Bidan merupakan salah satu bagian dari paramedis. Pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan
dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta
ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur didalam peraturan atau
keputusan menteri kesehatan.
Kegiatan praktek bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang beraku.
Contoh :
1. Seorang bidan terlambat memberika pertolongan pada pasien yang seharusnya segera
mendapat pertolongan, hal ini merupakan salah satu bentuk kelalaian bidan yang tidak boleh
terjadi. Mengenai hal ini dijelaskan pada Pasal 54 ayat (1) UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan, yaitu tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin. Selanjutnya dari penjelasan
tersebut dapat diketahui bahwa tindakan disiplin, berupa tindakan administrasi, misalnya
pencabutan izin untuk jangka waktu tertentu atau hukuman lain sesuaidengan kesalahan atau
kelalaian yang dilakukan. Khusus berkenaan dengan wewenang bidan diatur didalam Peraturan
Mentri Kesehatan No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang wewenang bidan.
2. Tanggung jawab dari segi hukum perdata didasarkan pada ketentuan Pasal 1365 BW
( Burgerlijk Wetboek ), atau kitab UU Hukum Perdata : Apabila tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugasnya melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian pada pasien,
maka tenaga kesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien atau keluarganya yang merasakan
dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365 BW, yang bunyinya sebagai berikut : Tiap
perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya mengakibatkan kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-
hati.
3. Tanggung jawab dari segi Hukum Pidana juga dapat dikenai ancaman Pasal 351 Kitab
Hukum Pidana (KUHP). Ancaman pidana tersebut dikenakan kepada seseorang (termasuk
tenaga kesehatan) yang karena kelalaian atau kurang hati-hati menyebabkan orang lain
( pasien) cacat atau bahkan sampai meniggal dunia.
Ancaman pidana untuk tindakan semacam itu adalah penjara paling lama 5 tahun.
Dengan semua ancaman, baik ganti rugi perdata maupun pidana penjara, harus terlebih dahulu
dibuktikan berdasarkan pemeriksaan didepan pengadilan. Oleh karena yang berwenang
memutuskan seseorang itu bersalah atau tidak adalah hakim dalam sidang.