan penegasan melalui
ceramah singkat

20

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Media fasilitasi Dimulai dengan membahas Studi Kasus Sungai


dan Buaya secara perorangan dan kelompok,
pembahasan makna studi kasus, dilanjutkan dengan
penegasan melalui ceramah singkat
Merancang Penjajagan kebutuhan, Menyusun kerangka acuan,
kegiatan fasilitasi: Menyusun kurikulum: Dimulai dengan Kuesioner
Merancang Fasilitasi secara perorangan dan
kelompok, pembahasan makna kuesioner, dilanjutkan
dengan penegasan melalui ceramah singkat
Persiapan praktek Dimulai dengan pembagian kelompok, pemilihan
fasilitasi topik praktek, menyusun kerangka acuan, menyusun
kurikulum, menyiapkan bahan dan materi praktek,
serta praktek simulasi di kelas
Pelaksanaan Berangkat ke lokasi simulasi fasilitasi, menyiapkan
praktek fasilitasi ruangan dan material, membuka acara simulasi,
perkenalan, memandu topik simulasi, menutup
acara, kembali ke lokasi lokalatih
Acara kreatifitas Optional, merupakan gabungan acara bebas,
kelompok hiburan dan kreatifitas yang sekaligus menampilkan
alternatif media fasilitasi yang disesuaikan oleh setiap
daerahnya masing masing
Refleksi praktek Menyusun laporan praktek, berbagi pengalaman
fasilitasi terhadap pelaksanaan praktek, dilanjutkan dengan
masukan dari fasilitator

Seperti digambarkan dalam alur lokakarya di atas, langkah-


langkah dalam menyelenggarakan lokakarya ini adalah sebagai
berikut:

1) Pembukaan dan Arahan.


Sesi ini dapat diisi oleh narasumber atau pejabat terkait yang
berkompeten, sebaiknya arahan meliputi latar belakang dan
tujuan lokakarya, yang memberikan pemahaman kepada
peserta tentang perlunya lokakarya ini bagi daerah, bahwa
pembelajaran yang diperoleh dari pembangunan AMPL
berbasis masyarakat, baik yang berhasil maupun yang gagal
salah satu penyebabnya adalah kurangnya kemampuan kita
dalam melakukan fasilitasi. Selepas kegiatan ini, lakukan
pemetaan awal kemampuan peserta.
21

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

2) Pengantar Lokalatih

Sesi berisi perkenalan dimana secara partisipatif peserta,


fasilitator dan panitia berkenalan satu dengan lainnya; di­
lanjut­kan dengan iden­­­tifikasi harapan dan kenyataan, di
mana setiap peserta men­­­da­patkan dua kertas metaplan
ber­­­­be­da warna, misalnya bi­ru dan merah untuk menuliskan
ha­rap­­an dan kekhawatiran ten­­­tang penyelenggaraan loka­­­
latih, untuk kemudian ditempel dan dikelompokkan di kain
rekat; berdasarkan hasil identifikasi ter­­se­­but tadi, kemu­­
dian dijelaskan alur lokalatih; serta akhirnya diujung aca­ra
peserta dan fasilitator menyepakati aturan main pelak­sanaan
lokalatih.

3) Perubahan Paradigma Pembangunan


Untuk menjelaskan tentang pentingnya perubahan paradi­
g­­ma pem­bangunan, pada sesi ini dimulai dengan meng­eks­­
plorasi pen­dapat pe­serta tentang batasan waktu peri­o­de
pem­bangunan yang akan kita bahas karak­teristik kecenderung­
annya. Berdasarkan batasan wak­tu ter­sebut, dilanjutkan
dengan mengumpulkan pendapat peser­ta mengenai
kecenderungan/karakteristik perioda pem­bangunan tersebut
dengan menuliskannya pada kertas metaplan yang berbeda
warna sesuai dengan batasan waktu tadi. Peserta kemu­dian
secara bersama sama menge­lompokan pendapat peserta, ser­
ta memberikan judul dari masing masing pengelompokkan.
22

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Sesi ini kemudian diakhiri dengan penegasan melalui ceramah


singkat tentang perubahan paradigma pembangunan.
4) Diskusi Pendalaman Kebijakan Pembangunan AMPL Ber­
basis Masyarakat
Sesi ini dapat diisi oleh narasumber yang menguasai isi
Kebijakan, serta memahami proses pelaksanaannya. Pada
intinya perlu disampaikan tentang latar belakang dan tu­
juan Kebijakan dalam menciptakan pembangunan AMPL
Berbasis Masyarakat yang berkelanjutan. Demikian juga
tentang perlunya daerah dalam mengadopsi dan meng­
implementasikan Kebijakan, hal ini terkait dengan kewa­
jiban daerah dalam memberikan pelayanan AMPL kepada
masyarakat. Selanjutnya peserta diminta bekerja didalam
kelompok, berdasarkan pemahaman Kebijakan seperti
tersebut diatas, diminta untuk melakukan diskusi bagaimana
tahapan yang harus dilakukan dalam memfasilitasi
implementasi Kebijakan di daerahnya masing.

5) Pemberdayaan Masyarakat
Sesi ini dimulai dengan penugasan kelompok untuk mem­
buat gam­bar bersama dengan instruksi yang diwakili oleh
salah satu ang­gota kelompoknya secara berbeda antara satu
kelompok de­ngan kelompok lainnya, disertai penunjukan
pengamat dari masing­­-masing kelompok. Setiap kelompok
kemudian menjelaskan apa yang terjadi di kelompoknya,
untuk kemudian dilakukan pembahasan makna dari
permainan tersebut. Sesi ini ke­mudian ditutup dengan
penegasan melalui ceramah singkat ten­tang pemberdayaan
masyarakat.

23

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

6) Dasar Dasar Fasilitasi


Pembahasan sesi dimulai dengan kegiatan penugasan
perorangan membuat gambar berdasarkan instruksi sese­
orang. Untuk itu, minta 3 orang sukarelawan yang akan
memerankan sebagai penyiar TV, guru taman kanak
kanak serta fasilitator, yang akan mengajak peserta untuk
menggambar sesuai dengan instruksi berdasarkan perannya
masing masing. Setelah selesai membuat gambar secara
bertahap, sehingga setiap orang memiliki 3 gambar, lakukan
klarifikasi kenapa selesai, kenapa tidak, serta alasannya,
dilanjutkan dengan pembahasan makna permainan. Setelah
itu dilanjutkan dengan penegasan melalui ceramah singkat
tentang dasar dasar fasilitasi.

7) Metoda Fasilitasi
Materi sesi ini dimulai dengan pembagian kelompok, dimana
setiap kelompok akan melakukan kegiatan yang berbeda:
mengisi kuesioner, melakukan FGD serta melakukan diskusi
Bahasa Foto. Setelah itu, dilakukan pembahasan makna
kegiatan di tiap kelompok, apa kelebihan dan kekurangannya,
serta kapan sebaiknya dilakukan. Untuk pertukaran
pengalaman antar kelompok dilakukan presen­tasi bergerak,
dan dilanjutkan dengan penegasan melalui ceramah singkat
tentang metoda fasilitasi.

24

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

8) Etika Fasilitator
Sesi ini dimulai dengan mengeksplorasi pendapat peserta
tentang apa yang boleh dan tidak boleh ditampilkan oleh
seorang fasilitator yang ditulis melalui kertas metaplan,
ditempelkan di kain rekat, dikelompokkan serta kemudian
diberi judul, serta dilanjutkan dengan penegasan melalui
ceramah singkat tentang etika fasilitator.

9) Teknik Komunikasi
Pembahasan sesi ini dimulai dengan pembagian kelompok,
dimana setiap kelompok akan melakukan permainan Kartu
Persepsi yang berindikasikan beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh seorang wartawan, penjahat dan peramal
dengan masya­rakatnya, dengan cara menyusun beberapa
kartu kalimat yang dirangkai menjadi sebuah cerita. Setiap
kelompok kemudian menjelaskan ceritanya, dilanjutkan
pembahasan makna kegiatan ini, yang dilanjutkan dengan
penegasan melalui ceramah singkat tentang teknik
komunikasi.

10) Media Fasilitasi


Sesi ini dimulai dengan membahas “Studi Kasus Sungai dan
Buaya” se­cara perorangan serta kemudian dibahas secara
berkelompok, setelah itu dilanjutkan dengan presentasi
kelompok dan pembahasan makna studi kasus. Sesi ini
ditutup dengan penegasan melalui ceramah singkat tentang
media fasilitasi.

11) Merancang Kegiatan Fasilitasi: Penjajagan kebutuhan, me­


nyusun kerangka Acuan, Menyusun Kurikulum
Untuk Sesi ini dimulai dengan penugasan secara perorangan
guna menyelesaikan Kuisiener Merancang Fasilitasi, setelah
itu peserta berdiskusi dalam kelompok untuk menyepakati
rangkaian kegiatan da­lam mengelola kegiatan fasilitasi.
Berdasarkan hasil diskusi ter­sebut, fasilitator menjelaskan
pendapat menurut ahlinya, dilakukan penilaian, serta
pembahasan makna kuisioner tersebut. Acara kemudian
25

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

dilanjutkan dengan penegasan melalui ceramah singkat


tentang bagaimana merancang kegiatan fasilitasi.

12) Persiapan Praktek Fasilitasi


Untuk panitia dan fasilitator, sebelumnya terlebih dahulu
harus me­nyiapkan lokasi tempat praktek ini, sehingga
tujuan praktek: be­lajar bersama masyarakat tentang
pengelolaan AMPL, dapat tercapai; persiapan dilakukan
termasuk transportasinya. Sementara di dalam kelas, Sesi
ini dimulai dengan pembagian kelompok, pemilihan topik
praktek, menyusun kerangka acuan, me­nyusun kurikulum,
menyiapkan bahan dan materi praktek, ser­ta praktek
simulasi di kelas, sebagai persiapan akhir sebelum terjun ke
lapangan.

13) Pelaksanaan Praktek Fasilitasi


Peserta berangkat ke lokasi praktek fasilitasi, sesampainya
di lokasi menyampaikan maksud dan tujuan praktek; untuk
kemudian menyiapkan ruangan dan material yang akan
dipakai, membuka acara simulasi, melakukan perkenalan,
memandu praktek fasi­litasi sesuai dengan topik yang telah
disiapkan, menutup acara, membereskan perlengkapan
praktek yang dibawa, serta melakukan pengecekan
tentang notulasi praktek, untuk kemudian kembali ke lokasi
lokalatih.

26

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

14) Refleksi Praktek Fasilitasi


Sesi ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menyusun la­por­an praktek fasilitasi sesuai dengan catatan
notulasinya masing masing, untuk kemudian ditulis di kertas
flipchart dan ditempelkan di kain rekat, setelah itu berbagi
pengalaman terhadap pe­laksanaan praktek melalui presentasi
bergerak, dilanjutkan de­ngan masukan dari fasilitator
15) Pembulatan Pelatihan
Pada Sesi ini, fasilitator mengajak peserta untuk melakukan
rangkuman materi pelatihan secara bersama sama untuk
melakukan pem­bulatan pelatihan, terakhir fasilitator
menegaskan materi loka­karya dengan menggunakan alur
lokakarya.
16) Rencana Kerja Tindak Lanjut
Pada Sesi ini peserta secara berkelompok sesuai dengan
daerahnya masing masing menyusun agenda rencana fasi­
litasi operasionaliasi Kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daerah.
17) Evaluasi Akhir
Untuk Sesi ini, peserta diminta untuk mengisi lembar evaluasi
akhir yang berisi 11 aspek penilaian, disertai dengan lembar
penilaian terbuka tentang kelebihan dan kekurangan serta
saran untuk pelaksanaan lokalatih ke depan.

