DISUSUN
OLEH
JURUSAN PERTANIAN
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah pembahasan
hasil penelitian yang berjudul “Respon Pertumbuhan Jagung Hibrida
Terhadap Berbagai Perlakuan Pemberian Pupuk Hayati Dan Perbedaan
Jarak Tanam” ini, dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak:
1. Ramli, SP, MP, selaku Dosen Matakuliah Pendidikan Orang Dewasa
3. Ir. H. Abd Aziz, M.Si, Selaku Dosen Matakuliah Pendidikan Orang Dewasa
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Manfaat ......................................................................................2
II.TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................3
III. BAHAN DAN METODE ..................................................................................10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................11
IV. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................16
A. Kesimpulan............................................................................................16
B. Saran .....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................17
LAMPIRAN JURNAL............................................................................................18
ii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jagung merupakan salah satu tanaman palawija yang paling utama di
Indonesia, jagung adalah sumber karbohidrat terbaik setelah beras (Gunawan,
2009). Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur, subur, berdrainase
baik dengan pH 5,6-7,2 serta membutuhkan air dan penyinaran matahari yang
cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut
(Suprapto dan Marzuki, 2005).
Tanaman budidaya seperti jagung selain memerlukan unsur hara dalam tanah
juga memerlukan tambahan hara agar pertumbuhannya optimal. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pemupukan mengambil peran yang cukup penting dalam
budidaya tanaman semusim (Gunawan, 2009).
Bahan organik merupakan sumber energi bagi fauna tanah. Penambahan
bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi
mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang
beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan
aktinomisetes (Atmojo, 2008).
Pemberian bahan organik ke dalam tanah akan memberikan pengaruh positif
terhadap kesuburan tanah dengan terjadinya perbaikan sifat fisika, kimia dan
biologi tanah. Ma’ shum dkk. (2003), menyatakan bahwa bahan organik sangat
nyata mempengaruhi aktivitas mikroorganisme tanah melalui perannya sebagai
penyedia sumber karbon dan energi.Bahan organik ini, dapat kita peroleh lewat
pengaplikasian pupuk hayati pada lahan pertanaman jagung kita.
Dalam Permentan No.2 tahun 2006, menggolongkan pupuk hayati kedalam
pembenah tanah. Pupuk hayati termasuk dalam pembenah tanah organik. Dalam
peraturan tersebut pupuk hayati didefinisikan sebagai sekumpulan organisme
hidup yang aktivitasnya bisa memperbaiki kesuburan tanah. Peran utama pupuk
hayati dalam budidaya tanaman, yakni sebagai pembangkit kehidupan tanah
1
(soil regenerator), penyubur tanah kemudian sebagai penyedia nutrisi tanaman
(Feeding the soil that feed the plant).
Selanjutnya, pengaturan jarak tanam juga sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Hal ini berpengaruh terhadap
banyaknya sinar matahari yang diterima, sistem perakaran dan banyaknya
jumlah unsur hara yang diserap dari dalam tanah, sehingga akan berpengaruh
terhadap luas daun dan berat kering tanaman. Penggunaan jarak tanam yang
tepat akan meningkatkan hasil sedangkan penggunaan jarak tanam yang tidak
tepat akan menurunkan hasil (Williams and Joseph 1970, Indrayati 2010).
Budidaya untuk beberapa varietas jagung hibrida di Indonesia belum memiliki
acuan/rekomendasi teknik yang tepat sehingga makalah ini membahas kajian
penelitian tentang kombinasi antara pemupukan hayati dan jarak tanam untuk
mendapatkan teknik terbaik dalam budidaya varietas jagung hibrida yang
ditanam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara budidaya jagung hibrida.
2. Bagaimana budidaya jagung hibrida dengan berbagai perlakuan pemberian
pupuk hayati dan pengaturan jarak tanam berbeda.
3. Bagaimana respon pertumbuhan dan produksi jagung terhadap pemberian
pupuk hayati dan pengaturan jarak tanam yang berbeda.
C. TUJUAN MAKALAH
Makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengulik kembali penelitian
mengenai respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung hibrida (zea
maysl.) pada pemberian pupuk hayati dengan jarak tanam berbeda. Juga sebagai
bahan bacaan dan referensi dalam pembelajaran mahasiswa.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. JAGUNG
Jagung atau Zea mays adalah salah satu jenis tanaman pangan penghasil
karbohidrat. Tanaman jagung memiliki tinggi yang bervariasi mulai dari 2 meter –
2,5 meter bahkan bisa mencapai ketinggian 12 m, tangkai batangnya beruas-ruas
dengan ukuran sekitar 20cm/ruas, daun jagung tidak memiliki tangkai tetapi
memiliki lebar sekitar 9 cm dengan panjang sekitar 120 cm.
Jagung hibrida merupakan jenis jagung keturunan langsung (F1) hasil
persilangan 2 atau lebih varietas jagung yang memiliki sifat unggul dari masing-
masing varietas yang disilangkan. Sifat unggul yang ditawarkan biasanya yaitu
mampu bertongkol 2, ukuran biji lebih besar, ukuran tongkol lebih besar, masa
panen lebih singkat dan lain sebagainya.
Klasifikasi Jagung
Susunan taksonomi jagung adalah sebagai berikut :
Kerajaan: Plantae
Sub Divisi: Angiospermae
Kelas: Monokotil
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z. mays
Budidaya Jagung
Pilihlah benih jagung hibrida yang telah bersertifikat. Pada setiap provinsi di
Indonesia telah tersedia benih jagung jenis unggul. Biasanya benih jagung telah
3
diberi perlakuan seed treatment, yaitu dengan melapisi fungisida pada benih
yang berfungsi agar tanaman terlindung dari berbagai serangan penyakit dan
mempermudah syarat tumbuh tanaman jagung.
Iklim
Media Tanah
4
pH tanah 5,5-7,5 (apabila pH tanah asam atau < 5,5 sebaiknya taburkan
dolomit/kapur pertanian).
Pada kondisi musim yang normal, waktu yang tepat saat menanam jagung
adalah dibulan Mei-Juli. Karena pada saat itu intensitas curah hujan telah
berkurang bahkan telah selesai, sehingga pada bulan-bulan tersebut sangat
cocok untuk melakukan budidaya jagung. Taburi lahan dengan pupuk
kandang/kompos/bokashi sebanyak 10-20 ton per hektar.Setelah itu lakukan
proses olah tanah saat 5 hari sebelum tanam, dengan cara dibajak/traktor
dengan kedalaman 20-30 cm, yang bertujuan untuk membalik dan membuat
struktur tanah agar menjadi gembur, menambah oksigen dalam tanah,
memudahkan perakaran tanaman masuk ke dalam tanah dan menyerap unsur
hara serta memperbaiki aerasi tanah.
5
25 cm, sehingga jarak tanam jagung, baik menggunakan bedengan ataupun yang
tidak mengunakan bedengan adalah 75cm x 25cm atau 75cm x 20cm. Setelah itu
buatlah lubang tanam dengan cara tugal sedalam 5-10 cm kemudian masukkan
benih jagung dan tutup dengan bokashi. Setelah itu, semprot dengan POC GDM
pada bekas lubang tanam. Ini berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan
tanaman dan melindungi tanaman dari serangan penyakit.
