Anda di halaman 1dari 8

Menciptakan Lingkungan Kerja yang Aman

Menciptakan Lingkungan Kerja yang Aman

Menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan aktif mengidentifikasi risiko dan
mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan sebelum situasi menjadi lebih
buruk merupakan langkah awal dalam menangani bahaya di tempat kerja.

Pekerja, atau yang dikenal sebagai sumber daya manusia adalah aset yang paling
berharga bagi perusahaan. Menerapkan program K3 adalah keputusan menghemat
biaya bagi perusahaan. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dapat meningkatkan
semangat kerja karyawan yang pada gilirannya akan meningkatkan produktifitas,
efisiensi, dan keuntungan bagi perusahaan. Nilai-nilai dalam menciptakan lingkunga
kerja yang aman meliputi perencanaan, komitmen, komunikasi, refleksi, penilaian
secara berkala dan perbaikan terus-menerus.

Tidak ada yang dapat membantah dengan fakta mengenai pentingnya keselamatan
kerja. Namun sering terjadi secara tidak disengaja kita mengabaikannya, meninggalkan
pekerja dan orang lain ditempat kerja yang mengandung risiko.

Apakah anda bekerja di sebuah gudang, kantor atau di lapangan, maka lingkungan
kerja yang aman sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki hak untuk bekerja
di mana keselamatan dan kesehatannya tidak terancam.

Kita sering mendengar tentang berita kecelakaan kerja yang terjadi di sebuah
perusahaan karena kelalaian belaka. Meskipun tidak mungkin untuk mengontrol
tindakan setiap karyawan yang beraktifitas di tempat kerjanya namun diperlukan
pelatihan keterampilan untuk melindungi dirinya dari berbagai sumber bahaya.
 
Pendekatan untuk keselamatan di tempat kerja yang membawa hasil yang baik dan
memberikan kontribusi kepada seluruh karyawan adalah ;

 Komitmen manajemen yang kuat terhadap pemeliharaan dan peningkatan


perilaku K3 dalam setiap   tindakan individu pada tingkat manajemen.

 Berkomunikasi secara terbuka antara manajemen dan karyawan tentang semua


aspek keselamatan di tempat kerja.

 Menerapkan budaya umpan balik secara terbuka antara karyawan untuk tumbuh,
belajar dan konsisten dalam menjalankan program K3 di tempat kerjanya.

 Perusahaan harus menciptakan budaya mempromosikan K3 ditempat kerjanya,


melatih karyawan tentang cara melindungi diri dari berbagai bahaya,
menciptakan lingkungan kerja yang aman demi aset yang paling berharga yaitu
karyawan.

Responsibility of Safety

 Safety adalah tanggungjawab bersama

 Safety adalah budaya yang mendasari perilaku

 Safety bukan sekadar program, tetapi pembangunan budaya (safety


culture)

 Safety bersifat multidisiplin

 Masalah Keselamatan saling terkait antar semua fungsi misalnya sistim


pelatihan dan pembinaan, jaminan sosial, sistim jam kerja, prosedur,
peralatan kerja, pemeliharaan tempat kerja, sistim pengawasan dan
penilaian dsb.

Mengapa Tempat Kerja Yang Aman Dan


Sehat Penting?
Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan mereka secara
efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir dan banyak terdapat bahaya,
kerusakan dan absen sakit tak terhindarkan, mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja
dan produktivitas berkurang bagi perusahaan.

Meskipun kenyataannya, para pengusaha di seluruh dunia telah secara hati-hati merencanakan
strategi bisnis mereka, banyak yang masih mengabaikan masalah penting seperti keselamatan,
kesehatan dan kondisi kerja. Biaya untuk manusia dan finansial dianggap besar.

Menurut ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160
juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja
meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Angka menunjukkan, biaya manusia dan
sosial dari produksi terlalu tinggi.

Dalam istilah ekonomi, diperkirakan bahwa kerugian tahunan akibat kecelakaan kerja dan
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan di beberapa negara dapat mencapai 4 persen dari
produk nasional bruto (PNB). Biaya langsung dan tidak langsung dari dampak yang
ditimbulkannya meliputi:

 Biaya medis;
 Kehilangan hari kerja;
 Mengurangi produksi;
 Hilangnya kompensasi bagi pekerja;
 Biaya waktu / uang dari pelatihan dan pelatihan ulang pekerja;
 kerusakan dan perbaikan peralatan;
 Rendahnya moral staf;
 Publisitas buruk;
 Kehilangan kontrak karena kelalaian.

Di masa lalu, kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja dipandang sebagai bagian tak
terhindarkan dari produksi. Namun, waktu telah berubah. Sekarang ada berbagai standar hukum
nasional dan internasional tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipenuhi di
tempat kerja. Standar-standar tersebut mencerminkan kesepakatan luas Antara
pengusaha/pengurus, pekerja dan pemerintah bahwa biaya sosial dan ekonomi dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja harus diturunkan.

