Anda di halaman 1dari 5

Putu Filla JF|Hs-CRP as Biomarker Of Coronary Heart Disease

[ARTIKEL REVIEW]

HS-CRP AS BIOMARKER OF CORONARY HEART DISEASE


Putu Filla J.F
Faculty of Medicine, University of Lampung

Abstract
Coronary Heart Disease (CHD) remains a serious health problem and has a number of high morbidity and mortality.
Atherosclerosis is the underlying cause of CHD event. Inflammation has an important role in the process of
atherosclerosis. Prospective studies show that the inflammatory marker high sensitivity - C Reactive Protein (hs-CRP)
serum is a predictor of cardiovascular events. Increased levels of CRP is a response of inflamation process in
atherosclerosis.

Keywords: atherosclerosis, coronary heart disease, hs-CRP, inflammation

Abstrak
Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih merupakan masalah kesehatan yang serius dan mempunyai angka morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Aterosklerosis merupakan dasar penyebab terjadinya PJK. Inflamasi berperanan penting
dalam proses terjadinya aterosklerosis. Studi prospektif menunjukkan bahwa marker inflamasi high sensitivity - C
Reactive Protein (hs-CRP) serum merupakan prediktor terhadap kejadian kardiovaskular. Peningkatan kadar hs-CRP
ini merupakan respon karena terjadinya proses inflamasi pada aterosklerosis.

Kata kunci: aterosklerosis, hs-CRP, inflamasi, penyakit jatung koroner

...
Korespondensi : Putu Filla | putufilla@yahoo.com

Pendahuluan koroner merupakan masalah besar


Penyakit jantung koroner (PJK) bidang kesehatan karena merupakan
merupakan problema kesehatan utama 50% dari penyebab jumlah kematian
di negara maju dan merupakan penduduk Amerika dan negara
penyebab kematian utama pada berkembang. Banyak faktor yang
sepertiga penduduk dunia. Di mempengaruhi terjadinya PJK sehingga
Indonesia, terjadi peningkatan usaha pencegahan harus dilaksanakan
prevalensi penyakit jantung dan secara multifaktorial pula. Usaha-usaha
pembuluh darah dari urutan ke-10 pencegahan sedapat mungkin
pada tahun 1980 menjadi urutan ke-8 diusahakan dengan cara pengendalian
pada tahun 1986, sedangkan sebagai faktor–faktor risiko PJK.1
penyebab kematian tetap menduduki Menurut meta-analisis ada
peringkat ke-3. Berbagai penelitian beberapa faktor risiko untuk PJK,
telah menunjukkan bahwa selama lebih adalah risiko yang berhubungan dengan
dari 50 tahun ditemukan variasi insiden penyakit sistemik, risiko traditional
PJK yang berbeda menurut geografis cardiovascular dan risiko infeksi. Pada
dan keadaan sosial tertentu. Penyakit faktor risiko yang dihubungkan dengan
jantung koroner makin meningkat sejak penyakit atau kelainan sistemik
tahun 1930, dan mulai tahun 1960 dikatakan bahwa adanya penurunan
merupakan penyebab kematian utama jumlah faktor–faktor seperti merokok,
di negara industri. Penyakit jantung hipertensi sistemik, diabetes melitus,

