Skripsikuuuu PDF
Skripsikuuuu PDF
SKRIPSI
1543050049
SKRIPSI
Farmasi
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NPM : 1543050049
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh: Nama : Titi Novi Yanti NPM : 1543050049 Program
Studi : Ilmu Farmasi Judul Skripsi : Pengaruh Perbedaan Penetral Gel
Rambut Ekstrak Etanol
70 % Bonggol Pisang Kepok ( Musa Balbisiana
) Terhadap Sifat Fisik Dan Stabilitas Fisik)
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : .....................
ii
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
proposal yang berjudul “PENGARUH PERBEDAAN PENETRAL GEL
RAMBUT EKSTRAK ETANOL 70 % BONGGOL PISANG
KEPOK ( Musa balbisiana ) TERHADAP SIFAT FISIK DAN
STABILITAS FISIK.”
Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas
semua
bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung
selama
penyusunan tugas akhir ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih
tersebut
2. Ibu Dr. Diana Laila Ramatillah, M.Farm., Apt, selaku Dekan Fakultas
3. Drs. Wahidin, M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi
4. Dr. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang
17 Agustus 1945.
6. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, dan kakak saya yang telah mendoakan,
7. Rekan istimewa saya yaitu Emil Aprian, Siti Umiyati, Lidyana Suci
Cahyanti,
Sandy Novia Irawan, Desi Indri Yanti, Nanda Ajeng Pramesti, Nadhiffa
iii
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Adinda Apriliana, Hanifah Nuraini yang telah peduli, membantu dan selalu
8. Seluruh Dosen dan Staff yang telah banyak membantu, mendidik serta
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna, baik dari
segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun
sangat diharapkan dalam penyempurnaan proposal skripsi
ini.
Terakhir penulis berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal
yang
juga.
Penulis
iv
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas sediaan gel
berbasis
(KOH). Pada forumlasi gel berbasis carbopol 940, apabila carbopol 940 di
tambah
dengan air menghasilkan pH yang asam dan struktur yang acak sehingga
stabilitas fisik dengan metode cycling test, pada suhu rendah (4°C ± 2°C),
suhu
kamar (27°C ± 2°C), dan suhu tinggi (40°C ± 2°C). Hasil penelitian
menunjukan
erpengaruh
bahwa perbedaan penambahan penetral basis gel carbopol 940 b
terhadap sifat dan stabilitas fisik sediaan gel rambut ekstrak bonggol pisang
fisik gel ekstrak bonggol pisang nilai viskositas dan nilai pH mengalami
v
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
ABSTRACT 1
vi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
DAFTAR ISI 2
1. Tujuan umum
............................................................................................ 2
2. Tujuan khusus
........................................................................................... 2
1.5 Hipotesis
........................................................................................................... 3
Klasifikasi .............................................................................................. 4
2.1.1
Morfologi .............................................................................................. 4
2.1.2
2.2 Rambut
............................................................................................................ 5
vii
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Organoleptik ....................................................................................... 13
2.4.1
Homogenitas ...................................................................................... 13
2.4.2
pH ....................................................................................................... 13
2.4.3
Viskositas ............................................................................................ 14
2.4.4
2.5 Ekstrak
........................................................................................................... 14
Triehtanolamine ................................................................................. 19
2.7.2
3.2 Alat
................................................................................................................. 26
3.3 Bahan
............................................................................................................. 26
viii
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Organoleptik ....................................................................................... 36
4.3.1
Rendemen .......................................................................................... 36
4.3.2
4.5 Stabilitas Fisik Sediaan Gel Rambut Ekstrak Bonggol Pisang Kepok
............... 42
Cycling test.......................................................................................... 42
4.5.1
Pengukuran pH ................................................................................... 43
4.6.1
B. Saran
.............................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................................... 56 Cycling test
....................................................................................................................... 57
ix
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
xi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN 4
Lampiran 2. Alur
penelitian...................................................................................60
Lampiran 4. Alat-alat
Penelitian..........................................................................62
ropilen
Lampiran 12. Certificate of Analysis (CoA) P
Glikol................................70
lkohol
Lampiran 13. Certificate of Analysis (CoA) A
70%...................................71
xii
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
BAB I
1PENDAHULUAN
lain saponin, flavonoid, antrakunon, kuinon, lektin dan tanin. Selain itu
dari
(Rahma,2012).
berbeda yaitu NaOH, KOH, dan TEA. Sediaan yang dibuat dari ekstrak
bonggol pisang pada penelitian ini adalah sediaan gel karena mudah
diaplikasikan.
1
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
dan KOH sebagai bahan penetral Carbopol 940 terhadap sifat fisik
dan
stabilitas fisik gel rambut ekstrak etanol 70% bonggol pisang kepok
(Musa balbisiana).
2
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Hipotesis 1.5
Dapat ditentukan pengaruhi sifat fisik dan stabilitas fisik gel rambut
TEA sehingga diperoleh suatu sediaan gel rambut yang baik dan stabil
stabilitas dan Uji aktifitas Penumbuh rambut tikus jantan dari sediaan
hair
NaOH, dan KOH sebagai bahan penetral Carbopol 940 bonggol pisang
3
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
BAB II 2
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi 2.1.1
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
(Tjiatrasoepomo,1999)
Morfologi 2.1.2
4
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Tjiatrasoepomo,1999).
