Anda di halaman 1dari 29

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN:

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM.

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : ARAFATUL LAILI


NIM : G1A020008
Fakultas&Prodi : MIPA, BIOLOGI
Semester :1

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini tepat pada waktunya.

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas segala perbuatan mulianya dapat membawa dan menerangi hati nurani kita dan
insha Allah kita semua termasuk umat Rasulullah SAW hingga akhir zaman.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan dalam
pengerjaan tugas ini.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi diri saya pribadi dan juga
bagi pembaca.

Penyusun, Pringgasela 20 Oktober 2020

Nama : Arafatul Laili


NIM : G1A020008

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER…..................................................................................................i
KATA PENGANTAR…................................................................................................ii
DAFTAR ISI….............................................................................................................iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam…..........1
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits…..................................3
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits….......................................................8
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits)…......................13
BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta
Keadilan Hukum dalam Islam…....................................................................19
DAFTAR PUSTAKA…................................................................................................24
LAMPIRAN.................................................................................................................26

iii
BAB I

TAUHID:KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM


ISLAM

1. Konsep Ketuhanan dalam Islam

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif
(hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon,
binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ِ ‫ُون هَّللا ِ أَ ْن َد ًادا ُي ِحبُّو َن ُه ْم َكحُبِّ هَّللا‬


ِ ‫اس َمنْ َي َّتخ ُِذ مِنْ د‬
ِ ‫َوم َِن ال َّن‬

Artinya : Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep


tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-
ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu
Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar
15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat
Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di
kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah,
kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan
tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi
Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan
konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep

1
ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka
yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

َ ‫ْس َو ْال َق َم َر َل َيقُولُنَّ هَّللا ُ َفأ َ َّنى ي ُْؤ َف ُك‬


‫ون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
jَ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّشم‬ ِ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَقَ ال َّس َم َوا‬

Artinya : Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi,
dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu


berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan
bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas
dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan
ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan
sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah


sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan
lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut.
Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan
Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta
Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

Tauhid merupakan pokok bahasan Muslim.[12] Menyamakan Tuhan dengan


ciptaan adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni seperti yang disebutkan
dalam Al-Quran.[30] Umat Muslim percaya bahwa keseluruhan ajaran Islam bersandar
pada prinsip Tauhid,[31] yaitu percaya "Allah itu Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya."
Bahkan tauhid merupakan kosep teoretis yang harus dilaksanakan karena merupakan
syarat mutlak setiap Muslim.

2
BAB II

SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL QUR”AN DAN HADITS

A. Sains dan teknologi dalam Al-Qur”an

1. QS. Al Anbiya/21 ayat 30 tentang penciptaan alam semesta

Artinya : dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman? {QS. Al Anbiya/21:30}

2. QS. As Sajdah/32 ayat 5 tentang relativitas waktu

Artinya : . Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu. {QS. As Sajdah/32:5}

3. QS. Al Mulk/67 ayat 3 tentang lapisan atmosfer

3
Artinya : yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang, Apakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? {QS. Al
Mulk/67:3}

4. QS. An Nur/24 ayat 43 tentang proses terjadinya hujan

Artinya : tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian


mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih,
maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga)
menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan
seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa
yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan
kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. {QS. An Nur/24:43}

5. QS. Ar Rahman/55 ayat 19-20 tentang mukjizat dasar laut

Artinya : 19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,

20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.


{QS. Ar Rahman/55:19-20}

6. QS. An Nahl/16 ayat 68 tentang binatang lebah

4
Artinya : dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
{QS. An Nahl/16:68}

B. Sains dan Teknologi dalam Hadits

1. Bukhari No. 2124 “Pertanian”

َ ِ ‫ء َعنْ َناف ٍِع َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َقاأَل َعْ َطى َرسُو ُل هَّللا‬jَ ‫ُوسى بْنُ إِسْ مَاعِ ي َل َح َّد َث َنا ج َُوي ِْر َي ُة بْنُ أَسْ َما‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫َح َّد َث َنا م‬
َ َ ْ َ
‫ت ُت ْك َرى َعلَى َشيْ ٍء‬ ِ ‫َو َسلَّ َم َخ ْي َب َر ْال َيهُودَ أنْ َيعْ َملُو َها َو َي ْز َرعُو َها َولَ ُه ْم َشط ُر َما َي ْخ ُر ُج ِم ْن َه َاوأنَّ اب َْن ُع َم َر َح َّد َث ُه أنَّ ْال َم َز‬
ْ ‫ار َع َكا َن‬
‫ار ِع َو َقا َل ُع َب ْي ُد هَّللا ِ َعنْ َناف ٍِع‬ َ َّ‫َّث أَنَّ ال َّن ِبي‬
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َن َهى َعنْ ك َِرا ِء ْال َم َز‬ َ ‫ِيج َحد‬ َ ُ َ
ٍ ‫َسمَّاهُ َنافِ ٌع اَل أحْ َفظ ُه َوأنَّ َراف َِع ب َْن َخد‬
‫ْن ُع َم َر َح َّتى أَجْ اَل ُه ْم ُع َم ُر‬ ِ ‫( َعنْ اب‬BUKHARI – 2124)

