Anda di halaman 1dari 4

1.Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Perundang-undangan.

Bidan merupakan salah satu bagian dari paramedis. Pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan
dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta
ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur didalam peraturan atau
keputusan menteri kesehatan.
Kegiatan praktek bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang beraku.

2.Tanggung Jawab Terhadap Pengembangan Kompetensi.


Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya. Oleh karena itu,
bidan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti
pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar, serta pertemuan ilmiah lainnya.

3.Tanggung Jawab Terhadap Penyimpanan Pendokumentasian


Setiap biidan harus mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk catatan tertulis. Catatan
bidan mengenai pasien yang dilayaninya dapat dipertanggungjawabkan bila terjadi gugatan.
Selain itu catatan yang dilakukan bidan dapat digunakan sebagai bahan laporan
untukdisampaikan kepada teman sesame profesi ataupun atasannya. Di Indonesia belum ada
ketentuan lamanya penyimpanan catatan bidan. Di Inggris bidan harus menyimpan catatan
kegiatannya selama 25 tahun.

4. Tanggung Jawab Terhadap Klien dan Keluarganya


Bidan memiliki kewajiban memberikan asuhan kepada ibu dan anak yang meminta pertolongan
kepadanya. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat kaitannya dengan keluarga. Tanggung
jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan anak, tetapi juga menyangkut kesehatan
keluarga. Bidan harus dapat mengidentifikasi masalah dan ebutuhan keluarga serta member
pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan keluarga. Pelayanan terhadap kesehatan
keluarga merupakan kondisi yang diperlukan ibu yang membutuhkan keselamatan, kepuasan
dan kebahagiaan selama masa hamil atau melahiran. Olehh karena itu, bidan harus
mengarahkan segala kemampuan, sikap, dan perilakinya dalam member pelayanan kesehatan
keluarga yang membutuhkan.

5. Tanggung Jawab Terhadap Profesi


a. Bidan harus menjaga informasi yang diperoleh dari pasien dan melindungi privasi
mereka.
b. Bidan harus bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang diambil dalam hal
perawatan.
c. Bidan harus dapat menolak untuk ikut terlibat didalam aktifitas yang bertentangan dengan
moral, namun hal tersebut tidak boleh mencegahnya dalam memberikan pelayanan terhadap
pasien.
d. Bidan hendaknya ikut serta terlibat dalam pengembangan dan implementasi kebijakan
kesehatan yang biasa mendukung kesehatan pasien dan ibu hamil juga bayinya.

6.Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat


Bidan adalah anggota masyarakat yang jega memiliki tanggung jawab. Oleh karena itu, bidan
turut tanggung jawab dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Misalnya penganan
lingkungan sehat, penyakit menular,masalah gizi terutam yang menyangkut kesehatan ibu dan
anak, baik secara mandiri maupun bersama teman sejawat dan teman seprofesi. Bidan
berkewajiban memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menigkatkan kesehatan masyarakat,
bidan juga harus menjaga kepercayaan masyarakat . Tanggung jawab
terhadap masyarakat merupakan cakupan dan bagian tanggung jawabnya kepada Tuhan.

B.Tanggung Gugat Bidan dalam Praktik Bidan


Definisi tanggung gugat menurut kamus biasanya menggunakan kata seperti “tanggung jawab”,
“dapat dipertanggungjawabkan” dan “kewajiban”. The United Kingdom Central Council for
nursing, midwifery and health visiting (UKCC), dalam sebuah praktik kebidanan, menyatakan :
“ Setiap bidan yang melaksanaka praktik kebidanan bertanggung gugat terhadap praktiknya
dalam lingkungan praktik apapun”. (UKCC, 1994).
Kode tingkah laku profesional menyatakan :
Setiap perawat, bidan dan penilik kesehatan yang sudah terdaftar seharusnya bertindak setiap
waktu, dengan cara yang memperkuat kepercayaan dan keyakinan masyarakat. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan pemahaman dan reputasi profesi yang baik, untuk
melayani kepentingan masyarakat, dan yang terpenting adalah untuk melindungi kepentingan
individu pasien dan klien (UKCC : 1992).
Prinsip penting dalam kutipan tersebut adalah pertanggungjawaban secara individu,
kepercayaan masyarakat dan keyakinannya. Namun, dalam membuat garis besar sifat
tanggung jawab kebidanan sudah jelas bahwa UKCC mengharapkan tanggunng gugat menjadi
lebih luas daripada tanggung gugat terhadap klien secara individual. Terhadap kewajiban yang
jelas pada profesi dan pada masyarakat secara umum.
Oleh karena itu, bidan sebagai pelaku tugas professional dapat diminta
pertanggungjawabannya baik secara hukum mauppun berdasarkan etika profesi. Tanggung
jawab hukum dikenal dengan sebutan gugatan perdata dan atau tuntutan pidana. Sedangkan
tanggung jawab berdasarkan etika profesi dikenal gugatan atau pertanggungjawaban dari
majels kode etik profesi.