27

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

18) Penutupan

“Ternyata keterampilan dasar untuk memfasilitasi Kebijakan itu penting”


Ungkapan di atas muncul, ketika Provinsi Jawa Tengah melalui Kelompok
Kerja (Pokja) AMPL mencanangkan Kebijakan daerah untuk memperluas
pelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat ke semua
kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah. Untuk merealisir Kebijakan
memperluas wilayah pelaksanaan Kebijakan ini tidaklah mudah. Terkendala
oleh tenaga-tenaga handal yang dimiliki Pokja masih sangat terbatas,
kemampuan WASPOLA yang juga sangat terbatas. Apalagi tugas WASPOLA
di daerah tidak selamanya.
“Nah, kalau seperti itu keadaannya terus bagaimana?”, seloroh seorang
anggota Pokja AMPL Jawa Tengah. “Kalau begitu, kita bicarakan saja
pada rapat bulanan Pokja” sergah anggota yang lain. Karena dirasakan
ada kebutuhan mendesak dan Pokja sendiri merasa punya potensi, rapat
memutuskan mengadakan Pelatihan Ketrampilan Dasar Fasilitasi untuk para
anggota Pokja AMPL Jawa Tengah dengan fasilitator dari WASPOLA. “Dengan
cara seperti ini, kan kita punya keterampilan dan kita bisa melakukan fasilitasi
ke daerah dengan mandiri“ ungkap anggota Pokja yang lain dengan nada
bangga. Rencana itu kemudian direalisir pada tanggal 26 – 27 Maret 2007
di Semarang, dalam suatu Lokakarya dan Pelatihan (Lokalatih) Keterampilan
Dasar Fasilitasi yang diikuti oleh 20 peserta yang berasal dari unsur-unsur:
Bappeda, PU, Bapermas, Kesehatan, Bapedalda, Diknas. Peserta yang telah
terlatih ini kemudian mengadakan fasilitasi di 4 kabupaten baru yaitu Batang,
Wonosobo, Rembang dan Klaten.
Hal yang sama juga terjadi dengan Pokja Provinsi Bangka Belitung, ketika
pada tanggal 2 – 5 April 2007 di Pangkalpinang dilaksanakan Lokalatih
Keterampilan Dasar Fasilitasi yang diikuti oleh 22 peserta yang berasal dari
unsur-unsur Bappeda, PU, Kesehatan, Bapedalda, Diknas. Sedangkan dari
daerah : Bangka, Bangka Tengah, Bangka Barat, Bangka Selatan, Kota
Pangkalpinang serta Belitung. Adapun kegiatan yang akan mereka fasilitasi,
setelah Lokalatih ini, adalah pertemuan sosialisasi Renstra AMPL, dan
pertemuan masyarakat untuk pembangunan AMPL berbasis masyarakat
dengan menggunakan dana APBD kabupatennya masing masing.
Dari contoh nyata di atas, pembelajaran yang diperoleh adalah : Pertama,
mengindikasikan bahwa Kebijakan Nasional sudah tepat dan sangat
dibutuhkan. Kedua, keterampilan dasar fasilitasi mutlak untuk dikuasai bagi
anggota Pokja yang daerahnya akan melaksanakan Kebijakan secara luas.
Ketiga, bagi daerah bisa memanfaatkan momentum seperti ini akan semakin
nyata merealisir keberlanjutan AMPL.

Penutupan merupakan acara semi seremonial, sebagai sarana


setiap peserta untuk menyatakan komitmennya ten­tang
implementasi rencana tindak yang disepakati, yang kemu­dian
ditegaskan oleh pejabat yang ditunjuk untuk menu­tup acara,
28

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

sehingga kesepakatan rencana tindak men­jadi acuan bersama


tentang apa yang harus dilakukan setelah lokalatih ini.

Alokasi Waktu Pelaksanaan:


Waktu yang dialokasikan untuk lokalatih ini 5 hari dengan
rincian materi sebagai berikut:

Waktu Acara
120 menit Pembukaan
Pengantar lokakarya: Pre Test, Perkenalan, Ungkapan harapan
peserta, Alur lokalatih, Aturan main dan pengorganisasian
peserta
120 menit Diskusi pendalaman langkah-langkah fasilitasi pelaksanaan
Kebijakan
Kompetensi Dasar Fasilitator :
120 menit Perubahan paradigma pembangunan
240 menit Dasar dasar fasilitasi
120 menit Metoda fasilitasi
120 menit Etika fasilitator
120 menit Teknik komunikasi
120 menit Media fasilitasi
120 menit Penjajagan kebutuhan fasilitasi
120 menit Menyusun kerangka acuan fasilitasi
60 menit Menyusun kurikulum fasilitasi
60 menit Manajemen kolaborasi
Simulasi Fasilitasi di Lapangan:
120 menit Persiapan simulasi fasilitasi
480 menit Pelaksanaan praktek fasilitasi
120 menit Acara kreatifitas kelompok
120 menit Refleksi praktek fasilitasi
Pembulatan, Rencana Tindak Lanjut, Evaluasi dan
Penutupan :
120 menit Pembulatan pelatihan, Rencana Tindak Lanjut, Post Test,
Evaluasi akhir pelatihan, Penutupan

29

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

C. Kegiatan 3: Lokakarya Orientasi MPA-PHAST


Penjelasan Umum
Program pembangunan AMPL yang berbasis masyarakat peng­
guna akan menjamin terjadinya keberlanjutan penggunaan
sarana. Karena masyarakat sasaran terlibat aktif, tercipta
rasa memiliki yang tinggi dari masyarakat terhadap sarana
yang tersedia, sehingga ada kemauan untuk memanfaatkan
dan memelihara sarana dengan memberikan biaya untuk
pengoperasian dan pemeliharaan sarana. Dengan berbasis
masyarakat diharapkan masyarakat miskin, dan juga
perempuan akan terlibat dalam pembangunan sarana tersebut.
Dari pengalaman, kedua pihak inilah yang paling rendah
mendapatkan akses AMPL. Oleh sebab itu, mereka wajib
dilibatkan se­cara intensif dalam proses pengambilan keputusan,
mulai da­ri tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan, pemeliharaan, pemantauan dan evaluasinya.
Metode yang selama ini dipandang efektif untuk mendorong
terciptanya keberlanjutan penggunaan sarana adalah MPA-
PHAST. MPA-PHAST adalah suatu metode untuk membantu
masyarakat dan pembuat Kebijakan mencapai pelayanan yang
lebih sinambung dan setara; menggunakan indikator yang
berkaitan de­ngan kesinambungan, ketanggapan terhadap
kebutuhan masyarakat, dan kepekaan terhadap gender dan
kemiskinan, dengan menggunakan sistem skoring untuk
mengkuantifikasikan da­ta kualitatif ke dalam sistem ordinal
sehingga dapat dianalisis secara statistik. MPA-PHAST digunakan
untuk baseline data, perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
pasca konstrusi, serta satu tahun pasca konstruksi.

Panduan ini dimaksudkan untuk menjelaskan proses pelaksanaan orientasi


MPA-PHAST bagi stakeholders daerah mengenai: Apa yang dimaksud MPA-
PHAST, konsep aplikasi MPA-PHAST dalam pelaksanaan pembangunan AMPL,
teknik dan alat yang digunakan dalam MPA-PHAST. Panduan secara lengkap
mengenai aplikasi MPA-PHAST secara utuh dapat dibaca pada ”PANDUAN
MPA” Panduan Lapangan: Proses, Alat dan Pengkodean yang dikeluarkan oleh;
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam
Negeri Republik Indonesia tahun 2007.
30

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Tujuan
1) Memperkenalkan MPA-PHAST sebagai piranti assessment
da­lam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi
prog­ram AMPL berbasis masyarakat
2) Memberikan pemahaman kerangka kerja MPA-PHAST dalam
siklus proses pembangunan AMPL berbasis masyarakat
3) Memperoleh umpan balik untuk menemukan teknik-teknik
yang efektif dalam penggunaan MPA-PHAST

Keluaran
1) Meningkatnya pemahaman peserta terhadap konsep dan
metode MPA-PHAST sebagai alat perencanaan, monitoring,
evaluasi dan pengambilan keputusan pembangunan AMPL
yang berkelanjutan.
2) Meningkatnya pemahaman tentang kerangka kerja MPA-PHAST
3) Meningkatnya pengetahuan peserta tentang tata cara
penggunaan piranti MPA-PHAST
4) Meningkatnya komitmen untuk penerapan prin­sip
partisipatori dalam perencanaan dan pengelolaan
pembangunan AMPL berbasis masyarakat sesuai dengan
relevansi antara MPA-PHAST dengan Kebijakan .

Metode:
1) Ceramah,
2) Curah pendapat (brainstorming),
3) Penugasan,
4) Diskusi kelompok,
5) Simulasi dan praktek penerapan MPA-PHAST,
6) Presentasi dan tanya jawab.

Alat dan Bahan/Materi:


Alat
- Komputer,
- Proyektor, dan layer,
- Kain rekat,
- Metaplan,
31

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

- Spidol,
- Kertas flipchart,
- Selotif,
- Alat alat simulasi piranti MPA-PHAST
Bahan/materi pokok meliputi
● Konsep pemberdayaan masyarakat dalam proses pem­
bangunan AMPL yang berkelanjutan
● Konsep kesetaraan akses (perempuan, laki-laki, kaya dan
miskin) dalam pembangunan AMPL
● Kerangka kerja MPA-PHAST dalam perencanaan, pelak­
sanaan konstruksi, monitoring, evaluasi dan pengambilan
keputusan pembangunan AMPL yang berkelanjutan
● Piranti MPA-PHAST: Klasifikasi Kesejahteraan, Pemetaan
sosial, Ladder-2, Ladder-1, Countamination route, Transect
Walks, Tinjauan Pengelolaan Pelayanan, Kantung Suara,
Peng­ambilan Keputusan, dll.
● Alat praktek/simulasi penggunaan piranti MPA-PHAST

Peserta
Orientasi ini dapat diikuti oleh unsur-unsur :
● Instansi terkait AMPL Pusat,
● Instansi terkait AMPL - Provinsi/Kabupaten/Kota,
● LSM/Perguruan Tinggi/Tokoh Masyarakat
● Pihak lain yang peduli pembangunan AMPL
● Dan pihak lain yang dianggap perlu

Catatan: Sebaiknya jumlah peserta orientasi tidak terlalu besar, idealnya maksimal
30 orang untuk memudahkan pengorganisasian dan pendalaman diskusi.