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 4|Februari 2015|75


Putu Filla JF|Hs-CRP as Biomarker Of Coronary Heart Disease

hiperlipidemia secara efektif dapat komponen penting yaitu: ateroma,


mencegah PJK. Keadaan tersebut juga sklerosis yang merupakan ekspansi
berhubungan dengan adanya jaringan fibrosa dan inflamasi yang
penurunan faktor risiko seperti usia, melibatkan aktivitas monosit atau
gender dan riwayat keluarga terhadap makrofag, limfosit T dan sel mast.
PJK tidak menjelaskan mengapa Adanya komponen inflamasi pada pada
frekuensi PJK tidak menurun sebanyak proses arterosklerosis ini mendorong
yang diharapkan. Adanya kemungkinan pemikiran baru tentang PJK.
faktor lain yang tidak dikenal sebagai Sebelumnya penyakit jantung koroner
pemicu terjadinya PJK. Hal ini (PJK) merupakan penyakit degeneratif
mendukung dugaan adanya yang mau tidak mau akan terjadi
kemungkinan etiologi karena infeksi.2 dengan bertambahnya umur. Dengan
pemahaman tersebut PJK juga
DISKUSI merupakan penyakit inflamasi (low
Penyebab penyakit jantung koroner grade chrinic inflamatory desease) yang
dipengaruhi oleh kdar fibrinogen dan
PJK adalah suatu keadaan High Sensivity C-Reactive Protein (Hs-
abnormal yang disebabkan oleh CRP). Sindroma koroner akut
disfungsi jantung dan pembuluh darah. merupakan gejala akut dari PJK.
Penyumbatan pada arteri koroner ini Beberapa faktor lokal penyebab PJK
dapat sebagian maupun total dari satu adalah gangguan aliran darah, diameter
atau lebih arteri koroner dan atau pembuluh darah, struktur dinding
cabang-cabangnya. PJK bermakna arteri, stenosis arteri, peningkatan
didefinisikan sebagai adanya stenosis ≥ faktor-faktor protrombotik dimana
50 % minimal pada satu arteri koroner salah satunya adalah CRP.4
yang dibuktikan dari pemeriksaan
angiografi.3 C-Reactive Protein
Penyebab utama PJK adalah
arterosklerosis yang merupakan proses C-Reactive Protein dikenal
multifaktor. Arterosklerosis adalah sebagai protein fase akut pertama yang
suatu proses yang mendasari ditemukan dan kadarnya akan
terbentuknya penyempitan pembuluh meningkat tinggi pada proses
darah setempat oleh plak keradangan serta kerusakan jaringan.5
arterosklerotik yang mengakibatkan C-Reactive Protein merupakan suatu
terhambatnya aliran darah. Proses alfa-globulin yang diproduksi di hepar
tersebut menyebabkan gangguan dan kadarnya meningkat dalam 6 jam di
pengangkutan oksigen serta hasil dalam serum bila terjadi proses
metabolisme otot ke jantung dengan inflamasi akut. Kadar CRP dalam plasma
akibat terjadinya iskemia miokard. Bila dapat meningkat dua kali lipat
plak arteriosklerotik (ateroma) ini sekurang-kurangnya setiap 8 jam dan
menyebabkan penyempitan lebih dari mencapai puncaknya setelah kira-kira
70% aliran darah akan terganggu dan 50 jam. Setelah diberi pengobatan yang
menyebabkan manifestasi klinis berupa efektif dan rangsangan inflamasi hilang,
angina pektoris. Arterosklerosis pada maka kadarnya akan turun 5–7 jam
dasarnya merupakan gabungan tiga waktu paruh plasma.6

