Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara objektif harus diakui bahwa ilmu pengetahuan manusia terbatas,
karena kemampuan manusia yang terbatas. Disisi lain kemajuan manusia
melahirkan masalah-masalah yang semakin kompleks sehingga menuntut
percepatan ilmu-ilmu yang semakin spesifik dalam satuan yang makin banyak.
Mempelajari filsafat memang dirasakan sangat berguna untuk memahami
bagaimana manusia berpikir. Pemikiran manusia sangat dipengaruhi dan
ditentukan oleh aliran filsafat yang dianut serta yang dipahaminya. Mengingat
pemikiran filsafat sangat beragam, maka cara mudah mempelajarinya adalah
dengan mengklasifikasi cabang-cabang utamanya.
Untuk memberikan gambaran perkembangan ilmu pengetahuan marilah kita
runut kembali induk ilmu pengetahuan dalam ilmu filsafat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja cabang-cabang dalam filsafat?
2. Apa itu Epistemologi dan apa saja aliran-alirannya?
3. Apa itu Ontologi dan apa saja aliran-alirannya?
4. Apa itu Aksiologi dan apa saja aliran-alirannya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat serta alirannya.
2. Untuk dapat lebih memahami definisi-definisi dari cabang filsafat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Epistemologi
2
1. Empirisme
2. Rasionalisme
3
3. Positivisme
Positivisme berasal dari kata “positif”, yang artinya dengan faktual, yaitu
apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan tidak
boleh melebihi fakta. Positivisme hanya menyelidiki fakta-fakta dan
hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Positivisme berkaitan erat dengan
apa yang dicita-citakan oleh empirisme. Hanya saja, positivisme
mengandalkan fakta-fakta belaka bukan berdasarkan pengalaman, seperti
empirisme. Tokoh aliran positivisme, antara lain: Auguste Comte.
B. Ontologi
Ontologi membahas bidang kajian ilmu atau objek ilmu. Penentuan objek
ilmu diawali dengan subjeknya. Yang dimaksud dengan subjek di sini adalah
pelaku ilmu. Subjek dalam ilmu adalah manusia, bagian manusia yang paling
berperan ialah daya pikirnya.
4
gejala, yaitu: gejala yang bersifat fisik. Telaahnya meliputi beberapa variabel
yang dapat diukur dan yang jumlahnya relatif kecil. Ahli ilmu sosial melakukan
telaah terhadap manusia sebagai anggota kelompok sosial. Variabelnya relatif
cukup banyak yang kadang-kadang menimbulkan kesulitan untuk membuat
batasannya.
1. Materialisme
5
C. Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti „memiliki harta‟,
„mempunyai nilai‟, dan logos yang bermakna „teori‟. Sebagai suatu istilah,
aksiologi mempunyai arti sebagai teori tentang nilai yang diinginkan atau teori
tentang nilai yang baik dan dipilih. Teori ini berkembang sejak zaman Plato dalam
hubungannya dengan pembahasan mengenai bentuk atau ide (ide tentang
kebaikan). Permasalahn aksiologi meliputi :
a. Sifat nilai
Sifat nilai atau paras nilai didukung oleh pengertian tentang pemenuhan hasrat,
kesenangan, kepuasan, minat, kemauan rasional yang murni, persepsi mental
dan segala pengalaman yang menunjang peningkatan nilai atau mutu
kehidupan. Dengan kata lain, paras nilai adalah pertalian yang erat antara
sesuatu sebagai sarana untuk menuju ke titik akhir atau untuk menuju kepada
tercapainya hasil yang sebenarnya.
b. Tipe nilai
Tipe nilai didapat informasi bahwa ada nilai intrinsik dan ada nilai
instrumental. Nilai intrinsik ialah konsumantoris atau yang melekat pada diri
sesuatu sebagai bobot martabat diri (prized for their own sake). Yang tergolong
ke dalam nilai instrinsik adalah kebaikan dari segi moral, kecantikan,
keindahan, kesucian dan kemurnian. Nilai instrumental adalah nilai penunjang
yamg menyebabkan sesuatu memiliki nilai instrinsik.
c. Kriteria nilai
Yang dimaksud dengan istilah kriteria nilai adalah “pagu” atau patokan untuk
menguji kadar nilai berdasarkan teori psikologis dan teori logika. Pagu itu
diantaranya menyebutkan bahwa kuantitas kenikmatan indiviualah yang dapat
digunakan menjadi kriteria nilai. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa
kepuasan masyarakat yang dapat dijadikan pagu untuk tolak ukur nilai.
Penganut aliran yang disebut naturalis beranggapan bahwa kelestarian hiduplah
yang dapat dijadikan tolak ukur penilaian, sedangkan dewey dan pengikutnya
beranggapan bahwa keseimbanganlah yang dapat dijadikan tolak ukurnya.
6
1. Realisme
Merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualisme membagi
realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di
satu pihak dan di pihak lainya adalah adanya realita di luar manusia, yang
dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran
realisme yaitu: Aristoteles, Johan Amos Comenius, William Mc Gucken,
Fancis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
BAB III
7
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidang kajian filsafat secara umum dapat dibagi ke dalam tiga cabang besar
yaitu: teori pengetahuan, teori hakikat dan teori nilai. Dari ketiga teori tersebut
lahirlah cabang-cabang yang kemudian di kembangkan oleh para ahli filsafat
menjadi aliran yang bermacam-macam.
B. Saran
Demikianmakalahini kami susun dan semoga bermanfaa tuntuk menambah
khazanah keilmuan kita. Kritik dan Saran yang membangun kami harapkan untuk
perbaikan penyusunan makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jur