Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

THALAQ, KHULU’ DAN FASAKH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Fiqih Munakahat Dan Mawaris

Dosen Pengampu : Asnawi Malik , M.Pd.I

Disusun Oleh: kelpmpok 5

1. ASIH NING LESARI (1923211010)


2. FATHUL HIDAYATI (1923211024)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM
GHOZALI (IAIIG)
CILACAP
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Alloh yang Maha Esa. Atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
dengan tema ” THALAQ, KHULUK DAN FASAKH “ walupun dengan sangat
sederhana dan banyak kekurangan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan tentunya dapat diterima sehingga kita
mendapatka nilai tugas yang memuaskan. Harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca dan bermanfaat. kami mohon maaf jika
makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan baik dari susunan kalimat maupun tata
bahasanya karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami.Untuk itu
kami mengharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun. sehingga dapat menjadi lebih baik.

Cilacap, 06 Oktober 2020.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... 2

BAB I................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN........................................................................................... 4

A. Latar Belakang........................................................................................... 4

A. Rumusan Masalah..................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 5

BAB II.............................................................................................................. 6

PEMBAHASAN.............................................................................................. 6

A. Pengertian Thalaq...................................................................................... 6

B. Pengertian Khulu’...................................................................................... 6

C. Pengertian Fasakh..................................................................................... 8

BAB III............................................................................................................ 12

KESIMPULAN............................................................................................... 12

Kesimpulan...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pada umumnya selalu menginginkan bahagia, dan berusaha
agar kebahagiaan itu tetap menjadi miliknya. Tetapi kebahagiaan itu tidak dapat
di capai dengan mudah tanpa mematuhi peraturan-peraturan yang telah di
gariskan Agama, diantaranya mesti individu-individu dalam masyarakat itu
saling menunaikan hak dan kewajibannya masing-masing.
Salah satu jalan untuk mencapai bahagia adalah dengan jalan perkawinan,
dengan adanya perkawinan terbentuklah suatu rumah tangga. Didalam
perkawinan pasti ada banyak menimbulkan masalah di tengah-tengah rumah
tangga, antara lain disebabkan suami tidak sanggup memberi nafkah lahir kepada
istrinya seperti perbelanjaan sehari-hari. Dan istri yang tidak saling pengertian
dan tidak tabah menghadapinya serta tidak mau memikirkan kekurangan
ekonomi yang telah muncul di hadapan kelarganya dan akhirnya menimbulkan
pertengkaran.

B. Rumusan Masalah
Pengertian Thalaq

Pengertian Khulu’

Pengertian Fasakh

B. Tujuan

Untuk mengetahui pengertian Thalaq

Untuk mengetahui pengertian Khulu’

Untuk mengetahui pengertian Fasakh


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Thalaq
Thalaq berasal dari bahasa Arab yaitu” itlaq” artinya lepasnya suatu ikatan
perkawinan  dan berakhirnya hubungan perkawinan menurut Al-jaziri, thalaq
ialah:”Menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya
dengan menggunakan kata tertentu.” Allah Ta’ala berfirman,
ِ ‫ُوف أَوْ تَس‬
‫ْري ٌح بِإِحْ َسا ٍن‬ ُ ‫الطَّاَل‬
ٌ ‫ق َم َّرتَا ِن فَإ ِ ْم َسا‬
ٍ ‫ك بِ َم ْعر‬
Artinya “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” (QS. Al
Baqarah: 229)
‫يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي إِ َذا طَلَّ ْقتُ ُم النِّ َسا َء فَطَلِّقُوه َُّن لِ ِع َّدتِ ِه َّن‬
Artinya “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang
wajar)” (QS. Ath Tholaq: 1)
        Jadi talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah
hilangnya ikatan perkawinan istri tidak lagi halal baginya. Ini terjadi dalam talak
Ba’in, sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan adalah
berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah
talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua dari dua menjadi satu dan
dari satu menjadi hilang hak dalam talak Raj’i.1

Macam-macam talak

1. Prof.Dr.H.M.A.Tihami,M.A.M.M., Fikih Munakahat, (Jakarta: PT RAJA GRAFINDOPERSADA),


hal 229-230.

2
Secara garis besar di tinjau dari boleh atau tidaknya rujuk kembali, talak
di bagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Talak Raj’i
           yaitu talak dimana suami masih mempunyai hak untuk merujuk kembali
istrinya, setelah talak itu di jatuhkan dengan lafal-lafal tertentu, dan istri
benar-benar sudah di gauli.  Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-
Talak ayat 1 yang artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu
maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) idahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu idah itu serta
bertawakkallah kepada Allah tuhanmu.janganlah kamu keluarkan mereka dari
rumah mereka dan janganlah mereka di (ijinkan) keluar kecuali mereka
mengerjakan perbuatan keji yang terang.itulah hukum hukum allah, maka
sesungguhnya dia telah berbuat dzalim terhadap dirinya sendiri.kamu tidak
mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.
Yang dimaksud dengan menghadapi idah yang wajar dalam ayat
tersebut istri itu hendaknya di talak ketika suci dan belum di campuri. Adapun
dengan sesuatu yang baru adalah keinginan dari suami untuk rujuk kembali
apabila talaknya baru di jatuhkan sekali atau dua kali. Dengan demikian,
jelaslah bahwa suami boleh untuk merujuk istrinya kembali yang telah di talak
sekali atau dua kali selama mantan istrinya itu masih dalam masa idah.
Allah berfirman dalam surat Al-baqorah ayat 229 :
ِ ‫ُوف أَوْ تَس‬
‫ْري ٌح بِإِحْ َسا ٍن‬ ُ ‫الطَّاَل‬
ٌ ‫ق َم َّرتَا ِن فَإ ِ ْم َسا‬
ٍ ‫ك بِ َم ْعر‬
“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” (QS. Al
Baqarah: 229)