1. Penjarangan dan Penyulaman : Proses ini dilakukan pada saat tanam ada dua
atau lebih benih jagung yang tertanam, sehingga tumbuh dua atau lebih
tanaman jagung. Oleh sebab itu, harus dilakukan penjarangan. Proses
penyulaman tanaman jagung dilakukan apabila ada tanaman yang mati
dengan mengantikan tanaman baru.
6
4. Pengairan : Pengairan tanaman jagung dilakukan pada saat setelah
pemupukan, dan 2 minggu sekali setelah pemupukan terakhir.
Tanaman jagung siap panen terlihat dari daun klobotnya yang mulai
mengering dan bewarna kecoklatan. Umumnya tanaman jagung bisa dipanen
sekitar 100 HST. Ciri-ciri tanaman jagung siap panen adalah sebagai berikut :
5. Tekstur keras pada biji jagung dengan ditandai apabila ditekan kuku tidak
hancur/keras.
6. Terdapat titik hitam (black layer) pada bagian ujung biji jagung.
Jika tanaman jagung sudah menunjukkan ciri-ciri siap panen, maka segera
lakukan pemanenan. Lakukan pemanenan dan perlakuan pasca penen dengan
baik, agar hasil panen terbebas dari serangan cendawan dan kerusakan hasil
pasca panen.
7
terutama saat panen jagung dilakukan pada musim hujan. Jagung yang dalam
keadaan basah sangat rentan dengan serangan jamur atau cendawan. Serangan
jamur atau cendawan bisa merusak hasil panen jagung hingga lebih dari 50%.
B. PUPUK HAYATI
Pupuk mikrobiologis atau biofertilizer atau pupuk hayati adalah pupuk yang
mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada benih,
permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer atau bagian dalam dari
tanaman dan mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi
utama dari tanaman.
8
keberlanjutan dan kesehatan tanah. Dan juga jenis-jenis mikroorganisme yang
dapat menyerap logam berat, sehingga sangat bagus dimanfaatkan untuk proses
bioremediasi lahan yang tercemar logam berat.
Secara fisiologis jarak tanam akan menyangkut ruang dan tempat tanaman
hidup dan berkembang, maka bila jarak tanam terlalu sempit akan terjadi
persaingan dalam memperoleh unsur hara, air, sinar matahari, dan tempat untuk
berkembang. Jarak tanam tidak hanya dipengaruhi oleh habitus tanaman dan
luasnya perakaran, tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi turunnya produktivitas tanaman sehingga akan merugikan petani
(Susanto, 1994).
Jarak tanam yang optimal atau jarak tanaman yang baik dipengaruhi berbagai
faktor. Faktor-faktor yang dipengaruhi di antaranya sifat klon yang ditanam,
bentuk wilayah (topografi), dan kerapatan tanaman yang dihendaki dan
sebagainya sehingga menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhan. Pada
lahan yang datar dan agak landai digunakan jarak tanam tetapi untuk daerah
9
yang miring, di samping jarak tanam harus digunakan sistem kontur supaya tidak
terjadi kompetisi antar tanaman (Setyamidjaja, 2000).
10
III. BAHAN DAN METODE
Penelitian dimulai pada bulan Januari sampai April 2015, dilaksanakan di
kebun percobaan Kampus C Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Palembang, Dusun 1 Desa Pulau Semambu, Kecamatan Indralaya Utara,
kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Benih jagung hibrida
varietas pioneer, pupuk kandang kotor ayam, Bakteri pelarut fosfat (Bio P), Urea,
KCL, SP 36, Azospirilium sp.
Alat yang digunakan adalah cangkul, ember, timbangan, tali rafia, meteran,
handsprayer, jangka sorong, leaf area meter, arit, dan lain-lain.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Terbagi (Split plot
Design). Sebagai perlakuan petak utama adalah jarak tanam dan anak petak
pemberian pupuk hayati dengan 3 ulangan.
Jarak Tanam (J)
J1 = 100 x 30 cm
J2 = 70 x 30 cm
J3 = 40 x 30 cm
Pupuk hayati (H)
H0 = Tanpa pupuk hayati H1 = Bio P
H2 = Azospirilium
H3 = Bio P + Azospiriliu
Adapun peubah yang diamati dalam penelitian ini antara lain: (1). Tinggi
tanaman (cm), (2). Jumlah daun (helai), (3). Panjang tongkol (cm), (4). Berat
tongkol (g), (5). Berangkasan kering (g). dan Berat 100 Biji (g).
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel 1. Hasil analisis keragaman pengaruh pupuk hayati dengan jarak tanam
berbeda terhadap peubah yang diamati.
Keterangan :
tn = berpengaruh tidak nyata
** = berpengaruh sangat nyata
* = berpengaruh nyata
J = Jarak tanam
H = Pupuk hayati
I = interaksi
B. PEMBAHASAN
Hasil analisis tanah sebelum penelitian di Laboratorium Nubika, Bogor
(2014), menunjukkan bahwa tanah yang digunakan pada penelitian ini tergolong
masam (pH H2O=4,60) dengan kapasitas tukar kation tergolong tinggi (26,79
cmol(+) kg-1), kandungan C organik 9,05 % tergolong sangat tinggi, Kandungan N-
total tergolong sedang (0,35 %) dan P Bray tergolong sangat tinggi (463,80 mg kg -
1
), basa tertukar seperti Ca-dd 0,56 cmol (+) kg-1 tergolong sedang, Na-dd 0,85
cmol(+) kg-1 tergolong tinggi, dengan Kejenuhan Basa 31,69 % tergolong rendah,
Al-dd 0,19 cmol(+) kg-1.
Salah satu kendala untuk mengatasi kendala kekahatan P selain dengan
penggunaan sumber-sumber P yang lebih efisien juga dengan penggunaan
mikroba pelarut fospat yang terdapat dalam pupuk hayati, yang berperan dalam
berbagai reaksi pelarutan P tanah sehingga P terikat berangsur-angsur lepas
12
menjadi P terlarut (Toro et al, 2007). Goenadi et al. (2000) mengemukakan
bahwa besarnya pengaruh terhadap kelarutan P atau peningkatan
pertumbuhan/hasil tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
sumber fospat dan BPF.
Tanah pada penelitian ini memiliki kesuburan tanah yang rendah dengan
ditunjukkan pH rendah dengan tingkat kejenuhan basa sangat rendah (31,69 %).
Selain itu kandungan P tersedia tinggi belum tentu tersedia pada pH rendah, hal
ini disebabkan P terserap dalam bentuk Al-P atau Fe-P pada tanah masam. Oleh
karena itu diharapkan dengan pemberian pupuk hayati dapat menyediakan
unsur hara yang terjerap (tidak tersedia) dapat tersedia kembali dengan bantuan
mikroorganisme yang ada didalam pupuk hayati.