32

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


Bagan alir dan agenda pelaksanaan orientasi MPA-PHAST

Pembukaan dan arahan Konsep dasar MPA Piranti MPA-PHAST

Konsep Kesinambungan, Framework MPA, Tahap Monitor


Kesinambungan, Gender dan Social Equity, Demand Responsive Approach

Tahap 1 Baseline Data Tahap 2 Proses RKM Tahap 3 Pasca Konstruksi


Klasifikasi Kesejahteraan, Tahap 4: 1 tahun Pasca konstruksi:
Klasifikasi Kesejahteraan, Klasifikasi Kesejahteraan, Pemetaan, Klasifikasi Kesejahteraan, Pemetaan,
Pemetaan, Kantung suara Pemetaan, Tinjauan pengelolaan, Metriks Decision,
SABS, Transect Wall, Kantung suara SABS, transect Wall,
Checklist transect Wall, interview EPS
Contamination Route PHBS, transect wall, Ladder 2,
contamination Route

demonstrasi/simulasi demonstrasi/diskusi kelompok

Persiapan Lapangan1: Praktek penggunaan tools


Kunjungan Lapangan
Belajar Memahami Masyarakat oleh masing-masing kelompok

Presentasi, Penjelasan, Pedokumentasian Proses dan Hasil,


Rangkuman Pembelajaran Presentasi, review dan refleksi Pembelajaran

Piranti MPA Lanjutan

Tahap 2: Tahap 3: Tahap 4:


Tahap 1: Kantung suara SABS,Metriks Tinjauan Pengelolaan, Ladder
Tinjauan pengelolaan,Metrik Tinjauan Pengelolaan, Ladder
Decision, 1, Ladder 2, Contamination 1, Ladder 2, Contamination
Decision,Ladder1,Ladder2 Route
Ladder1, Ladder2 Route

Persiapan lapangan 2 Diskusi kelompok

Implementasi tools oleh


Belajar memahami masyarakat masing-masing kelompok Kunjungan Lapangan

Presentasi, Penjelasan, Presentasi, review dan refleksi Pedokumentasian,


Rangkuman Pembelajaran Hasil, pembelajaran

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


Pembulatan Hasil, Pemetaan pemahaman akhir, Paparan
Evaluasi dan Penutupan evaluasi akhir
BUKU 4

33
BUKU 4

Agenda Lokakarya Orientasi

A. Pembukaan dan Arahan


B. Pengenalan Konsep
a. Konsep pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan
AMPL yang berkelanjutan
b. Konsep Kesetaraan Akses dalam Pembangunan AMPL
C. Kerangka Kerja MPA-PHAST
D. Pengenalan Piranti MPA-PHAST
E. Simulasi Piranti MPA-PHAST
a. Persiapan/pembekalan praktek lapangan
b. Simulasi praktek lapangan dalam kelas
F. Praktek lapangan, 2 hari
G. Penulisan laporan praktek lapangan
H. Presentasi hasil praktek lapangan ( dalam kelompok)
I. Review hasil praktek lapangan
J. Review hasil keseluruhan
K. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut

Proses Lokakarya Orientasi

Sesi 1: Pembukaan dan Arahan.


Sesi ini dapat diisi oleh narasumber atau pejabat terkait yang
ber­kompeten, sebaiknya arahan meliputi latar belakang dan
tujuan lokakarya, yang memberikan pemahaman kepada
peserta tentang perlunya lokakarya ini bagi daerah, bahwa
pembelajaran yang diperoleh dari pembangunan AMPL berbasis
masyarakat, baik yang berhasil maupun yang gagal salah satu
penyebabnya adalah keberlanjutan dan efektifitas penggunaan
sarana. Untuk memotret apakah terjadi keberlanjutan dan
penggunaan yang efektif, pendekatan yang terbukti berhasil
adalah dengan menggunakan MPA-PHAST, selepas kegiatan
ini, lakukan pemetaan awal kemampuan peserta.

34

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Sesi 2: Pengantar Lokakarya


Sesi berisi perkenalan dimana secara partisipatif peserta,
fasilitator dan panitia berkenalan satu dengan lainnya;
dilanjutkan dengan identifikasi harapan dan kenyataan, dimana
se­­tiap peserta mendapatkan dua kertas metaplan berbeda
war­­na, misalnya biru dan merah untuk menuliskan harapan
dan kekhawatiran tentang penyelenggaraan lokakarya,
untuk kemudian ditempel dan dikelompokkan di kain rekat;
berdasarkan hasil identifikasi tersebut tadi, kemudian dijelaskan
alur lokakarrya; serta akhirnya diujung acara peserta dan
fasilitator menyepakati aturan main pelaksanaan lokakarrya.

Sesi 3: Konsep Dasar MPA


Topik-1: Konsep Kesinambungan,
Sesi ini dimulai dengan meminta setiap peserta untuk menuliskan
hal hal apa saja yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan
pembangunan AMPL selama ini, kemudian ditempelkan di
kain rekat, lalu dikelompokkan. Peserta kemudian diajak untuk
memberi nama masing masing kelompok pendapat peserta tadi,
biasanya muncul: sosial, pendanaan, teknologi, lingkungan dan
kelembagaan. Setelah itu peserta diajak untuk menarik garis
hubungan saling keterkaitan antara aspek yang satu dengan
aspek lainnya. Kegiatan ini ditutup dengan penegasan bahwa
keberlanjutan pemanfaatan dan pemelihaan sarana sangat
penting, agar efektifitas dapat dicapai, sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai oleh Kebijakan.

Topik-2: Kerangka Kerja MPA,


Sesi dijelaskan kerangkan analisis MPA dalam bentuk
ceramah dan tanya jawab, intinya menjelaskan: efektifitas
kesinambungan, efektifitas penggunaan, pendekatan
tanggap kebutuhan, kesetaraan dalam pengelolaan,
partisipasi masyarakat. Juga dijelaskan tahapan monitoring
kesinambungan sesuai dengan tahapannya: Tahap 1, baseline
data, Tahap 2, perencanaan, Tahap 3, pada saat konstruksi
selesai, dan Tahap 4, satu tahun setelah konstruksi.
35

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Topik 3: Gender dan Kesetaraan Sosial,

Fasilitator memulai acara dengan melakukan Kuis gender dan


so­cial equity. Kemudian peserta diminta memberikan tanggapan
terhadap hasil quiz yang baru dilakukan. Kesimpulannya bahwa
hasil yang ditunjukkan dari kuis tersebut adalah fakta. Setelah
itu fasilitator mengundang 2 peserta (laki dan perempuan), yang
laki-laki berdiri di depan dan perempuan dibelakang, kemudian
fasilitator menanyakan pada peserta “Apakah melihat secara utuh
keduanya?” peserta menjawab yang dibelakang tidak kelihatan.
Ini adalah contoh pandangan kita terhadap perempuan yang
tidak setara dengan laki-laki. Kemudian fasilitator bertanya “apa
akibatnya jika perempuan tidak ditempatkan sejajar dengan laki-
laki, atau tidak ada keadilan antara kaya dan miskin ”? Selesai
diskusi, dilakukan penegasan tentang gender dan social equity.
Topik 4: Demand Responsive Approach

36

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Sesi ini mengajak peserta memahami kerangka dan deskripsi


demand, serta perbedaan antara demand dan need, dimulai
dengan metoda Fish Bowl Discusion; dengan cara: ada
perwakilan tiap daerah untuk mendiskusikan tentang demand
dan need dalam satu lingkaran kursi. Disiapkan 1 kursi panas
untuk peserta dari luar lingkaran agar memberikan pendapat
atau berkomentar meluruskan diskusi, waktu yang disediakan
untuk kursi panas sangat terbatas, untuk memberikan
kesempatan peserta lain berpendapat. Selesai diskusi, dilakukan
penegasan tentang Demand Responsive Approach

Sesi 4: Pengenalan Piranti MPA-PHAST


Pada sesi ini dijelaskan macam-macam piranti MPA-PHAST
dan pada saat kapan piranti tersebut dipergunakan (lihat table
di bawah ini). Penggunaan piranti MPA-PHAST disesuaikan
dengan kebutuhan antara lain:

● Pada saat proyek yang akan dilaksanakan (kebutuhan perencanaan)


● Pada saat monitoring dan evaluasi pada proyek yang sedang
berjalan.
● Pada saat proyek pasca konstruksi
● Pada saat proyek minimum setelah satu tahun selesai.

Yang membedakan penggunannya diantara tahapan tersebut


adalah digunakannya piranti tertentu yang belum dipakai pada
tahap sebelumnya karena disesuaikan dengan tujuannya.

Waktu penggunaan

Nama Alat/ Satu


Sebelum Pada saat Pada saat
piranti tahun
proyek proyek pasca
setelah
dimulai dilaksanakan konstruksi
proyek
1. Pemetaan
klasifikasi X X X X
kesejahteraan
2. Pemetaan X X X X
3. Kantung suara
X X X X
SABS
37

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Waktu penggunaan

Nama Alat/ Satu


Sebelum Pada saat Pada saat
piranti tahun
proyek proyek pasca
setelah
dimulai dilaksanakan konstruksi
proyek
4. Transect Walk X X X X
5. Contamination
X X X X
Route
6. Tinjauan
X X X X
pengelolaan
7. Tinjauan
pengelolaan - X X X
sarana
8. Check list PHBS - X X X
9. Interview Badan
- X X X
Pengelola Sarana
10. Ladder 1, - - X X
11. Ladder 2 - - - X

Catatan: Dalam pelaksanaan orientasi pembahasan mengenai piranti ini dipilih


berdasarkan lokasi sesuai dengan tahapan proyek. Untuk itu piranti dipilih
berdasarkan kebutuhan.

Topik 1 : Baseline Data (penerapan MPA-PHAST pada awal proyek)


(untuk tahapan ini dijelaskan dan didemonstrasikan piranti
yang akan dipakai)

Tahap baseline data dimaksudkan untuk mendapatkan data umum dari


komunitas yang berpartisipasi dan membuat identifikasi faktor-faktor lain
dari partisipasi, tanggap terhadap gender dan kebutuhan yang dapat
menjelaskan keragaman dalam bantuan layananan

Pada tahap ini peserta orientasi diajak untuk memahami proses


dan alat yang digunakan untuk melakukan; 1) klasifikasi
kesejahteraan, 2) pemetaan, 3) kantung suara SABS, 4) transect
walk, 5) contamination route. Metode yang digunakan adalah
penjelasan dan demostrasi.
38

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Langkah Uraian
1) Pemetaan Melalui simulasi dalam diskusi terfokus, langkah ini
klasifikasi menghasilkan informasi mengenai klasifikasi penduduk
kesejahteraan berdasarkan tingkatan sosial ekonominya (kaya,
miskin, menengah) definisi kaya miskin dan menengah
ditentukan oleh masyarakat sendiri. Istilah kaya atau
miskin menggunakan istilah yang biasa digunakan
oleh masyarakat setempat misal; sugih (kaya) melarat
(miskin) di Jawa atau istilah lokal lainnya. Hasil
proses klasifikasi kesejahteraan ini digunakan untuk
mengidentifikasi kelompok yang terlibat dalam diskusi
kelompok terfokus (FGD), untuk pemetaan akses orang
miskin dan kaya terhadap sarana air bersih dan sanitasi,
fungsi, dan pekerjaannya, serta mengidentifikasi
perbedaan tingkat partisipasi di masyarakat, dan
sebagainya.
2) Pemetaan Melalui simulasi dalam kelompok diskusi ini
menghasilkan informasi:
● Berapakah laki-laki kaya, laki laki miskin,
perempuan kaya perempuan miskin, laki-laki
menengah, perempuan menegah dari status
ekonominya yang mendapatkan akses layanan
AMPL dari sarana yang telah dibangun?
● Berapakah laki-laki dan perempuan dari golongan
kaya, menengah, atau miskin yang terlibat dalam
anggota badan pengelola.
● Berapakah laki-laki dan perempuan dari golongan
kaya, menengah, atau miskin yang bekerja dalam
bidang pelayanan air bersih, sanitasi, dan promosi
hidup sehat/bersih, serta siapa yang pernah dan atau
akan mendapatkan pelatihan.

