Anda di halaman 1dari 22

ARTIKEL KEISLAMAN

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Rashid Ridho Al Buhori


NIM : F1C020121
Fakultas&Prodi : Fakultas Teknik & Teknik Mesin
Semester : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya haturkan kepada ALLAH SWT Karena telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas artikel ini
tepat pada waktunya.

Sholawat dan Salam tak lupa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang
telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk
yang paling benar yakni syariat agama islam yang sempurna dimana merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Terimakasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,M.Sos
sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait tentang keislaman.

Besar harapan saya tugas ini akan memberikan manfaat bagi pembaca.

Penyusun,

Mataram, 20 Oktober 2020

Rashid Ridho Al Buhori


F1C020121

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits 4
III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 9
IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadits 12
V. Islam: Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum 14
DAFTAR PUSTAKA 19

iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: ‫)هللا‬ dan diyakini


sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu,
Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.

Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-
Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu
pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang
paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha
Penyayang" (ar-rahim).

Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan


kemurah hatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana
pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah
Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia
menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya.
Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi
penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang
mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada
dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah
(tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan
sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai
berikut:;

l;ِ ‫ُون هَّللا ِ أَ ْندَ ا ًدا ُي ِحبُّو َن ُه ْم َكحُبِّ هَّللا‬


ِ ‫اس َمنْ َي َّتخ ُِذ مِنْ د‬
ِ ‫َوم َِن ال َّن‬

1
 Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap Allah.
Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

  Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid
(monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang
mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan
khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran)
ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah
(hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah
mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan
Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan
konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan
yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak
demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

َ ‫ْس َو ْال َق َم َر َل َيقُولُنَّ هَّللا ُ َفأ َ َّنى ي ُْؤ َف ُك‬


‫ون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
lَ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّشم‬ ِ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَقَ ال َّس َم َوا‬

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan menundukkan
matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah. 

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang
itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan kepada Allah
jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan
Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan
sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.

2
Pernyataan lugas dan sederhana cermin llmanusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan
dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat alldalah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah
yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam
kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran
sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

3
II. SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADIST

A. Pengertian Sains dan Teknologi


Sains merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta beserta seluruh
isinya,seorang ahli bidang sainsdikenal dengan sebutan saintis. Sedangkan teknologi
adalah suatu sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Teknologi merupakan penerapan sains yang dapat digunakan dalam kehidupan


sehari-hari. Sains dan teknologi lahir dari hasil pemikiran manusia yang di mana
kehidupan manusia tidak dapat lepas dari sains dan teknologi.

Sains (Ilmu pengetahuan) tanpa dilandasi oleh agama akan menjadibuta dan
lumpuh,pendapat Einstein untuk umat beragama,karena ilmu pengetahuan yang
dikuasai dengan baik akan bermanfaat bagi umat manusia berkat adanya tuntunan
agama. Dalam hal ini agama menjadi pelita yang menerangi ilmu pengetahuan bagi
kesejahteraan umat manusia.

Allah SWT mengisyratkan manusia agar mau belajar meguasai ilmu pengetahuan.
Perintah tersebut tertuang dalam Al-Qur’an surat Al- Alaq ayat 1-5 Yang berbunyi:

Artinya: “bacalah dengan menyebut nama tuhan mu yang telah menciptakan.dia


menciptakan manusia dari segumpal darah,bacalah dan tuhanmulah yang maha
pemurah. Yang mengajari manusia dengan perantara kalam. Dia mengajari manusia
apa yang belum diketahuinya”.

Yang harus dibaca dari ayat tersebut adalah pengertian tentang alam semesta yang
diciptakan oleh tuhan yang mengandung banyak ilmu pengetahuan.tuhan menciptakan
alam semesta ini agar dipelajari oleh manusia sebagai suatu ilmu pengetahuan . tuhan
juga memberikan ilmu pengetuan kepada manusia sejak awal penciptaan manusia
sebagai pembeda dengan makhluk lainnya. Hal ini dapat dilihat dalam surat al- baqarah
ayat 31-33 yang berbunyi:

4
{‫ض ُه ْم َعلَى ْال َمال ِئ َك ِة َف َقا َل أَ ْن ِب ُئونِي ِبأَسْ َما ِء َهؤُ ل‬ َ ‫و َعلَّ َم آ َد َم األسْ َما َء ُكلَّ َها ُث َّم َع َر‬lll
َ ‫) َقالُوا‬31( ‫ِين‬ َ ‫صا ِدق‬ َ ‫ا ِء إِنْ ُك ْن ُت ْم‬
l‫ َمائ ِِه ْم‬l ‫أ َ ُه ْم ِبأ َ ْس‬ll‫) َقا َل َيا آدَ ُم أَ ْن ِب ْئ ُه ْم ِبأَسْ َمائ ِِه ْم َفلَمَّا أَ ْن َب‬32( ‫ت ْال َعلِي ُم ْال َحكِي ُم‬ َ ‫ك أَ ْن‬ َ ‫ك ل عِ ْل َم لَ َنا إِال َما َعلَّ ْم َت َنا إِ َّن‬ َ ‫ُسب َْحا َن‬
)33(‫ُون‬ َ ‫ض َوأَعْ لَ ُم َما ُت ْب ُد‬
َ ‫ون َو َما ُك ْن ُت ْم َت ْك ُتم‬ ِ ْ‫ت َواألر‬ َ ‫ َقا َل أَلَ ْم أَقُ ْل لَ ُك ْم إِ ِّني أَعْ لَ ُم َغي‬l
ِ ‫ْب ال َّس َم َاوا‬

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa tuhan member suatu ilmu kelpada manusia
yang tidak diberikannya kepada malaikat. Tuhan mengetahui segalla yang terlahir
maupun yang tersembunyi dan ilmu tuhan sangat luas,meliputi segala ralhasia yang ada
di langit dan di bumi.

Hubungan al-qur’an dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kaitannya sangat erat.
Ilmu-ilmu yang terdapat di dalam Al-Qur’an ada yang langsung mudah dipahami karena
tersurat langsung pada ayat-ayatnya,namun adapula ilmu-ilmu yang dimaksud harus
direnungkan terlebih dahulu, perlu pemikiran lebih lanjut karena hanya tersirat pada
ayat-ayatnya.

Ayat- ayat dalam Al-Qur’an selalu merangsang manusia untuk berfikir lebih lanjut
tentang isi ayat-ayatnya yang banyak menyangkut tentang ilmu pengetahuan dan
teknologi.

B. Hadis tentang Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Teknologi .


Hadits - hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan,  
bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut  ilmu (Alavi,  2003).

Sebagaimana  Sabda  Rasulullah  SAW:  

“Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim.”(HR. Ibnu Majah) 

Hadits  di  atas  memberikan  dorongan  yang  sangat  kuat  bagi  kaum  muslimin 
untuk  belajar  mencari  ilmu  sebanyak-banyaknya,  baik  ilmu-ilmu  agama  maupun 
ilmu-ilmu  umum,  karena  suatu  perintah  kewajiban  tentunya  harus  dilaksanakan, 
dan  berdosa  hukumnya  jika  tidak  dikerjakan.  

1. Bintang – Bintang di Langit


Nabi bersabda:

5
l‫ َح ِابى‬l‫ص‬ ْ َ‫أ َِذا أ‬l‫ْت َف‬ ُ ‫ َح ِابى أَ َتى َذ َهب‬l‫ص‬ ْ َ‫ا أ‬ll‫ ُد ْو َن َم‬l‫ت َف ِأ َذا لِل َّس َما ِء أَ َم َن ٌة ال ُّنج ُْوم ُْو َع‬
ِ ‫ُت ْو َع ُد ْو َن َما ال َّس َما َء أَ َتى ال ُّنج ُْو ُم َذ َه َب‬
‫ ي ُْو َع ُد ْو َن َما أ ُ َّمتِى‬l‫ب َفأ َِذا أِل ُ َّمتِى أَ َم َن ٌة َيوأَصْ َح ِابى‬
َ ‫ َذ َه‬l‫ُ أَ َم َن ٌة أَ َن َاو أَ َتى أَصْ َح ِابى‬

Artinya:“Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika bintang mati, maka


datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman
bagi sahabatku, jika aku mati, maka datanglah kepada para sahabat sesuatu  yang
mengancam mereka. Sahabatku adalah pengaman umatku, jika mereka mati, maka
datanglah kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka.” (HR. Imam Muslim).

Dalam hadits ini hanya mambahas satu larik saja , yaitu sabda Nabi : “bintang-
bintang adalah pengaman langit. Jika bintang mati, maka datanglah pada langit
sesuatu yang mengancamnya.

”Maksud dari kematian bintang adalah meredup dan memudarnya sinar bintang.
Sedang maksud dari “sesuatu yang mengancam langit” adalah tersingkap, terpecah,
terbuka, dan perubahan langit menjadi sesuatu yang tidak terurus, ditelantarkan, dan
dipenuhi asap dan kabut.