Tindakan pemupukan dengan pupuk hayati diperlukan karena pupuk hayati
berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah, memacu pertumbuhan
tanaman, dan meningkatkan produksi jagung ( Wu et al. 2005).
Telah diketahui bahwa Azospirilium sp merupakan bakteri non simbiotik yang
dapat memfiksasi Nitrogen, dan Pseudomonas sp dan Bacillus sp merupakan
bakteri pelarut fospat dan kalium ( Isroi, 2007). Namun bakteri-bakteri tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal pada pertanian.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan jarak
tanam 100x30 cm menghasilkan pertumbuhan dan produksi tertinggi
dibandingkan dengan jarak tanam 70x30 dan 40x30, ini di tunjukkan berat
tongkol tertinggi (155,24 g), panjang tongkol tertinggi (14,95 cm), jumlah 100 biji
tertinggi (30 g), hal ini disebabkan tanaman mendapatkan cahaya serta unsur
hara yang cukup sehingga mampu tumbuh dan melakukan proses assimiasi
dengan lebih baik yang pada akhirnya mampu sehingga menghasilkan
pertumbuhan dan produksi yang tinggi.
Menurut Barri (2003) bahwa jarak tanam mempengaruhi cahaya, angin serta
unsur hara yang diperoleh tanaman yang pada akhirnya memberikan pengaruh
yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi jagung.
13
Jarak tanam yang tidak tepat akan menimbulkan pengaruh negatif dan
kerugian. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan pertumbuhan dahan
terhambat sehingga mahkota pohon yang tidak rimbun. Jarak tanam yang terlalu
rapat juga menyebabkan cahaya matahari tidak dapat diterima dengan baik oleh
tanaman sehingga proses fotosintesis terhambat dan produksi buah tidak
maksimal, meskipun tanaman diberikan pupuk yang cukup yang banyak
mengandung fosfor (Sarpian, 2003)
Pada perlakuan jarak tanam yang sempit 40x30 cm menghasilkan
pertumbuhan dan produksi yang kurang baik, karena jumlah populasi yang
banyak sehingga terjadi persaingan dalam perebutan unsur hara dan ruang
tumbuh/hasil.
Menurut hasil penelitian Warisno (2002), Penggunaan jarak tanam pada
tanaman jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan
tanaman yang seragam, distribusi unsur hara yang merata, efektivitas
penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada perkembangan
hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan
pada saat penanaman.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi
pupuk hayati Bio P + Azospirilium sp memberikan perlakuan yang terbaik
dibandingkan dengan perlakuan pupuk hayati Azospirilium sp, Bio P dan tanpa
pupuk hayati hal ini terlihat dari peubah pengamatan panjang tongkol
terpanjang (15,16 cm), panjang tongkol terpendek pada perlakuan H1 (14,50 cm)
dan berat tongkol terberat (152,42 g), berat tongkol teringan pada perlakuan H1
(149,17 g).
Interaksi jarak tanam dengan pengaruh Bio P + Azospirilium sp menghasil
pertumbuhan dan produksi tertinggi hal ini di tunjukkan pada peubah
pengamatan panjang tongkol (15,37 cm), berat 100 biji (31,38 g).
Pada penelitian ini telah terbukti bahwa pupuk hayati Bio P dan Azospirilium
merupakan pupuk hayati yang mampu dalam memberikan unsur hara bagi
14
tanaman, yang bersimbiosis dengan tanaman secara baik dan memiliki adaptasi
yang tinggi pada lahan.
Bio P adalah sebuah komponen yang mengandung mikroorganisme hidup
yang diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu menyediakan
unsur hara tertentu bagi tanaman. Fungsi bio P adalah untuk menjaga
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman
yang berkelanjutan. Kandungan yang terdapat pada bio P (Hetrotrop,
punrefaksi), pelarut mineral dan fosfat, fiksasi nitrogen, Autotrop (fotosintesis)
dan mikroba fermentasi serta mikroba penghubung.
Azospirilium sp. merupakan bakteri tanah penampat nitrogen nonsimbiotik.
Bakteri ini hidup bebas di dalam tanah, yang berada disekitar atau dekat dengan
perakaran (Akbar et. al, 2007). Azospirilium sp. sebagai penghasil fitohormon
sangat berguna bagi tumbuhan karena dengan adanya fitohormon tersebut
maka tanaman akan tumbuh dengan cepat. Fitohormon adalah hormon
tumbuhan yang berupa senyawa organik (Istamar Syamsuri, 2007).
Selain pupuk hayati Bio P + Azospirilium sp yang telah diteliti oleh Ilham
Wahyudi, Heniyati Hawalid, Erni Hawayanti. Yohanes P Situmeang dalam jurnal
internasional karyanya, yang diresmikan pada AASEC (Annual Applied Science
and Engineering Conference) Tahun 2018, berjudul “Soil quality in corn
cultivation using bamboo biochar, compost, and phonska”, menyatakan bahwa
Bamboo Biochar atau arang aktif dari bahan organik bamboo merupakan pupuk
hayati yang baik dalam memperbaiki mikroorganisme dalam tanah. Budidaya
jagung hibrida dengan pupuk kompos dan phonska juga terbukti dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung hibrida, juga memperbaiki
sturuktur tanah sebelum tanam.
Bamboo biochar adalah bahan arang aktif berbahan bamboo, yang digunakan
sebagai pembenah tanah, selain itu biochar ini juga mampu mengurangi
pencemaran lingkungan pertanian dan potensial dalam menjaga kesuburan
15
tanah. Pupuk kompos merupakan pupuk organik yang dibuat dengan cara
menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan pengurai dari
organisme hidup. Organisme pengurainya bisa berupa mikroorganisme ataupun
makroorganisme. Pupuk kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah,
membantu memperbaiki karakteristik dan struktur tanah, membantu
meningkatkan aktivitas mikroba pada tanah, membantu meningkatkan daya
serap air tanah, dan membantu meningkatkan kualitas hasil panen. Sedangkan
pupuk phonska disebut juga dengan sebutan pupuk majemuk NPK yang terdiri
dari beberapa unsur hara makro, yaitu nitrogen (N), phosphor (P), kalium (K) dan
sulfur (S). Persentase kandungan pupuk NPK Phonska ini mengandung unsure
nitrogen (N) sebesar 15%,phosphat (P) sebesar 15%,kalium (K) sebesar 15%,
sulfur (S) sebesar 10%, dan dengan kadar air maksimal sebesar 2%. Adapun
manfaat dari pupuk NPK Phonska ini dapat memacu pertumbuhan vegetatif dan
generative, menguatkan batang tanaman, memacu pertumbuhan akar tanaman,
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap serangan penyakit, membantu memperbesar buah,
umbi dan biji serta meningkatkan kandungan protein.
16
mencapai keberlanjutan lahan lebih tinggi bagi lahan berstatus kering untuk
pembudidayaan tanaman jagung.
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Secara Tabulasi jarak tanam 100x30 cm menghasilkan pertumbuhan dan
produksi tertinggi.