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada
kami Juwairiyah bin Asma’ dari Nafi’ dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengadakan kerjasama kepada orang Yahudi
dari tanah khaibar agar dimanfaatkan dan dijadikan ladang pertanian dan mereka
mendapat separuh hasilnya. Dan bahwa Ibnu’Umar radliallahu ‘anhuma menceritakan
kepadanya bahwa ladang pertanian tersebut disewakan untuk sesuatu yang lain, yang
disebutkan oleh Nafi’, tapi aku lupa. Dan bahwa Rafi’ bin Khadij menceritakan bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menyewakan ladang pertanian (untuk
usaha selaian bercocok tanam). Dan berkata, ‘Ubaidullah dari Nafi’ dari Ibnu’Umar
radliallahu ‘anhuma; Hingga akhirnya ‘Umar mengusir mereka (orang Yahudi).

Sanad : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il; telah menceritakan kepada
kami Juwairiyah bin Asma’; dari Nafi’ dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu;

Matan : ladang pertanian (untuk usaha selaian bercocok tanam)

5
2. Bukhari No. 2153 “Bercocok Tanam”

‫ُف َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َسال ٍِم ْالحِمْصِ يُّ َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ ِز َيا ٍد اأْل َ ْل َهانِيُّ َعنْ أَ ِبي أ ُ َما َم َة ْال َبا ِهلِيِّ َقا َل َو َرأَى سِ َّك ًة‬ َ ‫َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ يُوس‬
‫الذلَّ َقا َل أَبُو َعبْد هَّللا ِ َواسْ ُم‬
ُّ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُو ُل اَل َي ْد ُخ ُل َه َذا َبيْتَ َق ْوم إِاَّل أَ ْد َخلَ ُه هَّللا‬
ٍ َ َّ‫ت ال َّن ِبي‬ jُ ْ‫ث َف َقالَ َسمِع‬ِ ْ‫َو َش ْي ًئا مِنْ آلَ ِة ْال َحر‬
‫صدَيُّ بْنُ َعجْ اَل َن‬ ُ ‫( أَ ِبي أ ُ َما َم َة‬BUKHARI – 2153)

Artinya : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan
kepada saya ‘Abdullah bin Salim Al Himshiy telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Zaiyad Al Alhaniy dari Abu Umamah Al Bahiliy berkata, ketika ia
melihat cangkul atau sesuatu dari alat bercocok tanam, lalu ia berkata, aku mendengar
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang seperti ini tidak masuk kerumah
suatu kaum kecuali Allah akan memberikan kehinaan padanya”. Abu Abdullah Al
Bukhariy berkata: “Dan nama Abu Umamah adalah Shuday bin ‘Ajlan”.

Sanad : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf; telah menceritakan
kepada saya ‘Abdullah bin Salim Al Himshiy; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Zaiyad Al Alhaniy dari Abu Umamah Al Bahiliy;

Matan : ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat cangkul atau sesuatu dari alat
bercocok tanam

3. BukhariI No. 1734 “Pepohonan”

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬


َ ِّ‫س َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َعنْ ال َّن ِبي‬ ٍ ‫ت بْنُ َي ِزيدَ َح َّد َث َنا عَاصِ ٌم أَبُو َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن اأْل َحْ َو ُل َعنْ أَ َن‬ ِ ‫َح َّد َث َنا أَبُو ال ُّنعْ َم‬
ُ ‫ان َح َّد َث َنا َث ِاب‬
‫اس‬ِ ‫َث َحد ًَثا َف َعلَ ْي ِه لَعْ َن ُة هَّللا ِ َو ْال َماَل ِئ َك ِة َوال َّن‬
َ ‫دَث َمنْ أَحْ د‬
ٌ ‫دَث فِي َها َح‬ ُ ْ‫َو َسلَّ َم َقا َل ْال َمدِي َن ُة َح َر ٌم مِنْ َك َذا إِلَى َك َذا اَل ُي ْق َط ُع َش َج ُر َها َواَل يُح‬
َ ‫( أَجْ َمع‬BUKHARI – 1734)
‫ِين‬

6
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada
kami Tsabit bin Tazid telah menceritakan kepada kami ‘Ashim Abu ‘Abdurrahman Al
Ahwal dari Anas radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Madinah adalah tanah suci dari ini dan ini. Yaitu tidak boleh ditebang pepohonannya
dan tidak boleh berbuat kemungkaran didalamnya. Barangsiapa yang berbuat
kemungkaran (bid’ah) yang dilarang agama didalamnya maka orang itu akan
mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia”.