2. Pembelahan Bulan.

Nabi Bersabda :

‫م‬lُ ‫ت َف ِأ َذا لِل َّس َما ِء أَ َم َن ٌة ال ُّنج ُْو‬


ِ ‫ُت ْو َع ُد ْو َن َما ال َّس َما َء أَ َتى ال ُّنج ُْو ُم َذ َه َب‬

‫ب َفأ َِذا أِل ُ َّمتِى أَ َم َن ٌة َوأَصْ َحا‬


َ ‫ َذ َه‬l‫ أَ َم َن ٌة أَ َن َاو أَ َتى أَصْ َح ِابى‬l‫ْت َف ِأ َذا أَصْ َح ِابى‬
ُ ‫ي ُْو َع ُد ْو َن َما أَصْ َح ِابى أَ َتى َذ َهب‬

‫ا أُمَّت‬lllllllllllllllllllllllllllllllllll‫ ُد ْو َن َم‬lllllllllllllllllllllllllllllllllll‫ي ُْو َع‬

artinya:“Terbelahnya bulan merupakan karamah Rasulullah “. (HR. Imam Al-


Bukhori ).

Hadits ini diriwayatkan oleh oleh Imam Al Bukhori dalam Shahihnya kitab Al-
Maghazy. Maksud dari hadits ini adalah terbelahnya bulan ini adalah peristiwa . ini
merupakan representasi dari  salah satu kemukjizatan indrawi yang muncul sebagai
penguat bagi Rasulullah dalam menghadapi kaum kafir dan musyrik Mekah dan
pengingkaran mereka atas kenabian Nabi SAW.

6
Mukjizat adalah peristiwa adikodrati yang keluar dari ketentuan Sunnatullah.
Oleh karena itu, aturan-aturan duniawi tidak mungkin bisa memahami terjadinya
mukjizat. Seandainya mukjizat pembelahan bulan menjadi dua ini tidak disebutkan
dalam Al-Qur’an dan sejarah Rasulullah, tentu kaum muslimin sekarang tidak akan
mengimaninya. Jadi, fungsi hadits di atas adalah untuk menguatkan bahwa
Rasulullah benar-benar mempunyai mukjizat yaitu salah satunya membelah bulan
jadi dua.

3. Siklus Hujan.

Nabi Bersabda :

ِ ‫اق ْال َق َم ِر َك َر َم ًة ل َِرس ُْو ِل‬


‫هللا‬ ُ ‫ِا ْنشِ َق‬

                                                 

Artinya:“Tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya daripada tahun yang lain”

Al-Baihaqi meriwayatkan hadis ini dalam As-Sunan Al-kubra dari Ibnu Mas’ud
Ra, dari Rasulullah dengan teks hadis “tidak ada tahun yang lebih sedikit curah
hujannya daripada tahun yang lain”.

Kendati nash hadis berhenti (mauquf) pada Ibnu Mas’ud, sehingga mendorong
beberapa pengkaji hadis untuk melemahkan statusnya (dhaif) karena tidak dapat
memahami petunjuk ilmiahnya, namun hadis ini tetap mempresentasikan sebuah
gebrakan ilmiah yang mendahului khazanah sains modern sejak tahun 1400 tahun
silam. Di samping itu, hadis ini merupakan salah satu representasi kemukjizatan
sains dalam hadits-hadits Nabi SAW. Sehingga meski berstatus dho’if, hadis itu pun
tetap kuat dan diperhitungkan.

Dari Abud Darda` radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ َ‫ فِ ْي ِه َي ْطلُبُ ْي ًقا َط ِر َسل‬،‫ك عِ ْلمًا‬


ْ‫ك َمن‬ َ َ‫مِنْ َط ِر ْي ًقا ِب ِه ل ُه ا َسل‬

‫ُق‬
ِ ‫طر‬ َ ‫ب أَجْ ن َِح َت َها لَ َت‬
ُ ،ِ‫ض ُع ْال َمالَ ِئ َك َة َوإِنَّ ْال َج َّنة‬ ِ ِ‫ لِ َطال‬،‫ْالع ِْل ِم‬

َّ‫ت فِي َمنْ لَ ُه لَ َيسْ َت ْغفِ ُر ْال َعالِ َم َوإِن‬ ِ ْ‫األَر‬


ِ ‫ فِي َو َمنْ ال َّس َم َوا‬،‫ض‬

7
ُ‫ فِ َج ْوفِي َو ْال ِح ْي َتان‬،‫ْال َع ِاب ِد َعلَى ْال َعال ِِم َفضْ َل َوإِنَّ ْال َما ِء‬

‫ َسائ ِِر َعلَ ْىل َب ْد ِر لَ ْيلَ َة ْال َق َم ِر َك َفضْ ِل‬،ِ‫ْال ُعلَ َما َء َوإِنَّ ْال َك َوا ِكب‬

‫ َو َر َث ُة‬،‫ لَ ْم األَ ْن ِب َيا َء َوإِنَّ األَ ْن ِب َيا ِء‬l‫ َوالَ ِد ْي َنارً ا ي َُورِّ ُث ْوا‬،‫دِرْ َهمًا‬

‫ إِ َّن َما‬l‫ َورَّ ُثوا‬،‫َواف ٍِر ِب َح ٍّظ أَ َخ َذ أَ َخ َذهُ َف َمنْ ْالع ِْل َم‬

artinya:“Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu,


maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah,
dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya
untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan
ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi,
sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan
sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah
adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan
sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan
dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang
sangat banyak.” (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya
hasan, lihat Jaami’ul Ushuul 8/6).

