Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara objektif harus diakui bahwa ilmu pengetahuan manusia terbatas,
karena kemampuan manusia yang terbatas. Disisi lain kemajuan manusia
melahirkan masalah-masalah yang semakin kompleks sehingga menuntut
percepatan ilmu-ilmu yang semakin spesifik dalam satuan yang makin banyak.
Mempelajari filsafat memang dirasakan sangat berguna untuk memahami
bagaimana manusia berpikir. Pemikiran manusia sangat dipengaruhi dan
ditentukan oleh aliran filsafat yang dianut serta yang dipahaminya. Mengingat
pemikiran filsafat sangat beragam, maka cara mudah mempelajarinya adalah
dengan mengklasifikasi cabang-cabang utamanya.
Untuk memberikan gambaran perkembangan ilmu pengetahuan marilah kita
runut kembali induk ilmu pengetahuan dalam ilmu filsafat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja cabang-cabang dalam filsafat?
2. Apa itu Epistemologi dan apa saja aliran-alirannya?
3. Apa itu Ontologi dan apa saja aliran-alirannya?
4. Apa itu Aksiologi dan apa saja aliran-alirannya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat serta alirannya.
2. Untuk dapat lebih memahami definisi-definisi dari cabang filsafat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Epistemologi

Teori pengetahuan atau disebut dengan epistemologi. Epistemologi berasal


dari bahasa Yunani yaitu episteme dan logy, episteme berarti knowledge atau
pengetahuan dan logy berarti teori. Oleh sebab itu epistemologi diartikan sebagai
teori pengetahuan atau filsafat ilmu. Istilah epistemologi ini untuk pertama
kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrrier pada tahun 1854.1

Epistemologi menampakkan jarak yang asasi antara rasionalisme dan


empirisme, meskipun sebenarnya rasionalisme dan empirisme itu dapat saja
terjadi pada diri seorang ahli pikir. Dan muncul pula perbincangan yang cukup
ramai mengenai asal mula pengetahuan. Dengan demikian semakin mengasyikan
dalam pembahasan mengenai masalah metodologi, masalah jenis-jenis prinsip
yang mengenai pengetahuan, dan tentang struktur pengetahuan.

Dengan kata lain, permasalahan epistemologi berkisar pada proses


memungkinkan ditimbangnya pengetahuan yang berupa ilmu: bagaimana
prosedurnya, apa yang harus diperhatikan untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar, apakah yang disebut kebenaran, dan apa saja kriterianya, serta sarana apa
yang membantu orang mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu.

Sejak lama orang mempertanyakan apakah ada hukum-hukum ilmu dan


pengetahuan yang memberikan pedoman untuk percaya atau tidak percaya tentang
sesuatu, bagaimana seharusnya orang bersifat untuk dapat memahami kebenaran
dengan menggunakan pendapat, intuisi, atau keyakinan mengenai fakta-fakta
dalam lingkungan sehari-hari. Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaitu:
pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan itu
diperoleh manusia berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat.
Beberapa aliran yang berbicara tentang ini adalah:

2
1. Empirisme

Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang berarti


pengalaman inderawi. Oleh karena itu, empirisme dinisbatkan kepada paham
yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang
dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut
dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada
dasarnya empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme.

Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari


rasio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan
yang kabur. Sebaliknya empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal
dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang
paling jelas dan sempurna. Tokoh-tokoh aliran empirisme, antara lain:
Francis Bacon, Thomas Hobbes, John Locke, George Berkeley, David Hume,
dan Roger Bacon.

2. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.


Pengetahuan yang benardiperoleh dan diukur dengan akal. Jauh sebelum
muncul Rene Descartes, orang-orang Yunani kuno telah menyakini juga
bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan yang benar.

Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh


pengetahuan; pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan
memberikan bahan-bahan yang dapat menyebabkan akal bekerja. Akan
tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata
dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang
belum jelas, kacau. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam
pengalaman berpikir.

3
3. Positivisme

Positivisme berasal dari kata “positif”, yang artinya dengan faktual, yaitu
apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan tidak
boleh melebihi fakta. Positivisme hanya menyelidiki fakta-fakta dan
hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Positivisme berkaitan erat dengan
apa yang dicita-citakan oleh empirisme. Hanya saja, positivisme
mengandalkan fakta-fakta belaka bukan berdasarkan pengalaman, seperti
empirisme. Tokoh aliran positivisme, antara lain: Auguste Comte.

Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri


sendiri. Ia hanya menyempurnakan rasionalisme dan empirisme yang
bekerjasama.

B. Ontologi

Ontologi berarti ilmu hakikat. Hakikat artinya keadaaan yang sebenarnya,


hakikat sebenarnya adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu itu, bukan keadaan
sementara yang selalu berubah. Contoh tentang hakikat air. Air itu jika
didinginkan sampai titik nol derajat celcius maka ia akan membeku, jika
dipanaskan maka ia akan menguap. Yang dipermasalahkan oleh ontologi adalah :
apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini; apakah realitas yang nampak
ini suatu realita materi belaka ataukah ada “rahasia alam” di balik realita itu;
apakah wujud alam semesta ini bersifat tetap, kekal, atau justru tetap itu yang
berubah-ubah, dan sejenisnya.

Ontologi membahas bidang kajian ilmu atau objek ilmu. Penentuan objek
ilmu diawali dengan subjeknya. Yang dimaksud dengan subjek di sini adalah
pelaku ilmu. Subjek dalam ilmu adalah manusia, bagian manusia yang paling
berperan ialah daya pikirnya.

