Anda di halaman 1dari 9

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Metalografi

Metalografi merupakan suatu bidang ilmu metalurgi yang mempelajari

gambaran struktur makro dan mikro dari suatu logam sehingga dapat diketahui

sifat-sifat fisik dan mekanik dari logam tersebut. Struktur mikro adalah suatu

struktur yang hanya bisa dilihat dengan bantuan alat, dalam hal ini mikroskop

optik yang dijadikan sebagi alat dalam pengujian ini, sedangkan struktur makro

adalah suatu struktur yang hanya bisa dilihat dengan cara visual. Dalam

pengamatan secara metalografi dapat diperoleh gambaran struktur butiran suatu

logam. Sebelum dilakukan proses metalurgi pada umunya pengamatan

dilakukannya pemilihan sampel dengan mempunyai arti (meaningfull), dapat

dipercaya (reliable), dapat dilakukan kembali (reproducible), diketahui presisinya

(of known precision), dan ekonomis (econonomical) [1]. Struktur mikro dari bahan

ini biasanya dipengaruhi oleh treatment yang telah dilalui oleh si material.

2.2 Analisa Metalografi

Setelah sampel tersebut diamati di bawah mikroskop optik dan didapat

gambar struktur mikronya kemudian gambar struktur mikro tersebut di analisa.

Ada dua cara menganalisa sampel yaitu dengan analisa metalografi kuantitatif dan

metalografi kualitatif . yaitu : [2]


4

1. Metalografi Kuantitatif

Metalografi kuantitatif adalah pengukuran gambar struktur dari

potongan, replika, atau lapisan tipis dari logam-logam yang dapat

diamati dengan mikroskop optik dan mikroskop electron

2. Metalografi Kualitatif

Metalografi kualitatif adalah pengukuran komposisi fasa-fasa yang

terbentuk pada potongan atau replica dari logam-logam yang diamati

dari mikroskop optik ataupun mikroskop elektron. Biasanya obyek

yang dianalisa adalah jumlah/banyaknya fasa-fasa yang terbentuk

pada logam tersebut.

Dengan mengetahui fasa-fasa apa saja yang terbentuk dan banyaknya fasa

yang terbentuk pada logam tersebut maka kita dapat mengetahui sifat-sifat fisik

dan mekanis dari logam tersebut, karena sifat-sifat fisik dan mekanis suatu logam

dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk pada butir-butir tersebut.[3]

2.3 Heat Treatment

Perlakuan panas (heat treatment) didefinisikan sebagai suatu kombinasi

dari pengendalian pemanasan dan pendinginan pada temperatur dan waktu

tertentu untuk menghasilkan logam dengan sifat mekanik yang diinginkan.

Perlakuan panas dilakukan untuk mendapatkan struktur mikro logam yang

seragam, meningkatkan kekuatan, kekerasan, keuletan, ketangguhan serta sifat

mampu las, sifat mampu mesin, sifat mampu bentuk, dan dapat mengurangi

tegangan sisa (untuk produk setengah jadi), yang muncul dari hasil pengerjaan
5

logam sebelumnya. Proses ini sangat dipengaruhi oleh kondisi awal material

seperti komposisi kimia serta struktur mikro, karena suatu baja atau paduan meski

memiliki komposisi yang sama, namun struktur mikronya berbeda, maka sifat

mekaniknya pun berbeda yang semua ini dipengaruhi oleh proses perlakuan panas

yang dialami oleh material tersebut. Proses pemanasan biasanya dilakukan sampai

suhu austenit yang akan bertransformasi selama proses pendinginan, pemberian

waktu tahan (holding time) bertujuan untuk memberikan kesempatan atom-atom

untuk berdifusi menghomogenkan austenit. Pendinginan akan menyebabkan

austenit bertransformasi dan struktur mikro yang terbentuk akan sangat tergantung

dari laju pendinginan.[4]

