Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas segala perbuatan mulianya dapat membawa dan menerangi hati nurani kita dan
insha Allah kita semua termasuk umat Rasulullah SAW hingga akhir zaman.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan dalam
pengerjaan tugas ini.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi diri saya pribadi dan juga
bagi pembaca.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER…..................................................................................................i
KATA PENGANTAR…................................................................................................ii
DAFTAR ISI….............................................................................................................iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam…..........1
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits…..................................3
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits….......................................................8
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits)…......................13
BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta
Keadilan Hukum dalam Islam…....................................................................19
DAFTAR PUSTAKA…................................................................................................24
LAMPIRAN.................................................................................................................26
iii
BAB I
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif
(hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon,
binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
Artinya : Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
1
ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka
yakini tentu tidak demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;
Artinya : Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi,
dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
2
BAB II
Artinya : dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman? {QS. Al Anbiya/21:30}
Artinya : . Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu. {QS. As Sajdah/32:5}
3
Artinya : yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang, Apakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? {QS. Al
Mulk/67:3}
Artinya : 19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
4
Artinya : dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
{QS. An Nahl/16:68}
َ ِ ء َعنْ َناف ٍِع َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َقاأَل َعْ َطى َرسُو ُل هَّللاjَ ُوسى بْنُ إِسْ مَاعِ ي َل َح َّد َث َنا ج َُوي ِْر َي ُة بْنُ أَسْ َما
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َ َح َّد َث َنا م
َ َ ْ َ
ت ُت ْك َرى َعلَى َشيْ ٍء ِ َو َسلَّ َم َخ ْي َب َر ْال َيهُودَ أنْ َيعْ َملُو َها َو َي ْز َرعُو َها َولَ ُه ْم َشط ُر َما َي ْخ ُر ُج ِم ْن َه َاوأنَّ اب َْن ُع َم َر َح َّد َث ُه أنَّ ْال َم َز
ْ ار َع َكا َن
ار ِع َو َقا َل ُع َب ْي ُد هَّللا ِ َعنْ َناف ٍِع َ ََّّث أَنَّ ال َّن ِبي
ِ صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َن َهى َعنْ ك َِرا ِء ْال َم َز َ ِيج َحد َ ُ َ
ٍ َسمَّاهُ َنافِ ٌع اَل أحْ َفظ ُه َوأنَّ َراف َِع ب َْن َخد
ْن ُع َم َر َح َّتى أَجْ اَل ُه ْم ُع َم ُر ِ ( َعنْ ابBUKHARI – 2124)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada
kami Juwairiyah bin Asma’ dari Nafi’ dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengadakan kerjasama kepada orang Yahudi
dari tanah khaibar agar dimanfaatkan dan dijadikan ladang pertanian dan mereka
mendapat separuh hasilnya. Dan bahwa Ibnu’Umar radliallahu ‘anhuma menceritakan
kepadanya bahwa ladang pertanian tersebut disewakan untuk sesuatu yang lain, yang
disebutkan oleh Nafi’, tapi aku lupa. Dan bahwa Rafi’ bin Khadij menceritakan bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menyewakan ladang pertanian (untuk
usaha selaian bercocok tanam). Dan berkata, ‘Ubaidullah dari Nafi’ dari Ibnu’Umar
radliallahu ‘anhuma; Hingga akhirnya ‘Umar mengusir mereka (orang Yahudi).
Sanad : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il; telah menceritakan kepada
kami Juwairiyah bin Asma’; dari Nafi’ dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu;
5
2. Bukhari No. 2153 “Bercocok Tanam”
ُف َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َسال ٍِم ْالحِمْصِ يُّ َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ ِز َيا ٍد اأْل َ ْل َهانِيُّ َعنْ أَ ِبي أ ُ َما َم َة ْال َبا ِهلِيِّ َقا َل َو َرأَى سِ َّك ًة َ َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ يُوس
الذلَّ َقا َل أَبُو َعبْد هَّللا ِ َواسْ ُم
ُّ ُ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُو ُل اَل َي ْد ُخ ُل َه َذا َبيْتَ َق ْوم إِاَّل أَ ْد َخلَ ُه هَّللا
ٍ َ َّت ال َّن ِبي jُ ْث َف َقالَ َسمِعِ َْو َش ْي ًئا مِنْ آلَ ِة ْال َحر
صدَيُّ بْنُ َعجْ اَل َن ُ ( أَ ِبي أ ُ َما َم َةBUKHARI – 2153)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan
kepada saya ‘Abdullah bin Salim Al Himshiy telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Zaiyad Al Alhaniy dari Abu Umamah Al Bahiliy berkata, ketika ia
melihat cangkul atau sesuatu dari alat bercocok tanam, lalu ia berkata, aku mendengar
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang seperti ini tidak masuk kerumah
suatu kaum kecuali Allah akan memberikan kehinaan padanya”. Abu Abdullah Al
Bukhariy berkata: “Dan nama Abu Umamah adalah Shuday bin ‘Ajlan”.
