PENDAHULUAN
penyimpangan yang terjadi pada praktik pemerintahan, seperti Korupsi, Kolusi dan
rasa tidak percaya dan bahkan antipati kepada rezim pemerintahan yang ada.
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN sudah menjadi agenda
yang harus dilaksanakan guna tercapainya transparansi dan akuntabilitas publik. Hal
tersebut merupakan tantangan berat tugas pengawasan di masa depan yang harus
Pemerintah (APIP).
1
Dalam menjalankan pengawasan internal, Inspektorat Kota Palembang
didukung oleh pejabat fungsional auditor yang berpedoman terhadap Kode Etik
APIP serta komitmen instansi. Kode Etik APIP dalam Peraturan Menteri Negara
salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis,
sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam
pelaksanaan audit. Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi APIP antara lain
bahwa auditor mengalami benturan kepentingan, atau tekanan dan pengaruh dari
pihak lain, yang berkepentingan dengan hasil audit, sehingga mempengaruhi kinerja
seorang auditor dalam menghasilkan temuan atau hasil dari kegiatan pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan yang dilakukan oleh satu tim. Istilah
kinerja sering digunakan untuk menentukan suatu prestasi atau keberhasilan suatu
dipengaruhi oleh beberapa kondisi, yaitu kondisi yang berasal dari individu itu
sendiri yang disebut faktor individual dan kondisi yang berasal dari luar individu
2
publik dan merupakan patokan bagi auditor dalam menguji semua keputusan yang
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
dkk (2014:88) mengartikan independensi sebagai suatu sikap mental yang bebas dari
pengaruh orang lain, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada
orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa independensi berarti seorang auditor
bersikap tidak memihak kepada salah satu pihak ketika melakukan proses
karena itu, untuk menghasilkan laporan audit yang baik dan berkualitas diperlukan
sikap independen dari auditor agar laporan audit tersebut dapat dipercaya dan
diandalkan. Dengan mengikuti peraturan dan standar yang berlaku saat melakukan
sehingga kinerja auditor pun dapat meningkat. Auditor yang independen adalah
auditor yang tidak memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak
merugikan pihak manapun. Arens dkk (2008:76), menyatakan nilai auditing sangat
3
tergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Independensi dalam audit
berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya independen
(independence in appearance).
melaksanakan tanggung jawab audit intern secara objektif. Untuk mencapai tingkat
efektif, pimpinan APIP memiliki akses langsung dan tak terbatas kepada atasan
pimpinan APIP (SAIPI, 2014). Jika Independensi ini terganggu maka dapat
dipastikan auditor tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik yang berakibat
kinerja. Disiplin merupakan sikap ketaatan terhadap suatu aturan atau ketentuan
yang berlaku dalam organisasi yaitu menggabungkan diri dalam organisasi itu atas
(Wursono, 2012 : 32). Sementara itu pendapat lain mengatakan bahwa suatu
kedisiplinan penting bagi suatu organisasi sebab adanya kedisiplinan akan dapat
ditaati oleh sebagian besar para karyawan akan dilakukan secara efektif. Bilamana
ditetapkan tidak dapat dicapai secara efektif dan efisien (Nitisemito, 2012 : 46).
Jadi dapat ditekankan pada unsur kesadaran dan penyesuaian diri secara sukarela
bukan atas dasar paksaan. Disiplin itu sendiri diartikan sebagai keadilan seseorang
4
berlaku dalam organisasi. Dengan paradigma baru Pegawai Negeri harus lebih
demikian masih ada saja kendala untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang
berkualitas. Masih banyak yang bekerja sekedar untuk mencari nafkah guna
absensi, kemudian mangkir tanpa peduli dengan tugas dan tanggung jawabnya,
Pejabat Struktural (eselon 2, 3 dan 4), Auditor (auditor madya, muda dan pertama),
dan pertama), serta staf fungsional umum. Jumlah total keseluruhan pegawai 64
terjadi beberapa kasus auditornya yang menerima gratifikasi dari auditee/ pihak
yang sedang diperiksa, dan juga terdapat conflict of interest (benturan kepentingan)
yang terjadi karena hubungan kekerabatan antara auditor dengan auditee sehingga
dan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh APIP. Hal tersebut tentu saja
5
bertentangan dengan kode etik dan standar teknis pelaksanaan audit yang
Karena pada kasus yang dijelaskan diatas, auditor tidak memiliki tanggung
jawab dan sikap yang mudah dipengaruhi oleh konflik kepentingan yang membuat
ia menjadi tidak jujur dan juga dari kasus yang telah dijelaskan bahwa auditor tidak
bersikap independensi dan integritas. Sehingga, peneliti ingin menguji Kinerja APIP
di Inspektorat Kota Palembang untuk lebih memperhatikan standar yang ada dengan
independensi dan integritas. Salah satu alasan peneliti meneliti Inspektorat Kota
Berdasarkan dari kasus yang pernah terjadi pada Inspektorat Kota Palembang dapat
diketahui bagaimana kinerja auditor untuk lebih memperhatikan kode etik yang
berlaku.