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 4|Februari 2015|76


Putu Filla JF|Hs-CRP as Biomarker Of Coronary Heart Disease

Kadar CRP biasanya meningkat 6 – 8 atau aterosklerosis koroner berat tetapi


jam setelah demam dan mencapai juga menyebabkan inflamasi utama
puncak 24 –48 jam. Pada orang normal ketidakstabilan koroner.4 Dari empat
kadar CRP < 5 mg/L dan dapat tanda peradangan hs-CRP, serum
meningkat 30x dari nilai normal pada amiloid A, interleukin-6, dan soluble-
respon fase akut. CRP dipakai untuk : ICAM-1 didapatkan bahwa hs-CRP
adalah prediktor yang paling signifikan
1. Memberikan informasi dari risiko kejadian kardiovaskular.3
seberapa akut dan seriusnya Peningkatan marker inflamasi
suatu penyakit. mencerminkan adanya respon fase
2. Deteksi proses peradangan akut. Penelitian epidemiologi
sistemik di dalam tubuh. menunjukan kadar beberapa marker
3. Membedakan antara infeksi inflamasi dalam plasma meningkat
aktif dan inaktif. beberapa tahun sebelum timbulnya
4. Mengikuti hasil pengobatan manifestasi SKA.4 Kadar CRP pada PJK
infeksi bakterial setelah berkorelasi dengan luasnya kerusakan
pemberian antibiotika. jaringan dan juga terlibat dalam “causa
5. Mendeteksi infeksi dalam pathway” penyakit. Berbagai riset
kandungan karena robeknya menyatakan bahwa inflamasi
amnion. merupakan bagian integral dari PJK.8 C-
6. Untuk mengetahui adanya Reactive Protein berinteraksi dengan
infeksi pasca operasi. pembuluh darah atau miokard yang
7. Membedakan antara infeksi dan rusak dan menunjang proses inflamasi.
reaksi penolakan pada Protein ini diproduksi di dalam hati.
transplantasi sumsum tulang. Pada keadaan inflamasi akut CRP dapat
8. Mempunyai korelasi yang baik meningkat sampai 100 mg/L dan akan
9. Dengan laju endap darah (LED).7 menurun pada inflamasi kronis.9
Peningkatan kadar CRP di serum atau
Perubahan hs-CRP pada pasien plasma antara 24–48 jam diikuti
penyakit jantung koroner kerusakan jaringan yang akut,
Pada SKA terjadi respon mencapai titik tertinggi selama masa
inflamasi sistemik. Mediator inflamasi akut (beberapa ratus kali lipat) dan
vaskuler menyediakan informasi menurun sejalan dengan
diagnostik dan prognostik pada pasien penyembuhan.3
dengan SKA. Peradangan ini berkaitan Haidari dan kawan-kawan
dengan aterosklerosis yang terjadi pada meneliti hubungan antara serum CRP
pasien penyakit jantung koroner yang dengan penyakit jantung koroner
kemudian akan menimbulkan respon secara angiografi terhadap 450
imun tubuh. Peningkatan kadar individu. Secara bermakna kadar CRP
petanda inflamasi sirkulasi seperti CRP, dengan PJK lebih tinggi daripada
serum amiloid A, IL-6, dan IL-1 receptor kontrol (2,14 mg/L dibanding 1,45
antagonist biasanya menyertai SKA. mg/L) dan hubungan tersebut
Peningkatan tersebut berkorelasi menandakan adanya proses inflamasi
dengan prevalensi tinggi nekrosis pada PJK.10 Dalam rangka memperbaiki
miokard, reperfusi kerusakan iskemia, prediksi risiko kardiovaskular atau

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 4|Februari 2015|77


Putu Filla JF|Hs-CRP as Biomarker Of Coronary Heart Disease

pendeteksian inflamasi seperti Hs‐CRP dan


periodontitis digunakan hs-CRP (yang Fibrinogen < 57 (75,0%) 19 (25,0%)
0,425
dapat mendeteksi kadar kuantitatif CRP Hs‐CRP dan
dalam serum manusia < 1 mg/L). Fibrinogen 19 (25,0%) 57(75,0%)
Dibandingkan dengan penanda ≥0,425
inflamasi lainnya, CRP cukup mudah Sumber: Setiawan Ivan, 2011.4
dan murah untuk pemeriksaan
laboratorium, selain itu mempunyai Pada penelitian yang melibatkan
keunggulan dalam hal kestabilan analit, 3 kelompok pasien yaitu, angina
ketersediaan uji komersial, standarisasi pektoris, infark miokard dan stabil
dan uji presisinya.3 angina didapatkan peningkatan kadar
Pada penelitian yang dilakukan Hs-CRP paling tinggi terdapat pada
setiawan dan kawan – kawan tahun pasien dengan infark miokard akut.11
2011 pada kelompok kasus maupun Didapatkan juga pada 41 subyek
kontrol yang berjumlah 76, berusia dengan penyakit arteri koroner
antara 35 sampai dengan 80 tahun. memiliki kadar hs-CRP yang lebih tinggi
Kedua kelompok diukur kadar dan peningkatan diameter lumen
fibrinogen dan Hs-CRP. Cut off masing- pembuluh darah dibandingkan subyek
masing biomarker diukur dengan yang tidak memiliki penyakit arteri
Receiver Operating Curve. Akurasi koroner.12
diukur dengan sensitivitas, spesifitas,
rasio kemungkinan, nilai duga positif SIMPULAN
dan nilai duga negatif, baik secara Pada penyakit jantung koroner
kombinasi maupun terpisah. Umur terdapat berbagai penyebab
rerata pada kedua kelompok 57,5 salhsatunya aterosklerosis yang dapat
tahun. Kadar Hs-CRP pada kelompok mengakibatkan inflamasi dan
kasus (4,04±1,94 mg/L) berbeda kerusakan jaringan. Korelasi positif
bermakna dibanding kelompok kontrol yang signifikan diamati antara luasnya
(1,98±1,25 mg/L). Sensitivitas tinggi aterosklerosis dan tingkat hs- CRP. Hal
protein C-Reactive Protein merupakan ini menunjukkan bahwa tingkat hs -
indikator yang sensitif peradangan, CRP memiliki korelasi positif dengan
yang berkaitan erat dengan kemajuan beban penyakit pada pasien penyakit
pembentukan plak.4 jantung koroner. HS- CRP merupakan
faktor risiko kardiovaskular tunggal dan
Tabel 1. Distribusi kada Hs-CRP dan berhubungan dengan beratnya
fibrinogen pada beberapa nilai penyakit. Meningkatnya konsentrasi
ambang pada kelompok kasus CRP dalam referensi batas dapat
dan kontrol. digunakan sebagai biomarker penyakit
Marker Non SKA SKA jantung koroner.
Hs‐CRP < 3,05
72 (100%) 55 (6,3%)
mg/L
Hs‐CRP > 3,05 DAFTAR PUSTAKA
0 (0%) 75 (93,8%) 1. Djohan TA. Penyakit Jantung Koroner dan
mg/L
Fibrinogen < Hypertensi. e-USU Repository 2004.
55 (72,4%) 21 (27,6%)
4,25 g/L
Fibrinogen >
21 (27,6%) 55 (72,4%)
4,25 g/L

