Anda di halaman 1dari 24

REFLEKSI KASUS April, 2017

“Demam Dengue Dengan Perdarahan”

Nama : Yeyen Hastriam Akram


No. Stambuk : N111 16 116
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Demam dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh


virus dengue genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dan ditularkan melalui perantara nyamuk
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Dari 4 serotipe dengue yang terdapat di
Indonesia, DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan
dengan kasus berat, diikuti dengan serotipe DEN-2. World Health Organization -
South-East Asia Regional Office (WHO-SEARO) melaporkan bahwa pada tahun
2009 terdapat 156052 kasus dengue dengan 1396 jumlah kasus kematian di
Indonesia dan Case-Fatality Rates (CFR)0.79%.[1]
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, penyakit infeksi virus
dengue dapat ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dan hampir setiap tahun
menyebabkan epidemi pada musim hujan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
hal ini antara lain adanya semua serotipe virus dengue di Indonesia, iklim tropis
yang mendukung kehidupan virus dan vektor nyamuk, masih adanya air bersih
yang tertampung sebagai media pertumbuhan larva nyamuk Aedes aegypti serta
peningkatan curah hujan.[2]
Infeksi virus dengue lebih sering terjadi dan bisa lebih berbahaya jika
dialami oleh anak. Secara teoritis, seseorang anak dapat mengalami infeksi
dengue lebih dari satu kali, karena virus dengue mempunyai empat serotipe. Pada
anak, respons imun terhadap infeksi virus dengue belum sempurna sehingga hasil
akhir infeksi adalah kerusakan dinding pembuluh darah dan perembesan plasma
darah. Manifestasi klinis infeksi dengue sangat luas, yaitu dari infeksi tanpa
gejala, gejala ringan, sampai gejala berat bahkan kematian. Banyak faktor yang
mempengaruhi berat-ringannya manifestasi infeksi dengue, antara lain faktor usia,
status gizi, serotipe virus, serta adanya komorbiditas penyakit lain. Hal yang
berbahaya dari infeksi dengueadalah perdarahan yang berat dan renjatan
(kurangnya cairan dalam pembuluh darah yang mengganggu perfusi ke jaringan
tubuh).[2]

2
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue
dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi
menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan demam dengue (DD)
sebagai infeksi dengue ringan; sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari demam
berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue syndrome atau isolated
organopathy. Perembesan plasma sebagai akibat plasma leakage merupakan tanda
patognomonik DBD, sedangkan kelainan organ lain serta manifestasi yang tidak
lazim dikelompokkan ke dalam expanded dengue syndrome atau isolated
organopathy. Secara klinis, DD dapat disertai dengan perdarahan atau tidak;
sedangkan DBD dapat disertai syok atau tidak.Pada demam dengue, dapat
ditemukan demam mendadak tinggi, disertai nyeri kepala, nyeri otot &
sendi/tulang, nyeri retroorbital, photophobia, nyeri pada punggung, facial flushed,
lesu, tidak mau makan, konstipasi, nyeri perut, nyeri tenggorok, dan depresi
umum.[1]
Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan
infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalan infeksi dengue, yaitu fase demam
(viremia menyebabkan demam tinggi), fase kritis/perembesan plasma (onset
mendadak adanya perembasan plasma dengan derajat bervariasi pada efusi pleura
dan asites), dan fase penyembuhan (perembesan plasma mendadak berhenti
disertai reabsorpsi cairan dan ekstravasasi plasma).Secara umum patogenesis
infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi berbagai komponen dari respon
imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara terintegrasi. Sel imun yang paling
penting dalam berinteraksi dengan virus dengue yaitu sel dendrit,
monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit. Tatalaksana infeksi dengue
inididasarkan pada fase perjalanan penyakit yang terbagi atas 3 fase yakni fase
demam, fase kritis dan fase penyembuhan.[3,4]
Berikut akan dibahas refleksi kasus mengenai pasien “Demam dengue tanpa
perdarahan”yang dirawat di ruangan perawatan anak Kasuari RS Wirabuana Palu.

