Anda di halaman 1dari 5

22_Teguh Afiffurokhim_Rancangan Konseptual SMKK,RKK, dan Biaya Penerapan

SMKK

1. Rencana Konseptual SMKK merupakan dokumen lengkap penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan Konstruksi pada pekerjaan konstruksi. Penyusunan
Rencana Konseptual SMKK ini dilakukan secara bertahap, yang terbagi menjadi:
a. Rancangan Konseptual SMKK Pengkajian/Perencanaan Konstruksi yang
dilaksanakan oleh penyedia jasa konsultansi perencana pada tahap
perencanaan dan studi kelayakan.
b. Rancangan Konseptual SMKK Perancangan yang dilaksanakan oleh penyedia
jasa konsultansi konstruksi perancangan pada tahap Preliminary Design yang
mulai menganalisis secara detil metode pelaksanaan, identifikasi bahaya,
peraturan perundangan dan standar, rancangan panduan pengoperasian dan
pemeliharaan, tingkat risiko hingga kebutuhan personil K3 dan biaya
keselamatan konstruksi.
c. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) Konsultansi Konstruksi
Pengawas/Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi yang disusun oleh
Penyedia Jasa Konsultansi Pengawas Pelaksanaan Konstruksi, menjadi bagian
dari persyaratan lelang yang diajukan oleh penyedia jasa. Pakta Komitmen
dilakukan persetujuan oleh Pengguna Jasa setelah PCM.
d. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi
yang disusun oleh Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi (Kontraktor), menjadi
bagian dari dokumen usulan dan persyaratan dalam mengikuti lelang. Pakta
Komitmen dilakukan persetujuan oleh Pengguna Jasa setelah PCM.
2. RKK Usulan sampai dapat dijadikan RKK Pelaksanaan dan siapa saja pihak-pihak
yang memegang peranan penting ini:
Pada Tahap pengkajian dan penencanaan oleh konsultan perencanaan, kemudian
Rancangan Konseptual dikaji dan dibahas oleh konsultan perancangan dan sudah
ditentukan tingkat resiko dari suatu proyek tersebut. Kemudian RKK Pelaksanaan di
sepakati oleh pengguna, kontraktor, konsultan pengawas, dan konsultan MK pada
tahap pembangunan
3. Unsur-unsur biaya dalam daftar RAB pada RKK Usulan masuk kedalam Bagian C
Dukungan Keselamatan Konstruksi yang tediri dari 9 item paling sedikit mencakup:
a. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK);
b. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
c. Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD);
d. Asuransi dan perizinan;
e. Personel K3 Konstruksi;
f. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
g. Rambu- rambu yang diperlukan;
h. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi sesuai lingkup pekerjaan
dengan kebutuhan lapangan; dan
i. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian risiko Keselamatan
Konstruksi.
22_Teguh Afiffurokhim_Konsultasi dan Komunikasi Keselamatan Konstruksi Safety
Meeting

1. Unsur-unsur penting komunikasi pada kegiatan pelaksanaan proyek antara lain :


a. Komunikator (Communicator) atau sender yaitu pihak yang menyampaikan berita
atau sumber berita, bisa perorangan bisa juga kelompok.
b. Komunikan (Communicant) atau receiver yaitu pihak yang menerima berita dan
menterjemahkan lambing-lambang atau isyarat-isyarat.
c. Pesan (Message) yaitu berita yang mengandung arti atau inti sari berita dari
komunikator yang disampaikan dalam bentuk lambang-lambang.
d. Umpan Balik (feedback) yaitu output yang dihasilkan berupa tanggapan atau
respon berupa hasil pengaruh pesan.
e. Media Komunikasi merupakan sarana atau saluran yang digunakan oleh
komunikator untuk menyampaikan sebuah pesan.
2. Contoh komunikasi pada program SMKK untuk kegiatan sosialisasi kepada pekerja
dan tamu diproyek dalam pengendalian risiko K3 yaitu Induksi K3. Induksi K3 adalah
Penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang berkaitan dengan potensi bahaya,
pengendalian bahaya, tanggap darurat, dan cara-cara penyelamatan pada kegiatan.
 Tipe Induksi K3 antara lain,
a. Induksi Umum adalah penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang bersifat
umum, yang diberikan kepada karyawan baru atau karyawan yang kembali
setelah 6 bulan atau lebih meninggalkan kegiatan.
b. Induksi Lokal adalah penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang bersifat
khusus/spesifik yang diberikan kepada karyawan baru yang telah mengikuti
lnduksi umum dan karyawan mutasi/pindahan dalam perusahaan yang sama.
c. Induksi Tamu adalah penjelasan dan pengarahan tentang K3 secara singkat
yang diberikan khusus untuk tamu atau pengunjung.
d. Induksi Ulang adalah pengarahan dan penjelasan tentang K3 yang diberikan
kepada karyawan yang melakukan penyimpangan prosedur dan atau kurang
paham terhadap aspek K3 selama melaksanakan tugas/pekerjaannya.
 Tata Cara Induksi K3
a. Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus diberikan pada karyawan
dan tamu.
b. Induksi harus dilakukan di ruangan khusus.
c. Bahan/materi induksi harus tersedia dalam jumlah yang sesuai dengan
jumlah peserta dan jenis induksi.
d. Alat bantu untuk mempermudah dan memperjelas penyampaian materi
induksi harus disesuaikan dengan jenis dan kondisi yang ada di lokasi.
e. Setiap peserta induksi harus mengisi daftar hadir dan daftar periksa.
f. Daftar periksa yang telah ditandatangani peserta dan penyaji induksi
diarsipkan oleh bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
g. Hasil induksi didokumentasikan oleh perusahaan.
h. Jenis induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah induksi umum,
induksi lokal, induksi tamu, dan induksi ulang.
3. Prosedur pelaporan informasi yang terkait dan tepat waktu harus ditetapkan untuk
menjamin bahwa sistem manajemen K3 dipantau dan kinerjanya ditingkatkan.
Terdapat 2 jenis laporan penerapan SMKK pada kegiatan proyek konstruksi, yaitu
pelaporan internal dan pelaporan eksternal dengan penjelasan sebagai berikut:
 Prosedur pelaporan internal perlu diterapkan untuk menangani
a. Pelaporan terjadinya insiden
b. Pelaporan ketidaksesuaian
c. Pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
d. Pelaporan identifikasi sumber bahaya
 Prosedur pelaporan eksternal perlu ditetapkan untuk menangani
a. Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundangan
b. Pelaporan kepada pemegang saham
22_Teguh Afiffurokhim_Manajemen Risiko Keselamatan Konstruksi