2. Secara tabulasi pupuk Bio P + Azospirilium menghasilkan pertumbuhan
dan produksi tertinggi.
3. Secara tabulasi interaksi antara jarak tanam 100x30 cm dan pupuk
hayati Biop P + Azospirilium sp menghasilkan pertumbuhan dan produksi
tertinggi.
4. Menurut Penelitian Yohanes P Situmeang Bamboo Biochar, Kompos dan
NPK Phonska dapat memperbaiki struktur tanah menjadi berstatus layak
tanam/good soil, selain itu penggunaan bahan ini dapat meningkatkan
keberlanjutan lahan kering yang dijadikan lahan budidaya tanaman
jagung juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi budidaya
jagung hibrida.
B. SARAN
Jarak tanam 100x30 cm akan memberikan pengaruh tertinggi terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Kombinasi pupuk hayati Bio P +
Azospirilium sp memberikan pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung, ditambah dengan pengaplikasian bamboo biochar,
kompos dan NPK Phonska pada lahan tanam (terutama yang kering) untuk
memperbaiki struktur tanah agar layak ditanami. Sehingga teknik/metode ini,
sangat disarankan untuk diterapkan pada pembudidayaan jagung hibrida
kedepannya, karena telah dibuktikan secara ilmiah dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi jagung hibrida.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.matec-
conferences.org/articles/matecconf/pdf/2018/56/matecconf_aasec2018
_13001.pdf.
Unknown. 2017. Panduan Budidaya Jagung Hbrida Cepat Panen Bagi Pemula.
[Internet] Tersedia di :
https://www.pioneer.com/web/site/indonesia/Berita-Umum/Panduan-
Budidaya-Jagung-Hibrida-Cepat-Panen-Bagi-Pemula
jurnal.um-palembang.ac.id/klorofil/article/download/212/184
19
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG HIBRIDA (Zea
mays L.) PADA PEMBERIAN PUPUK HAYATI DENGAN JARAK TANAM
BERBEDA DI LAHAN LEBAK
Response growth and production of maize (Zea mays L.) in the provision of biological
fertilizer with different spacing of lowland
Response growth and production of maize (Zea mays L.) in the provision
of biofertilizer with different spacing of lowland. This study aims to determine
the effect of biological fertilizer with several different plant spacing on growth
and production of maize in lowland. This research has been carried on in the land
Campus C Faculty of agriculture, University of Muhammadiyah Palembang,
Hamlet 1 Semambu Island Village, North Indralaya Subdistrict, Ogan Ilir South
Sumatra. This study was implemented from January s / d April 2015 This study
used a randomized design Divided (Split Plot Design) and each treatment was
rpeated 3 times. As the main plot treatment was planting distance, consisting of :
(J1): Spacing 100x30 cm, (J2): Spacing 70x30 cm, (J3): Spacing 40x30 cm.
Treatment subplot consisted of various types of fertilizers, comprising: (H0):
Inorganic Fertilizers, (H1): Biofertilizers Bio P, (H2): Azospirilium, (H3):
Biofertilizer Bio P + Azospirilium. As well as all units in the given treatments of
chicken manure 4 ton ha-1. The results showed that the treatment plant spacing
100x30 cm give the highest influence on the growth and production of maize in
lowland and tabulation fertilizer Bio P and Azospirilium combination provides
the highest influence on the growth and production of maize in loeland. As well
as the interaction spacing of 100x30 cm and Bio P + Azospirilium combination
gives the best effect on the growth and production of maize.
Respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung hibrida (Zea mays L.) pada
pemberian pupuk hayati dengan jarak tanam berbeda dilahan lebak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hayati dengan beberapa
jarak tanam berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi jagung dilahan lebak.
Penelitian ini telah dilaksanakandi lahan Kampus C Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Palembang, Dusun 1 Desa Pulau Semambu,
Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Penelitian
ini dilaksanakan dari bulan Januari s/d April 2015. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Terbagi (Split Plot Design) dan masing-masing perlakuan
diulang 3 kali. Sebagai perlakuan petak utama adalah jarak tanam, terdiri dari :
20
(J1) : Jarak tanam 100x30 cm, (J 2) : Jarak tanam 70x30 cm, (J 3) : Jarak tanam
40x30 cm. Perlakuan anak petak terdiri dari berbagai jenis pupuk, terdiri : (H 0) :
Pupuk Anorganik, (H1) : Pupuk Hayati Bio P, (H2) : Azospirilium, (H3) : Pupuk
Hayati Bio P + Azospirilium. Serta semua unit perlakuan diberi pupuk kandang
ayam 4 ton ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam
100x30 cm memberikan pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan dan produksi
jagung dilahan lebak dan secara tabulasi pemberian pupuk kombinasi Bio P dan
Azospirilium memberikan pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan dan
produksi jagung dilahan lebak. Serta Interaksi jarak tanam 100x30 cm dan
kombinasi Bio P + Azospirilium memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung.
21
dalam seluas 3,038 juta ha tanaman, pupuk hayati juga
(Aminuddin Daulay, 2003). dapat berfungsi sebagai proteksi
Rendahnya produtivitas tanaman, mengurai residu kimia
lahan rawa lebak untuk dan berbagai manfaat positif
budidaya tanaman selain lainnya. Pupuk hayati terdiri dari
dikarenakan rendahnaya kendala inokulan berbahan aktif
fisik berupa genangan air juga organisme hidup yang berfungsi
memiliki kendala kimia seperti untuk menambat hara tertentu
tingginya kemasaman tanah atau memfasilitasi tersedianya
keberadaan kation Al dan Fe hara dalam tanah bagi tanaman.
yang mengikat postur dan Pupuk hayati
miskin unsur hara. Selain itu (Biofertilizer) didefinisikan
menurut Alihamsyah dan Ar- sebagai inokulan berbahan aktif
riza (2006) tingkat kesuburan organisme hidup yang berfungsi
tanah dilahan rawa lebak dapat untuk menambat hara tertentu
dikatakan kurang, sehingga atau memfasilitasi tersedianya
untuk meningkatkan hara dalam tanah bagi tanaman.
produktivitas perlu dilakukan Memfasilitasi tersedianya hara
pemupukan (Organik hayati dan ini dapat berlangsung melalui
Pupuk Anorganik) Terhadap peningkatan akses tanaman
varietas jagung hibrida pupuk terhadap hara, misalnya oleh
organik hayati dan anorganik cendawan mikoriza arbuskular,
dosis rendah. pelarutan oleh mikroba pelarut
Lahan rawa pasang surut fosfat, maupun perombakan oleh
termasuk lahan marginal namun fungsi aktinomiset atau cacing
potensinya cukup menjanjikan tanah. Penyediaan hara ini
sebagai daerah pertanian yang berlangsung melalui hubungan
produktif seperti tanaman simbiotis atau nonsimbiotis
jagung. Badan Penelitian dan (Rasti dan Sumarno, 2006).