pulang kerja. Pasalnya, banyak pegawai yang tidak memperhatikan jam kerja,
masuk siang, dan pulang lebih awal. Harusnya pegawai disipilin agar dapat
melayani masyarakat dengan baik. Sebagian Pegawai pada pukul 08.00 WIB hari
kerja, masih sepi dan belum semua aparatur yang masuk kantor. Bahkan pada pukul
09.00 WIB, pegawai baru berdatangan ke kantor. Semangat kerja yang rendah
menyebabkan karyawan tidak disiplin, hal itu terlihat pada saat atasan sedang tidak
mengawasi karena kesibukan lain yang lebih urgent, saat jam kerja terdapat
karyawan melakukan korupsi waktu, yaitu pergi ke kantin, berbicara dengan rekan
kerja atau karyawan lain. Hal ini sangat membawa dampak yang buruk pada
6
Pada dasarnya penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini sudah
sama berkaitan dengan kinerja APIP di instansi Inspektorat antara lain yaitu: Reni
Yendrawati dan Nurwulan (2014); Muhajir, dkk (2015); Ulfa Indri (2015); Komang
Gunayanti dan I Dewa Nyoman (2015), Dwi Anjani dan M. Rafki (2015); Putu
Muhajir (2015); Ulfa Indri (2015); dan Komang Gunayanti (2015) menunjukan
bahwa secara parsial variabel integritas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja auditor/APIP. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Anjani dan M.
Rafki (2015) menunjukan bahwa secara parsial variabel integritas tidak berpengaruh
Penelitian yang dilakukan Irma Istiarini (2018); dan Adi Pratomo (2019)
Saputro dan Erma (2015) menunjukan bahwa secara parsial variabel independensi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putu Ryan dan I Ketut Budhiarta
(2018) menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan variabel integritas dan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandra dan Christia (2015) menunjukkan
7
bahwa secara parsial variabel integritas tidak berpengaruh secara signifikan namun
serta penelitian terdahulu dengan kajian yang sama tersebut, maka peneliti ingin
melakukan studi tentang kinerja auditor/APIP yang dipengaruhi oleh integritas dan
penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu dari subjek
menghasilkan suatu pengaruh yang baik terhadap kinerja pegawai Inspektorat Kota
Palembang.
Bertitik tolak dari fenomena dan research gap tersebut, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk tesis dengan judul “Pengaruh
Kota Palembang”.
B. Rumusan Masalah
8
1. Bagaimana Integritas, Independensi dan Disiplin Kerja berpengaruh secara
Kota Palembang?
C. Tujuan Penelitian
membuktikan pengaruh:
Palembang.
9
D. Signifikansi Penelitian
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Akademis
APIP.
10
BAB II
A. Kajian Teoritis
1. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Suatu organisasi atau perusahaan jika ingin maju atau berkembang maka
adalah pegawai yang kinerjanya dapat memenuhi target atau sasaran yang
kualitas dan kuantitas atas kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam
orang dengan yang lainnya dapat saja berbeda, karena faktor-faktor pendorong
dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
11
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning
suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau
yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Kinerja Auditor
secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan (Mulyadi,
2012:11).
tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor
menyebutkan bahwa Kinerja Auditor adalah hasil kerja yang bisa dicapai oleh
serta motivasi sebagai tolok ukur untuk mengukur kepuasan kerja masing-masing
auditor.
12
Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah Non Kementerian,
peraturan perundang-undangan.
Sesuai dengan PP No. 60 Tahun 2008 pasal 52, salah satu tujuan dibentuknya
kode etik APIP adalah untuk menjaga perilaku pejabat yang mempunyai tugas
sebagai auditor. Pejabat tersebut wajib menaati kode etik APIP yang disusun oleh
pemerintah.
Kode etik APIP ini diberlakukan bagi seluruh auditor dan pegawai negeri sipil
yang diberi tugas oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk
efektif dapat terwujud jika didukung dengan Auditor yang profesional dan
kompeten dengan hasil audit intern yang semakin berkualitas. Dalam rangka
mewujudkan hasil audit intern yang berkualitas diperlukan suatu ukuran mutu
telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Kinerja (prestasi
kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar), dimana kualitas adalah
berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah
hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu
13
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penentuan secara periodik
standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja berguna untuk
memperbaiki kinerja dimasa yang akan datang, memberikan nilai umpan balik
dikehendaki dalam kinerja. Dalam menjalankan fungsi audit internal, BPKP perlu
didukung oleh kinerja auditornya, sehingga hasil audit yang mereka laksanakan
Auditor dapat dikatakan sebagai karyawan yang bekerja pada suatu organisasi.
dari kerja auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
auditor itu. Kinerja auditor menjadi tolak ukur dari kerja auditor, apakah sudah
baik atau belum. Kinerja auditor adalah akuntan publik yang melaksanakan
suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan. Kinerja bisa melibatkan perilaku yang abstrak
14
kualitas dan kuantitas. Kinerja adalah fungsi dari usaha. Tanpa usaha, kinerja
hasil kerja dan usaha yang dilakukan auditor atas pelaksanaan tugas dan
kualitas dan ketepatan waktu. Kinerja seseorang dapat dikatakan baik apabila hasil
kerja individu tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya
organisasi.
Menurut Abdullah, dkk (2012:62) pencapaian kinerja auditor yang lebih baik
15
2. Kuantitas kerja Jumlah hasil kerja yang dapat diselesaikan dengan target
3. Ketepatan waktu Ketepatan waktu tersedia dan yang dapat diraih untuk
maka ukuran baik buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi.