Rambut 2.2
yang tumbuh terus sampai panjang misalnya pada kepala dan ada
pula
(Wasitaatmadia. 1997).
yaitu :
4. Rambut yang halus pada pip, hidung, dahi serta bagian tubuh
lainnya
.
5
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
yang berupa rambut halus pada pipi, dahi, punggung, dan lengan
dan Dawber, 1991). Rambut terdiri dari dua bagian yaitu batang
1. Batang Rambut
a. Kutikula rambut terdiri dari sel-sel keratin yang pipih, dan saling
6
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
udara.
c. Medula rambut terdiri dari tiga atau empat lapis sel yang
rongga udara.
2. Akar Rambut
dicabut.
Masa hidup atau siklus tiap helai rambut berbeda dengan helai
1. Anagen
7
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
tahun.
2. Katagen
3. Telogen
8
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
GEL 2.3
gel menjadi kental pekat pada waktu didiamkan dan menjadi cair
1. Hydrogel
sobek pada kulit. Oleh karena itu harus berhati-hati dalam memilih
Ismail, 2013).
2. Lipogel
pengental yang sesuai dan larut dalam minyak atau cairan lemak.
9
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
1. Mengembang
2. Sineresis
3. Efek suhu
4. Elastisitas
10
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
2002).
mudah untuk dibuat dan miliki stabililitas yang lebih besar (Ansel,
1. Gelling agent
2. Bahan tambahan
a. Pengawet
c. Chelating agent
EDTA
berpenestrasi.
12
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Organoleptik 2.4.1
Homogenitas 2.4.2
partikel kasar.
pH 2.4.3
yaitu 4,5-6,5, karena jika sediaan gel memiliki pH yang terlalu basa
(Djajadisastra, 2004).
13
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Viskositas 2.4.4
yang baik pada sediaan gel yaitu 2.000-4.000 cPs (Grag et al,
2002).
Ekstrak 2.5
1995).
a. Maserasi
14
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
a. Refluks
b. Sokhlet
pendingin balik.
suhu yang
lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-500 C.
(bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, suhu terukur (96-
980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
15
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
e. Dekok Infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan suhu
kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam
batas
atau kosmetik dalam waktu yang singkat, maka dapat dilakukan uji
983).
Swarbick et al 1
16
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
1. Elevated temperature
2. Elevated humidities
3. Cycling test
Pengujian produk baru biasanya dilakukan pada suhu kamar yang dikendalikan
(30oC ± 2oC) dengan kelembapan ruangan 75 % ± 5%
kecuali untuk obat yang peka terhadap suhu dilakukan pada suhu
Uji stabilitas untuk sediaan gel terdiri dari metode cycling test,
2002).
17
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
2. Suhu Rendah
3. Suhu Kamar
sineresis.
4. Suhu Tinggi
.7.1
Carbopol 940 2
Karbomer dipilih karena memiliki bentuk basis yang bening
18
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
acidpolimer, Carboxypolymethylene
pH : 2,5 – 3
Viskositas : 0,5% disperse dalam air sebesar 40.000-
60000 cP.
benzoate.
Konsentrasi : 0,5% - 2%
et al. , 2009).
Triehtanolamine 2.7.2
19
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Sinonim : TEA;Triethylolamine;Trihydroxytriethyl
amine; Tris(hydroxyethyl)amin
1995).
pH : 10,5
al., 2009).
humektan
20
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Propilen 2.7.3
glikol Propilen glikol merupakan cairan jernih, tidak berwarna,
manis, kental, dan praktis tidak berbau. Senyawa ini larut dalam
aseton, kloroform, air, gliserin, eter dan etanol, namun tidak larut
dalam minyak mineral. Propilen glikol dapat digunakan sebagai
humektan, pelarut, pengawet, stabilizer dan desinfektan (Rowe et al. ,
2009).
Sinonim : 1,2-dihidroksipropana,2hidroksipropanol,
metal etilenglikol, metal glikol, propan-
1,2-diol
hidroksibenzoat
molekul : 152,15
terbakar
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (1 : 2), mudah
metil paraben
22
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
farmasi, met
rentang
sediaan kosmetik makanan dan sediaan
pH yang luas
membasmi jamur. Aktifitas antimikrobanya et al. , 2009).
tidak berwarna dan tidak berbau. Larut dalam etanol dan propilen
hidroksibenzoat
molekul : 180, 20
Senyawa par
1989).
Hidrogen Oksida
Rumus molekul : H20 Bobot
molekul : 18,02
24
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
polar.
oksidanya.
wujud fisik
et al. , 2009).
25
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
BAB III 3
METODE PENELITIAN
Alat 3.2
Bahan 3.3
bonggol pisang kepok, serbuk magnesium, reagen HCl (p), HCl 2N,
FeCl3, H
2SO4 2N, dan NaOH 2N.