Pengembangan Pertanian Secara simbiotis berlangsung
(2005). dengan kelompok tanaman
Penggunaan Varietas tertentu atau dengan kebanyakan
unggul Pioneer merupakan salah tanaman, sedangkan
satu upaya yang dapat dilakukan nonsimbiotis berlangsung
untuk meningkatkan produksi melalui penyerapan hara hasil
tanaman jagung hibrida. pelarutan oleh kelompok
Produksi Varietas Pioner mikroba pelarut fosfat, dan hasil
mencapai 6,1 ton/ha ini dapat perombakan bahan organik oleh
bertahan pada kondisi lahan kelompok organisme perombak.
kering dan tahan juga terhadap Pupuk hayati
hama dan penyakit (Wijaya et Azospirilium mampu
al,. 2007). meningkatkan hasil panen
Pupuk hayati di yakini tanaman pada berbagai jenis
sebagai pupuk yang istimewa tanah maupun wilayah iklim
karena memiliki banyak fungsi, yang berbeda. Azospirilium
selain sebagai suplai hara mendorong pertumbuhan
22
tanaman, terutama merangsang penggunaan pupuk organik
perkembangan akar yang untuk menggantikan sebagian
menyebabkan bertambahnya atau seluruh fungsi pupuk
sistem perakaran, yaitu buatan agar lebih menjamin
memperbesar dan keberlajutan sistem pertanian,
memperpanjang jumlah akar utamanya pertanian di indonesia
dan rambut-rambut akar. Oleh yang memiliki ekosistem tropik
karenanya, daerah perakaran basah dan rawan terhadap
membesar yang berakibat degradasi. Pupuk organik hayati
adanya perbaikan dalam merupakan sumber nitrogen
penyerapan hara N, P, K, fosfat dan hara selain itu
elemen- elemen mikro, serapan perannya cukup besar terhadap
air, khususnya pada tahap awal perbaikan sifat fisik, kimia,
pertumbuhan tanaman (Okon, biologi tanah serta lingkungan
1996). (Simanungkalit et al. 2006).
Mikroorganisme pelarut fosfat. Menurut Karama et al.
Unsur fosfat (1990) dalam Suhartatik dan
(P) adalah unsur esensial kedua Simiyati, (2000) mengemukakan
setelah N yang berperan bahwa bahan organik memiliki
penting dalam proses fungsi-fungsi penting dalam
fotosintesis dan perkembangan tanah yaitu: fungsi fisika yang
air. Ketersediaan fosfat dalam dapat memperbaiki agregasi dan
tanah jarang melebihi 0,01% permeabilitas tanah fungsi kimia
dari total P. Sebagian besar dapat meningkatkan kapasitas
bentuk fosfat terikat dalam tukar kation (KTK) tanah,
koloid tanah sehingga tidak meningkatkan daya sangga
tersedia bagi pertumbuhan tanah dan meningkatkan
tanaman. Adanya pengikatan- ketersedian beberapa unsur
pengikatan fosfat tersebut hara serta
menyebabkan pupuk fosfat meningkatkan efisiensi
yang diberiakan tidak efisien, penyerapan P: dan fungsi
sehingga perlu diberiakan biologis sebagai sumber energi
dalam takaran tinggi. utama bagi aktivitas jasad renik
Pemberian pupuk fosfat tanah
kedalam tanah, hanya 15-20% Berdasarkan uraian
yang dapat diserap tanaman. diatas perlu kiranya diadakan
Sedangkan sisanya akan penelitian tentang Respon
terjerap diantara koloid tanah Pertumbuhan dan Produksi
dan sebagai residu dalam tanah Tanaman Jagung Hibrida (Zea
(Buckman dan Brady,1986). mays L.) Pada Pemberian Pupuk
Hal ini menyebabkan defisiensi Hayati Dengan Jarak Tanam
fosfat bagi pertumbuhan Berbeda di Lahan Lebak.
tanaman.
Salah satu upaya untuk B. Tujuan Penelitian
melestarikan keberlanjutan
1. Penelitian ini bertujuan untuk
pertanian yaitu dengan mengetahui dan mempelajari respon
23
pemberian pupuk hayati dengan 3
beberapa jarak tanam berbeda =
terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung hibrida (Zea
4
mays L.) di lahan lebak. 0
2. Berdasarkan uraian diatas perlu x
dilakukan penelitian terhadap respon 3
pertumbuhan dan produksi tanaman 0
jagung hibrida (Zea mays L.) pada c
pemberian pupuk hayati dengan jarak m
tanam berbeda dilahan lebak.
II. PELAKSANAAN P
PENELITIAN u
p
Penelitian ini u
dilaksanakan di kebun k
percobaan Kampus C Fakultas h
Pertanian Universitas a
Muhammadiyah Palembang, y
Dusun 1 Desa Pulau Semambu, a
Kecamatan Indralaya Utara, ti
kabupaten Ogan Ilir Sumatera (
Selatan. Penelitian dimulai pada H
bulan Januari sampai April )
2015. H0 = Tanpa
Bahan yang digunakan pupuk
dalam penelitian ini adalah hayati H1
Benih jagung varietas pioneer, = Bio P
pupuk kandang kotor ayam, H2 = Azospirilium
Bakteri pelarut fosfat (Bio P), H3 = Bio P + Azospiriliu
Urea, KCL, SP 36, Azospirilium Adapun peubah yang diamati
sp. dalam penelitian ini antara lain:
Alat yang digunakan 1). Tinggi tanaman (cm), 2).
adalah cangkul, ember, Jumlah daun (helai), 3). Panjang
timbangan, tali rafia, meteran, tongkol (cm), 4). Berat tongkol
handsprayer, jangka sorong, leaf (g), 5). Berangkasan kering (g).
area meter, arit, dan lain-lain. dan Berat 100 Biji (g).
Metode penelitian yang
digunakan adalah Rancangan
Acak Terbagi (Split plot
Design). Sebagai perlakuan
petak utama adalah jarak tanam
dan anak petak pemberian
pupuk hayati dengan 3 ulangan.
Jarak Tanam (J)
J1 = 100 x 30 cm
J2 = 70 x 30 cm
J
24
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil analisis keragaman pengaruh pupuk hayati dengan jarak tanam berbeda terhadap peubah yang diamati
Keterangan :
tn = berpengaruh tidak nyata
** = berpengaruh sangat nyata
* = berpengaruh nyata
J = Jarak tanam
H = Pupuk hayati
I = interaksi
rendah (31,69 %). Selain itu kandungan P tersedia
B. Pembahasan tinggi belum tentu tersedia pada pH rendah, hal ini
disebabkan P terserap dalam bentuk Al-P atau Fe-
Hasil analisis tanah sebelum penelitian di P pada tanah masam. Oleh karena itu diharapkan
Laboratorium Nubika, Bogor (2014), dengan pemberian pupuk hayati dapat
menunjukkan bahwa tanah yang digunakan pada menyediakan unsur hara yang terjerap (tidak
penelitian ini tergolong masam (pH H2O=4,60) tersedia) dapat tersedia kembali dengan bantuan
dengan kapasitas tukar kation tergolong tinggi mikroorganisme yang ada didalam pupuk hayati.