8
III. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) menjelaskan kurun beliau dan
kurun para sahabatnya ialah sebaik-baik kurun secara mutlak. Tidak ada kurun yang lebih baik
daripada kurun mereka. Barang siapa mengatakan selain itu, maka ia termasuk zindîq (orang
sesat).

Dalam hadis ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: "Seorang lelaki bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Siapakah sebaik-baik manusia?’ Rasul Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: ‘(Yaitu) kurun, yang aku hidup saat ini, kemudian kurun berikutnya,
kemudian kurun berikutnya’."

Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut :

1. Sahabat

Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau. Menurut Imam Ahmad,
siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah, baik sebulan,
sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai sahabat. Derajatnya
masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai Rasulullah.

Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur Rasyidin, kemudian 10
orang sahabat yang namanya disebutkan oleh Rasulullah yang mendapatkan jaminan surga.

2. Tabi’in

Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah
beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat para sahabat.
Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para sahabat
Rasulullah.

Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi tidak
berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara langsung melalui
lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di langit. Bahkan Rasulullah
memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari Uwais dan meminta untuk di doakan,
karena ia merupakan orang yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah.

Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni Umar bin
Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al Hanafiyah,
Hasan Al Bashri dan yang lainnya.

3. Tabi’ut Tabi’in

9
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi tabi’in. tabi’ut
tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para tabi’in.

Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin Anas,
Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang lainnya.

Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat muslim yang
datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab yang telah mereka
tuliskan.

Abu Burdah meriwayatkan dari ayahnya, bahwasanya ia berkata: Kami mengerjakan


salat Maghrib bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selepas salat, kami berkata:
"Bagaimana kalau kita duduk menunggu untuk mengerjakan ‘Isyâ bersama beliau?"

Maka kami pun sepakat duduk menunggu. Lalu beliau keluar menemui kami, beliau
berkata: "Apakah kalian masih di sini?"

Kami menjawab: "Wahai Rasulullah, kami mengerjakan salat Maghrib bersamamu,


kemudian kami duduk menunggu di sini agar dapat mengerjakan salat ‘Isyâ bersamamu".

"Bagus, sungguh tepat yang kalian lakukan itu!" sahut beliau.

Kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit, biasanya beliau sering


menengadahkan wajah ke langit. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ُون َوأَصْ َح ِابي أَ َم َن ٌة أِل ُ َّمتِي‬ ُ ‫ء َما ُتو َع ُد َوأَ َنا أَ َم َن ٌة أِل َصْ َح ِابي َفإِ َذا َذ َهب‬lَ ‫ت ال ُّنجُو ُم أَ َتى ال َّس َما‬
َ ‫ْت أَ َتى أَصْ َح ِابي َما يُو َعد‬ ِ ‫ء َفإِ َذا َذ َه َب‬lِ ‫ال ُّنجُو ُم أَ َم َن ٌة لِل َّس َما‬
‫ُون‬ ُ
َ ‫ب أَصْ َح ِابي أَ َتى أ َّمتِي َما يُو َعد‬ َ ‫َفإِ َذا َذ َه‬

"Sesungguhnya bintang-bintang itu adalah pengaman bagi langit. Jika bintang-bintang itu
lenyap, maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas langit. Aku adalah pengaman bagi
sahabatku, jika aku telah pergi maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas sahabatku.
Dan sahabatku adalah pengaman bagi umatku, jika sahabatku telah pergi maka akan datang
apa yang telah dijanjikan atas umatku".

Rasulullah bersabda

‫ ُث َّم َي ِجي ُء‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬


َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫اس َقرْ نِي‬ َ ِّ‫ َع ِن ال َّن ِبي‬،ُ‫َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ بن مسعود َرضِ َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ِ ‫ َخ ْي ُر ال َّن‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل‬
‫ ومسلم‬،‫ رواه البخاري‬.ُ‫ َو َيمِي ُن ُه َش َهادَ َته‬،ُ‫أَ ْق َوا ٌم َتسْ ِب ُق َش َهادَ ةُ أَ َح ِد ِه ْم َيمِي َنه‬

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah masaku, lalu
orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka. Selanjutnya datang
kaum-kaum yang kesaksian salah seorang mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya
mendahului kesaksiannya" (HR al-Bukhari dan Muslim)

Definisi Qarn Qarn di antaranya didefinisikan dengan mi’atu sanah. Yakni seratus tahun
atau satu abad. Dalam bahasa kita disebut kurun. Dapat juga dimaknai masa atau waktu.