Sanad : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf; telah menceritakan
kepada saya ‘Abdullah bin Salim Al Himshiy; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Zaiyad Al Alhaniy dari Abu Umamah Al Bahiliy;
Matan : ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat cangkul atau sesuatu dari alat
bercocok tanam
6
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu An-Nu’man telah menceritakan kepada
kami Tsabit bin Tazid telah menceritakan kepada kami ‘Ashim Abu ‘Abdurrahman Al
Ahwal dari Anas radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Madinah adalah tanah suci dari ini dan ini. Yaitu tidak boleh ditebang pepohonannya
dan tidak boleh berbuat kemungkaran didalamnya. Barangsiapa yang berbuat
kemungkaran (bid’ah) yang dilarang agama didalamnya maka orang itu akan
mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia”.
Sanad : Telah menceritakan kepada kami Abu An-Nu’man; telah menceritakan kepada
kami Tsabit bin Tazid; telah menceritakan kepada kami ‘Ashim Abu ‘Abdurrahman Al
Ahwal; dari Anas radliallahu ‘anhu; dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam;
7
BAB III
1. Sahabat
a. Pengertian
Sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam dalam keadaan muslim, meninggal dalam keadaan Islam, meskipun
sebelum mati dia pernah murtad seperti Al Asy’ats bin Qais. Sedangkan
yang dimaksud dengan berjumpa dalam pengertian ini lebih luas daripada
sekedar duduk di hadapannya, berjalan bersama, terjadi pertemuan walau
tanpa bicara, dan termasuk dalam pengertian ini pula apabila salah satunya
(Nabi atau orang tersebut) pernah melihat yang lainnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu Abdullah bin Ummi
Maktum radhiyallahu’anhu yang buta matanya tetap disebut sahabat (Taisir
Mushthalah Hadits, hal. 198, An Nukat, hal. 149-151).
۞ وب ِه ْم َفأ َ ْن َز َل ال َّسكِي َن َة َعلَي ِْه ْم َوأَ َثا َب ُه ْم َف ْتحً ا َق ِريبًا َ ِين إِ ْذ ُي َب ِايعُو َن
ِ ُك َتحْ تَ ال َّش َج َر ِة َف َعلِ َم َما فِي قُل َ لَ َق ْد َرضِ َي هَّللا ُ َع ِن ْالم ُْؤ ِمن
Artinya : Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia
kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati
mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan
kemenangan yang dekat. {QS. Al Fath/48:18}
ت َتجْ ِري ٍ ان َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم َج َّنا َ ار َوالَّذ
ٍ ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس ِ صَ ين َواأْل َ ْن َ ُون اأْل َوَّ ل
َ ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر َ َُّابق
ِ َوالس
ٰ َ َتحْ َت َها اأْل َ ْن َها ُر َخا ِلد
َ ِين فِي َها َأ َب ًدا ۚ َذ ِل
ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم
8
Artinya : Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.{QS. At
Taubah/9:100}
Artinya : Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah
beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang
berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang
dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.{QS. Al
Hasyr/59:9}
8. Ali bin Abi Talib 21. Sa'id bin Zayd bin `Amr
9
10.Bilal bin Rabah 23. Zaid bin Khattab
12. Hamzah bin Abdul Muthalib 25. Usamah bin Zaid bin Haritsah
2. Generasi Tabi'in
a. pengertian
Secara kebahasaan, tabiin merupakan bentuk jamak dari tabi' artinya yang
mengikuti. Orang-orang atau orang-orang Islam yang pernah berjumpa dengan
sahabat Nabi Muhammad SAW dan meninggal dalam keadaan iman.
Pada hadits di atas terdapat Sa’id bin Al-musayyab yaitu seorang tabi’in besar, beliau
meriwayatkan hadist dari Nabi sholallahu ‘alaihi wasalam tanpa menyebutkan
penengah (sahabat) antara dia dan Nabi. Maka hadist ini jatuh akhir sanadnya, yaitu
setelah tabi’in.
4. Abu Suhail an-Nafi' bin 'Abdul Rahman 17. Masruq bin al-Ajda'
5. Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr 18. Muhammad bin al-Hanafiya
10
6. Al-Rabi bin Khuthaym 19. Muhammad bin Wasi' al-Azdi
9. Ali bin Husayn (Zain al-'Abidin) 22. Ata bin Abi Rabah
a. pengertian
Tabi'ut Tabi'in atau Atbaut Tabi'in (bahasa Arab: )تابع التابعينadalah generasi setelah
Tabi'in, artinya pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para
Tabi'in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut Tabi'in adalah di antara
tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah Tabi'in dan
Dan keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah, bagai rembulan
atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para
nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, (tetapi) mereka mewariskan ilmu.