Dikatakan efektif bila mencapai tujuan, dikatakan efesiensi bila hal itu
2. Otoritas dan tanggung jawab dalam organisasi yang baik wewenang dan
hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan
16
4. Inisiatif Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam
organisasi.
adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh auditor sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, komitmen akan pekerjaannya serta motivasi sebagai tolok ukur untuk
c. Aspek Kinerja
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Ketepatan waktu
17
4. Efektivitas
5. Kemandirian
orang lain.
6. Komitmen
terhadap pekerjaannya.
Faktor individu yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri masing-
yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan
dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik.
Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu untuk mampu
tujuan organisasi.
18
2. Faktor Lingkungan Organisasi (eksternal)
kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan
e. Indikator Kinerja
b. Komitmen profesional
19
c. Faktor motivasi
d. Kepuasan kerja
2. Integritas
a. Pengertian Integritas
concept of integrity, ideally, is defined as a good character, and also takes it, not
fear it”. Baisary (2013:22) menyatakan bahwa integritas diperlukan agar auditor
jawab profesional dengan integritas yang tinggi, serta setiap anggota harus
20
melakukan tanggung jawab profesional. Integritas terhadap profesi inilah yang
masyarakat dan tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji semua
keuntungan pribadi.
seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan
kepercayaan masyarakat dan tatanan yang nilai tertinggi bagi anggota profesi
berbagai hal, jujur dan terus terang dalam batasan kerahasiaan objek pemeriksaan.
21
Menurut Agoes Sukrisno (2013:229), seorang auditor harus memiliki
keyakinannya
4. Bertindak berdasarkan nilai (value) walaupun ada resiko atau biaya yang
cukup besar
a. Mengambil tindakan atas perilaku orang lain yang tiak etis, meskipun
22
dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya.
b. Prinsip Integritas
1. Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil
akan berdampak terhadap kinerjanya yang senakin baik. Setiap orang dapat
menghadapi perbedaan kondisi antara teori dan praktik lapangan. Pada situasi ini,
perlu secara tegas menggunakan wewenangnya dan tetap berpegang teguh pada
23
kode etik profesionalnya dalam menyelesaikan persoalan conflict of interest
c. Indikator Integritas
1. Kejujuran auditor ( jujur dan transparan) Jujur adalah sikap atau sifat
lembaga.
tidak takut dan memiliki rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi
bahaya kesulitan.
siapapun.
24
Indikator integritas seorang auditor dilandasi oleh kejujuran, keberanian
auditor, sikap bijaksana auditor dan tanggung jawab auditor. Jika keempat hal
tersebut sudah dimiliki oleh auditor maka auditor tersebut dapat di katakana
3. Independensi
a. Pengertian Independensi
also the most priceless asset of the auditing profession”. Menurut Suariana, dkk
(2014:82) mengartikan independensi sebagai suatu sikap mental yang bebas dari
pengaruh orang lain, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung
and ensures that auditor is free from management influence. The committee can
conduct informal and private meetings without the presence of the company’s
25
diperiksa, atau dari pihak lainnya yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan
mengacu pada kemampuan auditor eksternal untuk bertindak secara adil dan
2013).
ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting
akuntan publik dan prasayarat penting dalam penilaian kualitas hasil kerja
auditor.
peran penting dalam dunia bisnis dan perkembangannya. Akuntan bukan hanya
profesinya dengan due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik
keuangan audit, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan
independen.
26
Selain itu terdapat juga beberapa faktor yang mempengaruhi indpendensi
lepasnya klien.
Selain itu, Tjun, dkk (2012) meneliti enam faktor yang mempengaruhi
independensi, yaitu:
4. Persaingan.
dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi
juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta
dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
auditor adalah auditor harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang
27
diperiksa. Auditor dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya
(netral) seorang auditor yang tidak dikendalikan oleh pihak lain. Independensi
jawab mereka adalah sangat penting, namun yang lebih penting lagi adalah
sendiri.
b. Indikator Independensi
yaitu :
yaitu suatu keadaan di mana auditor memiliki kejujuran yang tinggi dan
dan objektivitasnya.
28
3. Independence in competence (independensi dari sudut keahlian) Independensi
c. Pentingnya Independensi
4. Jika akuntan publik tidak independen maka pendapat yang dia berikan tidak
d. Dimensi Independensi
berikut :
pengaruh orang lain) untuk memilih teknik dan prosedur audit dan beberapa
29
2. Investigative independence adalah kebebasan (bebas dari pengendalian atau
pengaruh orang lain) untuk memilih area, kegiatan, hubungan pribadi, dan
pemeriksaan.
4. Disiplin Kerja
a. Pengertian Disiplin
Secara etimologi, disiplin berasal dari bahasa latin “disipel” yang berarti
perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata
organisasi itu atas dasar keinsafan, bukan unsur paksaan. (Wursanto, 2011 : 147).
(M.Sinungan 2012 : 135). Disiplin kerja adalah sikap mental yang tercermin
tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan dengan
30
seseorang terhadap peraturan perusahaan/lembaga dan norma sosial yang berlaku.