Ø Kedudukan tanggung jawab hukum dan etika profesi tenaga kesehatan.


Maraknya kasus dugaan malapraktik belakangan ini khususnya dibidang perawatan ibu
dan anak, menjadi peringatan dan sekaligus sebagai dorongan untuk lebih memperbaiki
kualitas pelayanan. Melaksanakan tugas dengan berpegang teguh pada janji profesi dan tekad
untuk selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selalu dipelihara. Kerjasama yang
melibatkansegenap tim pelayanan kesehatan perlu dieratkan dengan kejelasan dalam
wewenang dan fungsinya. Oleh karena tanpa mengindahkan hal-hal yang disebut tadi, maka
konsekuensi hokum akan muncul ketika terjadi penyimpangan kewenangan atau kelalaian.

Contoh :
1. Seorang bidan terlambat memberika pertolongan pada pasien yang seharusnya segera
mendapat pertolongan, hal ini merupakan salah satu bentuk kelalaian bidan yang tidak boleh
terjadi. Mengenai hal ini dijelaskan pada Pasal 54 ayat (1) UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan, yaitu tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin. Selanjutnya dari penjelasan
tersebut dapat diketahui bahwa tindakan disiplin, berupa tindakan administrasi, misalnya
pencabutan izin untuk jangka waktu tertentu atau hukuman lain sesuaidengan kesalahan atau
kelalaian yang dilakukan. Khusus berkenaan dengan wewenang bidan diatur didalam Peraturan
Mentri Kesehatan No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang wewenang bidan.
2. Tanggung jawab dari segi hukum perdata didasarkan pada ketentuan Pasal 1365 BW
( Burgerlijk Wetboek ), atau kitab UU Hukum Perdata : Apabila tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugasnya melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian pada pasien,
maka tenaga kesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien atau keluarganya yang merasakan
dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365 BW, yang bunyinya sebagai berikut : Tiap
perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya mengakibatkan kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-
hati.
3. Tanggung jawab dari segi Hukum Pidana juga dapat dikenai ancaman Pasal 351 Kitab
Hukum Pidana (KUHP). Ancaman pidana tersebut dikenakan kepada seseorang (termasuk
tenaga kesehatan) yang karena kelalaian atau kurang hati-hati menyebabkan orang lain
( pasien) cacat atau bahkan sampai meniggal dunia.

Ancaman pidana untuk tindakan semacam itu adalah penjara paling lama 5 tahun.
Dengan semua ancaman, baik ganti rugi perdata maupun pidana penjara, harus terlebih dahulu
dibuktikan berdasarkan pemeriksaan didepan pengadilan. Oleh karena yang berwenang
memutuskan seseorang itu bersalah atau tidak adalah hakim dalam sidang.

Ø Perlindunan hukum bagi klien atau pasien


Undang-undang tentang perlindungan konsumen No.8 Tahun 1999. Satu diantara ketentuannya
adalah bahwa pasien sebagai konsumen pelayanan jasa kesehatan, berhak atas keamanan,
keselamatan, informasi yang benar, jelas dan jujur serta menuntut ganti rugi apabila dokter atau
tenaga kesehatan lainnya selama melakukan pelayanan kesehatan ternyata melakukan
kesalahan atau kelalaian yang merugikan pasien.
Untuk mengantisipasi kejadian seperti diuraikan diatas :
1. Pasal 23 UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan telah menetapkan tenaga kesehatan
berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
2. Pasal 24 ayat (1) peraturan pemerintah no.23 tahun 1996 menyatakan yang dimaksud
dengan perlindungan hukum adalah bentuk-bentuk perlindungan yang antara lain berupa rasa
aman dalam melaksanakan tugas profesinya, perlindungan terhadap keadaan membahayakan
yang dapat mengancam keselamatan fisik atau jiwa, baik karena alam maupun perbuatan
manusia.
Perlindungan hukum akan senantiasa diberikan kepada setiap pelaku profesi apa pun
sepanjang pelaku profesi tersebut bekerja dengan mengikuti prosedur baku sebagaimana
tuntutan bidang ilmunya, sesuai dengan etika serta moral yang hidup dan berlaku dalam
masyarakat
Tanggung jawab bidan terhadap tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat
sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi atau
rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan, keterangan yang didapat atau dipercayakan
kepadanya kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan kepentingan klien.
8. Tanggung jawab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun lainnya.

Anda mungkin juga menyukai