(26,79 cmol(+) kg-1), kandungan C organik 9,05 % Tindakan pemupukan dengan pupuk hayati
tergolong sangat tinggi, Kandungan N-total diperlukan karena pupuk hayati berperan dalam
tergolong sedang (0,35 %) dan P Bray tergolong meningkatkan kesuburan tanah, memacu
sangat tinggi (463,80 mg kg-1), basa tertukar pertumbuhan tanaman, dan meningkatkan
seperti Ca-dd 0,56 cmol(+) kg-1 tergolong sedang, produksi jagung ( Wu et al. 2005).
Na-dd 0,85 cmol(+) kg-1 tergolong tinggi, dengan Telah diketahui bahwa Azospirilium sp
Kejenuhan Basa 31,69 % tergolong rendah, Al-dd merupakan bakteri non simbiotik yang dapat
0,19 cmol(+) kg-1. Salah satu kendala untuk memfiksasi Nitrogen, dan Pseudomonas sp dan
mengatasi kendala kekahatan P selain dengan Bacillus sp merupakan bakteri pelarut fospat dan
penggunaan sumber-sumber P yang lebih efisien kalium ( Isroi, 2007). Namun bakteri-bakteri
juga dengan penggunaan mikroba pelarut fospat tersebut belum dimanfaatkan secara optimal pada
yang terdapat dalam pupuk hayati, yang berperan pertanian.
dalam berbagai reaksi pelarutan P tanah sehingga Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
P terikat berangsur-angsur lepas menjadi P bahwa perlakuan dengan jarak tanam 100x30 cm
terlarut (Toro et al, 2007). Goenadi et al. (2000) menghasilkan pertumbuhan dan produksi tertinggi
mengemukakan bahwa besarnya pengaruh dibandingkan dengan jarak tanam 70x30 dan
terhadap kelarutan P atau peningkatan 40x30, ini di tunjukkan berat tongkol tertinggi
pertumbuhan/hasil tanaman dipengaruhi oleh (155,24 g), panjang tongkol tertinggi (14,95 cm),
berbagai faktor antara lain sumber fospat dan jumlah 100 biji tertinggi (30 g), hal ini disebabkan
BPF. tanaman mendapatkan cahaya serta unsur hara
Tanah pada penelitian ini memiliki yang cukup sehingga mampu tumbuh dan
kesuburan tanah yang rendah dengan melakukan proses assimiasi dengan lebih baik
ditunjukkan pH rendah dengan tingkat kejenuhan yang pada akhirnya mampu sehingga
basa sangat menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang
tinggi. diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk
Menurut Barri (2003) bahwa jarak tanam membantu menyediakan unsur hara tertentu bagi
mempengaruhi cahaya, angin serta unsur hara tanaman. Fungsi bio P adalah untuk menjaga
yang diperoleh tanaman yang pada akhirnya mempertahankan dan meningkatkan kesuburan
memberikan pengaruh yang berbeda pada tanah dan produksi tanaman yang berkelanjutan.
parameter pertumbuhan dan produksi jagung. Kandungan yang terdapat pada bio P (Hetrotrop,
Jarak tanam yang tidak tepat akan punrefaksi), pelarut mineral dan fosfat, fiksasi
menimbulkan pengaruh negatif dan kerugian. nitrogen, Autotrop (fotosintesis) dan mikroba
Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan fermentasi serta mikroba penghubung.
pertumbuhan dahan terhambat sehingga mahkota Azospirilium sp. merupakan bakteri tanah
pohon yang tidak rimbun. Jarak tanam yang penampat nitrogen nonsimbiotik. Bakteri ini
terlalu rapat juga menyebabkan cahaya matahari hidup bebas di dalam tanah, yang berada disekitar
tidak dapat diterima dengan baik oleh tanaman atau dekat dengan perakaran. Azospirilium sp.
sehingga proses fotosintesis terhambat dan memiliki banyak manfaat didalam tanah dan
produksi buah tidak maksimal, meskipun tanaman tanaman (Akbar et. al, 2007).
diberikan pupuk yang cukup yang banyak Azospirilium sp. sebagai penghasil
mengandung fosfor (Sarpian, 2003) fitohormon sangat berguna bagi tumbuhan karena
Pada perlakuan jarak tanam yang sempit dengan adanya fitohormon tersebut maka
40x30 cm menghasilkan pertumbuhan dan tanaman akan tumbuh dengan cepat. Fitohormon
produksi yang kurang baik, karena jumlah adalah hormon tumbuhan yang berupa senyawa
populasi yang banyak sehingga terjadi persaingan organik (Istamar Syamsuri, 2007).
dalam perebutan unsur hara dan ruang
tumbuh/hasil. IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Menurut hasil penelitian Warisno (2002),
A. Kesimpulan
Penggunaan jarak tanam pada tanaman jagung
1. Secara Tabulasi jarak tanam 100x30 cm
dipandang perlu, karena untuk mendapatkan menghasilkan pertumbuhan dan produksi
pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi tertinggi.
unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan 2. Secara tabulasi pupuk Bio P + Azospirilium
lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada menghasilkan pertumbuhan dan produksi
perkembangan hama dan penyakit juga untuk tertinggi.
mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan 3. Seacara tabulasi interaksi antara jarak tanam
pada saat penanaman. 100x30 cm dan pupuk hayati Biop P
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan + Azospirilium sp menghasilkan
bahwa perlakuan kombinasi pupuk hayati Bio P + pertumbuhan dan produksi tertinggi.
Azospirilium sp memberikan perlakuan yang
terbaik dibandingkan dengan perlakuan pupuk B. Saran
1. Jarak tanam 100x30 cm akan memberikan
hayati Azospirilium sp, Bio P dan tanpa pupuk
pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan
hayati hal ini terlihat dari peubah pengamatan dan produksi tanaman jagung.
panjang tongkol terpanjang (15,16 cm), panjang
2. Kombinasi pupuk hayati Bio P +
tongkol terpendek pada perlakuan H1 (14,50 cm)
Azospirilium sp memberikan pengaruh
dan berat tongkol terberat (152,42 g), berat tertinggi terhadap pertumbuhan dan
tongkol teringan pada perlakuan H1 (149,17 g). produksi tanaman jagung.
Interaksi jarak tanam dengan pengaruh
Bio P + Azospirilium sp menghasil pertumbuhan
dan produksi tertinggi hal ini di tunjukkan pada DAFTAR PUSTAKA
peubah pengamatan panjang tongkol (15,37 cm),
berat 100 biji (31,38 g). Admin. 2007. Tanaman Jagung Manis (Sweet
Pada penelitian ini telah terbukti bahwa Corn). (Online),
pupuk hayati Bio P dan Azospirilium merupakan (http://harizamrry.com/2007/11/tanaman-
pupuk hayati yang mampu dalam memberikan jagung-manis-sweet-corn/,
unsur hara bagi tanaman, yang bersimbiosis Diakses 16 Juni 2014
dengan tanaman secara baik dan memiliki Akbar et al. 2007 . Isolation and selection of
adaptasi yang tinggi pada lahan lebak. indigenous Azospirilium sp. and IAA of
Bio P adalah sebuah komponen yang superior strain on wheat roots . World
mengandung mikroorganisme hidup yang Journal OF Agricultur Sciences.
