Anda di halaman 1dari 15

Makalah Pendidikan Agama Islam

“BAGAIMANA ISLAM MEMBANGUN PERSATUAN


DALAM KEBERAGAMAN ?”

OLEH :
KELOMPOK 5

- Ainun Annisa Kahar


- Andi Endang Adininsi
- Andi Iffat Ainiyah Hamkah
- Ayu Adhe Putri
- Sri Rahayu Indal Fatra (D121181011)
- Tamara Auliani

DEPARTEMEN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul "Bagaimana Islam Membangun
Persatuan dalam Keberagaman ?" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

                                                                                Gowa, 26 Maret 2019

                                                                                              Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Islam tentang Keragaman dalam Keberagamaan
1. Prinsip keberagamaan yang lapang
2. Keadilan yang obyektif
3. Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain
termasuk ketika melakukan dakwah
4. Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif
dalam kebaikan
5. Batasan toleransi dalam perspektif islam
B. Konsep keberagaman Islam dalam membangun Persatuan umat dalam
keberagamaan
1. Awal lahirnya Mazhab dalam Islam
2. Pentingnya mengenal Mazhab
3. Mazhab fikih di Indonesia
C. Upaya-upaya dalam mewujudkan persatuan umat

BAB III PENUTUP


A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam islam persatuan secara umum di sebut ukhwah yaitu persaudaraan.
Secara umum di sebut ukhuwah islamiyah yaitu persaudaraan dalam islam
(saudara sesame islam) tanpa persatuan dan kerukunan takkan tercipta
keindahan dan kedamaian hidup. Begitupun dalam bernegara tidak akan ada
sendi kekuatn tanpa adanya persatuan, semua hal akan menjadi mudah dan
indah jika kita bersatu. Persaudaraan menyebabkan orang dapat berbuat
damai dan dengan perdamaian, maka persatuan dan kesatuan umat akan dapat
di wujudkan. Manusia tidak dapat hidup seorang diri tanpa pertolongan orang
lain. Hubungan di antara manusia adalah saling membantu dan menolong
(ta’awun), saling mengenal (ta’aruf) dan saling memenuhi kebutuhan
bersama. Hal ini merupakan kebutuhan yang asasi bagi setiap manusia.
Firman Allah SWT :

Artinya :
“ Wahai manusia sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki
– laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa. Sugguh,
Allah maha mengetahui, maha teliti (QS. Al-Hujurat/49:13).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Islam tentang keragaman dalam keberagamaan ?
2. Bagaimana konsep keberagaman Islam dalam membangun Persatuan
umat dalam keberagamaan ?
3. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan dalam mewujudkan persatuan
umat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Islam tentang keragaman dalam
keberagamaan ?
2. Untuk mengetahui konsep keberagaman Islam dalam membangun
Persatuan umat dalam keberagamaan ?
3. Untuk mengetahui dan mengaplikasikan dalam kehidupan tentang upaya-
upaya yang dilakukan dalam mewujudkan persatuan umat?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Islam tentang Keragaman dalam Keberagamaan


Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi
manusia menuju jalan yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci
Al-Qur’an yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kalau dikaitkan
dengan kontes perubahan zaman sekarang, bagaimana Islam memandang
keberagaman/pluralitas yang ada dinegeri ini, bahkan di dunia. Sebagaimana
yang telah disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an. Islam
sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas
merupakan sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati
keberadaannya.
Seperti dalam (Qs. Al-Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan
”Wahai para manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki, dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan
bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”. Dari ayat Al Qur’an tadi, itu
menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan keberagaman,
artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.
Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok,
madzab, ataupun keberagaman yang lain sejenisnya menganggap
kelompoknyalah yang paling benar. Yang harus kita ketahui disini adalah,
keberagaman sudah ada sejak zaman para sahabat, yaitu ketika Nabi wafat,
para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk menjadi
pengganti Nabi. Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah
dalam menyikapi keberagaman, istilah Ukhuwwah dijelaskan dalam
Qs. Al-Hujurat, 49:10, “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.
Ketegasan syariah islam memberikan gambaran betapa perhatiannya
Islam terhadap permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan
persaudaraan, keharmonisann, dan perdamaian. Beberapa hadist memeberikan
perumpaan bahwa sesama muslim diibaratkan satu tubuh, “perumpamaan
kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi,
seumpama tubuh, jika satu tubuh anggota sakit, maka anggota tubuh yang
lain akan susah tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim). Perumpamaan
yang lain diibaratkan bangunan; “orang mukmin dengan orang
mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian
yang lain” (sahahih Muslim no.4684).
Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan
memahami pruralisme ini :
1) Prinsip keberagamaan yang lapang
Salah satu masalah yang serius dalam menyikapi keberagamaan
adalah masalah klaim kebenaran). Padahal untuk mencapai kepasrahan
yang tulus kepada tuhan (makna generik dari kata islam) diperlukan suatu
pemahaman yang sadar dan bukan hanya ikut-ikutan. Oleh sebab itu sikap
kelapangan dalam mencapai kebenaran ini bisa dikatakan sebagai makna
terdalam keislaman itu sendiri. Diceritakan dalam hadist nabi bersabda
kepada sahabat Utsman bin Mazhun “ Dan sesungguhnya sebaik-baik
agama disisi Allah adalah semangat pencarian kebenaran yang lapang
(Al Hanifiyah Al Samhah) “.
2) Keadilan yang obyektif
Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan maupun
tindakan kita terhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan
seringkali karena kita tidak suka dan menganggap orang lain sebagai
bukan bagian dari kelompok kita (outsider) maka kita bisa berbuat tidak
adil terhadap mereka dalam memutuskan hukum, interkasi sosial maupun
hal-hal lain. Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan
dalam sikap dan pandangan ini dengan obyektif terlepas dari rasa suka
atau tidak suka (like and dislike). Seperti yang diterangkan dalam QS. Al-
Maidah ayat 8, “hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu
jadi orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi yang adil. Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena adil itu lebih dekat
kepada taqwa”.
3) Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain
termasuk ketika melakukan dakwah
“Serahkanlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan jalan
bijaksana dan pelajaran yang baik dan bantahlahlah mereka dengan lebih
baik” (QS. An Nahl ayat 12) dan “Tidak ada paksaan dalam (memeluk)
agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat” (QS. Al Baqoroh ayat 256). Dalam berdawah kita harus
mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan cara-cara argumentatif lainnya
(interfaith dialogue). Tiap agama mempunyai logikanya sendiri dalm
memahami tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah
dimaksudkan untuk saling menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai
kesepahaman, dan mempertahankan keyakinan kita
“Katakanlah olehmu (wahai Muhammad) wahai Ahli kitab marilah
menuju ketitik pertemuan antara kami dan kamu” (QS. Ali Imran ayat 64)
4) Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif
dalam kebaikan
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang mereka menghadap
kepadanya, maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” (QS. Al
Baqarah ayat 148). Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial
dengan semisal melakukan advokasi terhadap masyarakat tertindas seperti
kaum buruh, pelecehan seksual dan sebagainya maka kita tidak boleh
begitu mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan atau bahkan berusaha
menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu bagi kita
kaum muslimin untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka dalam hal
amal sosial.
Apabila keempat prinsip ini bisa kita pegang Insya Allah akan
tercipta hubungan yang lebih harrmonis antar umat beragama, hubungan
yang dilandasi oleh sikap saling menghargai, menghormati dan saling
membantu dalam kehidupan sosial. Sehingga kehadiran agama (khususnya
islam) tidak lagi menjadi momok bagi kemanusiaan tetapi malah menjadi
rahmat bagi keberadaan tidak hanya manusia tetapi sekaligus alam semsta
ini.
5) Batasan toleransi dalam perspektif islam
Islam mengakui pluralitas agama, dan menghormati pemeluk agama
lain. Tapi bagaimana jika ada sebagian kelompok yang melecehkan agama
Islam atau aksi kemaksiatan yang jelas dilarang oleh agama? Apakah umat
Islam harus berpura-pura menutup mata dan telinga atas dasar toleransi?!
Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang
bernama Musailah Al Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa
dirinya nabi setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Melihat hal tersebut
para sahabat tidak tinggal diam dan membiarkan pengikut Musailamah
terus menyebarkan ajaran sesatnya. Karena disitu ada mashlahah untuk
menjaga agama (hifdz al din) yang merupakan faktor dharury (primer)
dalam kehidupan umat Islam[4]. Allah telah berfirman dengan tegas dan
jelas bahwa Nabi Muhammad saw adalah penutup para Nabi dan tidak ada
Nabi setelah Nabi Muhammad, yaitu pada Qs. Al-Ahzab : 40 yang artinya
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam.
Karena seorang yang mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad saw adalah
utusan Allah dan meyakini bahwa tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad
saw.