3
BAB II
KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Usia : 18 Maret 2013/ 4 tahun
Alamat : Mamuju Utara
Agama : Islam
Waktu Masuk : Jumat, 24 Maret 2017, Pukul 22.10
Tempat Pemeriksaan : RS Wirabuana, Palu
Identitas Orang Tua :
Nama Ibu : Ny. H
Pekerjaan : IRT
Alamat : Mamuju Utara

B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS & ALLOANAMNESIS)


a. Keluhan Utama
Demam

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien anak perempuan 4 tahun masuk ke RS dengan keluhan
demam. Demam tinggi timbul mendadak, dirasakan sejak ± 4 hari
yang lalu, demam tidak turun dengan pemberian obat penurun
demam, demam terus-menerus tinggi selama 4 hari.
Pasien sempat menggigil 1 kali ± 2 hari yang lalu. Keluhan
disertai sakit kepala, badan terasa lemas dan seperti ngilu-ngilu, nyeri
sendi, nyeri pada bola mata, muntah setiap kali makan (6 kali) ± 1 hari
sebelum masuk RS, berisi sisa makanan, volume sedikit.
Pasien juga mengeluhkan munculnya bintik-bintik warna merah
di wajah, tungkai, lengan, dan badan pasien, disadari timbul sejak ± 1

4
hari sebelum masuk RS. Pasien tidak buang air besar sejak 4 hari yang
lalu, terakhir buang air besar dengan konsistensi biasa.
Pasien menyangkal adanya, batuk, flu, sesak, nyeri tenggorokan,
sakit perut, mimisan, perdarahan gusi, maupun kejang. Pasien tidak
berkeringat dingin. Keinginan minum, nafsu makan, dan tidur pasien
baik, serta buang air kecil lancar.

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Ibu Pasien mengaku, anak pernah menderita DBD pada usia ± 2
tahun. Tidak ada riwayat kejang sebelumnya, tidak ada riwayat
campak.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Saat ini, di lingkungan keluarga pasien, tidak ada keluhan serupa
dan mengelak adanya anggota keluarga yang menderita sakit. Ibu
pasien menyangkal adanya riwayat DBD, malaria, DM, asma, maupun
hipertensi.

e. Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga dengan sosial-ekonomi menengah
ke-atas.

f. Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan


Pasien seorang perempuan yang aktif tapi kurang berolahraga.
Pasien tinggal di lingkungan rumah yang padat. Di lingkungan
sekolah pasien, sekitar ± 3 minggu sebelum pasien sakit, teman
sekelas pasien menderita keluhan serupa.

g. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Pasien lahir secara spontan di RS, cukup bulan, dan dibantu oleh
dokter. Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 49 cm. Selama

5
kehamilan, ibu pasien tidak menderita sakit ataupun masalah lainnya.
Ibu pasien rajin melakukan kontrol ke puskesmas, sebanyak 4 kali.
Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara (anak pertama dan anak
kedua berjenis kelamin laki-laki, anak pertama usia 15 tahun dan anak
kedua usia 13 tahun).

h. Kemampuan dan Kepandaian Bayi


Tumbuh dan kembang anak sesuai dengan usianya, dan saat ini
anak tidak mengalami keterlambatan tumbuh dan kembang.
Pertama kali tengkurap : 3 bulan
Pertama kali duduk : 6 bulan
Pertama kali merangkak : 9 bulan
Pertama kali berjalan : 1 tahun 3 bulan
Pertama kali tertawa : 4 bulan
Pertama kali berceloteh : 6 bulan
Pertama kali memanggil mama : 6 bulan
Pertama kali memanggil papa : 6 bulan
Pertama kali berbicara : 1 tahun 5 bulan

i. Anamnesis Makanan
Pasien mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun, bubur saring
mulai diberikan pada usia ± 6 bulan. Diberikan makanan keluarga
dimulai usia ± 2 tahun. Saat ini, pasien makan-makanan olahan rumah.
Beberapa hari terakhir, sejak ± 1 minggu pasien kurang
mengkonsumsi buah dan sayuran.

j. Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap.
- Vaksin Hepatitis B : Usia 0 bulan, 1 bulan, 6 bulan.
- Vaksin Polio : Usia 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin BCG : Usia 1 bulan

6
- Vaksin DPT : Usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin Hib : Usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin campak : Usia 9 bulan, 24 bulan, 6 tahun

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 108 cm
Status Gizi : Obesitas (CDC 122%)
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Denyut Nadi : 80×/menit, kuat angkat, irama reguler
Respirasi :32×/menit, pola pernapasan reguler
Suhu axilla : 37,8 0C

1. Kulit:
Warna : Sawo matang,sianosis (-)
Efloresensi : Tampak bintik-bintik merah pada wajah,
tungkai, lengan, dan badan pasien
Turgor : Segera kembali
Kelembaban : Cukup
Rumple leed : (+)> 20

2. Kepala:
Bentuk : Normocephalus
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopecia (-)
3. Mata:
Konjungtiva : Anemis (-/-)

7
Sklera : Ikterik (-/-)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (-/-)

4. Hidung:
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Rhinorrhea : tidak ada

5. Mulut:
Bibir : Kering (-), sianosis (-), stomatitis (-)
Gigi : Tidak ditemukan karies
Gusi : Tidak ditemukan adanya perdarahan

6. Lidah:
Tremor : (-)
Kotor/Berselaput : (-)
Warna : Merah muda

7. Telinga:
Sekret : Tidak ditemukan
Serumen : Minimal
Nyeri : Tidak ada

8. Leher:
Kelenjar getah bening : Pembesaran (- /-), nyeri tekan (-)
Kelenjar Tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Trakea : Posisi central
Kaku Kuduk : (-)

8
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1-T1

9. Toraks:
a. Dinding Dada/Paru:
Inspeks : Ekspansi paru simetris bilateral (kanan = kiri),
tampak retraksi(-), jejas (-), bentuk normochest,
pola pernapasan kesan normal.
Palpasi : Ekspansi dada simetris, vocalfremitus simetris
kanan = kiri, nyeri tekan (-).
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesicular (+/+)
Suara napas tambahan: Ronkhi (-/-),Whezzing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial
linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas atas: SIC II linea midclavicularis dextra et
parasternalis sinistra
Batas kiri: SIC V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan: SIC V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi
tambahan: murmur (-), gallop (-).

10. Abdomen:
Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen, dullness (+)
pada area hepar & lien. Asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan(-), distensi (-), meteorismus (-).
Hati : Tidak teraba

9
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba

11. Anggota Gerak:


a. Ekstremitas superior: Akral hangat (+/+), edema (-/-)
b. Ekstremitas inferior:Akral hangat (+/+), edema (-/-)
12. Genitalia: Dalam batas normal

13. ¿ ¿ , kesan normal


Otot-Otot: Eutrofi +¿+ +¿+ ¿¿
14. +¿
Refleks: Fisiologis (++¿+ ++¿++ −¿− ¿
¿ ¿ ), patologis ( −¿−¿ ¿ )
¿ ¿

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jum’at, 24/03/2017
Hasil Rujukan Satuan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 11,4 11,5 – 15,5 g/dl
Leukosit 2,9 4,5 – 14,5 103/uL
Eritrosit 4,21 4 – 5,2 106/uL
Trombosit 44 150 – 450 103/uL
Hematokrit 33,6 35 – 45 %