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 4|Februari 2015|78


Putu Filla JF|Hs-CRP as Biomarker Of Coronary Heart Disease

2. Djais A. Periodontitis sebagai Faktor Resiko


Jantung Koroner Aterosklerosis. J PDGI.
2006;(56):53-9.
3. Purba JB. Hubungan Kadar High Sensitivity
- C Reactive Protein Dengan Derajat
Stenosis Arteri Koroner Pada Pasien Angina
Pektoris Stabil. Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara; 2012.
4. Setiawan I, Akurasi Fibrinogen dan Hs-CRP
sebagai Biomarker pada Sindroma Koroner
Akut. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
2011;26(4):234-8.
5. Herrera JA, Parra B, Herrera E, Botero JE,
Arce RM, Contreras A, et al. Periodontal
Disease Severity is Related to High Levels
of C-Reactive Protein in Pre-Eclampsia.
Journal of Hypertension. 2007;(25):1459-
64.
6. Marshall WJ, Bangert SK. Clinical
Chemistry. 5th ed. Edinburgh. 2004.
7. Widiarto A. C-reactive protein (latex) high
sensitive assay. Cobas c system. 2006.
8. Lind L. Circulating Markers of Inflammation
and Atherosclerosis. Atherosclerosis. 2003;
169(2): 203-14.
9. Gendowarja Y. Kadar CRP Serum Tinggi
Pada Penderita Stroke Iskemik Akut
Sebagai Prediktor Luaran Buruk Selama
Perawatan [desertation]. Denpasar
(Indonesia): Universitas Udayana; 2014.
10. Andra H. Sindrom Koroner
Akut:Pendekatan Invasif Dini atau
Konservatif. Majalah Farmacia. Ed Agustus.
2006 , p54.
11. Hasnat MA, Chowdhury AW, Khan H,
Hossain MZ. High Sensitive C-Reactive
Protein (Hs-Crp) And Its Correlation With
Angiographic Severity Of Patient With
Coronary Artery Disease (CAD). J Dhaka
Med Coll. 2010;(2) : 91-7.
12. Mouridsen MR, Nielsen OW, Carlsen CM,
Mattson N, Ruwald MH, Binici Z, Sajadieh
A. High Sensitivity C-reactive Protein and
Excercise Induced Changes in Subjects
Suspected of Coronary Artery Disease. J
Inflamm Res. 2014;(7): 45-55.

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 4|Februari 2015|79

Anda mungkin juga menyukai