2.4 Baja AISI 1045

Pemilihan baja AISI 1045 karena baja ini banyak dipakai dalam

pembuatan komponen-komponen permesinan, murah dan mudah didapatkan di

pasaran. Komponen mesin yang terbuat dari baja ini contohnnya poros, roda gigi

dan rantai. Adapun data-data dari baja ini adalah sebagai berikut : 1. AISI 1045

diberi nama menurut standar american iron and steel institude (AISI) dimana

angka 1xxx menyatakan baja karbon, angka 10xx menyatakan karbon steel

sedangkan angka 45 menyatakan kadar karbon persentase (0,45 %). 2. Penulisan

atau penggolongan baja AISI 1045 ini menurut standar yang lain adalah sama

dengan DIN C 45, JIS S 45 C, dan UNS G 10450. 3. Menurut penggunaannya

termasuk baja kontruksi mesin. 4. Menurut struktur mikronya termasuk baja

hypoeutectoid (kandungan karbon < 0,8 % C). 5. Dengan meningkatnya


6

kandungan karbon maka kekuatan tarik dan kekerasan semakin menjadi naik

sedangkan kemampuan regang, keuletan, ketangguhan dan kemampuan lasnya

menurun. Kekuatannya akan banyak 8 berkurang bila bekerja pada temperatur

yang agak tinggi. Pada temperatur yang rendah ketangguhannya menurun secara

dratis.[5]

2.5 Tahapan Preparasi Spesimen

Pada metalografi, secara umum yang akan diamati adalah dua hal

yaitu macrostructure dan microstructure. Struktur makro adalah struktur dari

logam yang terlihat secara makro pada permukaan yang dietsa dari spesimen yang

telah dipoles. Sedangkan struktur mikro adalah struktur dari sebuah permukaan

logam yang telah disiapkan secara khusus yang terlihat dengan menggunakan

perbesaran minimum 25x. tahapannya adalah sebagai berikut :[3]

1. Pemotongan (Sectioning)

Cutting adalah proses bagian dari pengambilan sampel. Pemotongan

yang dilakukan harus tepat dan hati-hati, karena jika tidak maka akan

dapat menyebabkan struktur mikro berubah atau rusak, misalnya

pemotongan dengan cara pengelasan. Dalam proses pemotongan pasti

terjadi gesekan antara dua logam, yaitu antara logam yang ingin

dipotong dengan alat pemotongnya (gergaji). Oleh karena itu, dalam

pemotongan harus dijaga jangan sampai adanya gesekan yang dapat

menghasilkan panas berlebih agar tidak merusak struktur mikro

sehingga diperlukannya coolants. Coolants adalah cairan pendingin.


7

Dalam pemotongan tidak boleh digunakan pemotongan basah,

digunakan minyak larut dalam air (a water – soluble oil). Fungsi

dari coolants diantaranya adalah:

2. Pembingkaian ( Mounting)

Pembingkaian seringkali diperlukan pada persiapan spesimen

metalografi, meskipun pada beberapa spesimen dengan ukuran yang

agak besar, hal ini tidaklah mutlak. Akan tetapi untuk bentuk yang

kecil atau tidak beraturan sebaiknya dibingkai untuk memudahkan

dalam memegang spesimen pada proses pngamplasan dan pemolesan.

Sebelum melakukan pembingkaian, pembersihan spesimen haruslah

dilakukan dan dibatasi hanya dengan perlakuan yang sederhana detail

yang ingin kita lihat tidak hilang. Sebuah perbedaan akan tampak

antara bentuk permukaan fisik dan kimia yang bersih. Kebersihan fisik

secara tidak langsung bebas dari kotoran padat, minyak pelumas dan

kotoran lainnya, sedangkan kebersihan kimia bebas dari segala macam

kontaminasi. Pembersihan ini bertujuan agar hasil pembingkaian tidak

retak atau pecah akibat pengaruh kotoran yang ada. Dalam pemilihan

material untuk pembingkaian, yang perlu diperhatikan adalah

perlindungan dan pemeliharaan terhadap spesimen. Bingkai haruslah

memiliki kekerasan yang cukup, meskipun kekerasan bukan

merupakan suatu indikasi, dari karakteristik abrasif. Material bingkai

juga harus tahan terhadap distorsi fisik yang disebabkan oleh panas

selama pengamplasan, selain itu juga harus dapat melkukan penetrasi


8

ke dalam lubang yang kecil dan bentuk permukaan yang tidak

beraturan.

3. Pengerindaan dan Pengamplasan

Pada proses ini dilakukan penggunaan partikel abrasif tertentu yang

berperan sebagai alat pemotongan secara berulang-ulang. Pada

beberapa proses, partikel-partikel tersebut dsisatukan sehingga

berbentuk blok dimana permukaan yang ditonjolkan adalah permukan

kerja. Partikel itu dilengkapi dengan partikel abrasif yang menonjol

untuk membentuk titik tajam yang sangat banyak. Perbedaan antara

pengerindaan dan pengamplasan terletak pada batasan kecepatan dari

kedua cara tersebut. Pengerindaan adalah suatu proses yang

memerlukan pergerakan permukaan abrasif yang sangat cepat,

sehingga menyebabkan timbulnya panas pada permukaan spesimen.