Alihamsyah ar – riza 2006 Potensi dan jagung.html, Diakses 16 Juni 2014.
Hatta,M., B.H. Sunarminto, B.D. Kertonegoro
Teknologi Pengguan lahan rawa lebak dan
untuk E. Hanudin. 2009. Upaya Pengelolahan
Pertanian Makalah utama Warkhop dan perbaikan lahan pada beberapa tipe
Nasional lahan rawa Pem-da Hulu luapan untuk meningkatkan produktifitas
Sungai. Dinas Pertanian Propinsi jagung di lahan rawa pasang surut. Jurnal
Kalimantan Selatan kandangan. Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 9 No 1
Aminuddin, daulay 2003. Penumbuhan Kantong (2009) p: 37-
Penyangga Padi Di Lahan Lebak 48.
Tahun 2003’’ Fabuari 2003, Deptan Iskandar, S. S. 2002. Pupuk Hayati Mikoriza
Barri, N. L. 2003. Pemerajaan Kepala Berbasis Untuk Pertumbuhan dan Adaptasi
Usaha Tani Polikultur Penopang Petani Tanaman di Lahan Marginal (Online).
Berkelanjutan. Makalah Falsafah Sains (http:w.w.w.iptek.Net.Id/Terapan).
(PPs 702) Program Pasca Sarjana/S3. Diakses 16 Juni 2014.
Institut Pertanian Bogor Desember 2003, Isroi. 2007. Bioteknologi Ikroba untuk
diakses 27 Pertanian Organik. Artikel Lembaga
Juli 2015. Perkebunan Indonesia. Hal 1.
Departemen Pertanian. 2005. Rencana Aksi Karama, A. S, A.R. Marzuki, dan I. Manwan.
Pemantapan Ketahanan Pangan 2005- 1990.
Penggunaan pupuk organik
2010. Departemen Pertanian,
Lingga, N. Dan Marsono 2006 Kajian
Jakarta.ganik pada tanaman pangan.
Pemberian Pupuk Organik dan Anorganik
Prosising Lokarya Nasional Efisiensi
Park, K. J. 2001. Corn Production in Asia.
Pupuk V. Cisarua 12 - 13Novemvember
Food and Fertilizer: Technology Center
1990.
for The Asia and Pasific, Taipei.
Garsoni, Sonson.2009. Pupuk Hayati 1
Okon Y, Kapulnik. 1996. Development an
fungction Of Azopirilium Inoculated
Bio Fertilizer 1Bakteri Pengurai Organik 1
Roots. Plant and Soil 90:2-16.
Aktivator.(Online).
Permentan, Departement Pertanian. 2009.
(http://indonetwork.co.id./pupuk
Peraturan Mentri Pertanian No
hayati/profile/pupuk-
28/SK1305/5/2009 Tentang Pupuk
hayati-1-bio-fertilizer-1-bakteri-
Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah
pengurai- organik-1.html,
Tanah. Jakarta.
Goenadi, H.D., Siswanto dan Y. Sugianto. 2000. Rasti dan Sumarno. 2006.
Bioactivation of poorly Soluble Phosphate http//wahyuaskari.wordpress.com/akadem
Roctiswite a Phosphate Solubilizing ik/b otani-jagung pupuk hayati bio
Fungis. Soil Sci. Soc. Am. J64: 927-932. fertilizer. Diakses 16 Juni
Hatta,M., B.H. Sunarminto, B.D. Kertonegoro dan
2014.
E. Hanudin. 2009. Upaya Pengelolahan Rukmana. H. R. 1997. Usaha Tani Jagung.
dan perbaikan lahan pada beberapa tipe Kanisius. Jogjakarta.
luapan untuk meningkatkan produktifitas Sarpian. T. 2003. Pedoman Berkebun Lada dan
jagung di lahan rawa pasang surut. Analisis Usaha Tani Kamsius Yogyakarta
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. Hal. 71
9 No 1 (2009) p: 37- 48. Sihotang, Benidiktus. 2010.
Http://genduuuinfo.blogspot.com./2013/05/biote Jagung. (Online).
kno logi-pupuk-Tanah. Program Studi (http://www.ideelok.com/budidaya-
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian tanaman-jagung, Diakses 16 Juni 2014).
Uviversitas Sumatera Utara.409 hlm. Simamora, 2006. Pengaruh Waktu Penyiangan
Diakses 16 Juni 2014. dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan
Hardman and Gunsolus. 1998. Corn Growth and dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays
Development. Exention Service L.) Varietas DK 3.
University of minesota. P.5. (Online),
Hasibuan, Arpan. 2011. Jagung (Zea mays L.). (http://repository.ussu.ac.id/bitstream/
(Online). 123456789/7568/1/09E00237. PDF,
(http://sahabattani.com/budidaya- Diakses
16 Juni 2014. Vessy, J.K. 2003. Plant Growth Promoting
Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Rhizobacteria as Biofertilisers. J. Plan Soil
Saraswati, D. Setyorini dan W.Hartatik. 255 : 571- 586.
2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Warisno, 2009. Tanaman Jagung
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Hibrida. (Online),
Pertanian. Badan Penelitian dan (http://www.digilib.uns.ac.id/upload/d
Pengembangan Pertanian. Jakarta. okumen/173072312201007154.pdf,
Sirappa, M.P 2003. Penelitian Batas Kritis dan Diakses 16 Juni 2014.
Dosisis Pemupukan N Untuk Tanaman WU SC, Cao ZH. Cheng KC, Wong MH.
2005.
Jagung di Lahan Rawa. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan. Pustaka Grafika Effec of Biofertilizer Containing N-Fixer,
Bandung. and K Solibilizer and AM Fungsi on Maze
Syamsuri, Istamar. 2007. Biologi Untuk SMA growth : a green House Trial : 125:155-
Kelas XII semester 1. Jakarta: Erlangga. 166.
Toro, M., R. Azcori and J.M. Borea. 2007. Zulkidaru. 2010. Syarat Tumbuh Tanaman
Improvement of Arbuscular Mycorhizal Jagung.(Online).
development by inoculation of still with (http://alversia.blogspot.com/2010/09/syar
Phosphate Solubilizing Rhizobecteria and at- tumbuh-tanaman-jagung.html.
Nutrient Cycling. App. Env.Nie-63: Diakses 16 Juni 2014.
4408-4412.