Sanad : Telah menceritakan kepada kami Abu An-Nu’man; telah menceritakan kepada
kami Tsabit bin Tazid; telah menceritakan kepada kami ‘Ashim Abu ‘Abdurrahman Al
Ahwal; dari Anas radliallahu ‘anhu; dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam;

Matan : tidak boleh ditebang pepohonannya

7
BAB III

3 GENERASI MENURUT AL HADITS

"Sebaik-baik umat adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya"


(HR. Bukhari-Muslim). Tiga generasi yang dimaksud adalah generasi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat, generasi tabiin, dan generasi tabi’ut
tabi’in.

1. Sahabat

a. Pengertian
Sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam dalam keadaan muslim, meninggal dalam keadaan Islam, meskipun
sebelum mati dia pernah murtad seperti Al Asy’ats bin Qais. Sedangkan
yang dimaksud dengan berjumpa dalam pengertian ini lebih luas daripada
sekedar duduk di hadapannya, berjalan bersama, terjadi pertemuan walau
tanpa bicara, dan termasuk dalam pengertian ini pula apabila salah satunya
(Nabi atau orang tersebut) pernah melihat yang lainnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu Abdullah bin Ummi
Maktum radhiyallahu’anhu yang buta matanya tetap disebut sahabat (Taisir
Mushthalah Hadits, hal. 198, An Nukat, hal. 149-151).

b. Dalil Al-kitab tentang keutamaan para sahabat.

۞ ‫وب ِه ْم َفأ َ ْن َز َل ال َّسكِي َن َة َعلَي ِْه ْم َوأَ َثا َب ُه ْم َف ْتحً ا َق ِريبًا‬ َ ‫ِين إِ ْذ ُي َب ِايعُو َن‬
ِ ُ‫ك َتحْ تَ ال َّش َج َر ِة َف َعلِ َم َما فِي قُل‬ َ ‫لَ َق ْد َرضِ َي هَّللا ُ َع ِن ْالم ُْؤ ِمن‬

Artinya : Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia
kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati
mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan
kemenangan yang dekat. {QS. Al Fath/48:18}

‫ت َتجْ ِري‬ ٍ ‫ان َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم َج َّنا‬ َ ‫ار َوالَّذ‬
ٍ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس‬ ِ ‫ص‬َ ‫ين َواأْل َ ْن‬ َ ُ‫ون اأْل َوَّ ل‬
َ ‫ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر‬ َ ُ‫َّابق‬
ِ ‫َوالس‬
ٰ َ ‫َتحْ َت َها اأْل َ ْن َها ُر َخا ِلد‬
َ ‫ِين فِي َها َأ َب ًدا ۚ َذ ِل‬
‫ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬

8
Artinya : Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.{QS. At
Taubah/9:100}

َ ‫اج ًة ِممَّا أُو ُتوا َوي ُْؤ ِثر‬


‫ُون َعلَ ٰى‬ َ ‫ُور ِه ْم َح‬
ِ ‫صد‬ َ ‫اج َر إِلَي ِْه ْم َواَل َي ِجد‬
ُ ‫ُون فِي‬ َ ‫َّار َواإْل ِي َم‬
َ ‫ان مِنْ َق ْبل ِِه ْم ُي ِحب‬
َ ‫ُّون َمنْ َه‬ َ ‫َوالَّذ‬
َ ‫ِين َتبَوَّ ءُوا الد‬

َ ‫ش َّح َن ْفسِ ِه َفأُو ٰلَ ِئ‬


َ ‫ك ُه ُم ْال ُم ْفلِح‬
‫ُون‬ ُ َ‫اص ٌة ۚ َو َمنْ يُوق‬
َ ‫ص‬ َ ‫أَ ْنفُسِ ِه ْم َولَ ْو َك‬
َ ‫ان ِب ِه ْم َخ‬

Artinya : Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah
beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang
berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang
dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.{QS. Al
Hasyr/59:9}