10
Dan hadis di atas menjelaskan tentang kurun manusia yang terbaik yaitu masa
Rasulullah dengan para sahabat beliau. Selanjutnya masa setelah sahabat adalah masa tabi’in,
pengikut para sahabat. Setelah itu adalah masa tabi’ut tabi’in yakni pengikut tabi’in, dan
seterusnya. Begitulah penjelasan Imam an-Nawawi rahimahullah.

Dalam al-Quran kata qarn ini menjadi peringatan kepada setiap hamba dan bahkan
kaum, di mana tatkala mereka banyak melakukan perbuatan dosa akan dibinasakan atau
dihancurkan oleh Allah SWT.

ۡ‫ض َما لَمۡ ُن َم ِّكن لَّ ُكمۡ َوأَ ۡر َس ۡل َنا ٱل َّس َمآ َء َعلَ ۡي ِهم م ِّۡد َر ٗارا َو َج َع ۡل َنا ٱأۡل َ ۡن ٰ َه َر َت ۡج ِري مِن َت ۡحت ِِهم‬ ٰ
ِ ‫أَلَمۡ َي َر ۡو ْا َكمۡ أَ ۡهلَ ۡك َنا مِن َق ۡبل ِِهم مِّن َق ۡر ٖن َّم َّك َّنهُمۡ فِي ٱأۡل َ ۡر‬
‫ين‬
َ ‫اخ ِر‬ َ ‫وب ِهمۡ َوأَن َش ۡأ َنا م ِۢن َب ۡع ِدهِمۡ َق ۡر ًنا َء‬ ٰ
ِ ‫َفأ َ ۡهلَ ۡك َنهُم ِب ُذ ُن‬
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami
binasakan sebelum mereka. Padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu. Dan Kami curahkan
hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka,
kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah
mereka generasi yang lain. (QS al-An’am 6).

Hadis di atas menegaskan bahwa para sahabat nabi adalah orang-orang terbaik.
Bahkan lebih baik dari kaum hawariyyunnya Nabi Isa alaihissalam atau kaum Nabi
Musa ‘alaihissalam.

Karena Rasulullah sebagai khatamun nabiyyin merupakan sayyidul mursalin yakni


penghulu atau pemimpin dari semua rasul-rasul Allah. Demikian pula kita sebagai umat beliau
adalah umat yang terbaik dari umat nabi terdahulu.

Ustaz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had


Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo, dalam 'Ngaji Online" di laman
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tiimur, Jumat (15/5/2020) menjelaskan menjadikan
Rasulullah sebagai teladan adalah wujud kecintaan kita kepada beliau merupakan keniscayaan.
Karena beliau begitu luar biasanya mencintai kita tanpa pamrih.

Kebaikan Allah dan Rasulullah kepada kita sebagai umatnya ini sangat luar biasa. Maka
sudah seyogyanya kita balas cinta Allah dan Rasul-Nya dengan segenap hati kita melebihi cinta
kita kepada lainnya.

Cinta kita kepada yang lainnya adalah karena faktor cinta kita kepada Allah dan Rasul-
Nya. Cinta yang tanpa basa-basi dan tanpa berpikir panjang lebar. Itulah yang harus kita capai
dalam kehidupan kita ini. Karena tanpa itu tidak akan pernah kita mencapai kebahagiaan yang
sebenarnya dalam hidup ini.

11
IV. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADIS)

A. Pengertian Salaf
Menurut Bahasa (etimologi), Salaf (‫ )السلف‬artinya yang terdahulu (nenek moyang),
yang lebih tua dan lebih utama.Salaf berarti para pendahulu. Jika dikatakan (‫)سلف الرجل‬
salaf seseorang maksudnya kedua orang tua yang telah mendahuluinya.

Menurut istilah (terminologi), Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari ummat


(Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in dan para Imam
pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan oleh Allah
SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian
yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”

Menurut al-Qalsyani: “Salafush Shalih” adalah generasi pertama dari umat ini, yang
pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi Muhammad SAW
dan menjaga Sunnahnya. Allah SWT memilih mereka untuk menemani Nabi
Muhammad SAW dan menegakkan agama-Nya…”

Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji berkata di dalam kitabnya, al-Aqiidatul Islamiyyah


bainas Salafiyyah wal Mu’tazilah: “Penetapan istilah Salaf tidak cukup dengan hanya
dibatasi waktu saja, bahkan harus sesuai dengan Al-Qur-an dan as-Sunnah menurut
pemahaman Salafush Shalih (tentang ‘aqidah, manhaj, akhlak dan suluk). Barangsiapa
yang pendapatnya sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah mengenai ‘aqidah, hukum
dan suluknya menurut pemahaman Salaf, maka dia disebut Salafi meskipun tempatnya
jauh dan berbeda masanya. Sebaliknya barangsiapa pendapatnya salah menyalahi Al-
Qur-an dan As-Sunnah, maka ia bukan seorang Salafi meskipun ia hidup pada zaman
Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.”

Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun bukanlah termasuk perkara bid’ah, akan


tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar’i karena menisbatkan diri kepada
generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-Salafiyyuun karena mereka


mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in. Kemudian

12
setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka di
sepanjang masa, mereka ini disebut Salafi, karena dinisbatkan kepada Salaf. Salaf
bukan kelompok atau golongan seperti yang dipahami oleh sebagian orang, tetapi
merupakan manhaj (sistem hidup dalam ber’aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak
dan yang lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap Muslim. Jadi,
pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang menjaga
keselamatan ‘aqidah’ dan manhaj menurut apa yang dilaksakan Rasulullah SAW dan
para Sahabat sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) berkata: “Bukanlah merupakan aib
bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan menisbatkan dirinya kepada Salaf,
bahkan wajib menerima yang demikian itu berdasarkan kesepakatan para ulama,
karena manhaj Salaf tidak lain kecuali kebenaran.

13
V. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN
PENEGAKAN HUKUM

Berbagi merupakan indikator tingkat ketaqwaan seorang mukmin dan salah satu
perbuatan yang akan mendatangkan cinta Allah SWT sebagaimana firman-Nya.

 ‫ َوهّٰللا ُ ُيحِبُّ ْالمُحْ سِ ِني َْن‬  ۗ ‫اس‬


ِ ‫الَّ ِذي َْن ُي ْنفِقُ ْو َن فِى السَّرَّ آ ِء َوالضَّرَّ آ ِء َو ْال ٰكظِ ِمي َْن ْال َغ ْي َظ َو ْال َعافِي َْن َع ِن ال َّن‬

"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang
berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran 3: Ayat 134) 

Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak


memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Disinilah keindahan berbagi daripada
sekedar menerima. Ketika telah meraih kesuksesan, kadang seseorang lupa daratan.

Ketika bisnis di puncak kejayaan, manusia pun lupa akan kewajiban dari harta yang
mesti dikeluarkan dan lupa untuk saling berbagi. Ketahuilah harta hanyalah titipan Ilahi

 ‫ِين آَ َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوأَ ْن َفقُوا َل ُه ْم أَجْ ٌر َك ِبي ٌر‬ َ ‫آَ ِم ُنوا ِباهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َوأَ ْنفِقُوا ِممَّا َج َعلَ ُك ْم مُسْ َت ْخلَف‬
َ ‫ِين فِي ِه َفالَّذ‬

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang
Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu
dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7) 

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa harta hanyalah titipan Allah karena
Allah Ta’ala firmankah (yang artinya), “Hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya.” Hakikatnya, harta tersebut adalah milik Allah. Allah Ta’ala yang beri kekuasaan
pada makhluk untuk menguasai dan memanfaatkannya.Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan,
“Ayat ini merupakan dalil bahwa pada hakekatnya harta itu milik Allah. Hamba tidaklah memiliki
apa-apa melainkan apa yang Allah ridhoi. Siapa saja yang menginfakkan harta pada jalan Allah,
maka itu sama halnya dengan seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan
seizinnya. Dari situ, ia akan mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak.

Keutamaan Berbagi 

Allah Ta’ala berfirman

ْ ‫يل هَّللا ِ َك َم َث ِل َح َّب ٍة أَ ْن َب َت‬


,‫ت َسب َْع َس َن ِاب َل فِي ُك ِّل ُس ْن ُبلَ ٍة ِم َئ ُة َح َّب ٍة َوهَّللا ُ ُيضَاعِ فُ لِ َمنْ َي َشا ُء َوهَّللا ُ َواسِ ٌع َعلِي ٌم‬ ِ ‫ون أَمْ َوالَ ُه ْم فِي َس ِب‬ َ ‫َم َث ُل الَّذ‬
َ ُ‫ِين ُي ْنفِق‬

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di


jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap

14
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)

Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, “Ayat ini sangat memotivasi hati


untuk gemar berinfak. Ayat ini merupakan isyarat bahwa setiap amal sholih yang dilakukan
akan diiming-imingi pahala yang berlimpah bagi pelakunya. Sebagaimana Allah mengiming-
imingi tanaman bagi siapa yang menanamnya di tanah yang baik (subur). Terdapat dalam
hadits bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat”. Inilah permisalan
yang Allah gambarkan yang menunjukkan berlipat gandanya pahala orang yang berinfak di
jalan Allah dengan selalu selalu mengharap ridho-Nya.