Sedangkan pengamplasan adalah proses untuk mereduksi suatu

permukaan dengan pergerakan permukaan abrasif yang bergerak

relatif lambat sehingga panas yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.

Dari proses pengamplasan yang didapat adalah timbulnya suatu sistim

yang memiliki permukaan yang relatif lebih halus atau goresan yang

seragam pada permukaan spesimen. Pengamplasan juga menghasilkan

deformasi plastis lapisan permukaan spesimen yang cukup dalam.

4. Pemolesan (Polishing)

Secara metalografi, polishing adalah proses terakhir dari bagian

preparasi spesimen untuk mendapatkan permukaan benda kerja yang


9

halus dengan menggunakan mesin poles metalografi yang terdiri dari

piringan yang berputar dan didalamnya menggunakan gaya

abrasif. Polishing sering digunakan untuk meningkatkan benda kerja

tampak mengkilap, halus , mencegah kontaminasi peralatan medis,

menghilangkan oksidasi, atau mencegah korosi pada pipa. Dalam

metalografi dan metalurgi, polishing digunakan untuk membuat plat

rata, membuat permukaan benda kerja bebas dari cacat sehingga

memudahkan dalam pemeriksaan mikrostruktur logam dengan

mikroskop. Bahan pengisi dalam polishing menggunakan silikon dan

paduannya, alumina oksida atau intan. Untuk mencegah oksidasi lebih

lanjut, permukaan logam yang dipoles menggunakan wax, minyak

atau pernis.

5. Pengetsaan (Etching)

Etsa dilakukan dalam proses metalografi adalah untuk melihat struktur

mikro dari sebuah spesimen dengan menggunakan mikroskop optik.

Spesimen yang cocok untuk proses etsa harus mencakup daerah yang

dipoles dengan hati-hati, yang bebas dari deformasi plastis karena

deformasi plastis akan mengubah struktur mikro dari spesimen

tersebut. Proses etsa untuk mendapatkan kontras dapat

diklasifikasikan atas proses etsa tidak merusak  (non desctructive

etching) dan proses etsa merusak (desctructive etching).

a. Etsa tidak merusak (Non descructive etching)


10

Etsa tidak merusak terdiri atas etsa optik dan perantaraan kontras

dari struktur dengan pencampuran permukaan secara fisik

terkumpul pada permukaan spesimen yang telah dipoles. Pada etsa

optik digunakan teknik pencahayaan khusus untuk menampilkan

struktur mikro. Beberapa metode etsa optik adalah pencahayaan

gelap (dark field illumination), polarisasi cahaya mikroskop

(polarized light microscopy) dan differential interfence contrast.

Pada penampakan kontras dengan lapisan perantara, struktur mikro

ditampilkan dengan bantuan interfensi permukaan tanpa bantuan

bahan kimia. Spesimen dilapisi dengan lapisan transparan yang

ketebalannya kecil bila dibandingkan dengan daya pemisah dari

mikroskop optik. Pada mikroskop interfensi permukaan, cahaya

ynag terjadi pada sisa-sisa film dipantulkan ke permukaan

perantara spesimen.

b. Etsa merusak (Desctructive Etching)

Etsa merusak adalah proses perusakan permukaan spesimen secara

kimia agar terlihat kontras atau perbedaan intensitas dipermukaan

spesimen. Etsa merusak terbagi dua metode  yaitu etsa

elektrokimia (electochemical etching) dan etsa fisik (phisical

etching). Pada etsa elektrokimia dapat diasumsikan korosi

terpaksa, dimana terjadi reaksim serah terima elektron akibat

adanya beda potensial daerah katoda dan anoda. Beberapa proses

yang termasuk etsa elektokimia adalah etsa endapan (precipitation


11

etching), metode pewarnaan panas (heat tinting), etsa kimia

(chemical etching) dan etsa elektrolite (electrolytic   etching). Pada

etsa fisik dihasilkan permukaan yang bebas dari sisa zat kimia dan

menawarkan keuntungan jika etsa elektrokimia sulit dilakukan.

Etsa ion dan etsa termal adalah teknik etsa fisik yang mengubah

morfologi permukaan spesimen yang telah dipoles

Anda mungkin juga menyukai