25 Generasi sahabat yakni :

1.Abdullah bin Umar 14. Khalid bin Walid

2. Abdurrahman bin Auf 15. Mua'dz bin Jabal

3. Abu Bakar 16. Mua'wiyah bin Abu Sufyan

4. Abu Dzar Al-Ghiffari 17. Mus'ab bin Umair

5. Abu Hurairah 18. Salman al-Farisi

6. Abu Thufail al-Laitsi 19. Sa'ad bin Abi Waqqas

7. Abu Ubaidah bin al-Jarrah 20. Sa'ad bin 'Ubadah

8. Ali bin Abi Talib 21. Sa'id bin Zayd bin `Amr

9. Amru bin Ash 22. Thalhah bin Ubaidillah

9
10.Bilal bin Rabah 23. Zaid bin Khattab

11. Hakim bin Hazm 24. .Umar bin Khattab

12. Hamzah bin Abdul Muthalib 25. Usamah bin Zaid bin Haritsah

13. Imran bin Hushain

2. Generasi Tabi'in

a. pengertian

Secara kebahasaan, tabiin merupakan bentuk jamak dari tabi' artinya yang
mengikuti. Orang-orang atau orang-orang Islam yang pernah berjumpa dengan
sahabat Nabi Muhammad SAW dan meninggal dalam keadaan iman.

b. Dalil tentang generasi Tabi'in.

ِ ‫ب أَنَّ َرسُو َل هَّللا‬ ِ ‫ْن ْال ُم َس َّي‬


ِ ‫ب َعنْ َسعِي ِد ب‬ ُ ‫َو َح َّد َثنِى م َُح َّم ُد بْنُ َرافِع َح َّد َث َنا ح َُجيْنُ بْنُ ْال ُم َث َّنى َح َّد َث َنا اللَّي‬
ِ ‫ْث َعنْ ُع َقي ٍْل َع ِن اب‬
ٍ ‫ْن شِ َها‬ ٍ
ْ
‫ َن َهى َعنْ َبي ِْع الم َُزا َب َن ِة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬-

Pada hadits di atas terdapat Sa’id bin Al-musayyab yaitu seorang tabi’in besar, beliau
meriwayatkan hadist dari Nabi sholallahu ‘alaihi wasalam tanpa menyebutkan
penengah (sahabat) antara dia dan Nabi. Maka hadist ini jatuh akhir sanadnya, yaitu
setelah tabi’in.

Nama-nama generasi Tabi'in.

1.Abdul Rahman bin Abdillah 14. Fatimah binti Sirin

2. Abu Hanifah 15. Hasan al-Bashri

3. Abu Muslim al-Khawlani 16. Iyas bin Muawiyah al-Muzani

4. Abu Suhail an-Nafi' bin 'Abdul Rahman 17. Masruq bin al-Ajda'

5. Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr 18. Muhammad bin al-Hanafiya

10
6. Al-Rabi bin Khuthaym 19. Muhammad bin Wasi' al-Azdi

7. Ali Akbar 20. Muhammad bin Sirin

8. Ali bin Abu Talha 21. Muhammad al-Baqir

9. Ali bin Husayn (Zain al-'Abidin) 22. Ata bin Abi Rabah

10. Alqama bin Qays al-Nakha'i 23. Muhammad bin Munkadir

11. Amir bin Shurahabil ash-sha'bi 24. Uwais al-Qarni

12. Atiyya bin Saad 25. Musa bin Nussayr

13. Muhammad bin Muslim bin Shihab al-Zuhri Qatadah

3. Generasi Tabi'ut Tabi'in

a. pengertian

Tabi'ut Tabi'in atau Atbaut Tabi'in (bahasa Arab: ‫ )تابع التابعين‬adalah generasi setelah
Tabi'in, artinya pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para
Tabi'in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut Tabi'in adalah di antara
tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah Tabi'in dan

b. Dalil tentang generasi Tabi'ut Tabi'in.

Dan keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah, bagai rembulan
atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para
nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, (tetapi) mereka mewariskan ilmu.
Barangsiapa mampu mengambilnya, berarti dia telah mengambil keberuntungan yang
banyak.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2682, Sunan Abi Dawud no. 3641, Asy-Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu menshahihkan hadits ini).

Nama-nama generasi Tabi'ut Tabi'in.

1. Laits bin Sa’ad bin ‘Abdurrohman 14. Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit

2. ‘Abdulloh bin Luhai’ah bin ‘Uqbah Al-Mishri 15. Muqotil bin Hisyam

11
3. ‘Ubaidulloh bin ‘Amru bin Abil Walid Al-Asadi 16. ‘Abdurrohman Al-uza’I bin ‘Amru

4. Tariq bin ziyad 17. Malik bin Anas bin Malik

5. Hammad bin Salamah bin Dinar Al-Bashr 18. Nafi’ bin ‘Umar bin ‘Abdulloh

6. Zaidah bin Qudamah Ats-Tsaqofi 19. Fudhoil bin Iyadh

7. Hasan bin Sholih bin Hayyi Al-Hamdani 20. Sufyan bin ‘Uyainah

8. Abd al-Rahman al-Ghafiqi 21. Abu Bakar bin ‘Ayyash

9. . Imam Hanbali 22. ‘Abdulloh bin Mubarok

10. Ja'far ash-Shadiq 23. Abu Yusuf Al-Qodhi


11. Malik bin Anas 24. Syu’bah bin Hajjaj

12. Imam Asy-Syafi'i 25. Laits bin Sa’ad bin ‘Abdurrohman

13. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdulloh bin Abi Salamah

Al-Majishun.