26
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Cara kerja 3.4
Persiapan Bahan Uji 3.4.1
Bahan pada penelitian ini digunakan adalah bonggol pisang kepok
(Musa balbisiana) yang diperoleh di perkebunan pisang kepok di
Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia. Kemudian bonggol pisang kepok
dideterminasi di Pusat Penelitian Biologi Hebarium Bogoriense Biang
Botani LIPI-Cibinong, Bogor untuk memastikan kebenaran tanaman
yang akan diuji.
Pembuatan ekstrak bonggol pisang kepok 3.4.2
Bonggol pisang segar dibersihkan dan dipotong kecil-kecil lalu
dikeringkan tanpa terkena sinar matahari langsung, serbuk simplisia
bonggol pisang kepok (Musa balbisiana) sebanyak 1 kg dimaserasi
dengan etanol 70% sebanyak 3 liter, lakukan selama 1 x 24 jam,
sesekali dilakukan pengadukan kemudian disaring dan ampasnya
diremaserasi sebanyak 4 kali, lalu diuapkan dalam rotary evaporator
sampai menghasilkan ekstrak kental. (Kanedi et al, 2017).
Karateristik ekstrak 3.4.3
1. Organoleptik
Pengamatan terhadap ekstrak kental dengan panca indra
meliputi bentuk, warna, bau dan rasa (Depkes,2000).
2. Rendemen
Perbandingan antara berat ekstrak kental yang didapat dengan
berat simplisia yang diekstrak. Ekstrak dihitung rendemen
dengan rumus (Depkes,2000) :
berat ekstrak yang diperoleh
% rendemen =
X100%
berat bahan yang diekstrak
3. Susut Pengeringan
Susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah dilakukan pengeringan
pada suhu 105 0 C sampai diperoleh
bobot konstan. Ekstrak ditimbang sebanyak 1 g dan masukan ke dalam botol tertutup
yang telah dipanaskan pada suhu 1050C
27
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
4. Kadar Air
5. Sisa Pelarut
a. Uji Flavanoid
1987).
28
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
b. Uji Saponin
c. Uji Antrakuinon
d. Uji Kuinon
e. Uji Tanin
tetes larutan pereaksi besi (III) klorida. Jika terjadi warna biru
(Farnsworth,1966).
f. Uji Sterol dan triterpenoid
29
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
g. Gula Pereduksi
Sebanyak 0,2 g serbuk simplisia ditambahkan dengan 2 tetes
fehling A dan fehling B lalu dipanaskan dipenangas air.
h. Alkaloid
Sebanyak 0.2 g serbuk simplisia ditambahkan dengan HCL, jika
tidak didapatkan campuran bening dilakukan penambahan
NH4OH dan kloroform dan HCL 2 N, ambil lapisan air lalu bagi menjadi
4 tabung,
masing-masing tabung di teteskan pereaksi
mayer, dragendorf, boucardad dan tabung lain sebagai
pembanding.
3.4.5
Formulasi sediaan gel Tabel 3.1 Acuan Formulasi Tabel
(Cahyanti, 2018)
Formula (%) Bahan
Fungsi FI (% b/v) FII (%b/v) FIII(% b/v) FIV (% b/v)
Ekstrak bonggol
4 4 4 4 ZatAktif
pisang kepok
Gelling
,5 1,0 1,5 2
Carbopol 940 0
Agent
TEA 0,5 1,0 1,5 2 Penetral
Propilenglykol 15 15 15 15 Pelarut
Metilparaben 0,15 0,15 0,15 0,15 Pengawet
Propilparaben 0,05 0,05 0,05 0,05 Pengawet
Air Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Pelarut
Keterangan : Penimbangan dalam satuan gram
30
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Tabel 3.2 Modifikasi Formulasi Gel
Bahan
Formula b/v (gram)
1
Fungsi (NaOH)
2
(TEA)
3
(KOH)
4 4 4 Zat aktif
Ekstrak etanol 70% bonggol pisang kapok
Carbopol 940 1 1 1 Gelling agent
NaOH 10 1 - - Penetral
TEA - 1 - Penetral
Kalium Hidroksida 10% - - 1 Penetral
Pengawet
Methylparaben 0,18 0,18 0,18
Propyl paraben 0,05 0,05 0,05 Pengawet
Propilenglikol 15 15 15 Humektan
Air suling sampai 100 100 100 Pelarut
31
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
dan dihomogenkan.
a. Pengamatan organoleptis
b. Pemeriksaan homogenitas
cahaya.
c. Pengukuran pH
32
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
e. Viskositas
viskositas.