(Hasibuan, 2011 : 193). Dari beberapa pendapat itu dapat disimpulkan bahwa
terhadap peraturan tertulis/tidak tertulis yang tercermin dalam bentuk tingkah laku
dan perbuatan pada suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Pegawai Negeri Sipil disebutkan pada Pasal 1 bahwa yang dimaksud dengan
disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu
sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan pegawai terhadap peraturan
adalah untuk mengarahkan tingkah laku pada realita yang harmonis. Untuk
1) Self discipline
Disiplin ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan telah
menjadi bagian dari organisasi, sehingga orang akan tergugah hatinya untuk
2) Command discipline
Disiplin ini tumbuh bukan dari perasaan ikhlas, akan tetapi timbul karena
31
Dalam setiap organisasi, yang diinginkan pastilah jenis disiplin yang
pertama, yaitu datang karena kesadaran dan keinsyafan. Akan tetapi kenyataan
selalu menunjukkan bahwa disiplin itu lebih banyak di sebabkan oleh adanya
kepentingan demi suatu cita-cita atau mencapai tindakan yang lebih efektif
dicegah. Sasaran pokok dari kegiatan ini adalah untuk mendorong disiplin diri
32
bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan. Contohnya dengan
lain teguran secara lisan oleh atasan, teguran tertulis, skorsing dari pekerjaan
Dengan adanya tata tertib yang ditetapkan, dengan tidak sendirinya para
sebagai berikut :
1) Ketepatan waktu
Para pegawai datang ke kantor tepat waktu, tertib dan teratur, dengan begitu
dapat dikatakan disiplin kerja baik.
33
2) Menggunakan peralatan kantor dengan baik.
Sikap hati- hati dalam menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukkan
bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang baik, sehinga peralatan kantor
dapat terhindar dari kerusakan.
3) Tanggungjawab yang tinggi.
Pegawai yang senantiasa menyelesaikan tugas yang di bebankan kepadanya
sesuai dengan prosedur dan bertanggungjawab atas hasil kerja, dapat pula
dikatakan memiliki disiplin kerja yang baik.
4) Ketaatan terhadap aturan kantor.
Pegawai memakai seragam kantor, menggunakan kartu tanda pengenal/
identitas, membuat ijin bila tidak masuk kantor, juga merupakan cerminan dari
disiplin yang tinggi (Soejono, 2013 : 67)
pegawai mentaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran, atau
bersifat mencegah tanpa ada yang memaksakan yang pada akhirnya akan
Untuk mencapai tujuan ini, beberapa tahapan yang perlu dilakukan antara
Menyatakan bahwa standar dan aturan yang dibuat tidak semata-mata untuk
kepentingan orang membuat peraturan, tetapi untuk kebaikan bersama dan yang
pelanggaran, hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh pegawai
pelanggaran.
34
c. Sanksi Pelanggaran Disiplin
1) Pemberian Peringatan
pertama, kedua dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar pegawai
Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan sanksi yang sesuai
Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini
pada organisasi.
pegawai, tua muda, pria dan wanita tetap diberlakukan sama sesuai dengan
kerja berlaku untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran yang sesuai
Dari pengertian disiplin kerja diatas dapat simpulkan bahwa disiplin kerja
35
kepentingan demi suatu cita-cita atau mencapai tujuan perusahaan. Secara
operasional disiplin pegawai terwujud dalam bentuk patuh terhadap tata tertib,
Menurut Hasibuan (2011: 193), indikator disiplin kerja terdiri dari 5 (lima)
yaitu:
b. Jam istirahat
d. Kehadiran
e. Cara berpakaian
f. Sopan santun
g. Kepatuhan
a. Bertingkah laku
36
b. Tanggung jawab
dalam penelitian ini untuk mengukur disiplin kerja pegawai adalah pada
B. Kerangka Pemikiran
dasar bagi pengambilan keputusan yang andal. Integritas sangat diperlukan agar
auditor dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit. Integritas juga
bisa dikatakan dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. penelitian
Ardini (2010), independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus
dijaga oleh akuntan publik. Independen berarti akuntan publik tidak mudah
tugasnya.
37
2. Pengaruh Integritas terhadap Kinerja APIP di Inspektorat Kota
Palembang
pengakuan profesional.
kepercayaan masyarakat dan tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam
keputusan yang andal bagi pengambilan keputusan, sehingga kualitas audit akan
menjadi baik dan kinerja akan menjadi baik (Erina et al, 2012).
dipercaya oleh semua pihak yang berkepentingan. Keluaran yang memiliki mutu
38
3. Pengaruh Independensi terhadap Kinerja APIP di Inspektorat Kota
Palembang
dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Akuntan
publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan
keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai
akuntan publik itu sendiri. Pada hubungannya dengan Kinerja Auditor, seorang
auditor yang memiliki sikap independen tinggi dalam melakukan audit, maka
hasil pemeriksaannya akan sesuai dengan fakta-fakta yang ada sehingga Kinerja
tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal
dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam
pemeriksaan. Masyarakat akan dapat menilai sejauh mana auditor telah bekerja
39
4. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja APIP di Inspektorat Kota
Palembang
daya manusia yang penting karena semakin baik disiplin kerja pegawai, semakin
baik kinerja yang dapat dicapai. Kedisiplinan merupakan faktor yang utama yang
diperlukan sebagai alat peringatan terhadap pegawai yang tidak mau berubah sifat
dan perilakunya. Sehingga seorang pegawai dikatakan memiliki disiplin yang baik
jika pegawai tersebut memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan kepadanya. Kinerja memiliki kaitan yang sangat erat dengan disiplin
kerja pegawai.