12
BAB IV

PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL HADITS)

1. Pengertian Salafussoleh

a. Etimologi (secara bahasa):

Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa’ adalah pokok yang menunjukkan ‘makna
terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah lampau’, dan
arti dari ‘al-qoumu as-salaafu’ artinya mereka yang telah terdahulu.” (Mu’jam Maqayisil
Lughah: 3/95)

b. Terminologi (secara istilah)

Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf” dan
terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi menjadi 4
perkataan :

Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada di tiga
kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬


«‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬ َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫اس َقرْ نِي‬
ِ ‫»خ ْي ُر ال َّن‬
َ

Artinya,“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia


yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa
berikutnya.” (HR. Bukhari (2652), Muslim (2533))

13
Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh
sesuai manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena
menisbahkan/menyandarkan kepada mereka.

Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih

a. Dalil Dari Al Qur’anul Karim

َ ‫يل ْالم ُْؤ ِمن‬


ْ ‫ِين ُن َولِّ ِه َما َت َولَّى َو ُنصْ لِ ِه َج َه َّن َم َو َسا َء‬
‫ت مَصِ يرً ا‬ ِ ‫َو َمنْ ُي َشاق ِِق الرَّ سُو َل مِنْ َبعْ ِد َما َت َبي ََّن لَ ُه ْالهُدَى َو َي َّت ِبعْ َغي َْر َس ِب‬

Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

‫ت َتجْ ِري‬ ٍ ‫ان َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم َج َّنا‬ َ ‫ار َوالَّذ‬
ٍ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر‬
َ ‫ين َواأل ْن‬ َ ُ‫ون األوَّ ل‬
َ ُ‫َّابق‬
ِ ‫َوالس‬
‫ِين فِي َها أَ َب ًدا َذل َِك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬
َ ‫َتحْ َت َها األ ْن َها ُر َخالِد‬

Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-
Taubah : 100]

b. Dalil Dari As-Sunnah

14
1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
telah bersabda,

،‫ون‬َ ‫ون َوالَ ي ُْؤ َت َم ُن‬ َ ‫ ُث َّم إِنَّ َبعْ دَ ُك ْم َق ْومًا َي ْش َهد‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
َ ‫ُون َوالَ يُسْ َت ْش َهد‬
َ ‫ َو َي ُخو ُن‬، ‫ُون‬ َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫َخيْر أُ َّمتِي َقرْ نِي‬
َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
ِ ‫ َو َي ْظ َه ُر ف‬،‫ون‬
ُ‫ِيه ُم ال ِّس َمن‬ َ ‫َو َي ْن ُذر‬
َ ُ‫ُون َوالَ َيف‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului
sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim
(2533))

2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73 golongan),
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ ثنتان وسبعون‬،‫ وإن هذه الملة ستفترق على ثالث وسبعين‬،‫أال إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملة‬
‫ وهي الجماعة‬،‫ وواحدة في الجنة‬،‫في النار‬

Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini
(Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu
al-Jama’ah.” [Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128),
ad-Darimi (II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no.
150). Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-
wiyah bin Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih
masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah
(no. 203-204)]

15
Dalam riwayat lain disebutkan:

‫ما أنا عليه وأصحابي‬

Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku
dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-
Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]

Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah
menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa
yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti
Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).

3. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda,

َ ‫ِين ْال َم ْه ِدي‬


‫ َوإِيَّا ُك ْم‬،ِ‫ِّين ُعضُّوا َعلَ ْي َها ِبال َّن َوا ِجذ‬ َ ‫ َف َعلَ ْي ُك ْم ِب ُس َّنتِي َو ُس َّن ِة ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ د‬،‫اخ ِتاَل ًفا َكثِيرً ا‬
ْ ‫َفإِ َّن ُه َمنْ َيعِشْ ِم ْن ُك ْم َف َس َي َرى‬
‫ضاَل لَ ٌة‬ ُ ِ ‫»ومُحْ َد َثا‬
َ ‫ُور َفإِنَّ ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬ ِ ‫ت اأْل م‬ َ

Artinya: “Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan
sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk
sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham,
dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena
sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”
[Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani
dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti


sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur Rasyidin yang
hidup sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan perselisihan.