39

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Langkah Uraian
3) Kantung suara Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
SABS menganalisa pola dan perilaku masyarakat laki-laki
dan perempuan dari golongan kaya, menengah dan
miskin berkaitan dengan kebiasaan pemakaian sumber
air bersih, serta hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan,
serta menganalisa dari golongan tersebut berkaitan
dengan kebiasaan pemakaian tempat buang air besar,
serta hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan. Informasi
kunci yang ingin diperoleh melalui simulasi dengan
menggunakan alat tersebut ini adalah:
● Gambaran pola kebiasaan pemakaian sumber
air bersih laki-laki dan perempuan dari golongan
kaya, menengah dan miskin
● Gambaran pola kebiasaan pemakaian tempat
buang air besar laki-laki dan perempuan dari
golongan kaya, menengah dan miskin
4) Transect Walk Tujuan dari transect walk adalah memeriksa ulang
berdasarkan informasi sebagaimana dalam peta yang
dibuat oleh masyarakat untuk memastikan informasi
mengenai; keadaan masyarakat menyangkut sarana
air bersih dan sanitasi, akses keluarga miskin, kaya dan
menengah terhadap sarana tersebut, promosi hidup
sehat dan di antara keluarga yang mendapat pelatihan
selama program. Informasi kunci yang akan diperoleh
dari transect walk adalah:
● Kualitas air pada sumber; jenis kontaminasi pada
sumber air
● Kuantitas sumber air (kecukupan di sepanjang tahun)
● Jenis pengerjaan sarana, fungsi sarana, pendapat
pengguna mengenai kualitas rancangan
bangunan, penjelasan mengenai ketidak puasan,
kualitas rancangan menurut kelompok, kesalahan
utama dalam perencanaan, kesesuaian konstruksi
dengan rancangan, kualitas bahan menurut
pengguna, kualitas bahan menurut kelompok,
kualitas pengerjaan menurut kelompok dll.
Informasi secara lengkap mengenai hasil transect
dapat dilihat dalam format-transect walk)

40

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Langkah Uraian
5) Contamination Membantu masyarakat untuk menemukan dan
route menganalisis bagaimana penyakit dapat menular
secara luas melalui lingkungan; mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk
menghambat (blocking) atau memutus alur penularan
penyakit; memperoleh program promosi kesehatan
yang diinginkan oleh masyarakat yang akan
dimasukkan dalam Rencana Kerja Masyarakat.

Topik 1: Penerapan MPA-PHAST pada Proyek yang Sedang


Berjalan (Setelah RKM disiapkan)
Sesi ini diawali dengan penjelasan sebagaimana penerapan MPA-
PHAST tahap 1. dilanjutkan dengan simulasi pendemonstrasian
pi­ranti. Alat dan langkah kegiatan mencakup Klasifikasi
Kesejahteraan, Pemetaan, contamination route, transect
walk (sebagaimana telah diuraikan pada tahap-1), tinjauan
pengelolaan dan check list PHBS

Tinjauan Pengelolaan:
Tujuan dari tinjauan pengelolaan adalah untuk menilai
wewenang dan komposisi dari organisasi pengelola, menyangkut
keterwakilan dan pengaruh gender dan kemiskinan; Menilai
pelak­sanaan organisasi, menyangkut sudut pandang gender
dan kemis­kinan; Mentriangulasi informasi sebelumnya
(peta sosial) dan memahami permasalahan yang ada; Untuk
mengetahui sebarapa besar biaya yang dilkeluarkan masyarakat
untuk penggunaan sarana air dan sanitasi; Untuk mengetahui
keterbukaan dan kesetaraan dalam sistem pembayaran dan
implikasinya terhadap pengawasan sarana.

Check list PHBS:


Tujuan dari chek list PHBS adalah untuk menganalisis seberapa
efektif dan seberapa sukar/mudah tindakan penghambat
alur pe­nularan penyakit dan tindakan perubahan perilaku
41

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

bagi kesehatan untuk dilakukan; Untuk mengidentifikasi


kesenjangan pe­ngetahuan di antara perempuan, laki-laki, dan
anak-anak di masyarakat, sehingga dapat diketahui rencana
yang te­pat dalam program perubahan perilaku hidup bersih
dan sehat; Untuk memperoleh program promosi kesehatan
yang di­inginkan oleh masyarakat yang akan dimasukkan dalam
Rencana Kerja Masyarakat.

Topik 2 : Tahap 3. Penerapan MPA-PHAST pada Pasca


Konstruksi
Sesi ini di­awali dengan penjelasan sebagaimana penerapan
MPA-PHAST ta­hap 1 dan 2. dilanjutkan dengan simulasi pende­
monstrasian piranti.

Alat dan langkah kegiatan yang diperkenalkan mencakup


Kla­si­fikasi Kesejahteraan, transect walk (sebagaimana telah
diuraikan pada tahap-1), Interview BPS.

Interview Badan Pengelola Sarana


Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membandingkan data
cakupan sarana AMPL dengan cakupan secara keseluruhan.
Apakah dengan telah terbangunnya sarana sudah mem­
pengaruhi angka cakupan versi BPS.

Topik 3: Tahap 4, Penerapan MPA-PHAST pada 1 Tahun


Pasca Konstruksi
Sesi ini diawali dengan penjelasan sebagaimana penerapan
MPA-PHAST tahap 1 dan 2. dilanjutkan dengan simulasi
pendemonstrasian piranti.

Alat dan langkah kegiatan yang diperkenalkan mencakup


Klasifikasi Kesejahteraan, pemetaan, kantung suara (seba­
gaimana telah diuraikan pada tahap-1 dan 2). Yang membe­
dakan penerapan MPA-PHAST tahap ini adalah penggunaan
piranti ladder 1.

42

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Ladder 1
Tujuan penggunaan piranti ini adalah untuk menilai keberadaan
per­mintaan para pengguna yang terlayani dan sejauh mana
mereka mempertimbangkan kesesuaian manfaat terhadap
biaya yang telah mereka keluarkan. Kegiatan tersebut dilakukan
secara terpisah dengan masyarakat laki-laki dan perempuan

Sesi 5: Praktek Penggunaan Peranti MPA-PHAST.

Praktek penggunaan piranti dapat dilakukan dengan simulasi


dalam kelas dan praktek langsung di masyarakat. Praktek dalam
kelas dilakukan secara kelompok, masing-masing kelom­pok
ada yang berperan sebagai fasilitator dan sebagian berperan
sebagai anggota masyarakat. Untuk praktek langsung di
masyarakat dipilih lokasi yang relevan; artinya lokasi tersebut
memenuhi kriteria antara lain desa/dusun yang telah mendapat
proyek terkait AMPL.

43

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Catatan: Untuk praktek langsung di masyarakat diperlukan kunjungan


pendahuluan oleh fasilitator untuk memastikan desa/dusun tersebut sesuai
untuk kepentingan praktek lapangan. Direkomendasikan untuk pilihan praktek
lapangan perlu dipastikan bahwa praktek tersebut untuk kepentingan belajar dan
monitoring terhadap proyek yang selama ini telah dilaksanakan. Kecuali kalau
desa tersebut benar-benar akan mendapatkan/melaksanakan proyek AMPL.
Apabila tidak mendapatkan desa yang memenuhi syarat untuk ini sebaiknya
dipilih praktek dalam bentuk simulasi dalam kelas.

Sesi 6: Praktek Piranti MPA-PHAST

Pilihan -1: Simulasi dalam Kelas


● Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-
masing kelompok dibagi ke dalam dua peran yaitu peserta
yang berperan sebagai fasilitator dan peserta yang berperan
sebagai anggota masyarakat.
● Masing-masing kelompok mempraktekkan penggunaan
seluruh piranti MPA-PHAST dengan pembagian peran
secara bergantian, agar masing-masing memiliki
pengalaman yang sama.
● Setelah masing-masing kelompok melakukan simulasi
penggunaan piranti, masing-masing menjelaskan hasil
diikuti oleh kelompok lain. Dan secara keseluruhan setelah
si­mulasi dilakukan fasilitator memberikan tanggapan/
pembahasan dan analisis terhadap hasil prakteknya.

Pilihan-2: Praktek di Masyarakat


● Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok (tim) untuk
kegiatan praktek di masyarakat.
● Kegiatan pertemuan dilaksanakan secara terpisah di
beberapa tempat (berdasarkan RT atau RW) dan masing-
masing tim mempraktekkan alat/piranti MPA-PHAST.
● Setelah kegiatan praktek dilakukan masing-masing tim
menyusun laporan hasil prakteknya.

44

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

● Presentasi pengalaman praktek oleh masing-masing


tim, fasilitator menanggapi dan memberikan komentar
berdasarkan temuan yang dilihat selama mendampingi
dikaitkan de­ngan ”bagaimana seharusnya” praktek dilakukan
dan hal-hal prinsip yang harus dilakukan selama faslitasi.

Sesi 7: Pengenalan Piranti MPA-PHAST Lanjutan


Disamping piranti yang telah dibahas pada hari-hari sebelumnya,
piranti lain yang diperkenalkan dan dibahas pada pada sesi ini
antara lain; matrict decission dan ladder 2,

Matrik Keputusan:
Tujuan dari matrict decission adalah untuk mengidentifikasi
dan menganalisa akses perempuan dan kelompok miskin
terhadap informasi; Untuk menilai partisipasi, aspek gender dan
kemiskinan dalam pengambilan keputusan dan lingkup proses
pengambilan keputusan dan dalam akses terhadap informasi
yang dibutuhkan untuk berpartisiapsi dalam pengambilan
keputusan; Untuk monitoring dan evaluasi proyek gunakan
untuk menilai seberapa partisipatif, tanggap kebutuhan, dan
sensitif terhadap gender dan kemiskinan proses dari proyek;
Untuk perencanaan dan perancangan proyek, gunakan kegiatan
ini untuk menilai sejarah partisipasi sarana yang ada, sehingga
intervensi yang tepat dapat direncanakan untuk meningkatkan
ketanggapan terhadap kebutuhan proses proyek, dan
menambah partisipasi dari semua kelompok stakeholder dalam
pengambilan keputusan yang diinformasikan

Ladder 2
Tujuan dari Ladder 2 adalah untuk menilai dan menganalisa
pembagian kerja, jenis pekerjaan dan pekerjaan yang dibayar
maupun tidak. Berkaitan dengan pelayanan sarana antara
perempuan dan laki-laki serta kaya dan miskin

45

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Sesi 8; Praktek Penggunaan Piranti Lanjutan (matrix


decission dan Ladder 1 dan 2)
Pilihan pendekatan praktek dilakukan dalam bentuk simulasi
dalam kelas atau praktek di lapangan, sebagaimana proses pada
praktek ke satu. Pembahasan hasil, refleksi dan rekomendasi
dilaksanakan sebagaimana praktek sebelumnya.