Permasalahan yang dihadapi oleh ilmu bagaimana menumbuhkan ilmu


menjadi ilmu alam dan ilmu sosial. Pada dasarnya kedua ilmu ini mempunyai
prinsip yang serupa. Ahli ilmu alam (ilmu fisika) melakukan telaah terhadap suatu

4
gejala, yaitu: gejala yang bersifat fisik. Telaahnya meliputi beberapa variabel
yang dapat diukur dan yang jumlahnya relatif kecil. Ahli ilmu sosial melakukan
telaah terhadap manusia sebagai anggota kelompok sosial. Variabelnya relatif
cukup banyak yang kadang-kadang menimbulkan kesulitan untuk membuat
batasannya.

Ontologi sebagai istilah filsafat dikembangkan oleh Wolff. Secara etimologi,


ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti tentang ilmu yang ada sebagai
data. Menurut Aristoteles, ontologi adalah ilmu tentang intisari sesuatu. Atas
dasar pemikiran intisari itulah, ontologi dijadikan istilah keilmuan di dalam
filsafat. Maknanya pun berkembang pula menjadi asas fundamental atau doktrin
tentang kategori.

1. Materialisme

Berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani,


spiritual atau supernatural. Beranggapan bahwa hakikat benda adalah benda
itu sendiri, hakikat kayu adalah kayu itu sendiri, hakikat air adalah air itu
sendiri, begitu pula yang lainnnya. Jadi menurut aliran ini materilah yang
hakikat. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig
Feurbach.
2. Idealisme
Adalah suatu pandangan dunia atau metafisika yang mengatakan bahwa
realitas dasar sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran, atau jiwa. Dunia
menurut aliaran ini dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang
hukum-hukum pikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metode ilmu
objek semata-mata. Prinsip pokok dari idealisme adalah kesatuan organik,
jadi kesimpulannya menurut aliran ini yang hakikat itu adalah ruh atau ide
sedangkan materi bukan hakikat. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah Plato,
Elea, Hegel, Immanuael Kant, David Hume, dan Al-Ghazali.

5
C. Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti „memiliki harta‟,
„mempunyai nilai‟, dan logos yang bermakna „teori‟. Sebagai suatu istilah,
aksiologi mempunyai arti sebagai teori tentang nilai yang diinginkan atau teori
tentang nilai yang baik dan dipilih. Teori ini berkembang sejak zaman Plato dalam
hubungannya dengan pembahasan mengenai bentuk atau ide (ide tentang
kebaikan). Permasalahn aksiologi meliputi :
a. Sifat nilai
Sifat nilai atau paras nilai didukung oleh pengertian tentang pemenuhan hasrat,
kesenangan, kepuasan, minat, kemauan rasional yang murni, persepsi mental
dan segala pengalaman yang menunjang peningkatan nilai atau mutu
kehidupan. Dengan kata lain, paras nilai adalah pertalian yang erat antara
sesuatu sebagai sarana untuk menuju ke titik akhir atau untuk menuju kepada
tercapainya hasil yang sebenarnya.
b. Tipe nilai
Tipe nilai didapat informasi bahwa ada nilai intrinsik dan ada nilai
instrumental. Nilai intrinsik ialah konsumantoris atau yang melekat pada diri
sesuatu sebagai bobot martabat diri (prized for their own sake). Yang tergolong
ke dalam nilai instrinsik adalah kebaikan dari segi moral, kecantikan,
keindahan, kesucian dan kemurnian. Nilai instrumental adalah nilai penunjang
yamg menyebabkan sesuatu memiliki nilai instrinsik.
c. Kriteria nilai
Yang dimaksud dengan istilah kriteria nilai adalah “pagu” atau patokan untuk
menguji kadar nilai berdasarkan teori psikologis dan teori logika. Pagu itu
diantaranya menyebutkan bahwa kuantitas kenikmatan indiviualah yang dapat
digunakan menjadi kriteria nilai. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa
kepuasan masyarakat yang dapat dijadikan pagu untuk tolak ukur nilai.
Penganut aliran yang disebut naturalis beranggapan bahwa kelestarian hiduplah
yang dapat dijadikan tolak ukur penilaian, sedangkan dewey dan pengikutnya
beranggapan bahwa keseimbanganlah yang dapat dijadikan tolak ukurnya.

6
1. Realisme
Merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualisme membagi
realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di
satu pihak dan di pihak lainya adalah adanya realita di luar manusia, yang
dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran
realisme yaitu: Aristoteles, Johan Amos Comenius, William Mc Gucken,
Fancis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

BAB III

7
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah


sebuah ilmu yang sebenarnya bisa dipelajari oleh semua orang. Walaupun
memang sedikit rumit bagi sebagian anggapan orang tentang filsafat, tetapi
apabila kita dapat mempelajarinya secara sistematik, maka akan didapat
pemahaman yang komprehensif mengenai filsafat tersebut.

Bidang kajian filsafat secara umum dapat dibagi ke dalam tiga cabang besar
yaitu: teori pengetahuan, teori hakikat dan teori nilai. Dari ketiga teori tersebut
lahirlah cabang-cabang yang kemudian di kembangkan oleh para ahli filsafat
menjadi aliran yang bermacam-macam.

B. Saran
Demikianmakalahini kami susun dan semoga bermanfaa tuntuk menambah
khazanah keilmuan kita. Kritik dan Saran yang membangun kami harapkan untuk
perbaikan penyusunan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, Ahmad. 2012.FilsafatUmum .Bandung: PT

RemajaRosdaKarya Hamidah. 2014. FilsafatUmum . Palembang:

NoerFikri Offset http://id.portalgaruda.org/?ref=browse, Oktober 28,

2018 20:03 http://journal.uin-alauddin.ac.id, Oktober 28, 20:29

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jur

nal.u gm.ac.id/wisdom/article/viewFile/, Oktober

Anda mungkin juga menyukai