Barangsiapa mampu mengambilnya, berarti dia telah mengambil keberuntungan yang
banyak.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2682, Sunan Abi Dawud no. 3641, Asy-Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu menshahihkan hadits ini).
1. Laits bin Sa’ad bin ‘Abdurrohman 14. Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit
2. ‘Abdulloh bin Luhai’ah bin ‘Uqbah Al-Mishri 15. Muqotil bin Hisyam
11
3. ‘Ubaidulloh bin ‘Amru bin Abil Walid Al-Asadi 16. ‘Abdurrohman Al-uza’I bin ‘Amru
5. Hammad bin Salamah bin Dinar Al-Bashr 18. Nafi’ bin ‘Umar bin ‘Abdulloh
7. Hasan bin Sholih bin Hayyi Al-Hamdani 20. Sufyan bin ‘Uyainah
Al-Majishun.
12
BAB IV
1. Pengertian Salafussoleh
Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa’ adalah pokok yang menunjukkan ‘makna
terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah lampau’, dan
arti dari ‘al-qoumu as-salaafu’ artinya mereka yang telah terdahulu.” (Mu’jam Maqayisil
Lughah: 3/95)
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf” dan
terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi menjadi 4
perkataan :
Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada di tiga
kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
13
Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh
sesuai manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena
menisbahkan/menyandarkan kepada mereka.
Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]
ت َتجْ ِري ٍ ان َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم َج َّنا َ ار َوالَّذ
ٍ ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس ِ ص َ ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر
َ ين َواأل ْن َ ُون األوَّ ل
َ َُّابق
ِ َوالس
ِين فِي َها أَ َب ًدا َذل َِك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم
َ َتحْ َت َها األ ْن َها ُر َخالِد
Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-
Taubah : 100]
14
1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
telah bersabda,
،ونَ ون َوالَ ي ُْؤ َت َم ُن َ ُث َّم إِنَّ َبعْ دَ ُك ْم َق ْومًا َي ْش َهد،ِين َيلُو َن ُه ْم
َ ُون َوالَ يُسْ َت ْش َهد
َ َو َي ُخو ُن، ُون َ ُث َّم الَّذ،َخيْر أُ َّمتِي َقرْ نِي
َ ُث َّم الَّذ،ِين َيلُو َن ُه ْم
ِ َو َي ْظ َه ُر ف،ون
ُِيه ُم ال ِّس َمن َ َو َي ْن ُذر
َ ُُون َوالَ َيف
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului
sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim
(2533))
2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73 golongan),
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثنتان وسبعون، وإن هذه الملة ستفترق على ثالث وسبعين،أال إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملة
وهي الجماعة، وواحدة في الجنة،في النار
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini
(Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu
al-Jama’ah.” [Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128),
ad-Darimi (II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no.
150). Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-
wiyah bin Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih
masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah
(no. 203-204)]
15
Dalam riwayat lain disebutkan:
Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku
dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-
Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]
Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah
menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa
yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti
Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).
3. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda,
Artinya: “Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan
sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk
sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham,
dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena
sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”
[Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani
dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]
16
c. Dari perkataan Salafush Shalih
Artinya, “Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” (Al-
Bida’ Wan Nahyu Anha (hal. 13))
Artinya, “Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh
orang yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang masih
hidup tidak akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para
Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik
hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang
dipilih Allah untuk menemani NabiNya, dan menegakkan agamaNya, maka kenalilah
keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di
atas jalan yang lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97))
“ فما كان غير ذلك فليس بعلم،”العلم ما جاء عن أصحاب محمد صلى هللا عليه وسلم
Artinya, “Sebarkan dirimu di atas sunnah, dan berhentilah engkau dimana kaum itu
berhenti (yaitu para Shahabat Nabi), dan katakanlah dengan apa yang dikatakan
17
mereka, dan tahanlah (dirimu) dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan
tempuhlah jalan Salafush Shalihmu (para pendahulumu yang shalih), karena
sesungguhnya apa yang engkau leluasa (melakukannya) leluasa pula bagi mereka.”
(Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/29))
18
BAB V
A. SEDEKAH
1. Pengertian
2. Hikmah Berbagi(sedekah)
a. Menghapus dosa-dosa.
Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan dua hal, yakni hartanya
diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi impas
tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan.
d. Dilipatgandakan pahalanya.
19
Secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut impas tertutupi
pahala yang didapat dan pahala ini akan dilipat-gandakan. Allah berfirman
“sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan
meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik niscaya akan dilipat-gandakan
(ganjarannya) kepada mereka, dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid:
18)
Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan salat, ia akan
dipanggil dari pintu salat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil
dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil
dari pintu sedekah. (HR. Bukhari no. 3666).
Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk menjauhkan dari api
neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh kita dari api nereka. “Jauhilah api
neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka
bisa dengan kalimah thayyibah.” (HR. Bukhari 6539, Muslim 1016). Rasulullah juga
bersabda “sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Tabrani,
Shahih At Targhib, 873).
Rasulullah menjelaskan perumpaan antara orang yang pelit dan dermawan atau
bersedekah. “Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti
dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga
selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa
bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan
baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit,
dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya.
Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda “apabila anak cucu
adam itu mati, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara, yakni amal
20
jariyah, anak yang soleh yang memohonkan ampunan untuknya (ibu dan bapaknya)
dan ilmu yang berguna setelahnya.”
Nabi SAW bersabda “sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah
umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su’ul khotimah), Allah akan
menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri.”
(HR. Tabrani)
Sedekah itu merupakan penolak bala, penyubur pahala, menahan musibah, dan
kejahatan serta rezeki yang dilipat-gandakan oleh Allah SWT. Rasulullah bersabda
“bersegeralah untuk bersedekah. Karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului
sedekah.” Dari Nabi SAW bersabda “sedekah itu menutup tujuh puluh pintu kejahatan.”
21
1. Hendaklah samakan (para pihak) masuk mereka ke dalam majelis, jangan ada yang
didahulukan.
Pendapat Imam Ali sekaligus sebagai “pemimpin Islam tertinggi di zamannya” beliau
mengatakan bahwa prinsip keadilan merupakan prinsip yang signifikan dalam
memelihara keseimbangan masyarakat dan mendapat perhatian publik. Penerapannya
dapat menjamin kesehatan masyarakat dan membawa kedamaian kepada jiwa
mereka. Sebaliknya penindasan, kezaliman, dan diskriminasi tidak akan dapat
membawa kedamaian dan kebahagiaan.
1. Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat adil atau menegakkan
keadilan pada setiap tindakandan perbuatan yang dilakukan
۞ ان ُ اس أَنْ َتحْ ُكمُوا ِب ْال َع ْد ِل ۚ إِنَّ هَّللا َ ِن ِعمَّا َيع
َ ِظ ُك ْم ِب ِه ۗ إِنَّ هَّللا َ َك ِ إِنَّ هَّللا َ َيأْ ُم ُر ُك ْم أَنْ ُت َؤدُّوا اأْل َ َما َنا
ِ ت إِلَ ٰى أَهْ لِ َها َوإِ َذا َح َك ْم ُت ْم َبي َْن ال َّن
َسمِيعً ا بَصِ يرً ا
22
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan
kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang
kamu kerjakan.(QS. an-Nisaa (4) : 13)
3. Perintah untuk berlaku adil atau menegakkan keadilan dalam menerapkan hukum
tidak memandang perbedaan agama
َ م مُسْ َت ِمعjْ َقا َل َكاَّل ۖ َف ْاذ َه َبا ِبآ َيا ِت َنا ۖ إِ َّنا َم َع ُك
ُون
Artinya: (Allah) berfirman, "Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu)!
Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat);
sungguh, Kami bersamamu mendengarkan (apa yang mereka katakan). (QS.
asSyuura (42) : 15)
ش َهدَ ا َء ِب ْالقِسْ طِ ۖ َواَل َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َنآنُ َق ْو ٍم َعلَ ٰى أَاَّل َتعْ ِدلُوا ۚ اعْ ِدلُوا ه َُو أَ ْق َربُ لِل َّت ْق َو ٰى ۖ َوا َّتقُوا
ُ ِ ِين هَّلِل
َ ِين آ َم ُنوا ُكو ُنوا َقوَّ امَ َيا أَ ُّي َها الَّذ
َ ُهَّللا َ ۚ إِنَّ هَّللا َ َخ ِبي ٌر ِب َما َتعْ َمل
ون
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.(QS. al-Maidah (5) : 8)
ان َ ض َع ْالم
َ ِيز َ َوال َّس َما َء َر َف َع َها َو َو
Artinya : Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan.(QS. ar-
Rahman(55) : 7)
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Septia, Umi. 2017. “Bersedekah dalam islam, Sebaiknya seperti apa?”,
https://m.liputan6.com/ramadan/read/2969131/bersedekah-dalam-islam-sebaiknya-
seperti-apa, diakses pada 18 Oktober 2020.
25
LAMPIRAN
-
26