Sekarang dipahami bahwa semua biaya ini memperlamban daya saing bisnis, mengurangi
kesejahteraan ekonomi negara dan dapat dihindari melalui tindakan di tempat kerja yang
sederhana tetapi konsisten.

Syarat dan 5 Faktor Utama K3 Lingkungan


Kerja
Sebuah perusahaan atau pengelola suatu usaha harus memiliki unsur K3 yang terdiri dari
kesehatan, keamanan, dan keselamatan kerja. Dengan adanya tiga hal ini pekerja atau personel
dari sebuah perusahaan bisa bekerja dengan maksimal dan tidak akan mengalami kecelakaan
yang membuat luka, sakit, atau masalah krusial lainnya.

Berdasarkan Pasal 2 Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja. Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melaksanakan syarat-syarat K3
Lingkungan Kerja. Nah, ulasan tentang syarat K3 Lingkungan kerja beserta faktornya bisa Anda
simak di bawah ini.

Syarat K3 Lingkungan Kerja


Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Permenaker No. 5
Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja meliputi:

1. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB.
2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja agar memenuhi
standar.
3. Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang bersih dan sehat.
4. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang Lingkungan
Kerja.
Sesuai Pasal 4, pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja bertujuan untuk mewujudkan
Lingkungan Kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam rangka mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan melalui kegiatan:

1. Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja.


2. Penerapan Higiene dan Sanitasi.

Berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan pengendalian Lingkungan
Kerja meliputi faktor:

1. Fisika.
2. Kimia.
3. Biologi.
4. Ergonomi.
5. Psikologi.

Penerapan Higiene dan Sanitasi pada K3 Lingkungan Kerja meliputi:

1. Bangunan Tempat Kerja.


2. Fasilitas Kebersihan.
3. Kebutuhan udara.
4. Tata laksana kerumahtanggaan

Faktor Utama dalam K3 Lingkungan Kerja


Berdasarkan Pasal 5, Permenaker No. 5 Tahun 2018, pengukuran dan pengendalian Lingkungan
Kerja meliputi faktor fisika, faktor kimia, faktor biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi.
Berikut ulasan lengkap tentang faktor utama dalam K3 Lingkungan Kerja dan turunannya.

1. Faktor Fisika

Faktor Fisik atau Fisik terbagi lagi menjadi beberapa faktor turunan di bawah ini.

1. Iklim Kerja.
2. Kebisingan.
3. Getaran.
4. Gelombang radio atau gelombang mikro.
5. Sinar Ultra Violet.
6. Medan Magnet Statis.
7. Tekanan udara.
8. Pencahayaan.
Penanganan faktor fisika ini cukup kompleks karena setiap faktor turunan memiliki cara yang
spesifik. Secara umum cara penanganan yang dilakukan adalah mengendalikan pemicu yang
membuat pekerja tidak nyaman. Informasi lengkap terkait penanganan bisa dilihat pada
Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 8-19.

2. Faktor Kimia

Faktor Kimia ini berhubungan dengan hal-hal berbau kimia dan perlindungan pada pekerja atau
masyarakat umum di sekitar perusahaan. Beberapa bahan kimia yang dianggap berbahaya
biasanya akan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yang terdiri dari:

 Mudah terbakar
 Mudah meledak
 Beracun
 Korosif
 Oksidator
 Reaktif
 Radioaktif

Selain itu bentuk dari zat kimia mulai dari padat, cair, dan gas di lingkungan juga harus
diperhatikan dengan baik. Apabila zat kimia berbahaya mengenai seseorang, kemungkinan
terjadi masalah akan besar mulai dari melepuh di kulit hingga memicu masalah yang lebih kronis
lainnya.

Pengendalian faktor kimia ini bisa dilakukan dengan membuat ventilasi udara, mengisolasi,
penggunaan bahan yang lebih aman, dan lainnya. Informasi lengkap terkait pengendalian faktor
kimia bisa dilihat pada Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal 21 angka 2.

3. Faktor Biologi

Pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Faktor Biologi harus dilakukan pada Tempat Kerja
yang memiliki potensi bahaya Faktor Biologi. Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi:

1. Mikroorganisme dan/atau toksinnya.


2. Arthropoda dan/atau toksinnya.
3. Hewan invertebrata dan/atau toksinnya.
4. Alergen dan toksin dari tumbuhan.
5. Binatang berbisa.
6. Binatang buas.
7. Produk binatang dan tumbuhan yang berbahaya lainnya

Pengendalian Faktor Biologi bisa dilakukan sesuai dengan Permenaker No. 5 Tahun 2018, Pasal
22 angka 7. Beberapa cara yang bisa dilakukan meliputi.

1. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi.
2. Menggunakan baju kerja yang sesuai.
3. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
4. Memasang rambu-rambu yang sesuai.
5. Memberikan vaksinasi apabila memungkinkan.
6. Meningkatkan Higiene perorangan.
7. Memberikan desinfektan.