Semakin baik disiplin pegawai maka semakin tinggi pula prestasi kerja yang
masyarakat. Oleh karena itu, setiap pimpinan selalu berusaha agar para
Disiplin kerja yang tinggi dan optimal merupakan salah satu faktor yang dapat
kerja yang tinggi akan membuat karyawan bekerja lebih giat dan menjiwai
pekerjaannya yang pada akhirnya akan dapat menjadi karyawan yang tangguh dan
bermutu serta mampu melaksanakan tugas atau kegiatan dengan baik yang pada
40
Hubungan disiplin dan kinerja merupakan suatu hal yang sinergi. Tanpa
disiplin yang baik sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal.
Sebagai buktinya semakin tinggi disiplin kerja seseorang dalam bekerja, maka hal
yang memiliki dedikasi yang baik cenderung akan melakukan tugas yang
dibebankan dengan tepat waktu dan hasil yang optimal. Sehingga dari sini kita
Faktor-faktor
Lain (e)
Integritas (X1) 2
Disiplin Kerja 4
(X3)
1
41
C. Hipotesis Penelitian
1. Diduga ada Integritas, Independensi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja APIP
Palembang.
Palembang.
Kota Palembang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Disiplin Kerja terhadap Kinerja APIP. Obyek penelitian ini adalah Kantor
dapat terdiri dari auditor junior, auditor senior, dan partner. Namun, responden
Kota Palembang
42
B. Metode Penelitian
menggambarkan penyebab dari satu atau lebih masalah (Sekaran dan Bougie,
2013). Dalam penelitian ini, causal study digunakan untuk menguji Pengaruh
Palembang.
penelitian yang meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau
sebab akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah
berlangsung atau telah terjadi. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas
kajian teoritis, bahwa sesuatu variabel disebabkan oleh variabel tertentu atau
(X1), Independensi (X2), Disiplin Kerja (X3), dan Kinerja APIP sebagai (Y)
variabel dependen.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei yang
43
dari data primer dengan menyebarkan kuesioner ke responden yang bekerja di
C. Operasionalisasi Variabel
Sesuai masalah dan tujuan penelitian, variabel peneltiian ini terdiri dari :
Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
No Nama Variabel Definisi Indikator Skala
1 Kinerja (Y) Kinerja Auditor adalah 1. kemampuan Ordinal
suatu hasil kerja yang potensi (IQ)
dicapai oleh auditor 2. kemampuan
sesuai dengan reality
kemampuan yang (knowledge
dimiliki, komitmen dan skill)
akan pekerjaannya serta 3. Ketaatan
motivasi sebagai tolok Aturan
ukur untuk mengukur 4. Loyalitas
kepuasan kerja auditor. 5. Sikap kerja
6. Hubungan
Kerja
7. Iklim Kerja
8. Kepuasan
Individu
9. Rajin dalam
bekerja
2 Integritas (X1) Integritas adalah unsur 1. Transparan Ordinal
karakter yang mendasar 2. Tidak dapat
bagi pengakuan diintimidasi
profesional. Integritas 3. Percaya diri
merupakan kualitas 4. Tidak
yang menjadikan memihak
timbulnya kepercayaan 5. Menimbang
masyarakat dan tatanan masalah
yang nilai tertinggi bagi dengan
anggota profesi dalam seksama
menguji semua 6. Tanggung
keputusannya. jawab dengan
44
pekerjaan
7. Konsistensi
3 Independensi Independensi auditor 1. Independensi Ordinal
(X2) adalah sikap tidak penyusunan
memihak (netral) program
seorang auditor yang 2. Independensi
tidak dikendalikan oleh pelaksanaan
pihak lain. pekerjaan
Independensi berarti 3. Independensi
akuntan publik tidak pelaporan
mudah dipengaruhi
oleh kepentingan
berbagai pihak.
4 Disiplin Kerja Disiplin Kerja adalah 1. Datang dan Ordinal
(X3) sebagai kesanggupan pulang tepat
untuk mematuhi dan waktu
menjalankan peraturan 2. Memakai
yang telah ditetapkan atribut kantor
dan diberlakukan dalam 3. Taat pada
suatu organisasi peraturan
kepegawaian
4. Melakukan
tugas sesuai
dengan uraian
tugas
5. Memahami
pedoman
kerja
6. Melaksanakan
tugas
berdasarkan
standar kerja
7. Dalam
melaksanakan
tugas,
melakukan
evaluasi
proses dan
hasil kerja.
8. Dalam
melaksanakan
tugas,
melakukan
perbaikan
proses dan
hasil kerja
45
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek
Tabel 2
Populasi Penelitian
No. Golongan / Ruang Jumlah (orang)
1 Golongan IV 17
2 Golongan III 15
3 Golongan II 24
4 Golongan I 8
Total 64
Sumber : Inspektorat Kota Palembang (2020)
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini
dari populasi. Sample yang digunakan untuk penelitian ini adalah para pegawai
sampling yaitu dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan
46
Sejalan dengan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini mengambil sebanyak
fungsional auditor.