16
c. Dari perkataan Salafush Shalih

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata,

“‫” ِا َّت ِبعُوا َواَل َت ْب َت ِدعُوا َف َق ْد ُكفِي ُت ْم‬

Artinya, “Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” (Al-
Bida’ Wan Nahyu Anha (hal. 13))

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, juga pernah berkata,

َ ‫ك أَصْ َحابُ م َُح َّم ٍد‬


‫ َكا ُنوا‬،‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ أُولَ ِئ‬،‫ َفإِنَّ ْال َحيَّ اَل ُت ْؤ َمنُ َعلَ ْي ِه ْالفِ ْت َن ُة‬j، َ‫ان ِم ْن ُك ْم مُسْ َت ًّنا َف ْل َيسْ َتنَّ ِب َمنْ َق ْد َمات‬َ ‫َمنْ َك‬
،‫ َفاعْ َرفُوا لَ ُه ْم َفضْ لَ ُه ْم‬،ِ‫ة دِي ِنه‬jِ ‫ار ُه ُم هَّللا ُ ِلصُحْ َب ِة َن ِب ِّي ِه َوإِ َقا َم‬ ْ ‫ َق ْو ٌم‬،‫ َوأَعْ َم َق َها عِ ْلمًا َوأَ َقلَّ َها َت َكلُّ ًفا‬،‫ أَبَرَّ َها قُلُوبًا‬،ِ‫ض َل َه ِذ ِه اأْل ُ َّمة‬
َ ‫اخ َت‬ َ ‫أَ ْف‬
‫ َفإِ َّن ُه ْم َكا ُنوا َعلَى ْال َه ْديِ ْالمُسْ َتق ِِيم‬،‫ َو َت َم َّس ُكوا ِب َما اسْ َت َطعْ ُت ْم مِنْ أَ ْخاَل ق ِِه ْم َودِين ِِه ْم‬،‫ار ِه ْم‬ ِ ‫وا َّت ِبعُو ُه ْم فِي آ َث‬.َ

Artinya, “Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh
orang yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang masih
hidup tidak akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para
Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik
hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang
dipilih Allah untuk menemani NabiNya, dan menegakkan agamaNya, maka kenalilah
keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di
atas jalan yang lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97))

Imam Al Auza’i rahimahullah berkata,

“‫ فما كان غير ذلك فليس بعلم‬،‫”العلم ما جاء عن أصحاب محمد صلى هللا عليه وسلم‬

Artinya, “Sebarkan dirimu di atas sunnah, dan berhentilah engkau dimana kaum itu
berhenti (yaitu para Shahabat Nabi), dan katakanlah dengan apa yang dikatakan

17
mereka, dan tahanlah (dirimu) dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan
tempuhlah jalan Salafush Shalihmu (para pendahulumu yang shalih), karena
sesungguhnya apa yang engkau leluasa (melakukannya) leluasa pula bagi mereka.”
(Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/29))

18
BAB V

AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, PENEGAKAN SERTA


KEADILAN HUKUM DALAM ISLAM

A. SEDEKAH

1. Pengertian

Sedekah(berbagi) berasal dari bahasa Arab, yakni shadaqoh. Sedekah


memiliki arti memberikan sesuatu kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa ada batasan jumlah dan batas waktu tertentu. Dapat
dikatakan sedekah adalah amalan baik yang sangat dicintai oleh Allah
SWT.

2. Hikmah Berbagi(sedekah)

a. Menghapus dosa-dosa.

“Sedekah dapat menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api,” HR


Tirmidzi, shahih Al Albani, 614.

b. Mendapat perlindungan oleh Allah SWT dihari akhir.

Rasulullah menceritakan tentang tujuh jenis manusia yang mendapat perlindungan


atau naungan dari Allah SWT pada hari akhir. Salah satu manusia yang
mendapatkannya adalah “seseorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia
menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa
saja yang disedekahkan oleh tangankanannya.” (HR Bukhari no. 1421)

c. Keberkahan hidup dan Harta tidak berkurang.

Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan dua hal, yakni hartanya
diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi impas
tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan.

d. Dilipatgandakan pahalanya.

19
Secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut impas tertutupi
pahala yang didapat dan pahala ini akan dilipat-gandakan. Allah berfirman
“sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan
meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik niscaya akan dilipat-gandakan
(ganjarannya) kepada mereka, dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid:
18)

e. Dimasukkan ke dalam surga khusus untuk hamba yang bersedekah.

Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan salat, ia akan
dipanggil dari pintu salat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil
dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil
dari pintu sedekah. (HR. Bukhari no. 3666).

f. Membebaskan dari siksa kubur dan api neraka.

Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk menjauhkan dari api
neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh kita dari api nereka. “Jauhilah api
neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka
bisa dengan kalimah thayyibah.” (HR. Bukhari 6539, Muslim 1016). Rasulullah juga
bersabda “sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Tabrani,
Shahih At Targhib, 873).

g. Hati yang bahagia.