E. RESUME
Pasien anak perempuan usia 4 tahun, berat badan 22 kg masuk ke RS
dengan keluhan febris. Febris mendadak tinggi, dirasakan sejak ± 3 hari
yang lalu, pola febris bifasik, tidak turun dengan antipiretik. Disertai
menggigil 1 kali ± 2 hari yang lalu, cephalgia, malaise, myalgia, vomiting,
retro-orbital pain & petechiae yang disadari timbul sejak ± 1 hari sebelum
masuk RS. Konstipasi sejak 4 hari yang lalu. Pasien menyangkal adanya
batuk, flu, sesak, nyeri tenggorokan, sakit perut, mimisan, perdarahan gusi,
maupun kejang. Pasien tidak berkeringat dingin. Keinginan minum, nafsu
makan, & tidur baik, buang air kecil lancar. Riwayat penyakit DBD pada

10
usia ± 2 tahun. Riwayat keluhan serupa di lingkungan sekolah pasien,
sekitar ± 3 minggu sebelum pasien sakit.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi
80×/menit kuat angkat, respirasi32×/menit, suhu axilla 37,8 0C. Ditemukan
efloresensi berupa petechiae pada wajah, badan, extremitas superior et
inferior, rumple leede (+) > 20, pemeriksaan sistem lain dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan hematologi rutin leukosit 2,9×10 3/uL, trombosit
44×103/uL, hematocrit 33,6%, hemoglobin 11,4g/dl, & eritrosit
4,21×106/uL.

F. DIAGNOSIS
a. Diagnosis kerja : Demam dengue dengan perdarahan
b. Diagnosis banding : - Demam tifoid
- Morbili
- Malaria

G. TERAPI
Non-Medikamentosa
- Kompres air hangat jika demam.
- Anak diajurkan cukup minum, berikan cairan yang mengandung
elektrolit seperti jus buah, oralit atau air tajin.
Medikamentosa
- IVFD Ringer Lactat 36 gtt/m (5 ml/kgBB/jam)
- Paracetamol 4× 2 cth (kalau perlu)
- Observasi

H. ANJURAN
- Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan
- Pemeriksaan darah rutin dan anti dengue
- Banyak Minum (1-2 L/hari)

11
- Tirah Baring
I. FOLLOW UP
Hari/Tanggal: Sabtu, 25 Maret 2017 (PH-1)
S Demam hari ke-5
Badan lemas (+), nyeri-nyeri sendi (+), sakit kepala (+),
muntah (-), sakit perut (-), batuk (-), flu (-)
Belum BAB (5 hari), BAK lancar.
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 90 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 30 x/menit
Suhu Tubuh : 37,6 C
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 108 cm
Status Gizi : CDC 122% obesitas
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah
medial linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler,
bunyi tambahan: murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen,
dullness (+) pada area hepar & lien.
- Palpasi : Nyeri tekan (-), meteorismus (-).
organomegaly (-).
Pemeriksaan Lain
- Kulit : efloresensi berupa petechiae pada
wajah, badan, extremitas superior et
inferior
- Lidah kotor : (-)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera
-
Hasil Laboratorium:
DR: 24/03/2017
HB : 11,4 g/dL
WBC : 2,9 ×103/uL
RBC : 4,21 ×106/uL
PLT : 44 ×103/uL

12
HCT : 33,6 %
A Demam Dengue
P - IVFD Ringer Lactat 36 gtt/m (5 ml/kgBB/jam)
- Paracetamol 4× 2 cth (kalau perlu)
Periksa darah rutin
Observasi
Banyak minum (1-2 Liter/hari)
Tirah Baring
Hari/Tanggal: Minggu, 26 Maret 2017 (PH-2)
S Demam hari ke-6 (Bebas demam hari ke-1)
Badan lemas (+), nyeri-nyeri sendi (-), sakit kepala (-), muntah
(-), sakit perut (-), batuk (-), flu (-)
BAB biasa, BAK lancar.
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut Nadi : 92 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 30 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5 C
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 108 cm
Status Gizi : CDC 122% obesitas
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah
medial linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler,
bunyi tambahan: murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen,
dullness (+) pada area hepar & lien.
- Palpasi : Nyeri tekan (-), meteorismus (-).
organomegaly (-).
Pemeriksaan Lain
- Kulit : Efloresensi berupa petechiae pada
badan, extremitas superior et inferior
- Lidah kotor : (-)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera

Diuresis : 1.89 ml/KgBB/ 6 Jam


Hasil Laboratorium:

13
DR: 26/03/2017
HB : 12,2 g/dL
WBC : 4,6 ×103/uL
RBC : 4,51 ×106/uL
PLT : 155 ×103/uL
HCT : 36,3 %
A Demam Dengue
P - IVFD Ringer Lactat 36 gtt/m (5 ml/kgBB/jam)
- Paracetamol 4× 2 cth (kalau perlu)
Observasi

Hari/Tanggal: Senin, 27 Maret 2016 (PH-3)


S Demam hari ke-7 (Bebas demam hari ke-2)
Badan lemas (-), nyeri-nyeri sendi (-), sakit kepala (-), muntah
(-), sakit perut (-), batuk (-), flu (-)
BAB biasa, BAK lancar.
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut Nadi : 95 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 30 x/menit
Suhu Tubuh : 36,1 C
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 108 cm
Status Gizi : CDC 122% obesitas
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesicular +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah
medial linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler,
bunyi tambahan: murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen,
dullness (+) pada area hepar & lien.
- Palpasi : Nyeri tekan (-), meteorismus (-).
organomegaly (-).
Pemeriksaan Lain
- Kulit : Efloresensi berupa petechiae pada
badan, extremitas superior et inferior
- Lidah kotor : (-)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera

14
Diuresis : 1.51 ml/KgBB/ 6 Jam
A Demam Dengue
P - IVFD Ringer Lactat 24 gtt/m (3 ml/kgBB/jam)
- Paracetamol 4× 2 cth (kalau perlu)
Boleh pulang

15
BAB III
DISKUSI KASUS

Demam dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh


virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Dari 4 serotipe dengue yang terdapat di Indonesia,
DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus
berat, diikuti dengan serotipe DEN-2.[1]

Gambar 3.1 Skema kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011[1]

Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue


dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi
menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan demam dengue (DD)
sebagai infeksi dengue ringan; sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari demam
berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue syndrome atau isolated
organopathy. Perembesan plasma sebagai akibat plasma leakage merupakan tanda
patognomonik DBD, sedangkan kelainan organ lain serta manifestasi yang tidak
lazim dikelompokkan ke dalam expanded dengue syndrome atau isolated
organopathy. Secara klinis, DD dapat disertai dengan perdarahan atau tidak;
sedangkan DBD dapat disertai syok atau tidak.[1]

16
Gambar 3.2 Perjalanan penyakit infeksi dengue[1]
Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan
infeksi dengue, yaitu:[1]
1. Fase demam: viremia menyebabkan demam tinggi
2. Fase kritis/ perembesan plasma: onset mendadak adanya perembesan plasma
dengan derajat bervariasi pada efusi pleura dan asites.
3. Fase recovery/penyembuhan/convalescence: perembesan plasma mendadak
berhenti disertai reabsorpsi cairan dan ekstravasasi plasma.
Secara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi
berbagai komponen dari respon imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara
terintegrasi. Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue
yaitu sel dendrit, monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit. Akibat interaksi
tersebut akan dikeluarkan berbagai mediator antara lain sitokin, peningkatan
aktivasi sistem komplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila aktivasi sel
imun tersebut berlebihan, akan diproduksi sitokin (terutama proinflamasi),
kemokin dan mediator inflamasi lain dalam jumlah banyak. Akibat produksi
berlebih dari zat-zat tersebut akan menimbulkan berbagai kelainan yang akhirnya
menimbulkan berbagai bentuk dan gejala infeksi virus dengue.[4]
Diagnosis demam dengue (DD), berdasasrkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat ditemukan demam mendadak
tinggi, disertai nyeri kepala, nyeri otot & sendi/tulang, nyeri retroorbital,
photophobia, nyeri pada punggung, facial flushed, lesu, tidak mau makan,