1. Elemen-elemen manajemen risiko pada kegiatan SMKK di proyek konstruksi yaitu


antara lain:
a. Penetapan tujuan=>Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup
manajemen risiko yang akan dilakukan.
b. Identifkasi bahaya=>Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
c. Analisa risiko=>Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan
konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada
dengan mengalikan kedua variabel tersebut (Probabilitas x Konsekuensi) atau
( Peluang x Akibat )
d. Evaluasi risiko=>Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar.
Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan
prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko
tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya
memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.
Pengendalian risiko; Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi
yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer
risiko, dan lain-lain.
Monitor dan Review; Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko
yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
Komunikasi dan konsultasi; Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan
internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.
2. Faktor-faktor yang menentukan penetapan besarnya peluang pada insiden di dalam
manajemen risiko K3 antara ain:
a. Frekuensi situasi terjadinya
b. Berapa orang yang terpapar
c. Keterampilan dan pengalaman orang yang terkena
d. Karakteristik yang terlibat
e. Durasi paparan
f. Pengaruh posisi terhadap bahaya
g. Distraksi
h. Jumlah material atau tingkat paparan
i. Kondisi lingkungan
j. Kondisi peralatan
k. Efektivitas pengendalian yang ada
3. Cara Mengurangi Risiko Kecelakaan dalam Kegiatan Pekerjaan Kostruksi yaitu :
a. Memperbaiki manajemen dalam perusahaan
b. membangun hubungan antara manajemen dan pekerja, sehingga manajemen
tahu apa yang dibutuhkan pekerja untuk mengurangi risiko dalam pekerjaannya
c. layout setaip mesin dan fasilitas
d. melakukan pemeriksaan reabilitas fasilitas dan mesin secara periodic
e. menyiapkan perlengkapan keselamatan kerja yang sesuai dengan standard
f. melatih para operator
g. membuat Standar Operating Procedure (SOP) yang baik
h. membuat peraturan khusus mengenai keselamatan kerja
22_Teguh Afiffurokhim_K3 Pekerjaan Konstruksi dan Manajemen K3 Lingkungan
Proyek

1. Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko pada tahapan pekerjaan Feasibility


Study:
 Identifikasi Bahaya :
a. Banjir, Longsor
b. Gempa, Tsunami
c. Kebakaran
d. Hujan badai dan sebagainya
 Pengendalian Risiko
a. Pondasi tahan longsor
b. Struktur tahan gempa
c. Bangunan tahan api
d. Stabilitas struktur dan sebagainya
2. Persyaratan umum yang harus dipenuhi di dalam pekerjaan pekerjaan di ruang
terbatas yaitu :
a. Lakukan pemerikasaan setiap pergantian shift kerja,
b. Lakukan pemeriksaan seminggu sekali – mesin-mesin – peralatan –
penyangga – jalan keluar
c. Daerah kerja yang berbahaya harus diberi pagar pengaman
d. Gunakan system komunikasi (HT, HP)
e. Gunakan APD (pakaian water proof, sepatu boot)
f. Semua yang masuk ruang terbatas harus dicatat dan diidentifikasi
g. Buat ventilasi udara, jika perlu bawa tabung oksigen
3. Identifikasi bahaya dan pengendalian resiko pada pekerjaan pembesian konstruksi
beton pada proyek konstruksi:
 Identifikasi Bahaya
a.Ujung besi mencuat
b.Kabel listrik berserakan
c. Berjalan diatas tulangan
d.Tersengat listrik
e.Anyaman besi roboh
 Pengendalian Resiko
a.Ujung besi ditutup papan/karung
b.Pasang kabel di dinding/di atas
c. Pasang papan untuk jalan akses
d.Pasang instrument listrik sesuai standar
e.Beri topangan/stud/steger

Anda mungkin juga menyukai