Anda di halaman 1dari 5

Tujan

Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat mengidentifikasi simplisia dengan menggunakan


mikroskop serta dapat menyebutkan ciri khas simplisia yang diperiksa.
Landasan teori
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun
juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan depkes RI, 1979

Simplisia terbagi atas 3, yaitu :


1) Simplisia Nabati
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan
ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan
cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya, berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
dengan cara tertentu dipisahkan, diisolasi dari tanamannya. (Gunawan, 2004)
2) Simplisia Hewan
Simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
bahan kimia mumi (minyak ikan / Oleum iecoris asselli, dan madu / Mel depuratum). (Gunawan,
2004)
3) Simplisia Mineral
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (serbuk seng dan serbuk tembaga). (Gunawan,
2004).
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat
dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun parameter standar mutu simplisia yaitu sebagai
berikut (Dirjen POM, 1989):
1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter mutu
umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari
kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan
transportasi).
2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap
diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-
Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab
terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis
dan kadar) senyawa kandungan.

Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia, maka dilakukan
analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian
organoleptik, pengujian makroskopik, pengujian dan pengujian mikroskopik.
a. Uji Organoleptik, meliputi pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan.
b. Uji Makroskopik, meliputi pemeriksaan cirri-ciri bentuk luar yang spesifik dari bahan
(morfologi) maupun ciri-ciri spesifik dari bentuk anatominya.
c. Uji fisika dan kimiawi, meliputi tetapan fisika (indeks bias, titik lebur, dan kelarutan)
serta reaksi-reaksi identifikasi kimiawi seperti reaksi warna dan pengendapan.
d. Uji biologi, meliputi penetapan angka kuman, pencemaran, dan percobaan terhadapa
binatang. (Gunawan, 2004).
Cara pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan/Panen:
a. Tekhnik pengumpulan
Pengumpulan/panen dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat (mesin). Apabila
pengambilan dilakukan secara langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si
pemetik, misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan
merusak bagian tanaman lainnya. (Winda, 2013)

b. Waktu pengumpulan atau panen


Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia dilakukan oleh waktu panen, umur tanaman, bagian
yang diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya, sehingga diperlukan satu waktu pengumpulan
yang tepat yaitu pada saat kandungan zat aktifnya mencapai jumlah maksimal.
Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :
 Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak.
 Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
 Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum buah masak.
 Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
 Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) dikumpulkan sewaktu
proses pertumbuhannya berhenti.
(Winda, 2013)
c. Bagian tanaman
Adapun cara pengambilan simplisia/bagian tanaman adalah :
 Kulit batang/klika (cortex) diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan
ukuran panjang dan lebar tertentu.
 Batang (caulis) diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong dengan
panjang dan diameter tertentu.
 Kayu (lignum) diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya dan dipotong-potong
kecil.
 Daun (folium) diambil daun tua daun kelima dari pucuk. Daun muda dipetik satu persatu
secara manual.
 Bunga (flos) dapat berupa kuncup atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik
langsung dengan tangan.
 Akar (radix) diambil bagian yang berada dibawah permukaan tanah dipotong-potong
dengan ukuran tertentu.
 Rimpang (rhizoma). Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar,
dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
 Buah (fructus) dapat berupa buah yang masak, matang, atau buah muda, dipetik dengan
tangan.
 Biji (semen). Buah yang dipetik dikupas kulitnya menggunakan tangan atau alat, biji
dikumpulkan dan dicuci.
 Herba atau bagian tanaman yang berada diatas tanah diambil dan dibersihkan.
 (Winda, 2013)
2. Pasca panen
a. Sortasi basah dan pencucian
Sortasi basah dan pencucian dimaksudkan untuk membersihkan tanaman dari benda-benda asing
dari luar (tanah, batu, dan sebagainya) dan memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki.
Pencuciaan terutama dilakukan bagi simplisia utamanya bagian tanaman yang berada di bawah
tanah, untuk membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekatat. (Winda, 2013)
b. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan dan perwadahan. Setelah dicuci
dan dibersihkan dari kotoran dan benda-benda asing, materi dijemur dulu kurang lebih 1 hari
kemudian dipotong-potong kecil dengan ukuran antara 0,25-0,6 cm yang setara dengan ayakan
4/18. Pembuatan serbuk simplisia kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan
menjadi serbuk (4/18). (Winda, 2013)
c. Pengeringan
Pengeringan simplisia bisa dilakukan dengan cara diangin-anginkan di atas koran pada suhu
tertentu (misalnya daun, buah, biji, bunga, kulit batang, rimpang) ataupun dikeringkan dibawah
sinar matahari dengan menggunakan kain hitam (misalnya pada akar, batang, dan kayu). Jika
dikeringkan pada ada suhu kamar berkisar 15-300C, pada suhu sejuk berkisar 5-150C, pada suhu
dingin 0-50C. Menurut Dirjen POM (1985), ada dua pengeringan alami: Dengan panas dari
cahaya matahari langsung dan dengan cara dianginkan dan tidak kena cahaya matahari langsung.
Tujuan pengeringan pada tanaman:
 Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan dalam jangka
waktu yang relatif lama.
 Mengurangi kadar air, sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme seperti
terjadinya pembusukan oleh jamur atau bakteri karna terhentinya proses enzimatik dalam
jaringan tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar
air yang dianjurkan adalah kurang dari 10%.
 Mudah dalam penyimpanan dan dihaluskan bila dibuat serbuk.
(Winda, 2013)