Simpan sediaan gel pada suhu 4°C ± 2°C selama 24 jam, lalu
33
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
dari determinasi.
ntuk
dilakukan proses pemekatan menggunakan rotary evaporator u
35
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Karateristik 4.3
ekstrak bonggol pisang kepok 4.3.1
Organoleptik Tabel 4.1 Uji Organoleptik Ekstrak bonggol pisang kepok
Uji organoleptik Pengamatan
Warna Cairan kental berwarna kuning-coklat pekat
Bau Lemah Bentuk Cairan kental
Rasa Pahit
4.3.2
Rendemen Rendemen merupakan jumlah produk yang dihasilkan dari suatu
produksi. Dapat dikatakan pula sebagai perbandingan antara bobot
ekstrak yang diperoleh dengan bobot simplisia awal. Semakin tinggi
nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang
dihasilkan semakin banyak
Tabel 4.2 Hasil Rendemen Ekstrak bonggol pisang kepok
Bobot Simplisia Bobot Ekstrak Kental Rendemen 1000,00 g 82,4 g 8,24 %
Ekstrak yang diperoleh dengan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 70% memiliki nilai rendemen sebesar 8,24 % dengan
perhitungan :
82,4
Hasil nilai rendemen Rendemen 8,24% = 1000
x 100% = 8,24 %
dapat diartikan bahwa
ekstrak yang
diperoleh adalah sebesar 8,24% dari bobot 1000 g
4.3.3
Susut Pengeringan Penentuan susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batas
maksimal besarnya senyawa yang hilang atau menguap selama proses
pengeringan ataupun pemanasan. Nilai susut pengeringan yang
memenuhi syarat sebesar < 13% (Depkes,2010)
36
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Tabel 4.3 Hasil Susut Pengeringan Ekstrak bonggol pisang kepok
Bobot Awal Bobot Akhir Hasil Susut
Bobot Botol Timbang Kosong Pengeringan 42.2 g
44,1 g 43,98 g 6,315 %
Ekstrak yang diperoleh dengan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 70% memiliki nilai susut pengeringan sebesar 6,315
% dengan perhitungan :
43,44 − 43,36
%Susut Pengeringan =
x 100% = 6,315%
43,44 − 41,44 Hasil 6,315% menunjukkan bahwa susut pengeringan
ekstrak
etanol 70% bonggol pisang kepok memenuhi syarat yakni kurang dari
13% (DepkesRI,2010)
Kadar Air 4.3.4
Penetapan kadar air bertujuan untuk memberikan batas minimal
atau rentang kandungan air dalam ekstrak. Banyaknya kadar air dalam
ekstrak akan mempercepat pertumbuhan mikroba dan dapat merusak
senyawa yang terkandung akibat hidrolisis. Nilai kadar air yang
memenuhi syarat pada ekstrak sebesar < 10% (MMI,1995). Pengujian
kadar ini menggunakan alat Moisture Analyzer. Setelah dilakukan
penetapan kadar air ekstrak etanol 70% bonggol pisang kepok (Musa
Balbisiana) sebesar 8,23%. Kadar air yang diperoleh ini telah
memenuhi syarat MMI, yakni tidak lebih dari 10%. Jika susut
pengeringan dan kadar air melebihi kadar yang telah ditetapkan
literature, dikhawatirkan simplisia tersebut akan lebih mudah
ditumbuhi ketapang saat penyimpanan sehingga mutu akan menurun.
Kadar Abu Total 4.3.5
Penetapan kadar abu berfungsi untuk menentukan baik atau
tidaknya proses (ekstraksi), melihat bahan pengotor yang tercampur,
ataupun mengetahui zat kontaminan yang terkandung. Mineral
tersebut dapat berupa garam organik, non organik ataupun mineral
yang membentuk senyawa kompleks Pada tahap ini ekstrak
37
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
dipanaskan hingga senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan
menguap sampai yang tertinggal hanya unsur mineral dan anorganik
saja. Nilai kadar abu yang memenuhi syarat pada ekstrak sebesar 3-5
% (voight, 1994).