B. Konsep keberagaman Islam dalam membangun Persatuan umat dalam


keberagamaan
1) Awal lahirnya Mazhab dalam Islam
Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang
Imam Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan
kepada Al-Qur’an dan Al-hadis. Perbedaan mazhab muncul ketika Nabi
Muhammad wafat, yakni ketika para sahabat akan menetapkan tokoh yang
paling layak untuk memimpin umat menggantikan Nabi Muhammad. Baik
sahabat Muhajirin maupun sahabat Ansar masing-masing merasa paling
layak memimpin umat. Muhajirin berargumentasi bahwa merekalah orang
yang paling awal mendukung kenabian dan paling dekat kekerabatannya
dengan Nabi Muhammad, sedangkan Ansar pun berargumentasi bahwa
Islam menjadi besar berkat perlindungan mereka. Akhirnya Umar bin
Khathab r.a. mendeklarasikan Abu Bakar Shiddiq r.a. (tokoh Muhajirin)
sebagai khalifah, yang disetujui oleh sebagian kaum Ansar. Namun, pada
saat itu sebetulnya sudah ada dua mazhab dalam Islam, yaitu mazhab
sahabat (yang dipelopori oleh kaum Muhajirin dan Ansar) dan mazhab
keluarga nabi (yang dipelopori oleh Ali bin Abi Thalib). Inilah sebenarnya
benih-benih munculnya dua mazhab dalam Islam, yakni mazhab Suni dan
mazhab Syiah. Dengan demikian, kita suka ataupun terpaksa akan
mengetahui beragamnya mazhab dalam Islam. Maka dari itu, kita harus
mempelajari perbedaan mahzab dalam Islam, agar kita bersikap toleran
dan akhirnya ukhuwah islamiah benar-benar terwujud.

2) Pentingnya mengenal Mazhab


Bermazhab itu sangat penting bagi orang beragama agar
pemahaman dan praktik agamanya benar. Karena bermazhab merupakan
metode untuk mengetahui hukum suatu peristiwa yang dihadapi dengan
merujuknya pada fiqih mazhab tertentu yang dianut atau upaya
penyimpulannya dilakukan berdasarkan ushul al-mazhab yang
diyakininya.
Sedikitnya ada empat alasan kita perlu mengenal mazhab-mazhab dalam
Islam, yaitu :
a. Tanpa mengenal mazhab dimungkinkan kita memusuhi sesama umat
islam, yang tentunya akan memperlemah kekuatan umat islam.
b. Adanya beragam mazhab yang memungkinkan kita memiliki banyak
pilihan untuk mengatasi permasalahan kehidupan modern.
c. Tanpa mengenal mazhab, orang akan bingung karena beragam
pemikiran dan hukum islam yang berbeda-beda, bahkan saling
bertentangan. Dengan mengenal mazhab, maka kita tidak akan kaget
dengan perbedaan pemikiran dan produk hukum itu.
d. Gerakan ukhuwah islamiyah didengunkan oleh hampir setiap ulama,
cendekiawan muslim, dan orang-orang islam pada umumnya. Tanpa
memahami mazhab yang berbeda-beda upaya ini hanyalah sebuah
slogan palsu, yang mudah diucapkan tapi sukar dilaksanakan.

3) Mazhab fikih di Indonesia


Fikih merupakan ajaran Islam tentang hukum yang terdapat dalam
Al-Qur’an sebagai dasar hukum yang diperjelas dengan hadits Nabi SAW.
Mazhab fikih pengertiannya adalah “tempat tujuan atau rujukan
pemahaman hukum Islam”. Secara umum di Indonesia terdapat dua
mazhab besar, yaitu mazhab yang berpegang pada empat mazhab (Syafi`i,
Maliki, Hanafi, dan Hanbali) dan mazhab yang langsung berpegang pada
Al-Quran dan As-Sunnah. Masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) dan kaum
ahlus sunnah wal jamā‟ah (Aswaja) lainnya berpegang pada empat
mazhab, Mengapa NU (dalam bidang fikih) berpegang kepada empat
mazhab? Alasannya:
 Banyak dalil yang mengharuskan umat Islam mengikuti ahlus sunnah
wal jamā‟ah, dan keempat mazhab ini jelas sekali memiliki ciri-ciri
ahlus sunnah wal jamā‟ah;
 Ada perintah taklid kepada ulama (mengikuti pendapat ulama),
sedangkan keempat imam mazhab merupakan ulama besar;
 Keempat imam mazhab telah mencurahkan dirinya dalam meneliti
pendapat-pendapat yang dipastikan dan yang belum dapat dipastikan
sehingga para pengikutnya terbebas dari segala perubahan dan
penyimpangan, dan imam mazhab mengetahui hadis yang sahih dan
yang lemah;
 Ulama dari generasi ke generasi mengikuti empat mazhab.
Sedangkan masyarakat Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis)
berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah. Dari sana dapat difahami
bahwa Muhammadiyah memang tidak terikat kepada salah satu di antara
madzhab-madzhab tertentu akan tetapi juga bukan berarti Muhammadiyah
anti dengan madzhab, kita tidak meragukan kualitas keilmuan para imam-
imam madzhab, namun bagaimana pun juga pendapat-pendapat para imam
tidaklah memiliki kebenaran secara mutlak sebagaimana kebenaran al-
Quran dan as-Sunnah ash-Shahihah. Alasan mengapa Muhammadiyah
tidak bermazhab, yaitu :
 Tidak ada dalil yang mengharuskan memilih mazhab empat.
 Keempat tokoh imam mazhab memerintahkan pengikutnya untuk
merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
 Adanya dalil yang memerintahkan berijtihad dan melarang taklid.
Apa yang dilakukan Muhammadiyah melaksanakan agama bersumber
pada al-Qur’an dan as-Sunnah - ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw:
Artinya: “Diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata, bahwa Rasulullah
saw bersabda: Aku telah meninggalkan kepadamu sekalian dua perkara,
tidak akan tersesat kamu selama berpegang teguh dengan keduanya yaitu
Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. [Diriwayatkan oleh Malik dalam
kitab Muwattha’].
Sebenarnya, mereka yang berpegang pada empat mazhab pun
berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah, yakni Al-Quran dan As-Sunnah
sebagaimana dipahami imam mazhab. Dalam keadaan demikian tidak ada
alasan untuk menyimpang dari hadis Nabi Muhammad kecuali kalau ada
sikap munafik yang tersembunyi.

C. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mewujudkan persatuan umat


1. Untuk mewujudkan persatuan masyarakat yang majemuk seperti di
Indonesia, perlu adanya kerja sama antara pemimpin dan rakyat. Jargon
demokrasi yang dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat butuh
pembuktian yang nyata dalam menjaga keamanan dan ketenangan bagi
setiap umat beragama, dan tegas dalam mengambil keputusan jika ada
yang meresahkan rakyat setempat.
2. Peduli kepada sesama tanpa melihat suku, ras, budaya, dan agama dengan
saling menghormati dan menghargai perbedaan masing-masing.
3. Cinta tanah air dengan bangga menjadi warga Negara Indonesia, bangga
terhadap budaya Indonesia dan dengan cara menerapakan bahwa negara
kita adalah negara yang paling istimewa.
4. Melahirkan kembali semangat nasionalisme dengan mempelajari kembali
perjuangan para pejuang dahulu yang telah berkorban jiwa dan raganya
untuk kemerdekaan Indonesia.
5. Dan kita harus mengetahui akan beragamnya mazhab dalam Islam.
Keberagaman adat budaya istiadat di wilayah yang berbeda di muka bumi
ini terkadang menimbulkan gesekan antar umat. Maka dari itu, kita harus
mempelajari perbedaan mahzab dalam Islam, agar kita bersikap toleran
dan akhirnya ukhuwah islamiah dapat terwujud di semua kalangan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Membangun persatuan di tengah keberagaman dalam perspektif islam
memerlukan tindakan konkrit yang nyata. Ajaran islam telah mengajarkan
umatnya untuk hidup dalam toleransi. Untuk menjaga persatuan ini maka
umat harus menjaga tali silaturrahmi antar manusia dan juga menjunjung
tinggi toleransi.
Allah SWT telah menyebutkan dalam Al-Quran untuk hidup dengan
damai sekalipun berada di antara perbedaan. Jalinan silaturrahmi dengan
mengedepankan toleransi tidak hanya saat berhubungan dengan antar umat
beragama saja, namun bagaimana sesama muslim mampu hidup damai, rukun,
saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab.
Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama.
Dalam Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk
meninggalkan agamanya dan masuk Islam dengan terpaksa, karena Allah telah
berfirman dalam QS. Al Baqarah: 256,

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)”


Maka sudah seharusnya kita mampu menyikapi perbedaan dari sudut pandang
yang berbeda, saling menghargai adanya keberagaman maka akan terjadi
keharmonisan dalam hubungan masyarakat, sehingga kedamaian akan terus
berjalan dan perpecahan tidak akan terjadi.

B. Saran
Makalah yang berjudul Membangun Persatuan di Tengah Keberagaman
dalam Perspektif Islam ini telah kami selesaikan dengan semaksimal mungkin.
Namun, kesempurnaan hanya milik Allah SWT, maka pasti ada kekurangan
dari isi makalah ini. Kami dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik
yang kami perlukan untuk bahan evaluasi makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan terjemahan

______ . 2015. Pendidikan Agama Islam Kontekstual di Perguruan Tinggi.


Cetakan ke X. Surabaya : Surabaya University Press

Sudarto,2014, Wacana Islam Progresif, Yogyakarta, IRCisoD

Syarbini, dkk. 2011, Al-Qur’an dan Kerukunan Hidup Umat Beragama, Jakarta,
PT.Elex Media Komputindo

https://prezi.com/kfj7mjtwrfbd/bagaimana-islam-membangun-persatuan-dalam-
keberagaman/

Anda mungkin juga menyukai