2. Talak Ba’in
adalah talak yang memisahkan sama sekali hubungan suami istri.
Talak Ba’in ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:

3
a. Ba’in sughra, yaitu talak yang tidak memberikan hak rujuk kepada suami,
tetapi suami bisa menikah kembali kepada istrinya dengan tidak disyaratkan
bahwa istri harus menikah dahulu dengan laki-laki lain. Yang termasuk talak
ini adalah talak satu dan talak dua.
b. Ba’in kubra, yaitu talak yang apabila suami ingin kembali kepada mantan
istrinya, selain harus dilakukan dengan akad nikah yang baru, disyaratkan pula
bahwa terlebih dahulu istri harus sudah menikah dengan orang alin dan telah
diceraikan. Yang termasuk talak ba’in kubra ini adalah talak yang ketiga
kalinya.
Ditinjau dari cara menyampaikan talak :
a. Talak dengan ucapan, yaitu talak yang disampaikan oleh suami dengan
ucapan lisan di hadapan istrinya, dan si istri mendengarkan langsung
ucapan suaminya tersebut.
b. Talak dengan tulisan, yaitu talak yang disampaikan oleh suami secara
tertulis, kemudian  disampaikan kepada istrinya, dan istrinya membaca
serta memahami maksud dan isinya.
c. Talak dengan isyarat, yaitu talak yang dilakukan dalama bentuk isyarat
oleh suami yang tuna wicara. Sebagian fuqaha mengatakan bahwa talak
dengan isyarat bagi orang tuna wicara adalah sah apabila dia buta huruf.
Akan tetapi jika dia dapat menulis, maka dia harus melaksanakan talaknya
dalam bentuk tulisan, karena hal ini lebih jelas dibandingkan dengan
isyarat.
d. Talak dengan utusan,  yaitu talak yang disampaikan oleh suami kepada
istrinya melalui perantaraan orang lain sebagai utusan darinya untuk
menyampaikan maksud dia mentalak istrinya tersebut.

B. Pengertian khulu’

4
Khulu’ yang terdiri dari lafaz kha-la-‘a yang berasal dari bahasa Arab
secara etimologi berarti menanggalkan atau membuka pakaian.
Khulu “ berarti menanggalkan “ seperti menanggalkan pakaian. Kemudian di
pakai dengan arti “menanggalkan istri” karena istri itu adalah pakaian dari
suami dan suami adalah pakaian dari istri.
Khulu menurut istilah ilmu fiqih perceraian dengan disertai sejumlah harta
yang diberikan oleh istri kepada suami untuk menebus diri agar terlepas dari
ikatan perkawinan, baik dengan kata khulu (pelepasan) mubaroah
(pembebasan) maupun talak Penggunaan kata khulu’ untuk putusnya
perkawinan karena istri sebagai pakaian bagi suaminya berusaha
menanggalkan pakaian itu dari suaminya.2
Menurut fuqaha, khulu’ secara  umum, yakni perceraian dengan disertai
sejumlah harta sebagai ‘iwadh yang diberikan oleh istri kepada suami untuk
menembus diri agar terlepas dari ikatan perkawinan, baik dengan
kata khulu’, mubara’ah maupun talak. Secara khusus, yaitu talak atas
dasar ‘iwadh sebagai tebusan dari istri dengan kata-kata khulu’ (pelepasan)
atau yang semakna seperti mubara’ah (pembebasan).
Khulu’ ialah penyerahan harta yang dilakukan oleh istri untuk menebus
dirinya dari (ikatan) suaminya. Menurut ulama fiqih, khulu’ adalah istri
memisahkan diri dari suaminya dengan ganti rugi kepadanya.

Dasar Hukum Khulu’


Para ulama Fiqh mengatakan bahwa Khulu' itu mempunyai dua hukum
tergantung kondisi dan situasinya. Dua hukum dimaksud adalah:
Mubah

2. Drs.H.Abd.Rahman Ghazaly,M.A. fiqih munakahat, (Jakarta: Prenada media), hal 220-221

5
Hukumnya menurut Jumhur Ulama adalah boleh atau mubah. Isteri
boleh-boleh saja untuk mengajukan Khulu' manakala ia merasa tidak nyaman
apabila tetap hidup bersama suaminya, baik karena sifat-sifat buruk suaminya,
atau dikhawatirkan tidak memberikan hak-haknya kembali atau karena ia
takut ketaatan kepada suaminya tidak menyebabkan berdiri dan terjaganya
ketentuan ketentuan Allah. Dalam kondisi seperti ini, Khulu' bagi si isteri
boleh dan sah-sah saja sebagaimana firman Allah:

Artinya: "Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak


dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya" (QS. Al-
Baqarah: 229).