Sesi 9: Presentasi, Penjelasan, Rangkuman


Pembelajaran 2
Sesi ini memberikan kepada peserta untuk menyusun laporan
praktek implementasi piranti MPA-PHAST sesuai dengan catatan
notu­lasinya masing masing, untuk kemudian ditulis di kertas
flipchart dan ditempelkan di kain rekat, setelah itu berbagi
pengalaman terhadap pelaksanaan praktek hari kedua melalui
presentasi bergerak, dilanjutkan dengan masukan dari fasilitator

Sesi 10: Penajaman Akhir Hasil Lokakarya


(Pembulatan Hasil, Pemetaan pemahaman akhir, Evaluasi akhir,
Paparan evaluasi akhir, Penutupan)

46

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Pada sesi ini, fasilitator mengajak peserta untuk melakukan rang­


kuman materi orientasi secara bersama sama untuk melakukan
pembulatan, terakhir fasilitator menegaskan materi lokakarya
dengan menggunakan alur lokakarya. Selesai kegiatan
tersebut dilakukan pemetaan akhir, untuk menilai bagai­mana
perkembangan kemampuan peserta setelah intervensi orientasi
MPA-PHAST ini. Kemudian peserta diajak untuk melakukan
evaluasi akhir, serta langsung diolah dan pemaparan hasil
evaluasi akhir tersebut. Sehingga, di penghujung acara,
dilakukan penutupan merupakan acara semi seremonial, sebagai
sarana setiap peserta untuk menyatakan komitmennya tentang
implementasi rencana tindak yang disepakati, yang kemudian
ditegaskan oleh pejabat yang ditunjuk untuk menutup acara,
sehingga kesepakatan rencana tindak menjadi acuan bersama
tentang apa yang harus dilakukan setelah lokalatih ini.

47

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Penting untuk menjadi perhatian!


Para pihak yang berkepentingan untuk menerapkan MPA-PHAST dalam
programnya perlu menelaah dengan seksama apa manfaat penerapan MPA-
PHAST bagi para elemen penggunanya. Dengan maksud agar bobot materi yang
disampaikan sesuai dengan peran yang diharapkan dari masing-masing pihak
dapat terwujud.

Pengguna Manfaat
Masyarakat ● Untuk mengakses dan memantau kesinambungan layanan
● Untuk mengakses dan memantau seberapa setara manfaat
dan beban dari layanan tersebar di dalam masyarakat
Masyarakat Pengelola ● Mengidentifikasi kemungkinan kegiatan di tingkat
(Badan Pengelola) masyarakat yang dapat dilakukan untuk membuat layanan
lebih berkesinambungan dan lebih setara pada saat tahap
perencanaan dan pemantauan.
Lembaga Pelaksana Proyek ● Membantu masyarakat untuk merencanakan hasil proyek
yang berkesinambungan dan lebih setara
● Memantau keberlanjutan dan kesetaraan dalam
pelaksanaan proyek dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
● Membandingkan situasi keberlanjutan dan kesetaraan
di masyarakat terhadap rata-rata kabupaten, provinsi,
keseluruhan lokasi proyek, antar waktu melalui tahapan-
tahapan proyek.
● Mengidentifikasi kasus-kasus untuk diperdalam
● Mengidentifikasi pola dan tren kemajuan proyek terhadap
keberlanjutan dan kesetaraan, dan dan menganalisis
faktor-faktor kelembagaan yang terkait dengannya.
● Melakukan kegiatan di tingkat institusi untuk mendukung
keberlanjutan dan kesetaraan sebagai hasil dari proyek.
Manager Proyek ● Secara periodik mendapatkan analisis data terhadap
keberlanjutan dan kesetaraan (poverty targeting,
kesetaraan jender)
● Melembagakan pemantauan dari keseluruhan aspek di atas
pada lembaga proyek.
Pembuat Kebijakan ● Analisis dari keseluruhan aspek di atas diantara keseluruhan
komunitas, area geografis, antar proyek dan antar waktu,
untuk mendapatkan pembelajaran guna perluasan dan
untuk pengambilan Kebijakan yang mendukung tujuan
kesinambungan dan kesetaraan.

48

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

D. Kegiatan 4: Lokakarya dan Pelatihan Penyusunan


Rencana Strategis AMPL Berbasis Masyarakat

Penjelasan Umum
Penyusunan rencana pembangunan AMPL daerah menentukan
masa depan layanan AMPL yang tepat dan terarah. Hal ini sesuai
de­ngan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sis­tim Perencanaan Pembangunan Nasional, BAB V tentang
Pe­nyusunan dan Penetapan Rencana Pembangunan Jangka
Panj­ang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka
Me­nengah Daerah (RPJMD). Kemudian diperkuat lagi dalam
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, BAB
VII tentang Perencanaan Pembangunan Daerah yang memuat
perihal keharusan Pemda menyusun RPJPD, RPJMD, Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Rencana Strategis
Satuan Kerja Pembangunan Daerah (Renstra SKPD).

Selain itu, dari berbagai pengalaman berbagai lokakarya


Kebijakan, diperoleh informasi bahwa isu AMPL belum menjadi
isu prioritas pembangunan daerah, sehingga diperlukan upaya
untuk menjadikan AMPL menjadi prioritas pembangunan
daerah, untuk itu diperlukan Kebijakan khusus tentang AMPL
yang dirumuskan dalam bentuk Renstra. Di lain fihak, untuk
mencapai target Indonesia Sehat 2010 dan atau MDGs 2015
dibidang AMPL, juga diperlukan adanya Kebijakan AMPL yang
lebih terarah, hal ini dapat terpenuhi dengan adanya Renstra.

Tujuan
● Memberikan pemahaman bagian-bagian strategis dari
Kebijakan sebagai landasan pengembangan kerangka
strategi pembangunan AMPL yang berkelanjutan di daerah.
● Memberikan pemahaman tentang arah dan pola pem­
bangunan AMPL berdasarkan aturan dan perundangan yang
berlaku sebagai acuan dalam penyusunan rencana strategis
pembangunan AMPL.
49

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

● Memberikan pemahaman konsep dasar dan arti pentingnya


perencanaan strategis untuk mengimplementasikan
Kebijakan di daerah.
● Membekali pengetahuan dan keterampilan menyusun peren­
canaan strategis sesuai dengan kaidah dan tahapannya.
● Menyepakati langkah-langkah kunci dan kegiatan dalam
rangka penyusunan rencana strategis pembangunan AMPL
di daerah.

Keluaran
● Meningkatnya pemahaman mengenai Kebijakan dan
keterkaitannya dengan perencanaan strategis pembangunan
AMPL di daerah
● Meningkatnya pemahaman mengenai arah dan pola
pembangunan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
● Meningkatnya keterampilan teknis dalam pengembangan
rencana strategis pembangunan AMPL daerah.
● Tersusunnya rencana tindak lanjut dalam pelaksanaan
Kebijakan khususnya dalam penyusunan rencana strategis
AMPL di daerah.

Metoda:
● Presentasi dan tanya jawab.
● Berbagi pengalaman
● Curah pendapat
● Diskusi kelompok
● Penugasan

Alat dan Bahan


Alat alat :

● Kain rekat, Metaplan,


● Selotif, Kertas flipchart,
● Proyektor, Komputer
Bahan materi :
● Buku Kebijakan
● Panduan Penyusunan Renstra AMPL
50

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

● Hasil Lokakarya Pelaksanaan Kebijakan di masing-masing


daerah.

Peserta:
Renstra AMPL ini dapat dipergunakan untuk semua pihak
yang terlibat dalam pembangunan AMPL; maupun perumus
Kebijakan. Lokalatih orientasi ini bisa diikuti unsur-unsur :

● Instansi terkait AMPL Pusat,


● Instansi terkait AMPL-Provinsi/Kabupaten/Kota,
● LSM/Perguruan Tinggi/Tokoh Masyarakat
● Pihak lain yang peduli pembangunan AMPL

Jumlah peserta jangan terlalu besar, cukup sekitar 30 orang,


untuk memudahkan pengorganisasian dan pendalaman diskusi.

Alur Lokalatih

Pre
test

Pengantar pola
Pembukaan dan Pengantar lokakarya
pembangunan
arahan

Pengantar
rencana strategis

Analisis pelaku Klarifikasi mandat Visi misi dan nilai

Analisis SWOT

Perumusan Indikator kinerja


Perumusan Isu
tujuan strategis
strategis

Pembulatan,
rencana tindak
Post
test
Penutupan
51

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Alokasi Waktu Pelaksanaan:


Alokasi waktu efektif untuk penyelenggaraan lokalatih ini 5 hari
termasuk sesi malam hari, dengan rincian sebagai berikut:

Waktu Acara
120 menit Pembukaan dan pengantar lokalatih: Perkenalan,
Identifikasi Harapan dan Kekhawatiran, Alur
Lokakarya, Tata Tertib, Penilaian Awal, Penjelasan
– penjelasan seputar penyelenggaraan lokalatih
60 menit Pengantar Pola Perencanaan Pembangunan Nasional
dan Perkembangan Renstra AMPL di Daerah
60 menit Pengantar Rencana Strategis
60 menit Kaji ulang Pelaku AMPL Daerah dan Klarifikasi Mandat
120 menit Penyusunan Visi-Misi dan Nilai AMPL Daerah
120 menit Analisa SWOT dan Perumusan Isu Strategis
120 menit Perumusan Strategi: Perumusan Tujuan, Kebijakan,
Program dan Kegiatan Strategis
360 menit Diskusi kelompok penyusunan: analisis pelaku, Visi-Misi
dan Nilai AMPL Daerah, Analisa SWOT dan Perumusan
Isu Strategis, Perumusan Strategi: Perumusan Tujuan,
Kebijakan, Program dan Kegiatan Strategis
60 menit Indikator kinerja
120 menit Presentasi dan review hasil diskusi kelompok
penyusunan draft Renstra AMPL daerah
60 menit Penyusunan RTL
60 menit Rangkuman, penilaian akhir dan evaluasi lokalatih
30 menit Penutupan

Proses Lokakarya dan Pelatihan

Sesi 1: Pembukaan dan Arahan


Sesi ini dapat diisi oleh narasumber atau pejabat terkait yang
ber­­kompeten, sebaiknya arahan meliputi latar belakang dan
tu­ju­an lokakarya, yang memberikan pemahaman kepada
peserta tentang perlunya lokakarya ini bagi daerah, bahwa
pembelajaran yang diperoleh dari pembangunan AMPL berbasis
52

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

masyarakat, baik yang berhasil maupun yang gagal salah satu


penyebabnya adalah belum adanya strategi bersama untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Untuk itu, penyusunan
Renstra AMPL menjadi penting buat daerah. Selepas kegiatan
ini, lakukan pemetaan awal kemampuan peserta.

