Anda di halaman 1dari 12

Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No.

2, April 2017, Halaman 170-181 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

E-GOVERNMENT DALAM PENYELENGGARAAN


PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA
Titon Slamet Kurnia, Umbu Rauta, Arie Siswanto
Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga, Jawa Tengah, 50711
titonslamet@gmail.com; umburauta@yahoo.com; ariesiswanto@yahoo.com

Abstract

This paper examines the utilization of E-Government (Electronic Government) in the local
governance in Indonesia from juridical perspective. Juridical aspects discussed include: theoretical
foundation, superstructure support in the form of existing arrangements at national or central level,
as well as suggestions for the regions in order to implement the E-Government, particularly in terms
of the legal framework as the initial base. This paper is a result of a legal research using both
theoretical-conceptual and statute approach.

Keywords: E-Government, local governance

Abstrak

Tulisan ini hendak mengkaji pemanfaatan E-Government (Electronic Government) dalam


penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dengan menggunakan perspektif yuridis.
berupa pengaturan yang sudah ada pada tingkat nasional atau pusat serta saran tindak bagi daerah
dalam rangka mengimplementasikan E-Government, terutama pijakan awalnya berupa suatu
kerangka hukum (legal framework). Tulisan ini merupakan penelitian hukum dengan menggunakan
pendekatan teoretis-konseptual (conceptual approach) dan pendekatan perundang-undangan
(statute approach).

Kata-kata Kunci: E-Government; pemerintahan daerah


A. Pendahuluan years, expectations about the Internet's
1. Latar Belakang Permasalahan potential to change the relations between
Teknologi informasi dan komunikasi citizens and their governments at the
(TIK) atau Information Communication political, democratic level and with regard to
Technology (ICT), khususnya internet, public services for citizens and business have
merevolusi cara hidup manusia pada abad ke- been high.” (H. Kubicek, 2011)
21 ini. Pro-kontra, dampak positif-negatif, Tu l i s a n i n i h e n d a k m e n g k a j i
tentu selalu ada. Tetapi, saat ini, tidak ada pemanfaatan E-Government (Electronic
satupun aspek kehidupan kita yang jauh dari Government) dalam penyelenggaraan
TIK, terutama internet. pemerintahan daerah di Indonesia dengan
Pemanfaatan TIK dalam menggunakan perspektif yuridis. Cikal bakal
penyelenggaraan pemerintahan termasuk dari konsep E-Government di Indonesia
salah satu fenomena penting pada abad ke-21 adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia
ini, yang mampu mengubah 'wajah' (Inpres) Nomor 3 Tahun 2003 tentang
pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Kebijakan dan Strategi Nasional
Oleh karena itu berkembang konsep E- Pengembangan E-Government. Dalam
Government di mana secara konseptual perkembangannya, konsep E-Government
perkembangannya nampak tergambar tersebut didefinisikan: “pemanfaatan
melalui kutipan berikut: “For more than 10 Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
* Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dikembangkan dari penyusunan Naskah Akademik dan Raperda Kota
Salatiga tentang E-Government dengan sumber pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Salatiga
(2016).

170
Titon Slamet Kurnia, Umbu Rauta, Arie Siswanto, E-Government

dalam penyelenggaraan sistem elektronik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah


untuk pelayanan publik dan administrasi serta upaya hukum yang seyogianya
pemerintahan (untuk selanjutnya disebut dilakukan dalam mengimplementasikan E-
Sistem Elektronik Pemerintahan atau Government tersebut.
disingkat SEP) (Naskah Akademik Rancangan
Undang-Undang).” Definisi tersebut sejalan 2. Permasalahan
dengan definisi E-Government di Amerika Berdasarkan penjelasan yang telah
Serikat yang dicanangkan oleh the U.S. dikemukakan di atas maka ada tiga masalah
Electronic Government Act of 2002: yang hendak dibahas oleh tulisan ini. yaitu:
the use by the Government of web- 1. apakah landasan teoretis untuk E-
based Internet applications and other Government dalam penyelenggaraan
information technologies, combined pemerintahan daerah?
with processes that implement these 2. Apakah E-Government dalam
technologies, to – (A) enhance the penyelenggaraan pemerintahan daerah
access to and delivery of Government sudah didukung oleh kerangka hukum
information and services to the public, yang memadai?
other agencies, and other 3. Apakah yang harus dilakukan daerah
Government entities; or (B) bring dalam mengimplementasikan E-
about improvements in Government Government dalam penyelenggaraan
operations that may include pemerintahan daerah?
effectiveness, efficiency, service
quality, or transformation. 3. Metode Penelitian
Definisi menurut the U.S. Electronic Tulisan ini merupakan hasil dari
Government Act of 2002 relatif lebih lengkap penelitian hukum (legal research) dengan
karena juga menyinggung isu aspek menggunakan pendekatan teoretis-
kemanfaatan dari penyelenggaraan E- konseptual (conceptual approach) dan
Government yang arahnya adalah untuk pendekatan perundang-undangan (statute
membawa perbaikan-perbaikan dalam approach). Itu artinya, permasalahan yang
penyelenggaraan pemerintahan yang dirumuskan di atas berusaha untuk dijawab
meliputi: efektivitas, efisiensi dan kualitas atau diberikan pendapat secara hukum
dalam pemberian pelayanan. dengan berbasis atau mengacu pada sumber-
Saat ini, pemanfaatan TIK telah sumber hukum yang meliputi
berkembang semakin masif. Oleh karena itu, doktrin/pendapat-pendapat sarjana di bidang
mendiskusikan pemanfaatan E-Government Ilmu Hukum (khususnya Hukum
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Administrasi) serta peraturan perundang-
tentu sejalan pula dengan semangat zaman. undangan.
Berdasarkan pemahaman tersebut maka
penulis akan mengelaborasi aspek-aspek 4. Kerangka Teori
yuridis yang relevan dalam pengembangan E- Kerangka teori yang digunakan oleh
Government dalam rangka penyelenggaraan penelitian ini adalah adaptasi konsepsi
pemerintahan daerah di Indonesia. Aspek- Hukum Administrasi terhadap perkembangan
aspek yuridis yang dibicarakan meliputi: TIK yang berimplikasi mendorong perubahan
landasan teoretisnya, dukungan suprastruktur dalam teknik penyelenggaraan pemerintahan
berupa pengaturan yang sudah ada pada dengan menggunakan TIK (E-Government).
tingkat nasional atau pusat serta saran tindak Pada prinsipnya, hukum harus senantiasa
bagi daerah dalam rangka menyesuaikan diri dengan dinamika
mengimplementasikan E-Government, kemasyarakatan karena hukum berfungsi
terutama pijakan awalnya berupa suatu merespons dinamika tersebut dengan jalan
kerangka hukum (legal framework). Sesuai menetapkan suatu preskripsi. Salah satu
dengan pemahaman tersebut maka tulisan ini dinamika kemasyarakatan paling penting
hendak berargumen mendukung supaya adalah penggunaan TIK, khususnya internet,
daerah mengimplementasikan E-Government secara meluas. Untuk itu hukum (termasuk