(2014 : 62) lebih lanjut menyatakan survey adalah sebuah teknik penelitian
yakni tentang gejala pada saat penelitian dilakukan. Analisis sebab akibat
sehingga hipotesis dapat teruji secara empirik dan melalui analisis statistik yang
akurat.
47
3. Jenis Data yang Digunakan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Menurut Indrianto.N dan Supomo.B (2002: 146) data primer adalah data
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak dari media perantara),
sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumber asli (melalui media perantara). Hal senada juga dikemukakan oleh Sekaran
& Bougie (2013: 113) data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari
tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab oleh responden,
biasanya dalam alternative yang didefinisikan dengan jelas (Sekaran & Bougie,
2013: 113).
Menurut Sekaran & Bougie (2013: 113) mengemukakan bahwa data sekunder
adalah data yang sudah tersedia yaitu, data yang mengacu pada data yang telah
dikumpulkan dan dianalisis oleh orang lain. Data sekunder dapat diperoleh baik
organisasi-organisasi;
d. laporan dan publikasi dari berbagai asosiasi yang berhubungan dengan bisnis
48
e. laporan yang disiapkan oleh para sarjana penelitian, perguruan tinggi,
f. catatan public dan statistic, dokumen sejarah, dan sumber informasi yang
dipublikasikan
merupakan skala jenis ordinal dengan perkiraan nilai jawaban pada setiap
(Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Kurang Setuju (KS) = 3, Tidak Setuju
1. Uji Validitas
dapat mengukur sesuatu yang ingin diukur, jika peneliti kuesioner dalam
pengumpulan data, kuisioner yang telah disusun harus dapat mengukur apa yang
ingin diukur. Setelah kuisioner disusun dan diuji validitasnya, didalam prakteknya
belum tentu data yang dikumpulkan adalah data yang valid. Uji validitas yang
diperlukan agar diperoleh instrument yang tepat untuk mengukur apa yang
49
skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor pertanyaan
yang dijawab oleh responden. Sebelum kuisioner digunakan untuk dua jenis
menggunakan rumus teknik korelasi item total Product Moment. Skor setiap
pertanyaan yang diuji validitasnya dikorelasikan dengan skor total seluruh item.
Kriteria pengujian instrumen dinyatakan valid jika rhitung > rtabel. Jika hasil pengujian
terasa item instrumen tidak valid, maka pertanyaan di drop (dibuang atau tidak
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2012 : 125) Bila alat ukur valid selanjutnya reliabilitas
alat ukur tersebut di uji reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama. Instrumen
sebaliknya. Berapa kesalahan pengukuran dapat diketahui dan nilai korelasi antara
hasil pengukuran pertama, kedua dan ketiga. Bila nilai korelasi (r) dikuadratkan
tinggi angka korelasi maka semakin besar nilai koefisien determinasi dan semakin
karakteristik data selain penyajian tabel dan grafik untuk mengetahui deskrifsi
50
data diperlukan ukuran yang lebih eksak. Dua ukuran penting yang sering dipakai
modus.
Selain kedua ukuran diatas, ukuran lain yang bisa dipakai adalah skweness
dan kurtosis untuk mengetahui kemiringan data. Untuk bentuk grafik, dianjurkan
pertanyaan maka dapat diketahui dimensi dan indikator mana yang masih lemah
1. Uji Data
a. Uji Normalitas
nilai α = 0,05. Apabila Asymp Sig > α= 0,05 maka data dinyatakan normal.
51
b. Uji Homogenitas
perlu memastikan apakah data tersebut berasal dari populasi yang homogeny.
data dihitung berdasarkan Asymtotic Significance yang diperoleh. Jika Asymp Sig
c. Uji Linearitas
dilakukan dengan ketentuan jika F hitung F tabel maka variabel bebas dengan
2. Model Analisis
atau memperkirakan nilai dari suatu variabel dalam hubungannya dengan variabel
Ŷ = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +e
Dimana :
52
Y : Variabel Kinerja APIP
a : Konstanta
X1 : Variabel Integritas
X2 : Variabel Independensi
e : Residu
3. Uji Model
a) Uji Multikolinearitas
yang sangat tinggi, jika salah satu dari variabel-variabel bebas berregresi terhadap
variabel bebas yang lain. Seperti dikatakan Rietvelt (2013 : 16). Multikolinieritas
memiliki arti adanya korelasi diantara dua atau lebih variabel bebas. Berarti jika
diantara variabel yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi antara satu dengan
yang lain atau berkorelasi tetapi tidak lebih tinggi dari r, maka bisa dikatakan
cara menghitung nilai Variance Inflating Factor (VIF), apabila VIF lebih kecil
dari 5 maka berarti tidak terjadi multikolieritas (Santoso, 2014). Sementara itu
dalam referensi lain disebutkan nilai kritik untuk nilai VIF adalah 10.
b) Uji Autokorelasi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pasda periode t dengan kasalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem
53
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
c) Uji Heteroskedastisitas
pengamatan yang lain, jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh dari model
regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas dalam
model regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapar disimpulkan tidak
4. Uji Koefisien
a. Koefisien Korelasi
Independensi dan Disiplin Kerja dengan kinerja digunakan besaran yang akan
dianalisis adalah korelasi (r). korelasi adalah salah satu teknik statistik yang
digunakan untuk mencari pengaruh dua variabel atau lebih. Dalam hal ini tidak
54
ditentukan variabel mana yang mempengaruhi variabel yang lainnya. Nilai
semakin kecil (mendekati nol) nilai absolute koefisien korelasi maka pengaruh
antara variabel tersebut semakin lemah. Tanda positif atau negatif menunjukkan
arah hubungan.