17
konstipasi, nyeri perut, nyeri tenggorok, dan depresi umum. Pemeriksaan fisik,
didapatkan:[1]
a. Demam: 39-40°C, berakhir 5-7 hari.
b. Pada hari sakit ke 1-3 tampak flushing pada muka (muka kemerahan), leher,
dan dada.
c. Pada hari sakit ke 3-4 timbul ruam kulit makulopapular/rubeolliform.
d. Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian dorsal,
lengan atas, dan tangan.
e. Convalescent rash, berupa petekie mengelilingi daerah yang pucat pada
kulit yg normal, dapat disertai rasa gatal.
f. Manifestasi perdarahan:
- Uji bendung positif dan/atau petekie
- Mimisan hebat, menstruasi yang lebih banyak, perdarahan saluran
cerna (jarang terjadi, dapat terjadi pada DD dengan trombositopenia)

Pada kasus ini, ditemukan adanya febris mendadak tinggi, dirasakan


sejak ± 4 hari yang lalu, pola febris bifasik, tidak turun dengan antipiretik.
Disertai menggigil 1 kali ± 2 hari yang lalu, cephalgia, malaise, myalgia,
vomiting, retro-orbital pain&petechiae yang disadari timbul sejak ± 1 hari
sebelum masuk RS.Konstipasi sejak 4 hari yang lalu. Riwayat keluhan serupa
di lingkungan sekolah pasien, sekitar ± 3 minggu sebelum pasien sakit. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos
mentis, tekanan darah100/60 mmHg, denyut nadi 80×/menit kuat angkat, respirasi
32×/menit, suhu axilla 37,8 0C. Ditemukan efloresensi berupa petechiae
padawajah, badan, extremitas superior et inferior, rumple leede (+) > 20. Hasil
pemeriksaan hematologi rutin leukosit 2,9×103/uL, trombosit 44×103/uL,
hematocrit 33,6%, hemoglobin 11,4g/dl, & eritrosit 4,21×106/uL.

18
Tabel 3.1 Derajat DBD berdasarkan klasifikasi WHO 2011[1]

Pemeriksaan penunjang untuk membantu penegakan diagnosis demam


dengue:[1]
a. Laboratorium: pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit,
hitung jenis, hematokrit, dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada
hari ke-1 setelah demam dan akan menurun sehingga tidak terdeteksi setelah
hari sakit ke-5-6. Deteksi antigen virus ini dapat digunakan untuk diagnosis
awal menentukan adanya infeksi dengue, namun tidak dapat membedakan
penyakit DD/DBD.
b. Uji serologi IgM dan IgG anti dengue.
- Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit ke-5 sakit,
mencapai puncaknya pada hari sakit ke 10-14, dan akan menurun/
menghilang pada akhir minggu keempat sakit.
- Antibodi IgG anti dengue pada infeksi primer dapat terdeteksi pada
hari sakit ke-14. dan menghilang setelah 6 bulan sampai 4 tahun.
Sedangkan pada infeksi sekunder IgG anti dengue akan terdeteksi
pada hari sakit ke-2.
- Rasio IgM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi primer dari
infeksi sekunder. Apabila rasio IgM:IgG >1,2 menunjukkan infeksi

19
primer namun apabila IgM:IgG rasio<1,2 menunjukkan infeksi
sekunder.