d. Sortasi kering

Sortasi kering dilakukan sebelum perwadahan yang bertujuan memisahkan sisa-sisa benda asing
atau bagian tanaman yang tidak dikehendaki pada saat sortasi basah. Pemilihan dilakukan
terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan
(misalnya dikeringkan ditepi jalan raya). (Winda, 2013)
e. Pengemasan dan penyimpanan simplisia

Cara pengemesan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan.
Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan
simplisia dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan
maupun penyimpanannya.
Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi (inert) dengan isinya sehingga tidak
menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau dan sebagainya pada
simplisia. Selain itu wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga
serta mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar,
masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia
yang tidak tahan terhadap sinar, misalnya yang banyak mengandung vitamin, pigmen atau
minyak, diperlukan wadah yang melindungi simplisa terhadap cahaya, misalnya aluminium foil,
plastik atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan lain sebagainya. Simplisia yang berasal dari
akar, rimpang, umbi, kulit akar, kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya
dikemas pada karung plastik.
Selama penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada simplisia, kerusakan tersebut
dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia yang bersangkutan tidak lagi
memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal yang
dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan
pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu serta cara
pengawetannya. Penyebab utama pada kerusakan simplisia yang utama adalah air dan
kelembaban. Untuk dapat disimpan dalam waktu lama, simplisia harus dikeringkan terlebih
dahulu sampai kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan kerusakan pada
simplisia.
Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya
kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan hewan
serangga atau insekta. Berbagai jenis serangga yang dapat menimbulkan kerusakan pada hampir
semua jenis simplisia yang berasal dari tumbuhan dan hewan, biasanya jenis serangga tertentu
merusak jenis simplisia tertentu pula. Kerusakan pada penyimpanan simplisia yang perlu
mendapatkan perhatian juga ialah kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus.
Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara :
a) Organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari
simplisia tersebut.
b) Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan
bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk
simplisia.
c) Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau serbuk dan
pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri.

Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji berupa
sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Dari pemeriksaan diperoleh pada
anatorni daunnya terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, trikoma, xilem, floem. Pada
batang terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, xylem, floem, berkas pengangkut tipe
kolateral. Pada akar terdapat epidermis, eksodermis, parenkim korteks, floem, dan xilem.

DAPUS
Depkes RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi ke III.Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Depkes RI.1989.Materia Medika Indonesia Jilid V.Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

Gunawan, D. M.2004.Ilmu Obat Alam.Jakarta: Swadaya

Winda.2013.http://windapoerwanty.blogspot.com/2013/11/laporanku-farmakognosi-
ekstraksi.html

Anda mungkin juga menyukai