MATEC Web of Conferences 197, 13001 (2018) https://doi.org/10.1051/matecconf/2018197130
AASEC 2018 01
1
Universitas Warmadewa, Agriculture Faculty, Denpasar-Bali, Indonesia
Abstract. This study aims to determine the status of soil quality after biochar treatment, compost, and phonska in the cornfield. Soil
samples were taken from 48 experimental plots after harvesting of maize. Assessment of soil quality is done by collecting selected indicator
data including soil physical and chemical properties to observe changes in soil due to land use and agricultural cultivation practices. The soil
quality status in this study was determined by calculating the value of soil quality rating (SQR) based on the weighting of 11 indicators of soil
quality. The results showed that soil quality before the research was bad (SQR 30) and improved to moderate (SQR 27) until a good (SQR 20)
after the research of biochar, compost and NPK phonska on the cornfield. Improved soil quality in biochar formulations 10.52 t ha-1,
compost, and phonska, due to improved soil physical properties such as porosity, bulk density, and soil moisture content, which has
encouraged the process of exchange and chemical reactions in the soil to release nutrients for the plant. Giving of bamboo biochar, compost,
and NPK phonska on dry land cultivated maize has resulted in good soil quality (SQR 20) or approaching sustainability status is very good
(highly sustainable).
*
Corresponding author: yohanes@warmadewa.ac.id
was the dose of biochar observe changes in soil due to land use change
(D) with four levels (without biochar, 5.26 t and management practices with reference to
ha-1, 10.52 t ha-1, and 15.78 t ha-1). The [2]. The limiting factor and the relative
second factor is the type of fertilizer (P) weighting of the 11 minimum data sets (MDS)
with four types (without fertilizer, compost, indicator of soil quality are presented in Table
phonska, and compost+NPK phonska). The 1.
treatment was repeated three times to obtain
© The Authors, published by EDP Sciences. This is an open access
48 plot experiments. After harvesting the article distributed under the terms of the Creative Commons
maize [8], 48 of these experimental Attribution License 4.0
(http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).
plots were taken soil samples for testing soil
properties in the laboratory and soil quality
assessments.
The land quality assessment is conducted by
collecting selected indicator data including
physical and soil chemistry data (Table 1) and
the use of such data to
Table 1. Relative weighting factors (RWF) and critical levels for some soil properties [2,10].
Table 5. Soil analysis, relative weighting factors (RWF), and soil quality rating (SQR) on biochar dosage treatment and type of
fertilizer after the experiment.
D0P 7.04 11.6 0.99 62.66 6.62 3.35 0.13 30.4 444.07 15.46 23.83
0 (4) 8 (1) (1) (1) (2) (4) 9 (1) (4) (4) 27
(3) (2)
4
MATEC Web of Conferences 197, 13001 (2018) https://doi.org/10.1051/matecconf/2018197130
AASEC 2018 01
D0P 8.38 9.08 0.92 65.23 6.63 3.64 0.17 40.6 746.98 17.15 35.96
1 (3) (3) (1) (1) (1) (2) (4) 5 (1) (3) (4) 24
(1)
D0P 8.77 15. 0.97 63.58 6.66 3.84 0.19 35.9 331.41 17.18 49.76
2 (3) 72 (1) (1) (1) (2) (4) 8 (2) (3) (3) 24
(3) (1)
D0P 9.16 13.0 0.97 63.38 6.55 3.71 0.21 49.3 605.67 13.91 61.64
3 (3) 0 (1) (1) (1) (2) (3) 4 (1) (4) (2) 22
(3) (1)
D1P 8.64 8.72 0.91 65.56 6.72 3.82 0.16 32. 674.56 16.17 37.14
0 (3) (3) (1) (1) (1) (2) (4) 76 (1) (4) (3) 25
(2)
D1P 9.43 15.5 0.91 65.51 6.76 4.24 0.18 42.5 997.94 17.55 39.86
1 (3) 9 (1) (1) (1) (2) (4) 6 (1) (3) (3) 23
(3) (1)
D1P 8.96 10.3 0.95 64.07 6.77 3.87 0.18 64. 710.76 17.48 35.99
2 (3) 9 (1) (1) (1) (2) (4) 70 (1) (3) (3) 23
(3) (1)
D1P 9.36 9.08 0.93 64.99 6.63 4.08 0.18 37.0 934.42 16.87 65
3 (3) (3) (1) (1) (1) (2) (4) 9 (1) (4) .1 23
(1) 2
(
2
)
D2P 9.22 11.6 0.90 66.07 6.74 3.42 0.19 26.0 947.19 16.19 29
0 (3) 8 (1) (1) (1) (2) (4) 0 (1) (4) .6 26
(3) (3) 9
(
4
)
D2P 9.71 11.6 0.89 66.30 6.68 3.84 0.17 68. 1010.5 18.67 63.69
1 (3) 9 (1) (1) (1) (2) (4) 06 9 (3) (2) 22
(3) (1) (1)
D2P 9.87 9.09 0.89 66.45 6.75 3.83 0.20 38.9 695.08 17.57 47.69
2 (3) (3) (1) (1) (1) (2) (3) 9 (1) (3) (3) 22
(1)
D2P 10.41 11.2 0.89 66.57 6.79 3.80 0.20 63.3 1247.0 17.18 71.73
3 (3) 9 (1) (1) (1) (2) (3) 8 2 (3) (1) 20
(3) (1) (1)
D3P 9.61 12.9 0.88 66.84 6.56 3.41 0.19 38.1 1026.3 16.57 31.87
0 (3) 8 (1) (1) (1) (2) (4) 8 4 (4) (4) 25
(3) (1) (1)
D3P 10.40 12. 0.87 67.31 6.62 3.68 0.18 40. 1046.5 22.89 37.74
1 (3) 97 (1) (1) (1) (2) (4) 75 7 (3) (3) 23
(3) (1) (1)
D3P 9.03 12. 0.86 67.48 6.79 3.73 0.25 42.3 1018.3 18.04 46.49
2 (3) 98 (1) (1) (1) (2) (3) 0 4 (3) (3) 22
(3) (1) (1)
D3P 9.01 10. 0.87 67.29 6.74 3.77 0.24 41.3 1100.9 19.21 22.07
3 (3) 35 (1) (1) (1) (2) (3) 9 3 (3) (4) 23
(3) (1) (1)
D0 (without biochar), D1 (5.26 t ha-1), D2 (10.52 t ha-1), D3 (15.78 t ha-1), P0 (without fertilizer), P1 (compost 20.22 t ha-1), P2
(phonska 313.37 kg ha-1), dan P3 (compost+phonska), WC is water content, BD is bulk density, CEC is cation exchange capacity, BS
is base saturation, SQR: <20 = very good, 20-25 = good, 25-30 = moderate, 30-40 = bad, >40 = very bad.
5
MATEC Web of Conferences 197, 13001 (2018) https://doi.org/10.1051/matecconf/2018197130
AASEC 2018 01
5 Conclusions
The quality of the soil prior to the study had a bad status (SQR 30) and after the biochar, compost and
NPK phonska studies had improved to moderate status (SQR
27) to good (SQR 20). Giving bamboo biochar 10.52 t ha-1 along with compost 20.22 t ha-1 and NPK
phonska
313.37 kg ha-1 has yielded good soil quality (SQR 20) or approaching highly sustainable status dry land
cultivated corn crops.
Thanks to the Kemenristekdikti DRPM who helped fund the research in 2016. Thanks also to the students and laboratory analysts who
have helped this research.