Tabel 3.2 Interpretasi uji serologi IgM dan IgG pada infeksi dengue[1]

Gambar 3.3 Jalur triase kasus tersangka infeksi dengue (WHO 2011)[1]

Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase pada perjalanan penyakit
infeksi dengue, seperti berikut:[1]
a. Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa
transisi ke fase bebas demam/sejalan dengan proses penyakit.
b. Muntah yg menetap, tidak mau minum.
c. Nyeri perut hebat.
d. Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak.

20
e. Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi
yang hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria.
f. Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh).
g. Pucat, tangan - kaki dingin dan lembab
h. Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam
Tata laksana infeksi dengue berdasarkan fase perjalanan penyakit:[1]
1. Fase Demam
Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan/atau
cairan oral apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap
12-24 jam.[1]
a) Medikamentosa:[1]
- Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol
bukan aspirin.
- Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan
(misalnya antasid, antiemetik) untuk mengurangi beban
detoksifikasi obat dalam hati.
- Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila
terdapat perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.
- Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
b) Supportif:[1]
- Cairan: cairan pe oral + cairan intravena rumatan per hari + 5%
deficit.
- Diberikan untuk 48 jam atau lebih .
- Kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan
plasma, sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan
hematokrit.
2. Fase Kritis
Pada fase kritis pemberian cairan sangat diperlukan yaitu kebutuhan
rumatan + deficit, disertai monitor keadaan klinis dan laboratorium setiap 4-
6 jam.[1]

3. Fase Recovery

21
Pada fase penyembuhan diperlukan cairan rumatan atau cairan oral,
serta monitor tiap 12-24 jam.[1]
Pasien dapat dipulangkan apabila telah terjadi perbaikan klinis sebagai
berikut:[1]
a) Bebas demam minimal 24 jam tanpa menggunakan antipiretik
b) Nafsu makan telah kembali
c) Perbaikan klinis, tidak ada demam, tidak ada distres pernafasan, dan
nadi teratur
d) Diuresis baik
e) Minimum 2-3 hari setelah sembuh dari syok
f) Tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak ada asites
g) Trombosit >50.000 /mm3. Pada kasus DBD tanpa komplikasi, pada
umumnya jumlah trombosit akan meningkat ke nilai normal dalam 3-5
hari.
Tabel 3.3. Cairan yang dibutuhkan berdasarkan berat badan[1]

Tabel 3.4 Kecepatan cairan intravena[1]

Diagnosis banding infeksi virus dengue:[1]


- Selama fase akut penyakit, sulit untuk membedakan DBD dari demam
dengue dan penyakit virus lain yang ditemukan di daerah tropis. Maka
untuk membedakan dengan campak, rubela, demam chikungunya,
leptospirosis, malaria, demam tifoid, perlu ditanyakan gejala penyerta
lainnya yang terjadi bersama demam. Pemeriksaan laboratorium diperlukan
sesuai indikasi.

22
- Penyakit darah seperti trombositopenia purpura idiopatik (ITP), leukemia,
atau anemia aplastik, dapat dibedakan dari pemeriksaan laboratorium darah
tepi lengkap disertai pemeriksaan pungsi sumsum tulang apabila diperlukan.
- Penyakit infeksi lain seperti sepsis, atau meningitis, perlu dipikirkan apabila
anak mengalami demam disertai syok.
Komplikasi demam dengue dapat terjadi perdarahan dapat terjadi pada
pasien dengan ulkus peptik, trombositopenia hebat, dan trauma[1]

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Karyanti MR. Diagnosis Dan Tata Laksana Terkini Dengue. Divisi Infeksi
dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto
Mangunkusumo, FKUI. 1-14.
2. Yolanda. Waspada Demam Berdarah Dengue. IDAI Indonesian Pediatric
Society (Serial Online). 2016 (Citied 2016 August 01); (1 Screen).
Available from: <http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/waspada-demam-berdarah-dengue>.
3. Mulya.Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Dengue. Jakarta: Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2013.
4. IDAI.Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue Pada
Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;2014.

24

Anda mungkin juga menyukai