Tabel 4.4 Hasil Kadar Abu Ekstrak bonggol pisang kepok
Bobot Krus Porselen Kosong
Bobot Ekstrak
Bobot Krus Porselen + Abu Akhir
%Kadar Abu
33,01 g 2,00 g 33,11 g 5%
Ekstrak yang diperoleh dengan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 70% memiliki nilai kadar abu sebesar 5% dengan
perhitungan :
33,11 − 33,01
%Kadar Abu = 2,00
x 100% = 5 %
perhitungan : d = 25,155
25,164 g g − − 15,304 15,304 g
= 1,00035 ≈ 0%
g
Dari hasil diatas apabila dilihat pada tabel alkoholmetrik pada lampiran 23
(Depkes,2010) pada kolom b/b 25oC adalah 0, artinya
tidak didapatkan sisa pelarut etanol 70% pada ekstrak
4.3.7
Skrining fitokimia Tabel 4.6 Skrining fitokimia ekstrak bonggol pisang kepok
No. Golongan
Pereaksi Persyaratan
Senyawa
HCl
Hasil uji ekstrak bonggol pisang kepok 1 Flavonoid p + Logam Mg +
Amil Alkohol
+
Terbentuk Warna merah kuning Jingga
Air + Dikocok 10 detik +
2 Saponin
HCl encer
Terbentuk busa setinggi 1- 10 cm busa tidak hilang setelah penambahan 1 tetes HCl 2 N
+
H
3 Antrakuinon 2SO4p 2 N + Benzena
+ NaOH 2 N
Terjadi 2 lapisan yaitu lapisan merah dan lapisan benzene tidak berwarna
-
1. FeCl
4 Kuinon Air + NaOH 1 N Terbentuk warna merah + 5 Tanin 3 1%
2. Gelatin 1%
+ Kloroform + Asetat
Terbentuk warna biru atau hijau kehitaman 6 Triterpenoid Anhidrida +
H2SO4p
+ Kloroform + Asetat
Terbentuk cincin berwarna hijau atau merah 7 Steroid Anhidrida + H2SO4p
- Gula
Tidak terbentuk cincin berwarna hijau atau biru 8
Fehling A + Fehling B Tidak terbentuk endapan
pereduksi merah bata
-
9 Alkaloid
1. Perekasi mayer
1. HCL 2 N + Mayer 2. HCL 2 N + Dragendorf 3. HCL 2 N +
Bouchardad
terbentuk endapan putih kuning 2. Perekasi dragendof
terbentuk merah bata 3. Perekasi Bouchardad
terbentuk endapan coklat hitam
- + -
39
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Evaluasi 4.4
Awal Gel Ekstrak Bonggol Pisang Kepok Evaluasi awal dilakukan pada gel ekstrak
bonggol pisang kepok yang
dimana pemeriksaan dilakukan pada suhu kamar dengan parameter uji
adalah pengamatan organoleptik, viskositas dan pH. Sebelum dilakukan
penambahan penetral Carbopol 940 adapun data yang didapat adalah Warna
gel yang keruh dengan pH hanya mencapai angka 4,1 dan nilai viskositas
nya 1350 ps, Hasil pengujian formula dengan penetral adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.7 Pemeriksaan awal sediaan gel
Formula
Viskositas
Jenis pengamatan Warna Bau Konsistensi Homogenitas pH
(ps) I NaOH
Jernih-coklat kejinggaan (+)
Bau khas (+)
Gel lebih kental (+)
Homogen
(+)
5,9
(+)
3120
(+) II TEA
Jernih-Coklat kejinggaan (+)
Bau khas (+)
Gel kental
(+)
Homogen
(+)
5,89
(+)
2980
(+) III KOH
Jernih-Coklat kuning pekat (+)
Bau khas (+)
Gel sedikit kental (+)
Homogen
(+)
5,82
(+)
2930
(+)
Keterangan : (+) = Memenuhi syarat
Syarat : Sediaan gel harus kental ( Farmakope Indonesia Edisi III )
Sediaan gel harus jernih ( Farmakope Indonesia Edisi III )
Aroma Sesuai Ekstrak ( Farmakope Indonesia Edisi III )
Semua sediaan farmasi harus homogen ( Farmakope Indonesia Edisi III )
Nilai viskositas sediaan gel yang baik yaitu 2000-4000 Ps (Garg dkk, 2002)
Sesuai dengan pH kulit kepala 5 - 6,5 (Grag dkk, 2002)
Dari tabel-tabel diatas dapat dilihat bahwa secara kasat mata ketiga
formula membentuk gel dengan kekentalan berbeda. Adapun syarat pada
pustaka Handbook of pharmaceutical exipiens adalah 0,4 g NaOH dapat
menetralkan 1 gram carbopol. 1,35 gram TEA dapat menetralkan 1 g
carbopol 940 (Voight,1995) dan menurut (Tita,2010) penggunaan NaOH
40
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
dipercaya memang lebih stabil dari KOH, karena ion Na lebih mudah
terikat
nilai viskositas yang lebih tinggi diikuti formula dengan TEA dan formula
berwarna jernih, warna jernih ini memang hanya akan terjadi bila
dilakukan
stabilitas akibat suhu dan zat kontaminan lainnya dan dari data
pada
lampiran 21 didapatkan hasil bahwa FI, FII , FIII memenuhi syarat
gel
41
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Stabilitas 4.5
Fisik Sediaan Gel Rambut Ekstrak Bonggol Pisang Kepok Uji stabilitas sediaan gel
terdiri dari metode cycling test, penyimpanan
suhu rendah, suhu kamar, dan suhu tinggi. Pengamatan yang dilakukan
meliputi :
4.5.1
Cycling test C ycling test merupakan pengujian sediaan menggunakan
perubahan suhu dan kelembapan padaa interval waktu tertentu
sehingga produk dan kemasan mengalami tekanan yang bervariasi
daripada tekanan kontan yang sering kali lebih parah dibandingkan
pada satu kondiri saja.
Pengujian cycling test dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran terjadinya sineresis pada gel yang dapat terjadi
akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Sineresis menimbulkan
cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel.
Pemeriksaan sineresis dilakukan pada metode cycling test,
penyimpanan suhu rendah, suhu kamar, dan suhu tinggi.