Kuat dan lemahnya korelasi antara variabel tidak ada ukuran yang pasti,
a) 0,70 – 1,00 (baik positif atau minus) menunjukkan adanya derajat asosiasi
yang tinggi.
b) 0,40 - < 0,70 (baik positif atau minus) menunjukkan hubungan yang
substansial.
c) 0,20 – 0,40 (baik positif atau minus) menunjukkan adanya korelasi yang
rendah.
d) < 0,20 (baik positif atau minus) korelasi dapat diabaikan. Young (2012 : 317)
b. Koefisien Determinasi
variabel terikat maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi atau penentuan
R2.
dependent (Y). analisis terhadap nilai R-square (R2) ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana variabel bebas (X1 dan X2) dapat menerangkan hubungan
55
perubahan variabel terikat (Y). sifat-sifat R-square sangat dipengaruhi oleh
banyak variabel bebas dimana semakin banyak variabel bebas semakin besar nilai
R-square.
tertentu suatu data. Sasaran utama metode statistik deskriftif adalah untuk
mereduksi kumpulan data menjadi sesuatu yang lebih sederhana dan lebih mudah
tentang nilai indikator dan item pertanyaan setiap variabel, dipergunakan skala
Tabel 3
Skala Penafsiran Nilai Indikator
2013 : 6). Aspek utama dari statistik dari data contoh untuk mengambil
dipergunakan untuk :
Korelasi Multipel.
56
b) Untuk mengetahui pengaruh X1, X2 , X3 terhadap Y dipergunakan analisis
regresi berganda.
analisis korelasi. Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 dan 1 atau -1 ≤ ryx ≤ 1.
sebagai berikut :
Tabel 4
Penafsiran Koefisien Korelasi
Jika Frasio > Ftabel atau prob‐sig <a = 5% berarti bahwa masing‐ masing variabel
57
Kinerja APIP di Inspektorat Kota Palembang.
H1: b1, 2, 3 ≠ 0, Terdapatpengaruh yang signifikan Integritas, Independensi
uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial
dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika t‐hitung > t‐tabel atau prob‐sig < α = 5%
58
Pengujian Hipotesis III (Uji t)
1) Formula Pengujian :
H0: b2 0 , Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Independensi
3) Kriteria Pengujian :
59
DAFTAR PUSTAKA
60
The Case Of Jordanian Commercial Banks. International Journal of
Business and Social Science.
Hery. (2010). Potret Profesi Audit Internal (di Perusahaan Swasta & BUMN
Terkemuka). Bandung: Alfabeta.
Mulyadi. (2012). Auditing. Buku Dua. Edisi Ke Enam. Jakarta: Salemba Empat
61
Rietveld dan Sunaryanto. 2013. 87 Masalah Pokok dalam Regresi Berganda,
Andi Offset, Yogyakarta
Suseno, Novie Susanti. 2013. Literature Riview The Effect Of Indepedence, Size
Of Public Accountant Office Toward Audit Quality And Its Impact On
Public Accountant Reputation. Journal of Applied Sciences Researches.
9(1): p:62-66
Soraya, Siti Annisa. 2014. Pengaruh Penerapan Kode Etik APIP Terhadap
Kinerja Auditor Pemerintah Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan (BPKP) Makassar Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas
Hasanuddin. Makassar
62
Sekaran, Uma dan Bougie Roger. 2013. Research methods for business: a skill
building approach. Jakarta: Penerbit Salemba.
Siti Nur Mawar Indah. (2010). “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor KAP Di
Semarang)”. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro
Safitri, Devi. 2015. Pengaruh Ambiguitas Peran Dan Motivasi Terhadap Kinerja
Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Pekanbaru,
Batam, Dan Medan). Jurnal Akuntansi (Media Riset Akuntansi &
Keuangan) 3.2: 160-173.
63
Lampiran 1
KUESIONER
IDENTITAS RESPONDEN
1. Usia Responden : ………………………………………………………
2. Jenis Kelamin : ………………………………………………………
3. Pendidikan :
………………………………………………………
4. Jabatan : ………………………………………………………
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang tersedia, dimana menurut
Bapak/Ibu adalah paling tepat dari masing-masing pernyataan.
Jawaban :
SS : Sangat Setuju = 5
S : Setuju = 4
KS : Kurang Setuju = 3
TS : Tidak Setuju = 2
64
STS : Sangat Tidak Setuju = 1
VARIABEL KINERJA
PILIHAN
NO PERNYATAAN
SS S RR TS STS
1. Saya bisa menangani dengan baik setiap
tugas/kasus yang diberikan kepada saya.
2. Faktor usia sangat mempengaruhi kinerja
auditor dalam melaksanakan profesinya.
3. Hasil pekerjaan saya tidak memenuhi target
atau kualitas yang ditentukan.