Rasulullah menjelaskan perumpaan antara orang yang pelit dan dermawan atau
bersedekah. “Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti
dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga
selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa
bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan
baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit,
dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya.
Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)

h. Amalan yang tak terputus hingga akhir hayat.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda “apabila anak cucu
adam itu mati, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara, yakni amal

20
jariyah, anak yang soleh yang memohonkan ampunan untuknya (ibu dan bapaknya)
dan ilmu yang berguna setelahnya.”

i. Dapat memanjangkan umur.

Nabi SAW bersabda “sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah
umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su’ul khotimah), Allah akan
menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri.”
(HR. Tabrani)

j. Menghindarkan dari segala marabahaya.

Sedekah itu merupakan penolak bala, penyubur pahala, menahan musibah, dan
kejahatan serta rezeki yang dilipat-gandakan oleh Allah SWT. Rasulullah bersabda
“bersegeralah untuk bersedekah. Karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului
sedekah.” Dari Nabi SAW bersabda “sedekah itu menutup tujuh puluh pintu kejahatan.”

B. PERSPEKTIF KEADILAN DALAM ISLAM

Makna yang terkandung pada konsepsi keadilan Islam ialah menempatkan


sesuatu pada tempatnya, membebankan sesuatu sesuai daya pikul seseorang,
memberikan sesuatu yang memang menjadi haknya dengan kadar yang seimbang.
Prinsip pokok keadilan digambarkan oleh Madjid Khadduri dengan mengelompokkan
ke dalam dua kategori, yaitu aspek substantifdan prosedural yang masing-masing
meliputi satu aspek dan keadilan yang berbeda. Aspek substantif berupa elemen-
elemen keadilan dalam substansi syariat (keadilan substantif), sedangkan aspek
prosedural berupa elemen-elemen keadilan dalam hukum prosedural yang
dilaksanakan (keadilan prosedural).

Manakala kaidah-kaidah prosedural diabaikan atau diaplikasikan secara tidak


tepat, maka ketidakadilan prosedural muncul. Adapun keadilan substantif merupakan
aspek internal dan suatu hukum di mana semua perbuatan yang wajib pasti adil
(karena firman Tuhan) dan yang haram pasti tidak adil (karena wahyu tidak mungkin
membebani orangorang yang beriman suatu kezaliman). Aplikasi keadilan prosedural
dalam Islam dikemukakan oleh Ali bin Abu Thalib pada saat perkara di hadapan hakim
Syuraih dengan menegur hakim tersebut sebagai berikut:

21
1. Hendaklah samakan (para pihak) masuk mereka ke dalam majelis, jangan ada yang
didahulukan.

2. Hendaklah sama duduk mereka di hadapan hakim.

3. Hendaklah hakim menghadapi mereka dengan sikap yang sama.

4. Hendaklah keterangan-keterangan mereka sama didengarkan dan diperhatikan.

5. Ketika menjatuhkan hukum hendaklah keduanya sama mendengar.

Pendapat Imam Ali sekaligus sebagai “pemimpin Islam tertinggi di zamannya” beliau
mengatakan bahwa prinsip keadilan merupakan prinsip yang signifikan dalam
memelihara keseimbangan masyarakat dan mendapat perhatian publik. Penerapannya
dapat menjamin kesehatan masyarakat dan membawa kedamaian kepada jiwa
mereka. Sebaliknya penindasan, kezaliman, dan diskriminasi tidak akan dapat
membawa kedamaian dan kebahagiaan.

Dalil-Dalil tentang penegakan keadilan dalam islam

1. Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat adil atau menegakkan
keadilan pada setiap tindakandan perbuatan yang dilakukan

۞ ‫ان‬ ُ ‫اس أَنْ َتحْ ُكمُوا ِب ْال َع ْد ِل ۚ إِنَّ هَّللا َ ِن ِعمَّا َيع‬
َ ‫ِظ ُك ْم ِب ِه ۗ إِنَّ هَّللا َ َك‬ ِ ‫إِنَّ هَّللا َ َيأْ ُم ُر ُك ْم أَنْ ُت َؤدُّوا اأْل َ َما َنا‬
ِ ‫ت إِلَ ٰى أَهْ لِ َها َوإِ َذا َح َك ْم ُت ْم َبي َْن ال َّن‬
‫َسمِيعً ا بَصِ يرً ا‬

Artinya : Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (Qs. an-
Nisaa (4): 58)