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa tatkala turun firman Allah Ta’ala

,‫ َك ِري ٌم‬ ‫أَجْ ٌر‬ ‫ َولَ ُه‬ ‫لَ ُه‬ ‫ َف ُيضَاعِ َف ُه‬ ‫ َح َس ًنا‬ ‫ َقرْ ضًا‬ َ ‫هَّللا‬  ُ‫ ُي ْق ِرض‬ ‫الَّذِي‬ ‫ َذا‬  ْ‫َمن‬

“Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan
melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak” (QS. Al Hadid: 11);

Abud Dahdaa Al Anshori mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah Allah menginginkan


pinjaman dari kami?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Betul, wahai Abud
Dahdaa.” Kemudian Abud Dahdaa pun berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah tanganmu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyodorkan tangannya. Abud Dahdaa pun
mengatakan, “Aku telah memberi pinjaman pada Rabbku kebunku ini. Kebun tersebut memiliki
600 pohon kurma.

Bagaimanakah balasan untuk orang yang menginvestasikan hartanya di jalan Allah.


Lihatlah Abud Dahdaa radhiyallahu ‘anhu, di saat Allah melimpahkan padanya nikmat harta
yang begitu melimpah, ia pun tidak melupakan Sang Pemberi Nikmat.

Jika seseorang mengerti dan pahami, investasi dan infak di jalan Allah sama sekali
tidaklah mengurangi harta. Cobalah renungkan baik-baik firman Allah Ta’ala,

َ
‫ِين‬ ِ َّ‫َو َما أ ْن َف ْق ُت ْم مِنْ َشيْ ٍء َفه َُو ي ُْخلِفُ ُه َوه َُو َخ ْي ُر الر‬
َ ‫ازق‬

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah
Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).

Lihatlah bagaimanakah penjelasan yang amat menarik dari Ibnu


Katsir rahimahullah mengenai ayat ini. Beliau mengatakan, “Selama engkau menginfakkan
sebagian hartamu pada jalan yang Allah perintahkan dan jalan yang dibolehkan, maka Allah-lah
yang akan memberi ganti pada kalian di dunia, juga akan memberi ganti berupa pahala dan
balasan di akhirat kelak.” 

15
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu juga disebutkan,

‫ َتلَ ًفا‬l‫اآلخ ُر اللَّ ُه َّم أَعْ طِ ُممْسِ ًكا‬


َ ‫ َو َيقُو ُل‬، ‫ان َي ْن ِزالَ ِن َف َيقُو ُل أَ َح ُد ُه َما اللَّ ُه َّم أَعْ طِ ُم ْنفِ ًقا َخلَ ًفا‬
ِ ‫َما مِنْ َي ْو ٍم يُصْ ِب ُح ْال ِع َبا ُد فِي ِه إِالَّ َملَ َك‬

“Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang)
dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; “Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa
yang menafkahkan hartanya”, sedangkan yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berikanlah
kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil).” (HR. Bukhari no.
1442 dan Muslim no. 1010)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyemangati sahabat Bilal bin


Robbah radhiyallahu ‘anhu untuk berinfak dan beliau katakan jangan khawatir miskin. Beliau
bersabda,

ً‫ش إِ ْقالَال‬ َ ‫أَ ْنف ِْق ِبالَل ! َو الَ َت ْخ‬


ِ ْ‫ش مِنْ ذِيْ ال َعر‬

“Berinfaklah wahai Bilal! Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang memiliki
‘Arsy (Yang Maha Mencukupi).” (HR. Al Bazzar dan Ath Thobroni dalam Al Kabir. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan sendiri bahwa harta tidaklah


mungkin berkurang dengan sedekah. Beliau bersabda

ٍ ‫ َم‬  ْ‫مِن‬ ‫ص َد َق ٌة‬


,‫ال‬ ْ ‫ص‬
َ  ‫ت‬ َ ‫ َن َق‬ ‫َما‬

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah)

Dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku

, ِ‫ َعلَيْك‬ ‫ َفيُوكى‬ ‫ ُتوكِي‬ َ‫ال‬

“Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan
menahan rizki untukmu.”