Tabel 4.8. Hasil Pengamatan Sineresis Sediaan Gel
Metode pengujian
Waktu Penyimpanan
Formula FI (NaOH)
FII (TEA)
FIII (KOH) Cycling test Siklus 1 - - - Siklus 2 - - - Siklus 3 - - - Siklus 4 - - - Siklus 5 - - -
Siklus 6 - - - Suhu rendah Minggu ke-1 - - - Minggu ke-2 - - - Minggu ke-3 - - - Minggu
ke-4 - - - Minggu ke-5 - - - Minggu ke-6 - - - Minggu ke-7 - - -
42
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Lanjutan tabel 4.8 Hasil Pengamatan Sineresis Sediaan
Gel.
Keterangan:
tersebut stabil.
Pengukuran pH 4.6.1
terlalu asam karena dapat menimbulkan kulit iritasi dan juga tidak
gel selama penyimpanan 7 minggu pada suhu rendah, suhu kamar, dan
suhu
012).
sediaan gel (Ida et al, 2
44
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Dari ketiga formula, masih dalam batas aman pada suatu formula,
(Draelos et al, 2006) . Dari semua formula, NaOH lah yang hanya
mengalami penurunan pH terendah. Hal itu membuktikan penetral NaOH
menyetabilkan formula dengan lebih baik dibanding formula yang lain.
Adapun ketiga formula ini memenuhi persyaratan pH yang baik yaitu 4,5-
6,5 (Garg dkk,2002)
Gambar 4.1 Grafik Perubahan pH pda suhu Rendah (40C± 20C)
5,95
5,9
5,85
5,8
5,75
5,7
NaOH
5,65
TEA
5,6
KOH
5,55
5,5
5,45
Minggu 0
Gambar 4.2 Grafik Perubahan pH pda suhu kamar
5,45
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 7
5,95 5,9 5,85 5,8 5,75 5,7
NaOH 5,65 5,6
TEA
5,55
KOH
5,5
45
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Gambar 4.3 Grafik Perubahan pH pda suhu Tinggi (400C±20C)
5,95
5,9
5,85
5,8
5,75
5,7
NaOH 5,65
KOH 5,6
TEA 5,55
5,5
5,45
Berdasarkan uji stabilitas terhadap pH dibuktikan dengan analisa
ANOVA one way yang menyatakan pengaruh pH memiliki nilai memiliki
p-value 0 ,006 (p-value<
0,05), hal ini menunjukan adanya perbedaan
signifikan pH pada masing-masing formula tiap minggunya. Analisa
lanjutan mengunakan post hoc test turkey HSD menunjukan bahwa keempat
formula memiliki perbedaan pH signifikan tiap masing-masing formula
dengan p-value < 0,05. Namun pengujian pada suhu panas penurunan
pHnya lebih tinggi dibanding pada suhu yang lain, hal ini bisa terjadi karena
bahan yang terkandung dalam sediaan mengalami oksidasi dan carbopo 940
memang mengalami penurunan stabilitas pada suhu tinggi. Adapun Formula
I memiliki nilai pH yang baik untuk uji stabilitas karena memiliki grafik
dengan perubahan yang lebih rendah dan stabil. Semua formula memenuhi
persyaratan pH yang baik yaitu 4,5-6,5 (Grag,2000)
4.6.2
Pengukuran viskositas Viskositas merupakan salah satu indikator kestabilan sifat fisik
gel.
Untuk stabilitas fisik bisa dilihat dari perubahan viskositas gel selama
46
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
penyimpanan satu bulan. Pengukuran viskositas dilakukan pada
minggu ke-1 dan 7 pada suhu kamar dan suhu tinggi.
Pemeriksaan viskositas pada penyimpanan suhu kamar
memperlihatkan kestabilan viskositas gel jika disimpan pada kondisi
normal dalam pemakaian sehari-hari. Sedangkan pemeriksaan
viskositas pada suhu tinggi memperlihatkan jika gel disimpan pada
tempat yang panas, misalnya penyimpanan di mobil saat
pendistribusian. Hasil pengukuran uji pH ketiga formula pada suhu
kamar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10 Hasil pengujian Viskositas sediaan gel
Tabel 4.11 Distribusi Uji Kruskal-Wallis Formula terhadap Total Penurunan
Viskositas
Variabel Mean SD Min Max p-Value
Total Penurunan Viskositas Suhu penyimpan an
Minggu
76,00 31,490 26 110 0,156 Viskositas
0
(cps) Minggu
1
Minggu 2
Minggu 3
Total penurunan
Form ulasi
Minggu
Minggu
Minggu
Mingg 4
5
6
u 7 I 270C±20C 3120 3115
(-5)
3110
3107
3105
3102
3100
30943 (-5)
(-3)
(-2)
(-3)
(-2)
(-5)
26
400C±20C 3120 3113
(-7)
3110
3095
3089
3087
3075
3067 (-3)
(-5)
(-6)
(-2)
(-12)
(-9)
44
II 270C±20C 2980 2965 (-25)
75
400C±20C 2980 2960 (-20)
2960
2950
2945
2930
2915
2906 (-5)
(-5)
(-5)
(-5)
(-15)
(-15)
102
III 270C±20C 2930 2920 (-10)
2950
2925
2917
2900
2890
2878 (-10)
(-25)
(-8)
(-17)
(-10)
(-12)
85
400C±20C 2930 2900 (-30)
2910
2900
2890
2870
2850
2845 (-10)
(-10)
(-10)
(-20)
(-20)
(-5) 2880
2870
2861
2845
2835
2810
110 (-10)
(-10)
(-9)
(-36)
(-10)
(-25)
47
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Kruskal-Wallis.