2. perintah kepada orang-orang yang beriman untuk menjadi penegak keadilan

َ ‫ْن َواأْل َ ْق َر ِب‬


۞ ‫ين ۚ إِنْ َي ُكنْ َغ ِن ًّيا أَ ْو َفقِيرً ا َفاهَّلل ُ أَ ْولَ ٰى‬ ِ ‫ش َهدَ ا َء هَّلِل ِ َولَ ْو َعلَ ٰى أَ ْنفُسِ ُك ْم أَ ِو ْال َوالِ َدي‬
ُ ِ‫ِين ِب ْالقِسْ ط‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ُكو ُنوا َقوَّ ام‬
َ ُ‫ان ِب َما َتعْ َمل‬
‫ون َخ ِبيرً ا‬ َ ‫ِب ِه َما ۖ َفاَل َت َّت ِبعُوا ْال َه َو ٰى أَنْ َتعْ ِدلُوا ۚ َوإِنْ َت ْلوُ وا أَ ْو ُتعْ ِرضُوا َفإِنَّ هَّللا َ َك‬

22
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan
kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang
kamu kerjakan.(QS. an-Nisaa (4) : 13)

3. Perintah untuk berlaku adil atau menegakkan keadilan dalam menerapkan hukum
tidak memandang perbedaan agama

َ ‫م مُسْ َت ِمع‬jْ ‫َقا َل َكاَّل ۖ َف ْاذ َه َبا ِبآ َيا ِت َنا ۖ إِ َّنا َم َع ُك‬
‫ُون‬

Artinya: (Allah) berfirman, "Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu)!
Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat);
sungguh, Kami bersamamu mendengarkan (apa yang mereka katakan). (QS.
asSyuura (42) : 15)

4. Begitu pentingnya berlaku adil atau menegakkan keadilan, sehingga Tuhan


memperingatkan kepada orang-orang yang beriman supaya jangan karena
kebencian terhadap suatu kaum sehingga memengaruhi dalam berbuat adil.

‫ش َهدَ ا َء ِب ْالقِسْ طِ ۖ َواَل َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َنآنُ َق ْو ٍم َعلَ ٰى أَاَّل َتعْ ِدلُوا ۚ اعْ ِدلُوا ه َُو أَ ْق َربُ لِل َّت ْق َو ٰى ۖ َوا َّتقُوا‬
ُ ِ ‫ِين هَّلِل‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ُكو ُنوا َقوَّ ام‬َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
َ ُ‫هَّللا َ ۚ إِنَّ هَّللا َ َخ ِبي ٌر ِب َما َتعْ َمل‬
‫ون‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.(QS. al-Maidah (5) : 8)

Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

‫ان‬ َ ‫ض َع ْالم‬
َ ‫ِيز‬ َ ‫َوال َّس َما َء َر َف َع َها َو َو‬

Artinya : Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan.(QS. ar-
Rahman(55) : 7)

23
DAFTAR PUSTAKA

Sites.google.com. 2013. “Konsep Ketuhanan dalam Islam”,


https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03, diakses pada 18 Oktober
2020.

Id.m.wikipedia.org. 2020. “Allah (Islam)”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam),


diakses pada18 Oktober 2020.

agung. 2008. “Konsep Ketuhanan Dalam Islam”,


https://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/,
diakses pada 18 Oktober 2020.

Ravi, De. 2015. “Ayat Al Qur’an Tentang Sains dan Teknologi”,


https://dindaravi.blogspot.com/2015/10/ayat-al-quran-tentang-sains-dan_82.html?m=1,
diakses pada 18 Oktober 2020.

Sholehah, Maratun. 2015. “10 Hadist Tentang Sains dan Teknologi”,


https://ratumaratun.wordpress.com/2015/06/01/10-hadist-tentang-sains-dan-teknologi/,
diakses pada 18 Oktober 2020.

Wahyudi, Ari S.Si. 2010. “Inilah Generasi Terbaik dalam Sejarah”,


https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html, diakses pada 18
Oktober 2020.

Ibadurohman, Lilik. 2013. “Siapakah Salafus Shalih?”, https://muslim.or.id/18935-


siapakah-salafus-shalih.html, diakses pada 18 Oktober 2020.

24
Septia, Umi. 2017. “Bersedekah dalam islam, Sebaiknya seperti apa?”,
https://m.liputan6.com/ramadan/read/2969131/bersedekah-dalam-islam-sebaiknya-
seperti-apa, diakses pada 18 Oktober 2020.

Kitabisa.com. 2019. “Cara Bersedekah: Sederhana Membawa Berkah”,


https://blog.kitabisa.com/cara-bersedekah-sederhana-membawa-berkah/, diakses pada
18 Oktober 2020.

Ardiansyah. 2014. “Keadilan Dalam Persepektif Islam”,


https://customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan-dalam-perspektif-islam/,
diakses pada 18 Oktober 2020.

25
LAMPIRAN
-

26

Anda mungkin juga menyukai