Sesi 2: Pengantar Lokalatih

Sesi berisi perkenalan dimana secara partisipatif peserta,


fasilitator dan panitia berkenalan satu dengan lainnya;
dilanjutkan dengan identifikasi harapan dan kenyataan,
dimana setiap peserta mendapatkan dua kertas metaplan
berbeda warna, misalnya biru dan merah untuk menuliskan
harapan dan kekhawatiran tentang penyelenggaraan
lokalatih, untuk kemudian ditempel dan dikelompokkan
di kain rekat; berdasarkan hasil identifikasi tersebut tadi,
kemudian dijelaskan alur lokalatih; serta akhirnya diujung
acara peserta dan fasilitator menyepakati aturan main
pelaksanaan lokalatih.

Sesi 3: Pengantar Pola Pembangunan


Sesi ini dimulai dengan presentasi dan tanya jawab tentang
Pengan­tar Pola Pembangunan, dilanjutkan dengan diskusi
kelompok membahas: (1) Apakah daerah telah memiliki
53

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

perencanaan pembangunan AMPL; (2) Apa saja yang dirasakan


kurang dari rencana pembangunan AMPL tersebut ? ; (3)
Apa yang perlu dilakukan. Pertukaran pengalaman dilakukan
dengan presentasi bergerak, ditutup dengan penegasan tentang
pentingnya daerah telah memiliki perencanaan pembangunan
AMPL.

Sesi 4: Pengantar Rencana Strategis AMPL


Sesi ini dilakukan dengan cara melakukan presentasi dan tanya
jawab tentang Pengantar Rencana Strategis AMPL, yang berisi
langkah langkah menyusun Rentra AMPL daerah: Analisis
Pelaku, Klarifikasi Mandat, Perumusan Visi, Misi dan Nilai,
Analisis SWOT, Perumusan Isu-isu Strategis, Perumusan Strategi
dan Indikator Kinerja, dan ditutup dengan penegasan bahwa
untuk menyusun perencanaan ini dilakukan dengan landasan
hukum perencanaan pembangunan nasional, yang disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

Sesi 5: Penyusunan Rencana Strategis AMPL


5.1. Analisis Pelaku

Sesi ini dimulai dengan ceramah singkat mengenai


Analisis Pelaku Pembangunan AMPL Daerah, yang
di­lanjutkan dengan diskusi kelompok untuk setiap
daerah peserta lokalatih ini dengan melakukan
analisis pe­laku di daerahnya, untuk tukar menukar
pengalaman di­lakukan dengan presentasi bergerak,
serta ditutup dengan penegasan mengenai
pentingnya mengetahui siapa saja pelaku
pembangunan AMPL daerahnya, sehingga kelak
pembangunan AMPL menjadi tanggung jawab
bersama.

5.2. Klarifikasi Mandat

Sesi ini dimulai dengan presentasi dan tanya jawab


tentang Klarifikasi Mandat Pembangunan AMPL
54

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Daerah, yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok


untuk setiap daerah peserta lokalatih ini dengan
me­lakukan klarifikasi mandat di daerahnya,
untuk tukar menukar pengalaman dilakukan
dengan presentasi bergerak, serta ditutup dengan
penegasan mengenai pentingnya mengetahui
apa mandat pembangunan AMPL daerah agar
diketahui landasan legalitas formalnya, serta norma
yang berlaku di daerahnya.

5.3. Perumusan Visi, Misi dan Nilai

Sesi dimulai dengan presentasi dan tanya jawab


tentang Visi, Misi dan Nilai Pembangunan AMPL
Daerah, yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok
untuk setiap daerah peserta lokalatih ini dengan
menyusun visi, misi dan nilai pembangunan AMPL
daerahnya masing masing, untuk tukar menukar
pengalaman dilakukan dengan presentasi bergerak,
serta ditutup dengan penegasan mengenai
pentingnya visi, misi dan nilai, yang akan mengawal
dan memberikan norma bagi pembangunan AMPL
daerahnya.

55

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Sesi 6: Analisis SWOT


Pembahasan sesi ini dimulai dengan presentasi dan tanya
jawab tentang Analisis SWOT Pembangunan AMPL Daerah,
yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok untuk setiap
daerah peserta lokalatih ini dengan melakukan analisis SWOT
pembangunan AMPL daerahnya, untuk tukar menukar
pengalaman dilakukan dengan presentasi bergerak, serta
ditutup dengan penegasan mengenai pentingnya hasil analisis
SWOT ini yang akan menentukan ketajaman perumusan isu
strategis pembangunan AMPL daerahnya masing masing.

Sesi 7: Perumusan Isu-Isu Strategis


Sesi ini dimulai dengan presentasi dan tanya jawab tentang
Perumusan Isu Strategis AMPL Daerah, yang dilanjutkan
dengan diskusi kelompok untuk setiap daerah peserta lokalatih
ini dengan melakukan Perumusan Isu Strategis daerahnya,
untuk tukar menukar pengalaman dilakukan dengan presentasi
bergerak, serta ditutup dengan penegasan pentingnya
perumusan yang tajam tentang isu strategis agar memudahkan
perumusan strategi pembangunan AMPL daerah kedepan.

Sesi 8: Perumusan Strategi


Pembahasan Sesi ini dimulai dengan presentasi dan tanya jawab
ten­tang Perumusan Strategi Pembangunan AMPL Daerah,
yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok untuk setiap
daerah peserta lokalatih ini dengan melakukan Perumusan
Strategi Pembangunan AMPL daerahnya terdiri dari strategi,
prog­ram dan kegiatan. Untuk tukar menukar pengalaman
dilakukan dengan presentasi bergerak, serta ditutup dengan
penegasan inilah strategi, program dan kegiatan yang menjadi
arah pembangunan AMPL di masing masing daerahnya.

Sesi 9: Indikator Kinerja


Sesi ini dilakukan dengan cara presentasi dan tanya jawab
tentang Indikator Kinerja, yang dilanjutkan dengan diskusi
56

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

pleno dengan melakukan perumusan bersama Indikator Kinerja,


dengan mengambili contoh dari strategi yang telah disusun
sebelumnya, serta ditutup dengan penegasan pentingnya
menentukan indikator kinerja, untuk mengukur bagaimana
implementasi dari Renstra AMPL tersebut.

Sesi 10: Pembulatan, Post Test, Evaluasi dan Rencana


Tindak Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Penyusunan Renstra AMPL Daerah, Penutupan
Pada Sesi ini, fasilitator mengajak peserta untuk melakukan
rang­kuman materi pelatihan secara bersama sama untuk
melakukan pembulatan, terakhir fasilitator menegaskan
materi lokakarya dengan menggunakan alur lokakarya. Selesai
kegiatan tersebut dilakukan post test, untuk menilai ba­gai­­mana
per­kem­bangan kemampuan peserta setelah intervensi lokalatih
penyusunan Renstra AMPL ini. Kemudian peserta diajak untuk
melakukan evaluasi akhir, serta langsung diolah dan pema­
paran hasil evaluasi akhir tersebut. Sehingga, dipenghujung
acara, dilakukan penutupan merupakan acara semi seremonial,
sebagai sarana setiap peserta untuk menyatakan komit­men­
nya tentang implementasi rencana tindak yang disepakati,
yang kemudian ditegaskan oleh pejabat yang ditunjuk untuk
menutup acara, sehingga kesepakatan rencana tindak menjadi
acuan bersama tentang apa yang harus dilakukan setelah
lokalatih ini.

Penting untuk menjadi perhatian!


Bagi para penyusun Renstra AMPL agar dapat melihat dengan seksama perbedaan
Renstra AMPL dengan perencanaan biasa, seperti tertera dalam matrik di bawah ini.

Perencanaan Strategis Perencanaan Biasa (Lainnya)


Flexible Kaku
Perpaduan Top-down – Bottom-up Bottom-up atau sepihak
Menciptakan masa datang 5-10 tahun Memperpanjang masa kini 1-5 tahun
Membimbing perilaku manajemen Tidak membimbing perilaku manajemen
Berfokus pada eksternal terlebih dahulu Berfokus pada internal terlebih dahulu
Efektivitas Efisiensi
Penekanan pada proses Penekanan pada rencana
Proaktif Reaktif

Kemudian juga perlu diperhatikan bahwa proses penyusunan Renstra AMPL ini dilakukan dengan
pendekatan inklusif-partisipatif. Artinya penyusunannya dilakukan sendiri oleh pemangku kepetingan
AMPL daerah mellui proses yang partisipatif-aktif dari pemangku kepentingan. Kalaupun diperlukan
keterlibatan pihak luar, pihak luar ini hanya sebatas sebagai fasilitator yang berperan mendorong 57
inklusifitas dan partisipatif berjalan.

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

E. Kegiatan 5: Lokakarya dan Pelatihan CLTS


(Community Led Total Sanitation)
Penjelasan Umum
Buang air besar sembarangan merupakan perilaku yang tidak
mendukung kualitas kesehatan sebagaimana yang disyaratkan.
Perilaku seseorang sangat terkait dengan kebiasaan dan
tanggung jawab orang per orang, namun demikian hal
ini juga disebabkan oleh ketersediaan jamban yang tidak
dapat diakses, ditambah lagi dengan persoalan rendahnya
pendidikan-pengetahuan, dan rendahnya pendapatan masya­
ra­kat. Rendahnya aksesibilitas ini, dikarenakan jamban yang
dibangun selama ini masih banyak yang menggunakan dengan
pendekatan proyek, yang dapat dipastikan, tingkat keber­
lanjutannya rendah. Artinya masyarakat dapat dikatakan tidak
memiliki akses ikut serta aktif dalam proses pembangunan.
Disamping itu, secara kuantitas, rendahnya cakupan dan akses
terhadap sarana juga dikarenakan dana pemerintah sangat
terbatas untuk memenuhi kebutuhan investasi sarana sanitasi
dasar tadi.
Untuk mengatasi keadaan seperti ini, telah dicoba metode yang
dikenal dengan nama Community Led Total Sanitation atau
disingkat dengan CLTS di beberapa daerah di Indonesia yaitu,
antara lain di Muara Enim, Sumatera Selatan; Pandeglang,
Banten; Sambas, Kalimantan Barat; dan Lumajang, Jawa
Timur. Melalui metode CLTS inilah, pola kebiasaan buang
hajat di sembarang tempat yang terjadi sejak kanak-
kanak, diubah dengan cara mendorong masyarakat sendiri
berinisiatif dan melakukan pembangunan jamban secara
total tanpa subsidi dari luar. Ternyata dengan metode ini
telah terjadi perubahan yang sangat signifikan di masyarakat
terkait dengan perubahan pola buang air besar yang tidak
sembarangan lagi. Selain itu secara kuantitas jumlah jamban
yang dibangun meningkat tajam.

Karena keberhasilannya inilah, pengetahuan, keterampilan,


bagai­mana sikap yang dimiliki oleh fasilitator CLTS perlu
58

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

disebar luaskan ke semua kalangan yang peduli terhadap


pembangunan AMPL di Indonesia.