Penurunan Viskositas
Multiple Comparisons
Lower
Upper
Upper
(J)
Upper
Formula Upper
Mean
95% Confidence Interval
Bound
fference (I- Bound
Bound
Std. Error Sig.
Bound
Std. Error Sig.
Bound
Lower
Lower
adalah formula 3.
48
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Gambar 4.4 Grafik uji viskositas
4.6.3 Kemampuan Menyebar
Tabel 4.13 Hasil evaluasi kemampuan menyebar
Tabel 4.14 Hasil evaluasi kemampuan menyebar sediaan
pada suhu kamar
Pengamatan
F III F II
FI
Formula
Pengamatan
III ( KOH )
I ( NaOH ) II ( TEA )
54
Diameter (mm) 49 51
27
Jari-jari (mm) 24,5 25,5
Kemampuan menyebar
1886,5 2291,1 2043,6
F = π r2 Minggu ke- 7
FI (NaOH) F II (TEA) F III (KOH)
Diameter (mm) 49,5 53 55
Jari-jari (mm) 24,75 26,5 27,5
Kemampuan menyebar
2
F=πr
1925,1 2376,1 2207,0
49
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Tabel 4.17 Hasil evaluasi kemampuan menyebar
sediaan
pada suhu tinggi
F 2 (TEA ) F 3 ( KOH)
F 1 (NaOH)
Pengamatan
Minggu ke- 7
Kemampuan F=πr2
menyebar 1965,5 2570,7 1772,7
maka gel akan terkesan lebih cair yang menimbulkan rasa kurang
nyaman ketika digunakan pada rambut, pada gel ekstrak bonggol
50
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
sedangkan gel yang diameter penyebaranya antara 50 mm – 70 mm
dikelompokkan menjadi gel semi cair, sedangkan > 70 mm
dikelompokkan menjadi gel cair (Garg dkk, 2002).
Tabel 4.18 Distribusi Uji Kruskal-Wallis Formula terhadap diameter
Variabel Mean SD Min Max p-Value
Diameter Sebar 52,033 3,6751 47,5 57,2 0,368
Dari hasil uji statistik diatas didapatkan bahwa uji daya sebar
terhadap formula ada perbedaan namun tidak signifikan dimana nilai p
didapatkan sebesar 0,368. Diameter sebar paling kecil sebesar 47,5 cm
sedangkan diameter terbesar 57,2 cm. Karena jumlah data terlalu sedikit
sehingga tidak dilakukan uji annova namun dilakukan uji Kruskal-Wallis.
Tabel 4.19 Uji Post-Hoc (Bonferroni) Antar Formula Berdasarkan Diameter
Sebar
Multiple Comparisons
(I) Formula (J) Formula
95% Confidence Interval Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
Lower Bound
Upper Bound Formula 1 Formula 2 -5.3500 3.5152 .676 -22.422 11.722
Formula 3 -1.5000 3.5152 1.000 -18.572 15.572 Formula 2 Formula 1 -3.8500 3.5152 1.000
-20.922 13.222
Formula 3 1.5000 3.5152 1.000 -15.572 18.572 Formula 3 Formula 1 3.8500 3.5152 1.000
-13.222 20.922
Formula 2 5.3500 3.5152 .676 -11.722 22.422
51
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
daripada formula yang lain. Uji daya sebar dengan nilai terburuk
adalah
formula 3.
FI F II F III
Berdasarkan FI, FII, FIII data evaluasi dari gel dalam uji
52
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Uji
Formula Total Ranking Viskositas Sebar pH
Formula 1 1 1 1 3 1
Formula 2 2 2 1 5 2
Formula 3 3 3 1 7 3
Berdasarkan uji kuantitatif yang terdiri dari uji viskositas, uji sebar, dan uji pH
didapatkan bahwa formula 1 adalah yang terbaik diantara 2 formula yang lain.
BAB V 5
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat
disimpulkan
bahwa:
1. Ekstrak bonggol pisang kepok dapat dibuat menjadi sediaan gel yang
stabil secara fisik, yang dapat dilihat dari penampilan fisik yang
tercampur
sediaan gel ekstra bonggol pisang kepok yang stabil secara fisik dan
kimia,
kepok lebih baik dengan bentuk jernih terhadap sifat fisik gel
dibandingkan dengan zat penetral TEA dan KOH dilihat dari evaluasi
Formulasi II dengan zat penetral TEA dan Formulasi III dengan zat
penetral KOH.
54
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
B. Saran
bonggol pisang kepok yang berperan terhadap aktivitas anti bakteri dan
mekanismenya dan lakukan uji aktivitas untuk anti ketombe gel ekstrak
bonggol
pisang kepok
55
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
DAFTAR PUSTAKA 6
Allen LV. The art, science, and technology of pharmaceutical componding.