4. Faktor Ergonomi

Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor Ergonomi. Potensi bahaya Faktor Ergonomi meliputi:

1. Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat melakukan pekerjaan.
2. Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan antropometri Tenaga Kerja.
3. Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja

Potensi bahaya di atas bisa dikendalikan dengan beberapa cara sesuai dengan Pasal 23 angka 4,
Permenaker No. 5 Tahun 2018 di bawah ini.

1. Menghindari posisi kerja yang janggal.


2. Memperbaiki cara kerja dan posisi kerja.
3. Mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan
peralatan kerja.
4. Memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat Kerja, dan peralatan kerja.
5. Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat.
6. Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik.
7. Menggunakan alat bantu.

5. Faktor Psikologi

Pengukuran dan pengendalian Faktor Psikologi harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor Psikologi. Potensi bahaya Faktor Psikologi meliputi.

1. Ketidakjelasan/ketaksaan peran.
2. Konflik peran.
3. Beban kerja berlebih secara kualitatif.
4. Beban kerja berlebih secara kuantitatif.
5. Pengembangan karir.
6. Tanggung jawab terhadap orang lain.

Pengendalian faktor psikologi bisa dilakukan melalui manajemen stress dengan:

1. Melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja.


2. Mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja.
3. Mengadakan program konseling.
4. Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai.
5. Mmberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam proses
pengambilan keputusan.
Informasi lengkap terkait penanganan faktor psikologi bisa dilihat pada Pasal 24 angka 5,
Permenaker No. 5 Tahun 2018.

Demikianlah ulasan tentang faktor utama K3 Lingkungan Kerja dan beberapa syaratnya yang
harus dimiliki oleh perusahaan. Semoga ulasan di atas bisa digunakan sebagai rujukan untuk
mendapatkan informasi terkait K3 Lingkungan Kerja.

Ciptakan Lingkungan Kerja Aman dan


Sehat, Menaker Minta K3 Sebagai Prioritas
Dalam Bekerja
Liputan6.com, Pekanbaru Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengajak kepada seluruh
pemangku kepentingan baik dari Serikat Pekerja, Pengusaha, Pekerja maupun masyarakat agar
terus meningkatkan pengawasan dan penyadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). 

Di era Revolusi Industri 4.0, menurut Menaker, sangat diperlukan adanya suatu upaya inovatif
dalam mengendalikan potensi bahaya baru akibat dari jenis-jenis pekerjaan baru dengan
pendekatan otomatisasi, super komputer, artificial intelligence dan fleksibiltas pola kerja.

Dikatakan oleh Menaker Ida, Saat ini pemerintah telah memiliki rancangan strategi nasional di
bidang ketenagakerjaan yang telah dituangkan dalam RPJMN, yaitu meningkatnya tenaga kerja
yang berdaya saing dan iklim hubungan industrial yang kondusif dalam menghadapi pasar kerja
yang fleksibel.

"Maka dari itu saya meminta dukungannya agar dalam pelaksanaan K3 agar serius guna
menghindari terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga terciptalah tempat kerja
yang aman, nyaman, sehat dan tercapai produktivitas yang tinggi", kata Ida saat menjadi
Pembina Upacara Bulan K3 tahun 2020 yang dilaksanakan di lapangan PTPN V,
Pekanbaru, Provinsi Riau, pada Jumat, (14/2).

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah saat kegiatan Bulan K3 tahun 2020 yang dilaksanakan di lapangan
PTPN V, Pekanbaru, Provinsi Riau, pada Jumat, (14/2).

Ida menyampaikan berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, pada tahun 2018 telah terjadi
kecelakaan yang berada ditempat kerja sebanyak 114.148 kasus dan tahun 2019 terdapat 77.295
kasus. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan kasus kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
sebesar 33.05%. Sedangkan di provinsi Riau menurutnya, pada tahun 2019 telah terjadi
kecelakaan kerja sebanyak 14.325 kasus.

Ida juga menambahkan bahwa jangan sampai K3 dianggap sebagai penghambat investasi, justru
K3 adalah penjaga investasi karena pelaksanaan K3 adalah soal nyawa dan kesehatan manusia
serta keberlangsungan berusaha, “K3 adalah prioritas”.
"Untuk itu, saya mengajak semua pihak untuk terus menggelorakan K3 agar dapat terlaksana
secara efektif dan efisien di semua tempat. Kerja sama dan koordinasi yang baik ini harus terus
kita tingkatkan dalam memotivasi pelaksanaan K3 di tempat masing-masing sesuai kewenangan
masing-masing", tegas Ida.

Tak lupa Menaker turut memberikan apresiasinya kepada Gubernur Riau beserta jajarannya dan
semua pihak yang telah melaksanakan acara ini sebagai upaya aktif dalam mengembangkan,
mempromosikan serta membudayakan K3.

Turut hadir dalam upacara ini Gubernur Riau, Syamsuar, Plt. Direktur Jenderal Binwasnaker &
K3

Anda mungkin juga menyukai