Haram.
Khulu'  bisa haram hukumnya apabila dilakukan dalam dua kondisi
berikut ini:

a) Apabila si isteri meminta Khulu' kepada suaminya tanpa ada alasan dan
sebab yang jelas, padahal urusan rumah tangganya baik-baik saja, tidak
ada alasan yang dapat dijadikan dasar oleh isteri untuk mengajukan
Khulu'. Hal ini didasarkan kepada firman Allah berikut ini:
Artinya: " Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang
telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir
tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir
bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum
Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan
oleh istri untuk menebus dirinya" (QS. Al-Baqarah: 229).

6
‫ا‬vv‫ير م‬vv‫ا فى غ‬vv‫ ((أيما امرأة سألت زوجها طالق‬:‫عن ثوبان قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
]‫ فحرام عليها رائحة الجنة)) [رواه أبو داود وابن ماجه وأحمد‬,‫بأس‬
Artinya: "Tsauban berkata, Rasulullah saw bersabda: "Wanita yang
mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang jelas,
maka haram baginya untuk mencium wangi surga" (HR. Abu Dawud, Ibn
Majah dan Ahmad).
b) Apabila si suami sengaja menyakiti dan tidak memberikan hak-hak si
isteri dengan maksud agar si isteri mengajukan Khulu', maka hal ini juga
haram hukumnya. Apabila Khulu' terjadi, si suami tidak berhak
mendapatkan dan mengambil 'iwadh, uang gantinya karena maksudnya
saja sudah salah dan berdosa.

C. Pengertian Fasakh.
Fasakh  berasal dari bahasa Arab yang berarti membatalkan atau putus.
Dan fasakh perkawinan menurut istilah syar’I ialah membatalkan akad
perkawinan dan memutuska n tali perhubungan yang mengikat antara suami
istri.3 Fasakh bisa terjadi karena tidak terpenuhinya syarat-syarat ketika
berlangsung akad nikah atau karena hal-hal lain yang datang kemudian dan
membatalkan kelangsungan perkawinan.
Fasakh karena hal-hal yang datang setelah akad:

3. Dra.firdaweri, Hukum islam tentang fasakh perkawinan, (Jakarta: CV pedoman ilmu jaya), hal 4-5.

7
a. Bila salah seorang suami murtad atau keluar dari agama islam dan tidak
mau kembali sama sekali, maka akadnya batal (fasakh) karena kemurtadan
yang terjadi belakangan
b. Jika suami, yang tadinya kafir masuk islam, tetapi istri dalam tetap
kekafirannya, yaitu tetap menjadi musyrik maka akadnya batal. Lain
halnya kalo istri ahli kitab. Maka, akadnya tetap sah seperti semula. Sebab
perkawinannya dengan ahli kitab dari semula di pandang sah.
Pisahnya suami istri akibat fasakh berbeda pisahnya karena talak. Sebab talak
ada talak raj’i dan talak ba’in. talak raj’i ialah tidak mengakhiri ikatan suami
istri seketika, sedangkan talak ba’in mengakhirinya seketika itu juga. Adapun
fasakh, baik karena hal-hal yang terjadi belakangan adapun karena adanya
syarat-syarat yang tidak terpenuhi, ia mengakhiri perkawinan seketika itu.
Golongan Hanafi ingin membuat rumusan umum guna membedakan
pengertian pisahnya suami istri sebab talak dan sebab fasakh. Kata
mereka:”piahnya suami istri karena suami dan sama sekali tidak ada pengaruh
dari istri disebut talak. Dan setiap perpisahan suami istri karena istri, bukan
karena suami, atau karena suami tapi dengan pengaruh dari istri disebut
Fasakh.”4

4. Prof.Dr.H.M.A.Tihami,M.A.M.M., Fikih Munakahat, (Jakarta: PT RAJA GRAFINDOPERSADA),


hal 195-197.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sakinah, mawaddah dan kasih sayang adalah asas dan tujuan disyariatkannya
pernikahan dan pembentukan rumah tangga. Makalah ini membahas tentang
talak,khuluk dan fasakh, semoga dengan materi dimakalah ini dapat menambah
wawasah atau pengetahuan pembaca dalam mata kuliah fiqih munakahat dan
mawaris.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dra.firdaweri,Hukum islam tentang fasakh perkawinan, CV pedoman ilmu jaya,


Jakarta hal 4-5.
Drs.H.Abd.Rahman Ghazaly,M.A. fiqih munakahat, Prenada media,Jakarta,hal 220-
221.
Prof.Dr.H.M.A. Tihami,M.A.M.M.,Fikih Munakahat,PT Raja
grafindopersada,Jakarta, hal 195-197.
Prof.Dr.H.M.A. Tihami,M.A.M.M.,Fikih Munakahat,PT Raja
grafindopersada,Jakarta,hal 229-230.

10

Anda mungkin juga menyukai