Washington D.C. American Pharmaceutical Association, 1998. Hal 201,
207-9, 302-11.
Astuti D.P., Husni P., Hartono K., 2017. Formulasi dan uji stabilitas fisik
sediaan gel antiseptik tangan minyak atsiri bunga lavender (Lavandula
angustifolia Miller : Farmaka
56
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Ida N. Dan Noer S. F., 2012, Uji Stabilitas Fisik gel Ekstrak Lidah Buaya
(Aloe
Vera), Majalah Farmasi dan
Farmakologi.
Lachman L, Lieberman HA, kanig JL. 1994. Teori dan praktek Farmasi
Industri.
Edisi ketiga. Universitas Indonesia,.
Martin A, bustamenpe P, Chun AHC.1993.Physical Pharmacy. 4th ed.
Philadelphia, London: Lea &Febiger. Hal 453-0, 480-7,
496-7.
Priskila, V. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktifitas Pertumbuhan Rambut
Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonoc Yang Mengandung Ekstrak Air
Bonggol Pisang Kepok ( Musa balbisiana ). Depok: Fakultas Farmasi UI
Rahma, N., Farmawati., N., & Saleh., Agung Ismail. 2013. Uji Aktifitas
Sediaan Tonik Penumbuh Rambut Ekstrak Metanol dari Bonngol Pisang
Kepok ( Musa balbisina ) pada tikus putih jantan. Jurnal BIMFI vol 2 No 1.
Depok: Fakultas Farmasi UI. Hal 32-36
Saifudin, A., Rahayu ., & Teruna. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam.
Graha
Ilmu : Yogyakarta.
57
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Saputra, Viki,. 2016. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Rambut
Yang Mengandung Ekstrak Metanol Bonggol Pisang Kepok ( Musa
paradisiaca). J akarta. Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945.
Tranggono, Retno Iswari & Latifah, Fatma. 2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Zatz JL, Berry JJ, Alderman DA. 1996. Viscosity-imparting agents in disperse
systems. In Lieberman HA, Rieger MM, Banker GS, Aulton ME, editors.
Pharmaceutical dosage forms: Disperse systems 2nd ed. Vol.I. New York:
Marcel Dekker, Inc. p. 85-6, 296, 298, 304, 399-417.
58
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Pembuatan Ekstrak Bonggol Pisang Kepok
Bonggol Pisang Kepok Determinasi Pencucian,
Pengeringan,
Penghalusan
Serbuk Bonggol Pisang Kepok sebanyak 1kg
Ekstraksi Maserasi dengan etanol 70% 3liter selama 4x24 jam
Maserat
Pemekatan dengan Rotary Evaporator
Organoleptik
Ekstrak Kental Bonggol Pisang Kepok sebanyak 82,4 g 1. Rendamen Ekstrak 2. Susut pengeringan 3.
Kadar Air 4. Kadar Abu 5. Sisa pelarut
Skrining fitokimia
Pembuatan gel dengan basis carbopol 940 dan penambahan penetral TEA, Identifikasi :
NaOH, KOH untuk melakukan 1. Tanin
perbandingan 2. Flavanoid 3. Steroid 4. Gula Pereduksi 5. Antarkuinon 6. Kuinon 7. Alkaloid 8.
Terpenoid
59
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
h
(40C±20C)
Lampiran 2. Alur penelitian Suhu Tinggi
(400C±20C)
Suhu Tinggi
Pembuatan gel rambut
(400C±20C)
bonggol pisang kepok Suhu Kamar
(270C±20C)
Suhu Kamar
(270C±20C)
Gel rambut Suhu Kamar
1. Organoleptik 2.
(270C±20C)
Homogenitas 3.
Suhu Kamar
Ph 4. Viskositas
(270C±20C)
5. Daya sebar
Cycling test
Evaluasi gel rambut :
Uji stabilitas
homogenitas 3. pH
4. Visko
1. Organoleptik 2.
Homogenitas 3.
pH
1. Organoleptik 2.
homogenitas 3. Ph
4. Visko 5. Daya
sebar
1. Organoleptik 2.
homogenitas 3. pH
60
4. Visko
1. Organoleptik 2.
Lampiran 3. Proses Ekstraksi Bonggol Pisang Kepok
Pembersihan bonggol penjemuran simplisia serbuk
ekstraksi dengan metode
maserasi
pemekatan dengan rotary
penyaringan
evaporator
ekstrak kental
61
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Homogenaizer Viskometer
Jangka Meter
pH meter
Desikator Tanur
62
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Lampiran 5. Hasil Skrining Fitomia Ekstrak Bonggol Pisang Kepok (Musa
balbisiana)
alkaloid
flavonoid Saponin
(pereaksi bouchardad)
gula pereduksi tanin alkaloid (pereaksi dragendof)
Gel penyimpanan suhu rendah (40C± 20C) Gel penyimpanan suhu kamar
(270C±20C)
Gel penyimpanan suhu tinggi
(400C±20C)