Dosen Pembimbing :
Adin Muafiro, SST., M.Kes
Disusun Oleh :
1. Aisyah Salsa Nur Rahmadani (P27820119002)
2. Angga Budiansyah (P27820119005)
3. Chintia Indriyani Safitri (P27820119012)
4. Dhea Putri Magfihro (P27820119013)
5. Inka Dwi Oktavia (P27820119020)
6. Nur Lailia Antasyia (P27820119031)
TINGKAT II REGULER A
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan rahmat dan nikmat-Nya makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi . Di dalam makalah
ini berisi tentang “Kendala dalam Komunikasi Teraupetik”. Penulis menyadari bahwa apa
yang tertuang di dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan,
segi redaksional maupun segi pengkajian dan pemilihan bahan literatur sebagai landasan teori.
Keadaan tersebut disebabkan adanya keterbatasan dalam diri penulis sendiri.
Penyusunan makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Penulis ucapkan terima kasih bagi mereka yang telah memberikan bantuan dan pengarahan
dalam penyelesaian makalah ini. Dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca.
Tegur sapa serta kritik membangun penulis terima dengan senang hati demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................1
1.4 Manfaat.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................9
3.2 Saran.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.5 Kendala dalam Komunikasi Teraupetik
Adapun kendala atau hambatan dalam komunikasi teraupetik dalam hal kemajuan
hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenis yaitu resisten, transferens, dan
kontertransferens.
1. Resisten
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas
atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten biasanya menunjukkan
ambivalensi antara menghargai tetapi juga menghindari pengalaman yang
menimbulkan cemas padahal hal ini merupakan bagian normal dalam proses
terapeutik. Resisten ini sering akibat dari ketidaksesuaian klien untuk berubah ketika
kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh
klien pada fase kerja, karena pada fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaiaan
masalah (Stuart danSundeen dalam Intan. 2005).
2. Transferens
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap
perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yang
bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995).
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini
diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama
reaksi transference yaitu reksi bermusuhan dan tergantung.
Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :
Bungkus (15 tahun) adalah klien yang dirawat dirumah sakit karena demam berdarah.
Tanpa sebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat Gengki. Setelah dikaji,
ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini
dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada
dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.
Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :
Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu
mempunyai wajah dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan
keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang
melakukannya.
5
3. Kontertransferen
Kontertransferen merujuk pada respons emosional spesifik oleh terapis terhadap
pasien yang tidak tepat dalam isi konteks hubungan terapetik atau ketidaktepatan
dalam intensitas emosi. Perawat terkadang tidak menyadari bahwa apa yang telah di
lakukan itu nantinya merugikan kedua belah pihak. Perawat biasanya terpancing oleh
sikap klien yang berlebihan, baik sikap terlalu baik maupun sikap yang terlalu buruk
sehingga perawat merespons dengan emosi yang berlebihan juga. Respons emosional
yang berlebihan itu disebut Kontertransferen.
Menurut stuart, G.W (1998) Kontertransfaran merupakan bentuk respon emosional
beupa hambatan terapeutik yang berasal dari diri perawat yang dibangkitkan atau
dipancing oleh sikap klien. Bentuk Kontertransferens (Stuart dan Sundeen dalam
Intan, 2005) :
a. Ketidakmampuan berempati terhadap Klien dalam masalah tertentu
b. Menekan perasaan selama atau sesudah sesi
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat,
atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
d. Mengantuk selama sesi
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien
g. Berdebat dengan Klien atau kecenderungan untuk memaksa Klien sebelum ia
siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal yang tidak berhubungan
dengan tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
i. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal
j. Melamunkan atau memikirkan Klien
2.6 Cara Mengatasi Kendala dalam Komunikasi Teraupetik
Untuk mengatasi kendala atau hambatan teurapeutik, perawat harus siap
mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat
dengan pasien. Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan
teurapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut.
Kemudian perawat dapat mengklarifikasi dan mengungkapkan perasaan serta isi agar
lebih berfokus secara objektif pada apa yang sedang terjadi.