171
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 2, April 2017, Halaman 170-181

Hukum Administrasi) bertanggung jawab governance kepada negara-negara debitur


untuk mengatur penggunaan dan sangat jelas yaitu agar kredit mereka 'aman'.
penyalahgunaan teknologi serta jangkauan Akan tetapi, cara pandang politis a priori
aplikasinya (N. Lucchi, 2016 ). demikian tentu tidak dapat begitu saja
Semua produk teknologi pasti diterima karena konsep good governance
memiliki dampak positif dan negatif, sendiri sebenarnya secara intrinsik memiliki
termasuk TIK ( K.D. Pimple, 2014) . Hal makna atau pengertian yang positif secara
prinsipnya sebagaimana ditekankan oleh kontekstual. Dalam perspektif demikian,
Lucchi adalah: “Continuing advances in konsep good governance lebih banyak sisi
scientific and technological innovations are positifnya ketika diberlakukan sebagai asas
essential to modern societies. Historically, atau prinsip hukum yang mendasari
such developments had improved living hubungan antara pemerintah dengan rakyat
conditions in both developed and developing atau warga negara ketimbang sebaliknya. Hal
countries. Understanding their function and ini sejalan dengan mission statement Hukum
regulation means defining and clarifying the Administrasi yang dikemukakan oleh Cane
relationship between science and technology yaitu: “the main significance of
advances and society's ability to benefit from administrative law norms is not that they
it.” ( N. Lucchi, 2016 ) Oleh karena itu, provide standards for dealing with bad
sependapat dengan Lucchi, perlu pemahaman administration but that they help to define,
mengenai dampak positif dari teknologi encourage, and promote good
sehingga pengaturan pemanfaatannya administration.” (P. Cane, 2011).
mampu berdampak menguntungkan. Dalam Sisi positif inheren dalam konsep
rangka penyelenggaraan pemerintahan, good governance nampak dalam penjelasan
pemanfaatan TIK diyakini lebih banyak sisi Bank Dunia (the World Bank) yang
positifnya. Karena itu, Hukum Administrasi memberikan indikator sebagai kriteria untuk
sebagai hukum yang mendasari good governance sebagai berikut:
beroperasinya suatu pemerintahan perlu “predictable, enlightened and open policy-
mendorong pemanfaatan TIK dalam processes, bureaucracy with a professional
penyelenggaraan pemerintahan, termasuk ethos, a government accountable for its
pada pemerintahan daerah. actions, a strong civil society participating
actively in public affairs, and all under the
B. Pembahasan rule of law.” (World Bank, 1994) Berdasarkan
1. Konsepsi Hukum Administrasi Baru
kriteria tersebut maka konsep good
dan E-Government
governance dapat diterima secara objektif
Landasan teoretis untuk
sebagai syarat yang memang di dalamnya
pengimplementasian E-Government dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah mengandung sisi-sisi positif inheren.
konsepsi Hukum Administrasi Baru (New Secara yuridis, dalam konteks
Administrative Law) yang lebih menekankan Indonesia, restatement asas-asas atau prinsip-
pada isu-isu kontemporer seperti perlunya prinsip good governance sebagai
akuntabilitas dan efisiensi pemerintahan. bestursnormen (norma-norma atau kaidah-
Konsepsi Hukum Administasi Baru ini secara kaidah pemerintahan) telah dilakukan melalui
simbolis biasa disebut dengan istilah Good Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
Governance atau Good Administration. tentang Administrasi Pemerintahan (UU No.
Seperti sudah menjadi pengetahuan 30 Tahun 2014). Hal itu tercermin dari,
umum bahwa konsep good governance pada pertama, maksud diberlakukannya UU No. 30
mulanya merupakan bentuk pensyaratan Tahun 2014 sebagai dasar hukum bagi badan
(conditionalities) yang diajukan oleh dan/atau pejabat pemerintahan, warga
lembaga keuangan internasional dan negara- masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terkait
negara kreditur kepada negara-negara dengan administrasi pemerintahan dalam
debiturnya (M. Kjaer & K. Kinnerup, 2002). upaya meningkatkan kualitas
Motif mereka menuntut pemberlakuan good penyelenggaraan pemerintahan (Pasal 2 UU No.

172
Titon Slamet Kurnia, Umbu Rauta, Arie Siswanto, E-Government

30 Tahun 2014). Kedua, tujuan diberlakukannya pemerintahan dengan asas-asas atau prinsip-
UU No. 30 Tahun 2014, yaitu: menciptakan prinsip good governance sebagai tolok ukur
tertib penyelenggaraan administrasi yuridis dalam penyelenggaraan pemerintahan
pemerintahan; menciptakan kepastian menjadi jelas, yaitu untuk memperbaiki
hukum; mencegah terjadinya kualitas kinerja pemerintah. Secara lebih
penyalahgunaan wewenang; menjamin spesifik, dalam konteks asas-asas dan prinsip-
akuntabilitas badan dan/atau pejabat prinsip good governance, perbaikan kualitas
pemerintahan; memberikan perlindungan kinerja pemerintah harus didorong salah
hukum kepada warga masyarakat dan satunya dalam bentuk kepatuhan terhadap
aparatur pemerintahan; melaksanakan asas keterbukaan/transparansi pemerintahan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan asas efisiensi-efektivitas pemerintahan.
dan menerapkan asas-asas umum Berdasarkan pemahaman demikian maka
pemerintahan yang baik; memberikan instrumentalisasi sistem elektronik dalam
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada warga penyelenggaraan pemerintahan diharapkan
masyarakat (Pasal 3 UU No. 30 Tahun 2014). dapat mendorong atau meningkatkan
Selain segi keabsahan hukum keterbukaan dan efisiensi-efektivitas
(rechtmatigheid), kinerja pemerintah dalam pemerintahan supaya tuntutan asas-asas atau
penyelenggaraan pemerintahan juga lazim prinsip-prinsip good governance dapat
dinilai berdasarkan parameter efisiensi dan diwujudkan.
efektivitasnya (doelmatigheid) (P.M. Hadjon, Keterbukaan dalam akses informasi
1987 ). Asas efisiensi dan efektivitas publik hanya salah satu aspek saja dalam
pemerintahan berkaitan dengan apakah menjawab persoalan keterbukaan atau
tindak pemerintahan berhasil mencapai transparansi pemerintahan secara umum.
tujuan/sasarannya atau tidak; apakah hasil Akan tetapi dapat juga dipahami di sini bahwa
yang diperoleh sepadan dengan biaya yang keterbukaan atas akses informasi publik dapat
ditanggung; apakah tindakan tersebut tidak bermakna sebagai starting point untuk
terhindarkan; atau apakah masih ada keterbukaan atau transparansi pemerintahan
alternatif lainnya dengan hasil yang lebih baik secara umum. Dalam pengertian demikian
(K.D. Darumurti, 2012). Dalam konteks asas maka keterbukaan informasi publik menjadi
good governance, efisiensi dan efektivitas sangat penting sebagai bagian dari
keterbukaan atau transparansi pemerintahan
pemerintahan adalah alasan substantif di
secara umum (R. Douglas,1998).
balik pentingnya keterbukaan atau
Keterbukaan atau transparansi
transparansi pemerintahan karena hal itu yang
pemerintahan dapat mendorong akuntabilitas
memberikan peluang sebesar-besarnya untuk
pemerintahan merupakan isu sangat penting
partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.
dalam demokrasi, terutama gagasan
Akan tetapi, lebih jauh lagi, aspek
pemerintahan untuk rakyat. Proses
keekonomian dalam penyelenggaraan
pengawasan terhadap jalannya pemerintahan
pemerintahan juga dapat berposisi sebagai
supaya hasil-hasil dari pemerintahan benar-
variabel mandiri dalam rangka pencapaian
benar dapat dinikmati rakyat hanya dapat
efisiensi dan efektivitas pemerintahan.
dikondisikan oleh keterbukaan atau
Dengan keterbatasan sumber daya maka
transparansi pemerintahan. Dengan
perilaku tidak efisien dan tidak efektif dari
pengertian ini maka keterbukaan atau
pemerintah adalah praktik pemerintahan yang
transparansi pemerintahan akan
tidak bermoral (H. McCoubrey & N.D. White).
memudahkan pengawasan oleh rakyat
Saat sekarang, isu tersebut kembali bergema
terhadap pemerintahnya sehingga dapat
dengan slogan Joko Widodo, Presiden ke-7
mendorong proses akuntabilitas
Republik Indonesia, yang dikenal dengan
pemerintahan semakin lebih baik.
'revolusi mental'.
Instrumentalisasi sistem elektronik
Hubungan antara instrumentalisasi E-
untuk penyelenggaraan pemerintahan (E-
Government dalam penyelenggaraan

173
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 2, April 2017, Halaman 170-181

Government) diharapkan mampu menjawab logis dari instrumentalisasi E-Government.


isu akuntabilitas pemerintahan sehingga Terkait dengan keterbukaan atau ransparansi
kepatuhan pemerintah terhadap asas efisiensi pemerintahan, E-Government
dan efektivitas pemerintahan dapat terjadi. mengkondisikan timbulnya keterbukaan atau
Te n t a n g h u b u n g a n l a n g s u n g a n t a r a transparansi pemerintahan sehingga dengan
instrumentalisasi sistem elektronik untuk pra-kondisi tersebut maka diharapkan akan
penyelenggaraan pemerintahan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
efisiensi Kubicek et.al., secara eksplisit pemerintahan. Meningkatnya partisipasi
menyatakan: “By providing public services masyarakat dalam pemerintahan akan
via the Internet, it was thought that public berimplikasi pada efisiensi dan efektivitas
services would become more customer- pemerintahan (B. So, 2003).
centered and efficient.” (H. Kubicek, 2011) Lebih jauh lagi, sebagai sebuah
Keyakinan senada, dan lebih luas, juga produk teknologi yang sifatnya
disampaikan oleh European Commission mempermudah pekerjaan manusia, E-
tentang manfaat dari E-Government yaitu: Government juga memiliki karakter inheren
“More open and transparent, reinforcing untuk cenderung menciptakan penghematan-
democratic participation; More service- penghematan secara ekonomis. Oleh karena
oriented, providing personalized and itu, berdasarkan pembahasan di atas nampak
inclusive services to each citizen; More bahwa E-Government konsisten dalam
productive, delivering maximum value for mendukung penyelenggaraan pemerintahan
taxpayers' money.” (H. Kubicek, 2011). berdasarkan asas-asas atau prinsip-prinsip
Menyimak pandangan di atas, awal good governance, yaitu untuk mendorong
mula munculnya gagasan E-Government,
transparansi/keterbukaan pemerintahan dan
sasaran yang hendak dicapai ialah
untuk mendorong efisiensi-efektivitas kinerja
memaksimalkan pelayanan pemerintahan
pemerintah. Dalam konteks demikian,
atau pelayanan publik kepada masyarakat
sebagai konsumen (pengguna). Posisi pandangan Organization for Economic and
masyarakat sebagai konsumen (pengguna) Co-operation and Development (OECD)
pelayanan pemerintahan menggerakkan yang menyatakan bahwa “Open government
pemerintah untuk mengupayakan supaya means cleaner government. Openness in
proses dan produk pelayanan pemerintahan government enables effective public scrutiny
efisien dan efektif. Faktor utama dari efisiensi which, in turn, helps to achieve and maintain
adalah penggunaan sumber daya secara high standards of integrity in the public
terkendali dalam memberikan dan sphere” (OECD Guiding Principles , 2010) juga
menghasilkan jasa pelayanan pemerintahan, berlaku secara mutatis mutandis terhadap isu
termasuk meminimalisir beban-beban yang instrumentalisasi sistem elektronik untuk
tidak perlu di pihak masyarakat. Sementara penyelenggaraan pemerintahan (E-
faktor utama dari efektivitas adalah Government).
pelayanan pemerintahan atau pelayanan
publik yang diberikan memang tepat sesuai 2. Kerangka Peraturan Perundang-
dengan kebutuhan masyarakat. u n d a n g a n Te r k a i t d e n g a n E -
Instrumentalisasi sistem elektronik untuk Government
penyelenggaraan pemerintahan diyakini Pengimplementasian E-Government
mampu menjawab kebutuhan terkait efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan pada
dan efektivitas dalam penyelenggaraan hakikatnya telah ditunjang oleh keberadaan
pemerintahan. Kesadaran demikian tidak peraturan perundang-undangan pada tingkat
terlepas dari kepercayaan terhadap teknologi nasional, meskipun belum ada undang-
informasinya itu sendiri sehingga atas dasar undang yang secara khusus mengatur tentang
kepercayaan tersebut akhirnya E-Government (Keinginan untuk mengadakan
dikembangkan model E-Government.
undang-undang). Bagian ini akan menjelaskan
Efisiensi dan efektivitas pemerintahan
materi muatan peraturan perundang-
pada hakikatnya merupakan konsekuensi
undangan existing yang mendukung
174
Titon Slamet Kurnia, Umbu Rauta, Arie Siswanto, E-Government

pengimplementasian E-Government dalam Tahun 2014 mengatur bahwa Pemerintah


penyelenggaraan pemerintahan secara Daerah wajib menyediakan informasi
umum, dan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri atas:
pemerintahan daerah secara khusus. informasi pembangunan Daerah; dan
Perihal kewenangan dan tanggung informasi keuangan Daerah. Informasi
jawab penyelenggaraan E-Government di Pemerintahan Daerah dikelola dalam suatu
daerah dapat diperhatikan dalam Pasal 12 ayat sistem informasi Pemerintahan Daerah.
(2) huruf j Undang-Undang Nomor 23 Tahun Informasi pembangunan Daerah
2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU No. sebagaimana diatur dalam Pasal 391 memuat
23 Tahun 2014), yang di dalamnya mengatur informasi perencanaan pembangunan Daerah
tentang salah satu urusan (baca: kewenangan) yang mencakup: kondisi geografis Daerah;
pemerintahan wajib yang tidak berkaitan demografi; potensi sumber daya Daerah;
dengan pelayanan dasar yaitu komunikasi dan ekonomi dan keuangan Daerah; aspek
informatika. Selanjutnya dalam Lampiran kesejahteraan masyarakat; aspek pelayanan
huruf P UU No. 23 Tahun 2014 yang umum; dan aspek daya saing Daerah (Pasal
mengatur tentang pembagian urusan 392 UU No. 23 Tahun 2014).
pemerintahan antara pemerintah pusat, Kemudian Informasi keuangan
provinsi dan kabupaten/kota, penyelenggaran Daerah paling sedikit memuat informasi
E-Government diletakkan sebagai Sub- anggaran, pelaksanaan anggaran, dan laporan
Urusan dari Urusan Komunikasi dan keuangan (Pasal 393 UU No. 23 Tahun 2014).
Informatika, yaitu sub-urusan Aplikasi Informasi keuangan Daerah digunakan untuk:
Informatika. Dalam sub-urusan aplikasi (a) membantu kepala daerah dalam menyusun
informatika tersebut, ranah kewenangan anggaran daerah dan laporan pengelolaan
kabupaten/kota berkenaan atau mencakup: keuangan daerah; (b) membantu kepala
(1) pengelolaan nama domain yang telah daerah dalam merumuskan kebijakan
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan sub keuangan daerah; (c) membantu kepala
domain di lingkup Pemerintah Daerah daerah dalam melakukan evaluasi kinerja
kabupaten/kota; dan (2) Pengelolaan E- keuangan daerah; (d) membantu
Government di lingkup Pemerintah Daerah menyediakan kebutuhan statistik keuangan
kabupaten/kota. daerah; (e) mendukung keterbukaan
Ketentuan lain dalam UU No. 23 informasi kepada masyarakat; (f) mendukung
Ta h u n 2 0 1 4 y a n g t e r k a i t d e n g a n penyelenggaraan sistem informasi keuangan
penyelenggaraan E-Government diatur dalam daerah secara nasional; dan (g) melakukan
Pasal 345 dan Pasal 391-394. Pasal 345 UU evaluasi pengelolaan keuangan daerah.
No. 23 Tahun 2014 mengatur tentang Selain pengaturan dalam UU No. 23
manajemen pelayanan publik, di mana pada Ta h u n 2 0 1 4 , p e n g a t u r a n m e n g e n a i
ayat (1) ditegaskan bahwa Pemerintah Daerah penyelenggaraan sistem elektronik di
wajib membangun manajemen pelayanan lingkungan pemerintahan daerah juga diatur
publik dengan mengacu pada asas-asas dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14
pelayanan publik. Manajemen pelayanan Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
publik meliputi: pelaksanaan pelayanan; Elektronik (UU No. 14 Tahun 2008). Dalam
pengelolaan pengaduan masyarakat; ketentuan tersebut, Pasal 7 UU No. 14 Tahun
pengelolaan informasi; pengawasan internal; 2014, Badan Publik (termasuk Pemerintahan
penyuluhan kepada masyarakat; pelayanan Daerah) wajib menyediakan, memberikan
konsultasi; dan pelayanan publik lainnya dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang
sesuai dengan ketentuan peraturan berada di bawah kewenangannya kepada
perundang-undangan. Pemohon Informasi Publik, selain informasi
Selanjutnya dalam Pasal 391-394 UU yang dikecualikan. Badan Publik wajib
No. 23 Tahun 2014 diatur tentang Informasi menyediakan Informasi Publik yang akurat,
Pemerintahan Daerah. Pasal 391 UU No. 23 benar, dan tidak menyesatkan. Untuk

175
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 2, April 2017, Halaman 170-181

melaksanakan kewajiban (menyediakan, memiliki data elektronik strategis yang wajib


memberikan dan/atau menerbitkan Informasi dilindungi. Instansi atau institusi tersebut
Publik), Badan Publik harus membangun dan harus membuat Dokumen Elektronik dan
mengembangkan sistem informasi dan rekam cadang elektroniknya serta
dokumentasi untuk mengelola Informasi menghubungkannya ke pusat data tertentu
Publik secara baik dan efisien sehingga dapat untuk kepentingan pengamanan data. Instansi
diakses dengan mudah. Dalam rangka atau institusi lain membuat Dokumen
memenuhi kewajibannya, Badan Publik dapat Elektronik dan rekam cadang elektroniknya
memanfaatkan sarana dan/atau media sesuai dengan keperluan perlindungan data
elektronik dan non-elektronik. yang dimilikinya.
Lebih lanjut dalam Pasal 4 UU No. 14 Terkait dengan penggunaan Sistem
Tahun 2008 ditegaskan bahwa pemanfaatan Elektronik dalam konteks pelayanan publik,
terdapat ketentuan yang relevan di dalam
Te k n o l o g i I n f o r m a s i d a n Tr a n s a k s i
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012
Elektronik dilaksanakan dengan tujuan
tentang Penyelenggaraan Sistem dan
untuk:
Transaksi Elektronik (PP No. 82 Tahun 2012)
a. mencerdaskan kehidupan bangsa yang mewajibkan Penyelenggara Sistem
sebagai bagian dari masyarakat Elektronik untuk pelayanan publik untuk
informasi dunia; melakukan pendaftaran pada Menteri yang
b. mengembangkan perdagangan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan di
perekonomian nasional dalam rangka bidang komunikasi dan informatika, sebelum
meningkatkan kesejahteraan Sistem Elektronik mulai digunakan publik
masyarakat; (Pasal 5 ayat (1) dan (3) PP No. 82 Tahun 2012). Hal
c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi paling fundamental dalam menentukan
pelayanan publik; kinerja E-Government ini adalah tata-kelola
d. membuka kesempatan seluas-luasnya teknologi informasi. Untuk mewujudkan tata-
kepada setiap orang untuk memajukan kelola yang baik, ada beberapa unsur yang
pemikiran dan kemampuan di bidang perlu diperhatikan, yaitu: (1) penyelenggara
penggunaan dan pemanfaatan Sistem Elektronik; (2) prinsip-prinsip
Te k n o l o g i I n f o r m a s i s e o p t i m a l penyelenggaraan Sistem Elektronik; dan (3)
mungkin dan bertanggung jawab; dan cakupan penyelenggaraan Sistem Elektronik.
e. memberikan rasa aman, keadilan, dan Penentuan tentang siapa yang
kepastian hukum bagi pengguna dan bertanggung jawab menjadi penyelenggara
penyelenggara Teknologi Informasi. Sistem Elektronik merupakan langkah yang
Mengacu pada tujuan penyelenggara- amat penting mengingat bahwa unsur
an informasi dan transaksi elektronik, penyelenggara Sistem Elektronik menempati
Pemerintah dan Masyarakat mempunyai posisi strategis dalam penyelenggaraan
peran sebagaimana diatur dalam Pasal 40 UU Sistem Elektronik dalam Pemerintahan
No. 14 Tahun 2008. Dalam pasal tersebut Daerah. Sejauh ini tidak ada peraturan
dinyatakan bahwa Pemerintah (Pusat) perundang-undangan yang secara umum
memfasilitasi pemanfaatan Teknologi memuat ketentuan tentang penyelenggara
Informasi dan Transaksi Elektronik sesuai sistem elektronik. Meski demikian, secara
dengan ketentuan Peraturan Perundang- nalar dapat dikemukakan bahwa setidaknya
undangan. Pemerintah melindungi ada tiga pihak yang relevan dalam
kepentingan umum dari segala jenis penyelenggaraan Sistem Elektronik, yaitu
gangguan sebagai akibat penyalahgunaan unit kerja di setiap SKPD, Diskominfo serta
I n f o r m a s i E l e k t r o n i k d a n Tr a n s a k s i pihak eksternal yang mungkin dilibatkan
Elektronik yang mengganggu ketertiban dalam penyelenggaraan Sistem Elektronik.
umum, sesuai dengan ketentuan Peraturan Secara ideal, memang sebaiknya di
Perundang-undangan. Pemerintah setiap SKPD dibentuk unit kerja untuk
menetapkan instansi atau institusi yang menangani sistem elektronik di lingkungan
SKPD masing-masing. Unit kerja ini

176
Titon Slamet Kurnia, Umbu Rauta, Arie Siswanto, E-Government

diperlukan dengan rasionalisasi bahwa SKPD No. 82 Tahun 2012).


semestinya menjadi pihak yang e. Penyelenggara Sistem Elektronik
bertanggungjawab atas pengelolaan data dan wajib: (a) menjaga rahasia, keutuhan,
sistem informasi di lingkungan SKPD dan ketersediaan Data Pribadi yang
masing-masing. Meski demikian, karena dikelolanya; (b) menjamin bahwa
Sistem Elektronik diharapkan terintegrasi, perolehan, penggunaan, dan
tetap dibutuhkan pihak yang pemanfaatan Data Pribadi berdasarkan
bertanggungjawab untuk mengelola pusat persetujuan pemilik Data Pribadi,
data dan mengkonsolidasikan data dari kecuali ditentukan lain oleh peraturan
SKPD. Sesuai dengan teba tugas dan perundang-undangan; dan (c) menjamin
fungsinya, pihak yang harus menjadi leading penggunaan atau pengungkapan data
unit dalam pengelolaan Sistem Elektronik dilakukan berdasarkan persetujuan dari
adalah Dinas Komunikasi dan Informasi
pemilik Data Pribadi tersebut dan sesuai
(Diskominfo). Ada kemungkinan pula pihak
dengan tujuan yang disampaikan kepada
ketiga/pihak eksternal di luar Pemerintah
p emilik D ata P r ib ad i p ad a s aat
Daerah terlibat dalam pengelolaan Sistem
Elektronik. Dalam hal demikian, prinsip yang perolehan data (Pasal 15 ayat (1) PP No. 82
harus dipegang teguh adalah bahwa pihak Tahun 2012).
eksternal ini berada di bawah kendali Di samping ketentuan yang bersifat
Pemerintah Daerah. umum tersebut, khusus bagi penyelenggara
Pengaturan tentang penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik
Sistem Elektronik yang berkenaan dengan juga harus memenuhi kewajiban menerapkan
tata-kelola penyelenggaraan terdapat dalam tata kelola yang baik dan akuntabel. Kriteria
PP No. 82 Tahun 2012, khususnya di Bagian “baik dan akuntabel” (Pasal 16 ayat (1) PP No. 82
Tahun 2012). selanjutnya dimaknai sebagai
Keenam tentang tata Kelola Sistem
Elektronik. Beberapa ketentuan yang relevan kondisi yang memenuhi persyaratan sebagai
adalah sebagai berikut: berikut:
a. Penyelenggara Sistem Elektronik wajib a. tersedianya prosedur atau petunjuk
menjamin: (a) tersedianya perjanjian dalam Penyelenggaraan Sistem
tingkat layanan; (b) tersedianya Elektronik yang didokumentasikan
perjanjian keamanan informasi terhadap dan/atau diumumkan dengan bahasa,
jasa layanan Teknologi Informasi yang informasi, atau simbol yang dimengerti
digunakan; dan (c) keamanan informasi oleh pihak yang terkait dengan
dan sarana komunikasi internal yang Penyelenggaraan Sistem Elektronik
diselenggarakan (Pasal 12 ayat (1) PP No. tersebut;
82 Tahun 2012). b. adanya mekanisme yang berkelanjutan
b. Penyelenggara Sistem Elektronik wajib untuk menjaga kebaruan dan kejelasan
menjamin setiap komponen dan prosedur pedoman pelaksanaan;
keterpaduan seluruh Sistem Elektronik c. adanya kelembagaan dan kelengkapan
beroperasi sebagaimana mestinya (Pasal personel pendukung bagi
12 ayat (2) PP No. 82 Tahun 2012). pengoperasian Sistem Elektronik
c. Penyelenggara Sistem Elektronik wajib sebagaimana mestinya;
menerapkan manajemen risiko terhadap d. adanya penerapan manajemen kinerja
kerusakan atau kerugian yang pada Sistem Elektronik yang
ditimbulkan (Pasal 13 PP No. 82 Tahun diselenggarakannya untuk memastikan
2012).. Sistem Elektronik beroperasi
d. Penyelenggara Sistem Elektronik wajib sebagaimana mestinya; dan
memiliki kebijakan tata kelola, prosedur e. adanya rencana menjaga
kerja pengoperasian, dan mekanisme keberlangsungan Penyelenggaraan
audit yang dilakukan berkala terhadap Sistem Elektronik yang dikelolanya
Sistem Elektronik (Pasal 14 ayat (1) PP (Pasal 16 ayat (2) PP No. 82 Tahun 2012).

177
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 2, April 2017, Halaman 170-181

Dalam kerangka tata-kelola Sistem dalam pengertian interkonektivitas


Elektronik, perlu ditegaskan prinsip-prinsip adalah mencakup kemampuan
yang diterapkan. Untuk itu, prinsip-prinsip interoperabilitas. Sementara yang
yang termuat di dalam berbagai peraturan dimaksud dengan ”kompatibilitas”
perundang-undangan yang relevan bisa adalah kesesuaian Sistem Elektronik
diadopsi untuk diterapkan dalam yang satu dengan Sistem Elektronik
penyelenggaraan Sistem Elektronik oleh yang lainnya (Pasal 6 ayat (1) huruf a PP
Pemerintahan Daerah. Prinsip-prinsip No. 82 Tahun 2012).
tersebut adalah: Dari sisi peraturan perundang-
a. Prinsip efisiensi mengandung makna undangan, hingga saat ini belum ada
bahwa penerapan Sistem Elektronik ketentuan yang secara jelas menetapkan
untuk mendukung penyelenggaraan cakupan penyelenggaraan Sistem Elektronik
pemerintahan daerah harus dalam Pemerintahan Daerah. UU No. 11
menciptakan efisiensi secara signifikan Tahun 2008 hanya menyiratkan secara sumir
terutama di dalam mendukung bahwa salah satu tujuan pemanfaatan
kecepatan dan kesederhanaan layanan teknologi informasi dan transaksi elektronik (
publik. adalah untuk meningkatkan efektivitas dan
b. Prinsip transparansi yang menghendaki efisiensi pelayanan publik, namun tidak ada
agar penyelenggaraan Sistem elaborasi lebih lanjut tentang pelayanan
Elektronik dilakukan secara terbuka, publik apa saja yang perlu ditingkatkan
terutama ketika menyangkut efektivitas dan efisiensinya melalui
pelayanan publik. penggunaan teknologi informasi dan
c. Prinsip reliabilitas yang menghendaki transaksi elektronik (Pasal 4 huruf c UU No. 11
jaminan keandalan data menyangkut Tahun 2008). Ketentuan serupa juga terdapat
kebenaran dan akurasi data yang di dalam PP No. 82 Tahun 2012, yang antara
disajikan dalam kerangka lain menyebutkan bahwa Penyelenggaraan
penyelenggaraan Sistem Elektronik Sistem Elektronik sebagaimana dapat
dalam Pemerintahan Daerah serta dilakukan untuk pelayanan publik (Pasal 3
keandalan sistem menyangkut ayat (2) PP No. 82 Tahun 2012). Biarpun tidak
kualitas sistem elektronik beserta mengelaborasi cakupan pelayanan publik,
komponen-komponen pendukungnya setidaknya PP No. 82 Tahun 2012 memuat
yang membuat sistem elektronik rujukan pada ketentuan perundang-undangan
dapat berjalan dengan baik serta terkait kriteria pelayanan publik tersebut
mudah digunakan. (Pasal 3 ayat (3) PP No. 82 Tahun 2012).
d. Prinsip interkonektivitas yang Meskipun demikian, dari kajian
menghendaki agar Sistem Elektronik peraturan perundang-undangan dapat
yang diaplikasikan dalam diketahui bahwa ada bidang dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Pemerintahan Daerah yang diminta oleh
Daerah dapat terhubung dengan peraturan perundang-undangan untuk
sistem yang lebih luas serta menyatu diselenggarakan dengan dukungan Sistem
dengan sistem yang lebih luas. Prinsip Elektronik, yakni pengadaan barang/jasa
ini antara lain tercermin dari pemerintah. Pengadaan barang/jasa
persyaratan perangkat keras yang pemerintah barangkali merupakan bidang
harus, “memenuhi aspek pemerintahan yang sudah memiliki dukungan
interkonektivitas dan kompatibilitas Sistem Elektronik yang cukup baik pada aras
dengan sistem yang digunakan.” praktik maupun normatif. Kondisi ini muncul
“Interkonektivitas” sendiri dipahami dari pengaturan di bidang pengadaan
sebagai kemampuan untuk terhubung barang/jasa pemerintah. Pada tingkat
satu sama lain sehingga bisa berfungsi normatif, pengadaan barang/jasa pemerintah
sebagaimana mestinya. Termasuk memiliki payung hukum di dalam Peraturan

178
Titon Slamet Kurnia, Umbu Rauta, Arie Siswanto, E-Government

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang tersebut koheren dengan isu perlunya
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Perpres legalitas implementasi E-Government dalam
No. 54 Tahun 2010). Meskipun pengadaan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
barang/jasa tidak wajib untuk dilakukan Asas atau prinsip legalitas merupakan
secara elektronik (Pasal 106 ayat (1) Perpres No. titik anjak untuk asas atau prinsip negara
54 Tahun 2010) , namun tampaknya ada hukum. Dalam pengertian sebaliknya,
kecenderungan untuk menerapkan Sistem berdasarkan asas atau prinsip negara hukum,
Elektronik dalam pengadaan barang/jasa pemerintah harus membentuk skema legislasi
pemerintah, termasuk di lingkungan terlebih dahulu sebagai dasar tindakan
Pemerintah Daerah. Kecenderungan ini juga (reason for action) bagi tindak-tindak
didorong oleh pembentukan Lembaga pemerintahan yang hendak dilakukannya.
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Minimal hal itu memiliki fungsi informatoris
bahwa warga negara dapat mengetahui secara
Pemerintah (LKPP), sebuah Lembaga
jelas apa yang dapat dilakukan atau tidak oleh
Pemerintah Non-Kementerian yang berfungsi
pemerintahnya dan bagaimana seyogianya
mendorong terwujudnya tata-kelola
pemerintah melakukan hal itu. Dalam
pemerintahan yang baik, terutama di bidang pengertian demikian maka asas atau prinsip
pengadaan barang/jasa pemerintah legalitas bermakna sebagai pembatasan
(government procurement). terhadap pemerintah. Dengan keberlakuan
asas legalitas maka tindak pemerintahan pada
3. Implementasi E-Government dalam hakikatnya dikehendaki supaya bersifat
Penyelenggaraan Pemerintahan reguler dan mengandung uniformitas atau
Daerah keseragaman. Pada poin tersebut asas atau
Indonesia pada tahun 2016 menempati prinsip legalitas dari asas atau prinsip negara
peringkat ke delapan dari negara-negara di hukum menuntut supaya tindakan pemerintah
dunia terkait dengan jumlah pengguna bersifat sama dan menetap dengan secara
internet yang mencapai 82 juta orang (laman konsisten mengikuti preskripsi dari legislasi
resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika yang berlaku umum, ketimbang mengikuti
Republik Indonesia) . Kondisi faktual ini preferensi individual pejabatnya (A. Scalia,
merupakan kekuatan pendorong untuk 1989).
mengimplementasikan E-Government dalam Sebagai preskripsi untuk pengaturan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. ke dalam Peraturan Daerah yang hendak
Dikaitkan dengan fakta tersebut maka dilakukan, arah pengaturan Peraturan Daerah
kebutuhan untuk penyelenggaraan E- hendaknya ditujukan pada pengaturan
Government, dan perlunya pengaturan mengenai: kewajiban dan tanggung jawab
mengenai penyelenggaraan E-Government daerah dalam penyelenggaraan E-
sebagai dasar hukumnya, merupakan Government; pengelolaan sistem elektronik
kebutuhan yang rasional, yang memiliki atau teknologi informasi dan komunikasi
koherensi dengan keberlakuan asas legalitas dalam penyelenggaraan E-Government;
sebagai salah satu asas dari asas negara infrastruktur sistem elektronik atau teknologi
hukum. informasi dan komunikasi untuk
Oleh karena itu, menjawab isu tentang menerjemahkan E-Government; sumber daya
pra-kondisi bagi implementasi E- manusia (SDM) sebagai operator atau
Government dalam penyelenggaraan pengelola dalam penyelenggaraan E-
pemerintahan daerah, diperlukan suatu Government dan perlindungan terhadap
kerangka hukum a priori pada daerah yang sistem elektronik atau teknologi informasi
hendak mengimplementasikan E- dan komunikasi dalam rangka
Government di daerahnya. Dengan penyelenggaraan E-Government.
pengertian lain, kerangka hukum tersebut Hal prinsip dalam pengaturan
secara lebih spesifik adalah pengaturan pada kewajiban dan tanggung jawab pemerintah
daerah, dalam hal ini melalui Peraturan adalah supaya penyelenggaraan E-
Daerah. Keberadaan Peraturan Daerah Government mampu mencapai tujuannya.

179
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 2, April 2017, Halaman 170-181

Sementara dalam pengaturan mengenai diikuti pula oleh efektivitas dalam


pengelolaan sistem elektronik atau teknologi penyelenggaraan E-Government serta
informasi dan komunikasi dalam pengaturan mengenai penyelenggaraan E-
penyelenggaraan E-Government adalah supaya Government-nya itu sendiri. Oleh karena itu,
penyelenggaraan E-Government dilakukan pengaturan demikian akan sejalan dengan asas
secara terpadu atau terintegrasi serta dalam pembentukan peraturan perundang-
penyelenggaraan E-Government tersebut undangan yang baik yaitu asas dapat
mampu 'dikendalikan' atau dikontrol. dilaksanakan (yang artinya: setiap pembentukan
Pengaturan mengenai infrastruktur sistem peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan
elektronik atau teknologi informasi dan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di
komunikasi adalah untuk, antara lain, dalam masyarakat). serta asas kedayagunaan dan
menentukan jenis-jenis aplikasi yang tepat dan kehasilgunaan (Yang artinya: setiap peraturan
dibutuhkan oleh daerah sehingga hasilnya akan perundang-undangan dibuat karena memang benar-
benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur
dapat efisien dan efektif. Pengaturan mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
sumber daya manusia dimaksudkan supaya bernegara). Hal ini juga sejalan dengan teori
penyelenggaraan E-Government ditangani oleh pengaturan yang dikemukakan oleh Bronwen
sumber daya manusia yang kompeten dan tepat. Morgan dan Karen Yeung yang menyatakan
Terakhir adalah pengaturan mengenai bahwa instrumen regulasi seyogianya memiliki
perlindungan terhadap sistem elektronik atau daya persuasi yang bernalar sehingga
teknologi informasi dan komunikasi dalam mendorong penerimaan masyarakat atas
rangka penyelenggaraan E-Government yang instrumen itu, tanpa perlu dipaksakan (B.
dimaksudkan supaya sistem tersebut aman dan Morgan & K. Yeung, 2007).
tidak merugikan masyarakat maupun
pemerintah sendiri. C. Simpulan
Arah pengaturan tentang E- Berdasarkan hasil pembahasan di atas
Government dalam penyelenggaraan dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
pemerintahan daerah sebagaimana 1. Secara teoretis, E-Government dalam
dikemukakan di atas pada hakikatnya sejalan, penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan tidak bertentangan, dengan preskripsi dari didukung oleh konsepsi Hukum
peraturan perundang-undangan yang ada, Administrasi Baru yang lebih
khususnya UU No. 14 Tahun 2008 dan PP No. menekankan aspek keterbukaan atau
82 Tahun 2012. Oleh karena itu, dengan transparansi dan efisiensi dalam
menggunakan cara berpikir sistemis dari sistem pemerintahan.
peraturan perundang-undangan, preskripsi 2. Secara yuridis, meskipun belum terdapat
mengenai arah pengaturan tentang E- Undang-Undang yang secara khusus
Government dalam penyelenggaraan mengatur tentang E-Government,
pemerintahan daerah melalui Peraturan Daerah sudah terdapat kerangka hukum berupa
o l e h d a e r a h y a n g h e n d a k peraturan perundang-undangan pada
mengimplementasikan E-Government tingkat nasional atau pusat sebagai
memiliki potensi yang kecil untuk dibatalkan dasar bagi daerah untuk
karena bertentangan dengan peraturan mengimplementasikan E-Government
perundang-undangan yang lebih tinggi. dalam penyelenggaraan pemerintahan
Sementara secara sosiologis, dengan daerah.
tingkat literasi terhadap TIK (khususnya 3. Preskripsi sebagai saran tindak bagi
internet) yang demikian tinggi, maka d a e r a h d a l a m r a n g k a
diharapkan tidak akan terjadi kesenjangan yang mengimplementasikan E-Government
besar antara ekspektasi masyarakat sebagai dalam penyelenggaraan pemerintahan
pengguna layanan pemerintahan dengan daerah, perlunya daerah untuk
penyelenggaraan E-Government dalam mempersiapkan kerangka hukum guna
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan keterpenuhan asas legalitas bagi
pengertian lain, melihat tingkat literasi terhadap kebijakannya tersebut.
teknologi informasi yang tinggi maka akan

180
Titon Slamet Kurnia, Umbu Rauta, Arie Siswanto, E-Government

DAFTAR PUSTAKA oecd.org/gov/46560128.pdf>.


Pimple, K.D. (2014). Introduction: The
Cane, P. (2011). Administrative Law. Oxford: Impacts, Benefits and Hazards of PICT.
Oxford University Press. In K.D. Pimple (Ed.), Emerging
Darumurti, K.D. (2012). Kekuasaan Diskresi Pervasive Information and
Pemerintah. Bandung: PT. Citra Aditya Communication Technologies (PICT):
Bakti. Ethical Challenges, Opportunities and
Douglas, R. (1998). Administrative Law and Safeguards. (pp. 1-12). Dordrecht:
Good Government. In Samford, C., & Springer.
Preston, N. (Eds.), Public Sector Scalia, A. (1989). The Rule of Law as a Law
Ethics: Finding and Implementing of Rules. The University of Chicago
Values. (pp. 122-136). London: Law Review, Vol. 56 (No. 4), pp. 1175-
Routledge. 1188.
Hadjon, P.M. (1987). Perlindungan Hukum So, B. (2003). Public Parcipation in South
bagi Rakyat di Indonesia. Surabaya: and North Korean Environmental
Penerbit Bina Ilmu. Laws, SJD Dissertation (Disertasi di
Kjaer, M., & Kinnerup, K. (2002). Good Bidang Doktor Ilmu Hukum), School of
Governance: How Does It Relate to Law, Pace University.
Human Rights? In Sano Hans-Otto., &
Alfredson, G. (Eds.), Human Rights Peraturan Perundang-undangan
and Good Governance. (pp. 1-18). The Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
Hague: Martinus Nijhoff Publishers. tentang Informasi dan Transaksi
Kubicek, H., et.al. (2011). Organizational Elektronik.
Inter-Operability in E-Government: Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Lessons from 77 European Good- tentang Pemerintahan Daerah.
Practice Cases. Berlin: Springer. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
Lucchi, N. (2016). The Impact of Science and tentang Administrasi Pemerintahan.
Technology on the Rights of the Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012
Individual. Switzerland: Springer. tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Naskah Akademik Rancangan Undang- Transaksi Elektronik.
Undang tentang Penyelenggaraan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Sistem Elektronik untuk Administrasi tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintahan dan Pelayanan Publik Pemerintah.
(Versi 19 Mei 2014). Retrieved from
<https://www.menpan.
go.id/download/file/5002-20150827-
naskah-akademik-ruu-egov-19-mei-
2014>.
McCoubrey, H., & White, N. D., (1996).
Textbook on Jurisprudence. London:
Blackstone Press Ltd.
Morgan, B., & Yeung, K. (2007). An
Introduction to Law and Regulation:
Text and Materials. Cambridge:
Cambridge University Press.
OECD Guiding Principles for Open and
Inclusive Policy Making: Background
Document for Session 1, Expert
Meeting on 'Building and Innovative
Government for Better Policies and
Service Delivery, Paris, 8-9 Juni 2010.
R e t r i e v e d f r o m < h t t p : / / w w w.

181

Anda mungkin juga menyukai