Tujuan
● Mampu memahami konsep pendekatan CLTS.
● Memperoleh pengetahuan tentang cara efektif dan mampu
untuk memfasilitasi masyarakat dalam melakukan analisis
terhadap kondisi sanitasi suatu komunitas.
● Mampu memahami teknik teknik fasilitasi dan pemicuan
dalam rangka pelaksanaan CLTS di masyarakat
● Mampu memfasilitasi masyarakat dalam proses perencanaan
kegiatan pembangunan sarana sanitasi dasar secara swadaya.

Keluaran
● Meningkatnya pemahaman terhadap: prinsip-prinsip CLTS,
serta kondisi yang dibutuhkan agar CLTS dapat berjalan
de­ngan baik (sebagai contoh; tidak adanya program yang
mem­berikan subsidi untuk pembangunan jamban di wilayah
yang sama)
● Meningkatnya kemampuan tentang apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang tidak semestinya dilakukan sehing­
ga CLTS dapat berkembang baik di komunitas yang sedang
melakukan inisiatif perubahan dengan cepat
● Meningkatnya pemahaman tentang metodologi CLTS dan
ke­butuhan akan perubahan sikap dan perilaku dari setiap
individu, profesi dan lembaga untuk menerapkannya.
● Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan untuk mene­
rap­kan CLTS di desa/lapangan dengan keterampilan fasilitasi
yang tepat.
● Tersusunnya rencana tindak untuk penerapan CLTS, dan
du­­kung­­an tin­dak lanjut yang diperlukan untuk membantu
mem­i­cu komunitas mencapai status bebas dari BAB di
sem­­barang tem­pat, ”Open-defecation-free (ODF)” di kabu­
paten/provinsi untuk periode 6 bulan kedepan.

Metode
● Ceramah
● Berbagi pengalaman
● Curah pendapat 59

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

● Pemicuan di lapangan
● Diskusi kelompok
● Presentasi dan tanya jawab.
● Penugasan

Alat dan Bahan/Materi


Alat :
- Kain rekat,
- Metaplan,
- Selotif,
- Kertas flipchart,
- Spidol berwarna,
- Alat alat pemicuan: kapur tembok berwarna, dedak, serta
disesuaikan dengan lokasi pemicuan,
- Alat pendukung: LCD dan perangkatnya, Handycam, Kamera
Bahan/Materi:
- Film Pelaksanaan CLTS di berbagai daerah dan berbagai
Negara,
- Panduan Fasilitasi CLTS di Masyarakat,
- Panduan Proses Pelatihan CLTS

Peserta:
Pendekatan CLTS ini dapat dipergunakan untuk semua pihak
yang terlibat dalam pembangunan AMPL; baik masyarakat itu
sendiri, staf yang berhubungan dengan kegiatan sanitasi dasar.
Lokakarya dan pelatihan ini bisa diikuti unsur-unsur :

Pokja AMPL Pusat,


● Pokja AMPL-Provinsi/Kabupaten/Kota,
● LSM/Perguruan Tinggi/Tokoh Masyarakat
● Pihak lain yang peduli pembangunan AMPL

Catatan: Jumlah peserta jangan terlalu besar maksimal 30 orang untuk


memudahkan pengorganisasian dan pendalaman diskusi, serta praktek
pemicuan di lapangan.

60

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Alur Lokalatih CLTS

Pembukaan
Sesi ini berisi perkenalan semua pihak yang terlibat dalam lokalatih, identifikasi
harapan dan kekhawatiran, penjelasan alur lokakarya, serta penyepakatan
aturan main pelaksanaan lokalatih, dilanjutkan dengan pemetaan awal
Pengantar lokakarya
kemampuan peserta

Refleksi pengalaman Diskusi kelompok membahas refleksi pengalaman berbagai jenis


pembangunan sanitasi pembangunan sanitasi terdahulu, presentasi bergerak untuk tukar menukar
terdahulu pengalaman, ceramah singkat tentang perbedaan proyek CLTS

Pengenalan CLTS dan


pengalaman di berbagai Ceramah dan tanya jawab pengenalan CLTS serta pengalaman implementasi
Negara/Daerah di berbagai daerah Indonesia dan negara lain

Diskusi kelompok dan ceramah dan tanya jawab tentang: Prinsip-prinsip CLTS,
Prinsip-prinsip CLTS 3 Pilar PRA dan Perubahan Sikap-Perilaku

Ceramah dan tanya jawab serta demonstrasi tentang elemen pemicuan CLTS,
Fasilitasi di komunitas
faktor penghambat, yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam memfasilitasi
CLTS di masyarakat

Alat-alat utama PRA dalam CLTS, elemen pemicu dan faktor


penghambat, yang harus dilakukan dan dihindari

Kelompok peserta melakukan simulasi pemicuan CLTS sebagai bekal dalam


Simulasi memfasilitasi CLTS di masyarakat dalam pengembangan sarana

Diskusi kelompok dan ceramah dan tanya jawab Tangga Sanitasi, sebagai
Tangga Sanitasi
bekal dalam memfasilitasi CLTS di masyarakat dalam pengembangan sarana

Persiapan Praktek Lapang Penjelasan lokasi praktek, pembagian kelompok, penyiapan materi pemicuan,
penyiapan bahan dan alat pemicuan

Praktek Lapangan Praktek Pemicuan di sebuah komunitas

Kompilasi temuan dan refleksi Penyusunan laporan, presentasi bergerak, kompilasi temuan dan refleksi
lapangan lapangan, masukan fasilitator

Penyusunan daftar masyarakat terpicu, penyususnan RKM,penegasan


Pleno dengan masyarakat komitmen, pemberian apresiasi

Rencana Tindak

61

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Agenda
Agenda lokalatih memakan waktu efektif selama 4 hari
termasuk sesi malam hari, dengan rincian sebagai berikut:

Waktu Acara
120 menit Pembukaan dan pengantar lokakarya: Perkenalan,
Identifikasi Harapan dan Kekhawatiran, Alur Lokakarya,
Tata Tertib, Penilaian Awal, Penjelasan – penjelasan
seputar penyelenggaraan lokalatih
180 menit Refleksi pengalaman proyek sanitasi sebelumnya
Pengenalan CLTS dan Pengalaman di Berbagai Negara/
240 menit Daerah
60 menit Prinsip-2 CLTS dan Tiga Pilar PRA dalam CLTS
60 menit Perubahan perilaku dan sikap
60 menit Elemen pemicu dan faktor penghambat
60 menit Apa yang seharusnya dan tidak?
60 menit Alat-alat PRA utama
240 menit Simulasi pemicuan CLTS
120 menit Persiapan simulasi pemicuan CLTS di lapangan
480 menit Simulasi pemicuan CLTS di lapangan
120 menit Kompilasi Temuan Praktek Lapang dan Pelaporan
120 menit Refleksi Temuan Praktek Lapang
240 menit Diskusi Pleno dengan Masyarakat
120 menit Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
60 menit Rangkuman, penilaian akhir dan evaluasi lokalatih
30 menit Penutupan

Proses Lokalatih

Sesi 1: Pembukaan dan Arahan.


Sesi ini dapat diisi oleh narasumber atau pejabat terkait yang
berkompeten, sebaiknya arahan meliputi latar belakang dan
tujuan lokalatih, yang memberikan pemahaman kepada peserta
tentang perlunya lokalatih ini bagi daerah, bahwa pembelajaran
yang diperoleh dari pembangunan AMPL berbasis masyarakat,
un­tuk sarana sanitasi, baik yang berhasil maupun yang gagal
62

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

sa­lah satu penyebabnya adalah tidak terjadinya pendekatan


tang­gap kebutuhan, belum terjadinya perubahan perilaku
da­lam Buang Air Besar, serta kurangnya rasa memiliki untuk
meman­faatkan dan memelihara sarana terbangun. Untuk itu,
pen­dekatan CLTS menjadi penting buat daerah dalam rangka
im­plementasi Renstra AMPL, sebagai alternatif investasi
pemban­gun­an sarana sanitasi. Selepas kegiatan ini, lakukan
peme­taan awal kemampuan peserta.

Sesi 2: Pengantar Lokalatih

Sesi berisi perkenalan dimana secara partisipatif peserta, fa­sili­


tator dan panitia berkenalan satu dengan lainnya; dilanjutkan
dengan iden­tifikasi harapan dan kenyataan, dimana setiap peserta
men­­da­pat­kan dua kertas metaplan berbeda warna, misalnya
biru dan merah untuk menuliskan harapan dan kekhawatiran
ten­tang penyelenggaraan lokalatih, untuk kemudian ditempel
dan dikelompokkan di kain rekat; berdasarkan hasil identifikasi
ter­se­but tadi, kemudian dijelaskan alur lokalatih; serta akhirnya
di ujung acara peserta dan fasilitator menyepakati aturan main
pelaksanaan lokalatih.

63

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Sesi 3: Refleksi Pengalaman Pembangunan Sanitasi


Terdahulu
Fasilitator menjelaskan pentingnya belajar dari program sanitasi
sebelumnya; untuk tahap awal dilakukan diskusi kelompok
membahas refleksi pengalaman berbagai jenis pembangunan
sanitasi terdahulu yang diketahui oleh peserta, dituliskan di
kertas plano, kemudian presentasi bergerak untuk tukar menukar
pengalaman, ditutup dengan penegasan melaui ceramah singkat
tentang perbedaan program/proyek dengan CLTS.

Sesi 4: Pengenalan CLTS dan Pengalaman di Berbagai


Negara/Daerah
Berdasarkan pemahaman di atas, peserta mendapatkan pen­je­
lasan yang detail tentang CLTS, disertai penjelasan pe­ngalaman
implementasi CLTS di beberapa daerah di Indonesia, serta di
beberapa negara lain yang melaksanakan pendekatan CLTS.
Acara ini akan lebih baik apabila ditambah dengan pemutaran
Film CLTS, dimana saat ini ada film CLTS yang disiapkan WSP-
EAP/WASPOLA, STBM Pokja AMPL serta PCI Pandeglang.

64

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Sesi 5: Prinsip-prinsip CLTS, 3 Pilar PRA dan


Perubahan Sikap - Perilaku

Tiga Pilar PRA (Participatory Rural Apraisal)


Dalam CLTS Dan Perubahan Perilaku

Atasan
VS Personal
Bahasa
Bawahan
tubuh/
Perubahan gesture
Perilaku dan
Memberi kebiasaan
VS
Menolong

Metode Berbagi

Profesional Institusional

Pada Sesi ini dilakukan ceramah dimulai dengan diskusi


kelompok “upper & lower” dan tanya jawab tentang: Prinsip-
prinsip dasar CLTS, yang akan menjelaskan empat prin­sip dasar:
non subsidi, tidak menggurui, masyarakat sebagai pemim­pin,
serta gerakan seluruh warga; setelah itu dalam menje­laskan
3 Pilar PRA dan Perubahan Sikap – Perilaku, selain ceramah
dapat dilakukan diskusi kelompok hubungan atasan bawahan,
serta role play nya, untuk menjelaskan bahwa untuk mengajak
masyarakat merubah perilaku, harus dihilangkan dulu sekat
diantara yang mengajak dan diajak; dapat juga dilakukan
permainan bahwa merubah kebiasaan itu susah, tetapi apabila
dilatih dapat terjadi dengan baik.