Latar belakang perilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan
transferensa) atau perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan)
6
bertanggung jawab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses
teurapeutik. Terakhir, tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali.
Hal ini dapat membantu perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang
sesuai dengan proses hubungan perawat dengan pasien.
Adapun beberapa cara untuk mengatasi kendala atau hambatan komunikasi yaitu :
1. Pedekatan terpusat pada penerima
Peduli kepada penerima pesan berarti bahwa akan mengambil langkah atau
yang dapat dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti danbermakna
bagi penerima. Berempati dan bersikap peka pada perasaan penerima adala cara
terbaik untuk mengatsi hambatan komunikasi. Karena perbedaan emosi dan persepsi
akan menimbulkan gangguan. Dalam penerimaan pesan, bila seseorang menyadari
perasaan orang lain maka akan mampu memlilih kata-kata netral memahami
pandangan mereka dan mungkin akan berempati dengan posisi mereka dengan
mencoba memandang situasi lewat kacamata mereka.
Dalam kenyataan pendektan yang berpusat pada penerima lebih dari sekedar
pendekatan untuk komunikasi bisnis sebenarnya ini adalah pendekatan modern pada
bisnis dan kehidupan secara umum.
2. Komunikasi dengan situasi terbuka
Iklim komunikasi organisasi merupakan cerminan dari budaya organisasi :
campuran nilai, tradisi dan kebiasaan yang mengakomodasi atmosfir atau karakternya.
Beberapa peusahaan cenderung menyambut aliran omuniksi keatas. Tetapi dalam
komunikasi dengan situasi terbuka, akan mendrong keterusterangan dan kejujuran
serta kebebasan untuk mengakui kesalahan atau untuk tidak setuju dengan atasan dan
kebebasan menyatakan pendapat.
3. Melakukan komunikasi dengan etis
Etika adalah prinsip-prinsip yang menjadi acuan bagi seseorang atau
sekelompok orang untuk bersikap dan berperilaku. Orang yang tidak etis biasanya
egois dan tidak peduli salah atau benar, menghalalkan segala cara unuk mencapai hasil
akhir. Orang yang etis pada umumnya dapat dipercaya, adil dan tidak memihak,
menghargai hak orang lain dan memperhatikan dampak tindakan mereka pada
masyarakat.
Etika memainkan peran penting dalam komunikasi. Bahasa itu sendiri terdiri
dari kata-kata yang membawa nilai. Jadi hanya dengan mengatakan sesuatu dengan
cara tertentu, mempengruhi bagaimana orang-orang lain memandang dan membentuk
7
harapan dan tingkah laku yang berbeda pula. Komunikasi etis termasuk komunikasi
yang relefan, benar dalam segala segi dan tidak memperdayakan dengan cara apapun.
4. Pesan yang efektif dan efisien
Pesan yang efektif dan efisin akan memperlancar proses komunikasi, sehingga dapat
mengatasi hambatan komunikasi. Ciri-ciri pesan yang efektif dan efisien antara lain,
padat dan tidak mempunyai pengertian yang mendua atau membingungkan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara
sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien. Komunikasi
teraupetik merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat
dengan klien. Komunikasi teraupetik berlangsung secara verbal dan non verbal. Dalam
komunikasi teraupetik ada tujuan spesifik, batas waktu, berfokus pada klien dalam
memenuhi kebutuhan klien, ditetapkan bersama, timbal balik, berorientasi pada masa
sekarang, saling berbagi perasaan (Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina, 2010:11-
12). Adapun kendala atau hambatan-hambatan komunikasi terapeutik dalam hal
kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenis utama yaitu resisten,
tranferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan
mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat
komunikasi terapeutik perawat.
3.2 Saran
Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien perawat
hendaknya mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasi terapeutik.
Perawat harus menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik. Dalam melakukan komunikasi dengan klien maka
perawat harus dapat menghargai keunikan setiap klien.
9
DAFTAR PUSTAKA
10