4. Saya menyelesaikan pekerjaan/tugas saya
dengan meminta bantuan dari auditor lain.
5. Saya menjadikan etika profesi sebagai
pedoman saya dalam bekerja.
6. Saya menjadikan tugas/kasus yang saya
dapatkan sebagai prioritas utama.
7. Saya akan tetap bekerja sebagai auditor
meskipun gaji saya dipotong untuk
keperluan tugas auditor.
8. Pekerjaan yang saya lakukan memotivasi
saya untuk berbuat yang terbaik sebagai
auditor.
9. Saya menentukan target sebelum
melaksanakan suatu pekerjaan.
10. Saya ragu - ragu dalam mengerjakan /
menjalankan tugas yang saya peroleh.
11. Saya menyelesaikan pekerjaan lebih dari
target dengan tidak mengabaikan kualitas.
12. Saya menyelesaikan pekerjaan tepat waktu,
VARIABEL INTEGRITAS
65
PILIHAN
NO PERNYATAAN
SS S KS TS STS
1. Auditor harus taat pada peraturan -
peraturan baik diawasi maupun tidak
diawasi.
2. Auditor harus bekerja sesuai keadaan yang
sebenarnya, tidak menambah maupun
mengurangi fakta yang ada.
3. Auditor tidak menerima segala sesuatu
dalam bentuk apapun yang bukan haknya.
4. Auditor tidak dapat diintimidasi oleh orang
lain dan tidak tunduk karena tekanan yang
dilakukan oleh orang lain guna
mempengaruhi sikap dan pendapatnya.
5. Auditor mengemukakan hal -hal yang
menurut pertimbangan dan keyakinannya
perlu dilakukan.
6. Auditor harus memiliki rasa percaya diri
yang besar dalam menghadapi berbagai
kesulitan.
7. Auditor selalu menimbang permasalahan
berikut akibat -akibatnya dengan seksama.
8. Auditor mempertimbangkan kepentingan
negara.
9. Auditor tidak mempertimbangkan keadaan
pihak lain untuk membenarkan perbuatan
melanggar dari ketentuan atau peraturan
perundang - undangan yang berlaku.
10. Auditor tidak mengelak atau menyalahkan
orang lain yang dapat mengakibatkan
kerugian orang lain.
11. Auditor memiliki rasa tanggung jawab bila
hasil pemeriksaannya masih memerlukan
perbaikan dan penyempurnaan.
12. Auditor memotivasi diri dengan
menunjukkan antusiasme yang konsisten
66
untuk selalu bekerja.
13. Auditor bersikap dan bertingkah laku
sesuai dengan norma yang berlaku
14. Dalam menyusun rekomendasi, auditor
harus berpegang teguh kepada ketentuan /
peraturan yang berlaku dengan tetap
mempertimbangkan agar rekomendasi
dapat dilaksanakan
VARIABEL INDEPENDENSI
JAWABAN
No PERNYATAAN
SS S KS TS STS
Saya bebas dari campur tangan perusahaan klien
dan adanya perselisihan yang bermaksud
1.
mengeliminasi, menentukan dan memodifikasi
bagian-bagian tertentu yang akan diaudit.
Saya bebas dari campur tangan perusahaan
2.
klien, dalam melakukan prosedur audit.
Saya bebas dari usaha pihak lain yang dapat
3. mempengaruhi saya ketika hendak melakukan
review terhadap objek audit.
Saya bebas dari kepentingan pribadi atau
hubungan yang mengarah dan membatasi
4. pemeriksaan kegiatan-kegiatan, dan catatan-
catatan, orang-orang tertentu yang seharusnya
tercakup dalam audit.
Saya menghindari praktik-praktik yang
meniadakan persoalan penting atau adanya
5.
temuan yang signifikan dari laporan yang
memuat temuan (catatan hasil audit).
Selama saya dalam penugasan audit, perusahaan
6. klien yang saya periksa bersikap sangat
membantu kelancaran pengumpulan bukti.
7. Saya mau menerima pendapat atau saran dari
atasan saya yang sesuai dengan kebutuhan
67
perusahaan klien yang hendak saya audit.
Saya bersikap independen terhadap perusahaan
8.
klien yang hendak saya audit.
Saya akan bertindak secara tepat dalam
9. pelaksanaan audit di lapangan atau sesuai
dengan program audit yang telah ditentukan.
Saya berusaha bersungguh-sungguh untuk
10. kompeten secara teknik dalam mengaplikasikan
standard an kode etik pemeriksaan.
Saya memiliki pengetahuan dan pengalaman
11.
dalam mengaudit.
Saya memiliki pengetahuan yang memadai
12.
mengenai perusahaan klien yang diaudit.
Saya mempunyai komitmen yang kuat atas
13.
kualitas audit yang dihasilkan
Saya memiliki standar teknik yang tinggi dan
14. menggunakan pengetahuan akuntansi serta
auditing secara berkelanjutan
68
Saya melaksanakan tugas berdasarkan standar
10.
kerja dalam melaksanakan tugas di kantor
Saya melakukan evaluasi proses dan hasil kerja
11.
dalam melaksanakan tugas di kantor
Saya melakukan perbaikan proses dan hasil
12.
kerja dalam melaksanakan tugas di kantor
69