Dalam riwayat lain disebutkan

َ ‫ا ْن‬ ‫أَ ْو‬ ، ‫ا ْن َفحِي‬ ‫أَ ِو‬ ‫أنفقي‬


, ِ‫ َعلَيْك‬ ُ‫هللا‬ ‫ َفيُوعي‬ ‫ ُتوعي‬ َ‫ َوال‬ ،  ِ‫ َعلَيْك‬ ُ‫هللا‬ ‫ َفيُحْ صِ ي‬ ‫ ُتحصي‬ َ‫ َوال‬ ، ‫ضحِي‬

“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau


mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah
menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan
kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88)

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Janganlah engkau menyimpan-nyimpan harta

16
tanpa mensedekahkannya (menzakatkannya). Janganlah engkau enggan bersedekah
(membayar zakat) karena takut hartamu berkurang. Jika seperti ini, Allah akan menahan rizki
untukmu sebagaimana Allah menahan rizki untuk para peminta-minta. Sedekah (zakat) itu
dapat mengembangkan harta. Maksudnya adalah sedekah merupakan sebab semakin berkah
dan bertambahnya harta. Barangsiapa yang memiliki keluasan harta, namun enggan untuk
bersedekah (mengeluarkan zakat), Allah akan menahan rizki darinya. Allah akan menghalangi
keberkahan hartanya. Allah pun akan menahan perkembangan hartanya.”

”Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,
dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai jalan mendekatkan diri
kepada Allah dan sebagai jalan untuk (memperoleh) doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya
infak itu suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan
memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga)-Nya sesungguhnya Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.” (QS At Taubah, 9: 99)

Berdasarkan ayat ini, sedekah akan mendekatkan kita kepada Allah, Zat Yang Maha
Pemberi rezeki. Dekat dengan Allah Yang Mahakaya akan menjamin terjaganya rezeki dan
harta yang kita miliki. Artinya, semakin bakhil kita, akan semakin jauh kita dari rezeki dan nilai
hakiki kekayaan yang sebenarnya

Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah suatu penegasan,
ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyatanyata berlaku dalam kehidupan
manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya dapat berkembang maju dalam
berjama’ah (Society). Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup
bermasyarakat berjalin, yang satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial harus
berhadapan dengan berbagai macam persoalan hidup, dari persoalan rumah tangga, hidup
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, berantara negara, berantar agama dan sebagainya,
semuanya problematika hidup duniawi yang bidangnya amat luas. Maka risalah Muhammad
Saw, meletakkan beberapa kaidah yang memberi ketentuan-ketentuan pokok guna
memecahkan persoalan-persoalan. Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya
keadilan lanjut M. Natsir. Tiap-tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian
masyarakat, maka bisa merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan keadilan di
tengah-tengah masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan hukum yang ditegakkan.
Semua anggota masyarakat berkedudukan sama di hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum
semuanya sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi dalam
Negara. “Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan kamu tidak
berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada
Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS.5:8).
“Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata yang menjalankan hukum atasmu seseorang
budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis selama dijalankannya hukum Allah Swt”.
(H.R.Buchori dari Anas)

Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak berdiri
kokoh apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi keadilan hukum di masyarakat
dewasa ini banyak ditemui sandungan yang menyolok atas pandangan lebih terhadap orang

17
yang punya kedudukan tinggi, yang punya kekayaan melimpah, sehingga rakyat banyak telah
menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini keadilan itu dapat dibeli. Lebih jauh
kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya Political Science and Government dalam Ramly
Hutabarat di bukunya Hukum dan Demokrasi (1999) yaitu, yakni: a. Manusia secara alamiah
dilahirkan sama (Natural Equality) b. Setiap masyarakat memiliki kesamaan hak sipil c. Semua
warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan pekerjaan d. Semua warga
Negara sama kedudukannya dalam politik. QS.4:135.”Wahai orang-orang yang beriman jadilah
kamu orang yang tegak menegakkan keadilan, menjadi saksi kebenaran karena Allah, biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapakmu atau kerabatmu”.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam)#:~:text=Dalam%20konsep%20Islam%2C%20Tuhan
%20disebut,dan%20Maha%20Kuasa%20(tauhid).

https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

https://wahyuobold.wordpress.com/2011/12/10/pengertian-sains-dan-teknologi/

https://www.kompasiana.com/alifah97/57d754f2db22bd1e0751ef9d/ilmu-pengetahuan-dan-
teknologi-dalam-al-quran?page=all

https://www.berbagaireviews.com/2017/04/ayat-ayat-alquran-dan-hadist-hadist.html?m=1

https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

file:///C:/Users/HELO/Downloads/3976-Article%20Text-11301-1-10-20200802.pdf

https://www.euromoslim.org/definisi-salaf/#_ftn7

https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html

https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwixk4iSpcPsAhWBTX0KHZo2DvcQFjA
AegQIBBAC&url=https%3A%2F%2Fjurnalfai-uikabogor.org%2Findex.php%2Fmizan%2Farticle
%2Fdownload%2F122%2F38&usg=AOvVaw1AI1TAWArVGoKnqNiDzQAv

http://bmtitqan.org/artikel/detail/34/berbagi.html

19

Anda mungkin juga menyukai