65

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Prinsip Dasar CLTS

- Tidak ada subsidi, kredit jamban, atau hal lainnya terkait bantuan dari
pihak luar untuk pembangunan jamban keluarga
- Tidak ada instruksi/mengajak masyarakat untuk membuat jamban,
- Tidak menunjukkan tipe jamban-jamban tertentu,
- Keberhasilan yang diukur adalah perubahan perilaku oleh seluruh
komunitas, bukan dengan menghitung jamban keluarga yang
dibangun.
Kebutuhan jamban akan dengan sendirinya muncul ketika proses analisis
difasilitasi dengan baik. Menyerahkan keputusan kepada masyarakat
mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah proses analisis akan
memunculkan pemimpin-pemimpin informal yang secara spontan mau
untuk menginisiasi perubahan.

Sesi 6: Fasilitasi di Komunitas: Alat-alat Utama


PRA dalam CLTS, Elemen pemicu dan faktor
penghambat, yang Harus Dilakukan dan
Dihindari
Ceramah dan tanya jawab serta demonstrasi tentang
e­lemen pemicuan CLTS: pembuatan peta sosial masyarakat
yang kemudian akan menemukan letak dimana lokasi BAB
sembarangan, penelusuran lokasi BAB sembarangan (transect),
dis­kusi alur kontaminasi dengan menelusuri alur mulai dari
mana sampai tinja termakan oleh manusia, demonstrasi air
ter­kontaminasi tinja, serta FGD: rasa jijik dan malu, privacy,
kemiskinan; kemudian diskusi faktor penghambat pemicuan;
serta dijelaskan juga yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dalam memfasilitasi CLTS di masyarakat: memperjelas prinsip
dasar CLTS.

66

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Sesi 7: Simulasi
Pada sesi ini peserta secara berkelompok mendapatkan
kesempatan untuk melakukan simulasi pemicuan CLTS, dengan
me­man­faatkan elemen-elemen pemicuan, sejak memfasilitasi
membuat peta sampai memandu berbagai bentuk FGD, sebagai
persiapan dalam memfasilitasi pemicuan CLTS di masyarakat

Sesi 8: Tangga Sanitasi


Sesi untuk membekali peserta tentang teknologi sarana jamban
yang memungkinkan untuk dibangun masyarakat yang terpicu,
se­jak sarana yang paling sederhana, menuju sarana yang
meme­nuhi syarat kesehatan, aman dan nyaman, dilakukan
cera­mah dan tanya jawab tentang Tangga Sanitasi, yang dapat
dimanfaatkan dalam memfasilitasi CLTS di masyarakat dalam
pengembangan sarana.

67

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Sesi 9: Persiapan Lokasi Pemicuan :

Untuk lebih memahami Pendekatan CLTS ini, dilakukan praktek


pemicuan di desa terpilih. Prasyarat desa terpilih adalah: (a)
Desa rawan sanitasi, (b) Memiliki potensi kader atau natural
leader. Sedangkan jumlah desa lokasi pemicuan, tergantung
jumlah peserta lokalatih, serta tergantung juga dengan
keter­­sediaan anggaran. Mungkin saja 2 desa, tetapi praktek
dilakukan di beberapa dusun, dengan komposisi ideal anggota
tim pemicuan sekitar 3-4 orang, sehingga semua mendapatkan
peran, dan mendapatkan pengalaman proses pemicuan.

Sesi 10: Persiapan Praktek Lapang: Pembagian


Kelompok, Persiapan Kelompok
Pada Sesi ini dilakukan penjelasan tentang lokasi praktek,
pembagian kelompok, penyiapan materi pemicuan,
penyiapan bahan dan alat pemicuan, serta pengorganisasian
pemberangkatan dan kepulangan dari lokasi praktek, termasuk
pembagian fasilitator pendamping.

Sesi 11: Praktek Lapang: Pemicuan dan Rencana Kerja


Masyarakat

68

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Peserta berangkat ke lapangan, penerimaan oleh perangkat


desa serta penjelasan maksud pemicuan masyarakat melalui
pendekatan CLTS, penyiapan lokasi pemicuan masing-masing
kelompok, penyiapan bahan dan alat pemicuan, pelaksanaan
pemicuan, memberikan apresiasi bagi masyarakat yang terpicu,
mendaftar jumlah masyarakat yang terpicu, penyusunan RKM
tentang komitmen dan jadual pembuatan jamban keluarga
dari masing masing masyarakat yang terpicu.

Sesi 12: Kompilasi Temuan, Refleksi dan Pelaporan


Penyusunan laporan pelaksanaan pemicuan, presentasi
bergerak hasil praktek pemicuan, melakukan kompilasi temuan
dan refleksi lapangan, serta terakhir pemberian masukan dari
masing masing fasilitator pendamping.

Sesi 13: Pleno dengan Masyarakat


Penyusunan dan pengecekan kembali daftar masyarakat
terpicu, penyusunan RKM, penegasan komitmen, pemberian
apresiasi. Untuk memperkuat komitmen masyarakat dapat
diputar film CLTS.

Sesi 14: Rencana Tindak Kabupaten, Evaluasi dan


Penutupan
Setelah masyarakat kembali, peserta menyusun rencana tindak
pemicuan untuk masing masing peserta, baik dilakukan secara
perseorangan dan atau dilakukan secara berkelompok, sebagai
wahana pembelajaran bersama; pengisian lembar evaluasi
akhir, dan dilanjutkan dengan penutupan.

69

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Keberhasilan CLTS di Kabupaten Pandeglang, Banten


Perkembangan yang sangat pesat pembangunan jamban secara mandiri oleh
masyarakat, sebanyak 1840 buah atau sekitar 28% dari jumlah warga yang belum
memiliki jamban, telah terbangun sampai Maret tahun 2007, yaitu di 29 desa di 4
Kecamatan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Menyentak pihak Musium Rekor
Dunia Indonesia, atau sering dikenal dengan singkatan MURI, untuk memberikan
penghargaan atas keberhasilan yang spektakuler pembangunan jamban mandiri tanpa
subsidi sebanyak itu yang dicapai hanya selama 1 tahun. Penghargaan semacam itu
tentu diberikan karena belum pernah tercatat dalam sejarah di Indonesia. Piagam
penghargaan MURI sendiri telah diberikan pada tanggal 1 April 2007 yang diserahkan
oleh MURI kepada Bupati Pandeglang dalam suatu acara penyerahan sekaligus dalam
rangka ulang tahun KabupatenPandeglang yang ke 33.
Di awali dengan keprihatinan pihak Pokja AMPL Banten dengan masih terjadinya
kebiasaan buang hajat di sembarang tempat yang banyak terjadi di desa, sehingga
sering mendapatkan julukan memiliki WC terluas di dunia. Kebiasaan seperti ini kalau
tidak segera diatasi, maka penyakit berbasis liingkungan tidak akan cepat diatasi. Kedua,
pemandangan cara buang hajat yang tidak etis ini akan selalu menjadi pemandangan
yang biasa yang tentunya akan berpengaruh pada sikap yang kurang mendukung
terhadap upaya mengatasi penyakit berbasis lingkungan tadi. Mendengar ada metode
yang murah untuk mengatasi persoalan seperti ini, pihak Pokja AMPL Kabupaten
Pandeglang bersama Pokja Provinsi Banten dan dibantu oleh PCI mengajukan usulan
melalui fasilitator WASPOLA di Banten kepada Pokja AMPL Pusat untuk mengadakan
pelatihan CLTS di Kabupaten Pandeglang, dengan lokasi pelatihan di Pesantren
Baitul Hamdi, dengan lokasi pemicuan di 3 desa di wilayah Puskesmas Angsana. Pada
pertengahan Desember 2006 datanglah Tim Pelatih CLTS yang terdiri dari WASPOLA
dan Departemen Kesehatan memberikan pelatihan CLTS kepada tokoh masyarakat dan
staf PCI. Dari sini terjaring peserta yang menonjol yang disebut dengan “natural leader”.
Inilah orang-orang yang terpicu yang kemudian bisa dipakai sebagai contoh dan pemicu
warga yang lain, sehingga tercapai jumlah jamban terbangun seperti di atas.
Ternyata keberhasilan perkembangan seperti ini tidak lepas dari dampingan lapangan
yang berperan menjaga momentum “masyarakat yang sudah terpicu” dalam pelatihan
CLTS. Artinya bagaimana pendamping untuk terus-menerus mendorong natural leader
yang telah terbentuk agar memotivasi warga yang lain mengikuti jejaknya membangun
jamban. Nah, dampingan lapangan inilah yang diambil perannya oleh petugas
lapangan PCI. Keberhasilan CLTS yang spektakuler ini juga memicu pihak Universitas
Tirtayasa Banten, sebagai universitas negeri, mengadopsi pendekatan CLTS ini untuk
pembekalan mahasiswa KKN nya. Pihak universitas, pada bulan April 2007 telah
melakukan pembicaraan dengan pihak Pokja AMPL Pusat dan juga WASPOLA untuk
mengkonkritkan niat ini, selanjutnya pada akhir Juni 2006 akan dilakukan pelatihan bagi
para dosen pembimbing, dengan target akan melakukan pemicuan di 33 desa di 14
kecamatan di Kabupaten Serang.
Catatan: 1. PCI (Project Cocern International) adalah sebuah LSM Internasional
yang berkiprah di wilayah Provinsi Banten sejak 2003 yang wilayah pelayanannya di
Kabupaten Pandeglang.
Catatan: 2. Pelatihan CLTS yang dimaksud sebenarnya lebih bersifat pemicuan kesadaran
masyarakat yang terbiasa buang hajat sembarangan. Artinya mereka dipicu untuk sadar
dan langsung berbuat nyata yaitu membangun jamban yang dapat dilakukan saat itu
dengan jamban yang paling “murah” sekalipun.

70

BAGIAN II: PANDUAN PENYELENGGARAAN


BUKU 4

Bagian III

Penutup
Panduan rinci: Bagi para pembaca yang akan memandu lokakarya dan atau
lokalatih tersebut, dan memerlukan pand­uan, materi dan
bahan yang rinci, dapat dilihat pada Buku 5, bagian panduan
kegiatan penunjang, pe­ningkatan kapasitas Kelompok Kerja
AMPL, dalam bentuk file elektronik, berupa CD.

D
emikian, Panduan Penunjang Kegiatan Operasionalisasi
Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di
Daerah, yang disusun berdasarkan pengalaman
lapangan sejak tahun 2003, sampai saat ini. Sedangkan untuk
mendapatkan infomasi lebih terperinci tentang bahan-bahan
atau materi panduan ini, terutama peningkatan kapasitas
tersebut diatas dapat dipelajari pada buku 4, tentang lokakarya
dan pelatihan dari modul-modul diatas dapat menghubungi
Sekretariat Pokja AMPL Pusat, Jl. Cianjur No. 4 Menteng -
Jakarta Pusat. Telp. / Fax: 021 - 314 2046
E-mail: waspola1@cbn.net.id / pokja@ampl.or.id

71

BAGIAN III: PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai