Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Apoteker 40 A
Kelompok 9 :
Nadya Amelia (20340031)
Anindya Mutiara Sari (20340032)
Sang Ayu Hutami Putri Wibmantari (20340033)
Nindyasti Prameswari Ismanto (20340034)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Penlisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata Kuliah
Teknologi Sediaan Farmasi tentang “Produksi Sediaan Salep Luka Bakar Yang
Baik” sesuai tepat waktunya.
Dalam penulisan makalan ini penulis banyak menerima bantuan dan
masukkan, untuk itu dengan penuh kerendahan hati dan hormat, penulis
menyampaikan terimakasih kepada Prof. Dr. Teti Indrawati, M.Si., Apt selaku
dosen Mata Kuliah Teknologi Sediaan Farmasi dan teman-teman kelompok yang
telah banyak membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalh ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya karena keterbatasan
ilmu dan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat membutuhkan
segala kritik dan saran yang membangun guna menghasilkan Makalah yang jauh
lebih baik lagi dari yang sekarang
Penulis
ii
Institut Sains dan Teknologi Nasional
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1. Luka Bakar................................................................................................3
2.1.1. Definisi Luka Bakar...........................................................................3
2.1.2. Patofisiologi.......................................................................................3
2.1.3. Penyembuhan Luka Bakar.................................................................4
2.2. Sediaan Topikal.........................................................................................4
2.2.1. Sediaan Salep.....................................................................................5
2.2.2. Karakteristik Salep Yang Baik...........................................................5
2.2.3. Kelebihan dan Kekurangan................................................................6
2.2.4. Persyaratan Salep...............................................................................6
2.2.5. Penggolongan Salep...........................................................................7
2.2.6. Basis Salep.........................................................................................8
2.2.7. Dasar Salep yang Baik.......................................................................9
2.2.8. Macam-macam Basis Salep...............................................................9
2.2.9. Peraturan-Peraturan Pembuatan Salep.............................................10
2.2.10. Cara Pembuatan Salep.....................................................................11
2.3. Evaluasi Sediaan......................................................................................11
2.4. Pengemasan dan Penyimpanan...............................................................13
2.5. Penandaan................................................................................................14
2.6. Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)..............................................15
2.7. Tata Letak Ruang Produksi.....................................................................21
2.8. Praformulasi............................................................................................21
iii
Institut Sains dan Teknologi Nasional
BAB 3PEMBAHASAN........................................................................................24
3.1. Formulasi Sediaan Salep.........................................................................24
3.2. Perhitungan dan Penimbangan Bahan.....................................................29
3.3. Alur Kerja Sumber Daya Manusia (SDM)..............................................29
3.4. Alur Pengadaan Bahan Baku...................................................................30
3.5. Alur Barang.............................................................................................31
3.6. Alur Produksi Bahan Baku......................................................................32
3.7. Alur Produksi Sediaan Salep...................................................................33
3.8. Metodologi..................................................................................................38
3.8.1 Penyiapan Ruangan...............................................................................38
3.8.2 Alat dan Bahan......................................................................................38
3.8.3. Cara Pembuatan....................................................................................38
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................40
4.1. Kesimpulan..................................................................................................40
4.2. Saran............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
iv
Institut Sains dan Teknologi Nasional
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Institut Sains dan Teknologi Nasional
2
1.3. Tujuan
1. Untuk memahami dalam memproduksi sediaan luka bakar dengan cara yang
baik
2. Untuk memahami komponen dan rancangan formula yang digunakan dalam
sediaan salep luka bakar
3. Untuk memahami pengadaan barang dan alur pada sediaan salep luka bakar
4. Untuk memahami alur, proses, produksi, evaluasi, pengemasan, penyimpanan
dan distribusi pada sediaan salep luka bakar
3
Institut Sains dan Teknologi Nasional
4
4
yang digunakan pada kulit biasanya digunakan untuk membantu kerja lokal dari
suatu obat, untuk bisa membuat suatu obat dalam sediaan topikal dibutuhkan
suatu formulasi yang dapat membantu zat aktif dalam memberikan efek terapi di
kulit. Formulasi sediaan topikal menggunakan basis sebagai bahan yang dapat
membawa zat aktif, penggunaan basis pada sediaan topikal disesuaikan dengan
beberapa parameter, anatara lain : homogenitas zat aktif dan basis, lamanya
pelepasan zat aktif, kestabilan zat aktif dalam suatu basis, basis yang mudah
dicuci dengan air atau yang sukar dicuci dengan air, dan tergantung dari
permukaan tempat pengolesan (Ansel, 1989).
2.2.1. Sediaan Salep
Sediaan salep merupakan sediaan setengah padat yang zat aktifnya
terdapat dalam basis salep, basis salep ini dapat bersifat hidrofil maupun
hidrofob. Basis memegang peran penting dalam formula salep yang baik.
Basis sediaan salep dibedakan menjadi basis hidrokarbon, basis salep serap,
basis salep mudah dibilas, dan basis salep larut air (Ansel, 1989).
Menurut FI. Ed III, Salep adalah sediaan semi padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Menurut FI.ed IV, salep adalah
sediaan setengah padat ditunjukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras atau
narkotika adalah 10%.
2.2.2. Karakteristik Salep Yang Baik
1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban
yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,
inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika
dan kimia dengan obat yang dikandungnya.
2.5. Penandaan
Pada etiket tertera nama sediaan, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan
tanggal kadaluarsa, nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot
atau bets yang menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat
memberikan informasi tentang riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh
proses pengolahan, pengisian, pengemasan, dan penandaan, cara penyimpanan
dan tanggal kadualarsa.Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga
2.8. Praformulasi
1. Gentamisin
- Nama Lain : Gentamisin
- Struktur Molekul : C21H43N5O7
- Berat Molekul : 575,67
- Pemerian : serbuk; putih sampai kuning gading (Depkes RI, 1979)
- Kelarutan : larut dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol dan eter
(Abe et all, 2002, hal.179)
3. Vaselin Album
- Nama Resmi : Vaselin Album
- Nama Lain : Vaselin Putih
- Titik Leleh : 38-60oC
- Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai
kuning; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin
tanpa diaduk.
- Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzene,
dalam karbon disulfide, dalam kloroform, larut dalam heksana dan dalam
Sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri, sukar larut dalam etanol
dingin dan etanol panas.
- Stabilitas : Bila terkena cahaya, menyebabkan warna vaselin
menjadi pudar dan menghasilkan bau yang tidak enak.
- Khasiat : Zat tambahan, Basis salep
24
Album Album Liquidum petroleum jelly (Rowe, 2006, hal 509).
(72,25%) (85%) (10%) b. Pemerian : Petrolatum/vaselin album
Basis salep berwrna putih hinga kuning pucat,
3. Vaselin transparan, lembut, massa lebut. Berbau
Album lemah,tidak berasa, dan tidak lebih dari
(89,7%) sedikit floresensi karena cahaya,meskipun
Basis salep saat meleleh (Rowe, 2006, hal 509).
c. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam
aseton, etanol, ethanol (95%) panas atau
dingin, gliserin, dan air larut dalam
benzen, carbon disulfida, kloroform, ether,
hexane, dan dalam minyak atsiri (Rowe,
2006, hal 509).
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik, terlindung dari cahaya, tempat sejuk,
dan kering (Rowe, 2006, hal 509).
e. Titik Lebur : 38–60°C (Rowe, 2006, hal
509).
f. Inkompatibilitas : Petrolatum adalam
material inert dengan sedikit
inkompatibilitas (Rowe, 2006, hal 509).
Paraffin Liquidum
a. Nama Lain : Avatech; Drakeol; heavy
mineral oil; heavy liquid petrolatum;
liquid petrolatum; paraffin oil; Sirius;
white mineral oil (Rowe, 2006, hal 509).
b. Pemerian : Transparan, tidak berwarna,
minyak kental cair, tanpa floresensi pada
cahaya matahari. Praktis tidak berbau saat
dingin, dan memiliki bau lemah vaselin
saat dipanaskan.
c. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam
etanol (95%), gliserin, dan air; larut dalam
aseton, benzene, kloroform, carbon
disulfida, eter, dan petroleum eter. Tidak
dapat bercampur dengan minyak atsiri dan
fixed oil, dengan bahan tambahan minyak
jarak.
d. Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara,
terlindung dari cahaya, tempat sejuk,
tempat kering.
e. Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan
agen pengoksidasi kuat (Rowe, 2006, hal
509).
Nipagin
a. Lain : E218; 4-hydroxybenzoic acid
methyl ester; methyl p-
hydroxybenzoate;Nipagin M; Uniphen P-
23, metilparaben
b. Struktur Molekul : C8H8O3
c. Berat Molekul : 152.15 (Rowe, 2006, hal-
466)
d. Pemerian : Kristal tidak berwarna atau
serbuk kristal putih. Tidak berbau atau
sedikit rasa terbakar (Rowe, 2006, Hal
465).
c. Kemampuan Proteksi
(1) Diambil sepotong ker-tas saring (10 x 10 cm). Basahi dengan larutan fenolplatein
untuk indikator, kemu-dian kertas di-keringkan.
(2) Kertas tersebut di-oleskan dengan se-diaan salep yang akan dicoba ( pada salah satu
per-mukaan) seperti la-zimnya orang me-nggunakan salep.
(3) Sementara itu pada kertas saring yang lain, dibuat satu area ( 3 x 3 cm) dengan
parafin padat yang dileleh-kan. Setelah ke-ring, didapatkan area yang dibatasi
dengan parafin padat.
(4) Ditempelkan kertas tersebut (No.3) di atas kertas se-belumnya (No.2).
(5) Area ini ditetesi de-ngan larutan KOH 0,1 N kemudian lihat se-belah kertas yang
dibasahi dengan larutan fenolplatein pada waktu 15,30, 40,45,60 detik, 3 dan 5
menit. Apakah ada noda merah pada kertas tersebut. Bila tidak terdapat noda me-rah
berarti salep yang dibuat dapat memberikan pro-teksi terhadap cairan (laru-tan
KOH).
(6) Dilakukan lagi perco-baan ini untuk tiap for-mulasi salep yang di periksa (Miranti,
2009).
Jika tidak ada noda merah pada kertas saring tersebut berarti salep dapat
memberikan proteksi terhadap cairan (larutan KOH) (SNI, 1996)
d. Pengukuran pH
(1) Diencerkan 1 gram sediaan salep dengan air suling hingga 10 mL.
(2) Dicelupkan elektroda pH-meter kedalam larutan salep yang telah diencerkan se-
belumnya.
(3) Dibaca pH larutan sa-lep yang terlihat pada layar pH-meter.
(4) Dilakukan lagi perco-baan ini untuk tiap salep yang diperiksa (Voight, 1995).
e. Tes Viskositas
Pengukuran Viskositas dilakukan dengan vis-kometer Stormer
Langkah kerjanya yaitu
(1) Isi mangkuk dengan cairan yang diukur viskositasnya.
(2) Naikan alas sehingga silinder berada tepat di tengah mangkuk.
(3) Atur skala hingga menunjukkan angka nol.
(4) Berikan beban ter-tentu dan lepaskan kunci sehingga ban-dul silinder berputar
sampai arah tertentu.
(5) Catat waktu yang diperlukan bandul untuk mencapai skala tertentu, hitung rpm.
Untuk menghitung vis-kositas digunakan
Aliran Newton :
keterangan:
Kv = konstanta
4. Uji Stabilitas
(1) Semua salep yang telah dibuat di simpan pada suhu kamar.
(2) Salep diambil, di amati perubahan or-ganoleptis, diuji kembali fisik salep meliputi daya
sebar melekat, proteksi, pH, viskositas.
(3) Pengamatan dilaku- kan pada minggu ke 0,1,2,3,4,5,6,7,8 se-telah pembuatan sediaan
salep (Ansel, 1989).
Salep tidak me-nunjukkan perubahan selama penyimpanan
Pembahasan:
f. pada formulasi sediaan salep lupa bakar dipilih bahan aktif yaitu gentamisin
karena gologan aminoglikosida, efektif terhadap bakteri gram negatif. Efek
samping lebih ringan dari pada streptomisin dan kanamisin) pada formulasi ini
menggunakan pengawet yaitu nipagin atau metilparaben sebagai pengawet
fasa air dipilih nipagin karena pada kadar 0.02–0.3 % Methylparaben secara
umum digunakan sebagai pengawet antibikroba dalam kosmetik, produk
makanan, dan formulasi sediaan farmasi (Rowe, 2006, hal 466). Memiliki pH
4-8 (Lachman, 1994), sehingga sesuai dengan pH zat aktif dan untuk basis
salep digunakan vaselin album dan paraffin liquid karena vaselin album
utamanya digunakan dalam formulasi topikal dan umumnya dianggap lebih
bersifat tidak mengiritasi dan tidak toksik (Rowe, 2006, hal 510) dan paraffin
liquid utamanya digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulasi topical,
sebagai emolien pada bahan tambahan basis salep (3.0–60.%) (Rowe, 2006,
hal 471) Paraffin digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan titik leleh dan
dapat menambah daya lekat pada kulit.
Untuk alur proses produksi salep diawali pada ruang bahan baku. Pada proses
pembuatannya, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC dengan
mengambil sampel di ruang sampling, pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC
meliputi pemerian, kelarutan, bilangan asam, dan bilangan penyabunan, dari hasil
uji tersebut tim QC dapat memutuskan apakah bahan baku tersebut memenuhi
kriteria yang berstandarkan CPOB atau tidak. Lalu petugas yang bertanggung
jawab terhadap bahan baku menimbang bahan-bahan apa saja yang akan
dibutuhkan dalam proses produksi sediaan salep. Penimbangan bahan dilakukan
untuk produksi sediaan per satu bets. Setelah bahan baku ini dinyatakan lulus uji
kriteria, bahan baku tersebut dicampur dan diolah menjadi produk antara.
Kemudian petugas bagian produksi mengambil bahan baku yang telah ditimbang
dengan melakukan serah terima yang disertai dengan dokumen CPB (Catatan
Pengolahan Bets) yang telah melampirkan tanda tangan petugas.
Proses produksi dilanjutkan di ruang pencampuran. Pada ruang ini, awalnya
air ditampung di dalam alat pemanas (Double Jacket). Air yang digunakan dalam
3.8. Metodologi
3.8.1 Penyiapan Ruangan
Ruangan dirancang khusus untuk menghindari kontaminasi: Proses penimbangan
dilakukan di ruangan B, proses pencampuran dilakukan di ruangan C, untuk proses
sterilisasi sediaan dilakukan di ruangan A. Area kelas C, ruangan ataupun area yang
masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non steril.
3.8.2 Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang dibutuhkan : 1 kaki tiga, 1 bunsen, 2 batang pengaduk, 2 cawan porselen,
1 sendok tanduk, 1 korek api, 1 timbangan elektrik, beberapa kain lap secukupnya,
kertas perkamen.
2. Bahan
Bahan yang digunakan : Benzocain, Vaselin flavum, oleum lecoris aseri, dan cera
flava
3.8.3. Cara Pembuatan
Pembuatan sediaan salep luka bakar yang baik harus memenuhi persyaratan Cara
Pembuatan Obat yang Baik yang mencakup manajemen mutu, personalia, bangunan dan
fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit
mutu dan audit & persetujuan pemasok, dokumentasi, pembuatan analisis berdasarkan
kontrak kualifikasi dan validasi.
Pada proses produksi sediaan salep luka bakar, alur proses produksi diawali dengan
menentukan formula yang tepat dalam proses produksi sediaan salep luka bakar. Hal ini
meliputi dalam penentuan bahan sediaan yang digunakan dalam pembuatan sediaan salep
luka bakar, sehingga sediaan salep luka bakar yang diproduksi dapat digunakan secara
aman dan efektif. Kemudian untuk bahan baku pada proses pembuatannya yang dibeli
dari supplayer, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC (biasanya
dipimpin oleh apoteker) dengan mengambil bahan di gudang penyimpanan, pemeriksaan
yang dilakukan oleh tim QC meliputi pemeriksaan mutu dan pemerikasaan dilakukan
secara laboratoris dari sediaan tersebut yang sesuai dengan kriteria dari bahan tersebut
sesuai dengan CPOB, serta terbebas nya dari bahan-bahan yang berbahaya dan tidak
layak pakai.
4.1. Kesimpulan
1. Cara Pembuatan Obat yang Baik pada salep luka bakar : memperhatikan
manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan
higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu dan audit &
persetujuan pemasok, dokumentasi, pembuatan analisis berdasarkan kontrak
kualifikasi dan validasi.
2. Komponen dari sediaan salep luka bakar ini, terdiri dari Gentamicin Zat aktif
obat luka bakar, Paraffin liquidum dan Vaselin flavum sebagai bahan dasar
atau basis salep, dan Nipagin sebagai pengawet.
3. Alur pengadaan bahan baku dilakukan oleh PPIC yang di kepalai oleh
Apoteker untuk mengetahui stabilitas bahan baku layak atau tidak untuk
digunakan. PPIC (rancangan produksi dan perencanaan pesanan) permintaan
pemesanan ke pada departemen purchasing pemilihinan suplaye pemesanan
dan pemasok. Penerimaan barang akan diterima oleh pihak Quality Control,
yang dipimpin oleh seorang apoteker. disimpan di gudang dan ruang
pengemasn (oleh QC). Quality Control yang dikepalai oleh seorang apoteker
akan melakukan pemeriksaan dan pengujian bahan baku. Bahan yang tidak
masuk spesifikasi akan dikembalikan pada supplier dan bahan baku yang
bagus akan dirubah labelnya dari karantina menjadi release dan bisa
dilanjutkan tahap produksi.
4. Proses Produksi
a. Alur Kerja Sumber Daya Manusia (SDM) sebelum SDM melakukan
pekerjaan terlebih dahulu masuk keruang antara untuk menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri). Kemudian petugas masuk ke ruang bersih
untuk persiapan komponen dan pembuatan.
b. Proses produksi salep luka bakar yang baik dimulai dari pemilihan bahan
baku yang dibeli dari supplayer, setiap bahan baku diperiksa terlebih
dahulu oleh tim QC dipimpin oleh Apoteker. Kemudian mengambil
bahan di gudang, penimbangan bahan sesuai dengan SOP,setelah
40
penimbangan selesai dilanjut pada proses mixing ata penacampuran
dilakukann diruanagan mixing pada proses mixing dilakukan
pengawasan pada proses pencampuran oleh karyawan bagian QC
dibawah tanggung jawab manager QC, pengembangan basis, pengadukan
bahan bahan sampai mendapat homogenitas produk yang baik,
penyimpanan.
c. Sebelum dipasarkan produk jadi di cek kembali oleh bagian QA untuk
memastikan mutu produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
oleh Manager QA.
d. Alur produksi pembuatan sediaan salep luka bakar yang baik, yaitu
dimulai dari formula bahan, pengambilan bahan, penimbangan,
pencampuran (Paraffin liquidum, vaselin flavum, nipagin dan
gentamicin), yang semua tahaan tersebut menjadi tanggung jawab dari
manajemen produksi dan Manager QC.
e. Evaluasi (Uji Organoleptis, Uji Homogenitas, Uji PH, Uji Stabilitas, Uji
daya sebar) yang diawasi oleh personel QC, sampai dengan pengemasan,
pelabelan, desain menjadi tanggung jawab manajemen produksi dalam
hal ini Manajer QC.
4.2. Saran
1. Pada formulasi selanjutnya disarankan untuk melakukan perbaikan formula
dengan penambahan adeps lanae untuk memperbaiki kepadatan salep.
2. Kepadatan salep perlu diperbaiki dengan cara pengadukan secara terus
menerus sehingga daya sebar salep dapat ditingkatkan.
3. Sebaiknya dilakukan evaluasi Sediaan salep luka bakar dengan menggunakan
metode pelepasan obat dari basis yang dapat dilakukan dengan metode in-
vitro dan metode in-vivo
Abe, O.B, A.Brayfield, C.R.M. Cadart, K. Eager, J.C. Flatman, P. Gotecha, S.L.
Hamdy, C.L. Iskandar, C.R. Lee, V.A. Lee, G.C. Neathercoat, K.S. Relay,
C.R. Ryan, L.M. Sheridan, G.W. Viedge. 2002. Martindale the Complete
Drug Reference. Diedit oleh Sean C. S. Pharmaceutical Press. London.
Halaman 179
Anief, M., 1997, Formula Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit, 80-83,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Anief, M., 2005, Farmasetika, 29-30, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan dari
Introduction to Pharmaceutical Design Forms oleh Farida Ibrahim. UI Press.
Jakarta.
BPOM RI.2012.Cara Pembuatan Obat yang Baik.Jakarta,Badan POM RI.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depertemen
Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta: Depertemen Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Depertemen
Kesehatan Republik Indonesia
Kaplan NE, Hentz VR. 1992. Emergency Management of Skin and Soft Tissue
Wounds, An Illustrated Guide, LittleBrown. Boston : USA
Kibbe, A.H., (1994), Handbook of Pharmaceutical Excipient, The Pharmaceutical
Press, London.
Lachman, L.., Lieberman H. A., Kanig, J. L.., 1994., Teori dan Praktek Farmasi
Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, edisi III, Universitas Indonesia,
Jakarta, 760-779.
Miranti, L. 2009. Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia
galanga L) dengan Basis Salep Larut Air Terhadap Sifat Fisik Salep dan
Daya Hambat Bakteri Staphylococus aureus secara In Vitro. Skripsi.
42
Institut Sains dan Teknologi Nasional
Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
(dipublikasikan).
Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Parfitt,K., (1994), Martindale The Complete Drug Reference, 32nd Edition,
Pharmacy Press.
Parrot, L.E., (1971), Pharmaceutical Technologi Fundamental Pharmaceutics,
Burgess Publishing Co, USA
Rajalakshmi, G., N. Damodharan, C.V.K.V. Bhai & P.J. Rajh 2009. Formulation
and Evaluation of Clotrimazole and Ichthammol Oinment. Internasional
Journal of Pharma and Bio Science.4: 10-12.
Rowe, R, Shewskey, P., & Quinn, M., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th, 120-122;155-156;624-625;662-663, Pharmaceutical Press
and American Pharmacist Association, USA
Standar Nasional Indonesia 164399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Suardi, Armenia, Maryawati, A. 2008. Formulasi Dan Uji Klinik Gel Anti
Jerawat Benzoil Peroksida-HPMC. Fakultas Farmasi FMIPA UNAND.
Yogyakarta.
Syamsuhidayat dan Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, 73-87, EGC Press,
Jakarta.
Syamsuri, 2007; Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press. Yogyakarta.