Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,
S.Th.I., M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam
sehingga tugas ini dapat terselesaikan
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi berbagai pihak, dan
pembaca dapat memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Penulis menyadari
bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 6
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 9
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits) 12
BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta
Keadilan Hukum dalam Islam 17
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 26
iii
BAB I
Tauhid
Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun yang bermakna setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Sedangkan orang yang mematuhinya disebut dengan abdun atau hamba.
Dari pengertian ini kita dapat mengetahui bahwa tuhan merupakan sesuatu yang
kita percaya dan kita patuhi sebagai penggerak yang menjalani dan mengatur
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Kita mematuhi dan meyakini adanya
Allah sebagai tuhan kita umat islam dengan menjalankan segala perintah dan
menjauhi segala larangannya.
Di dalam Al-Quran ada dua makna ilaah (tuhan) yaitu Allah dan selain dari Allah.
Contohnya benda-benda seperti patung, pohon, bintang, matahari dan lain
sebagainya yang di percaya oleh manusia sebagai ilaah selain dari Allah.
“Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.”
Pengakuan ini bahwa Allah sebagai pencpta alam semesta terdapat dalam Al-
Qur’an surat Al-Ankabut (29) ayat 61
“Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.”
1
Seseorang yang percaya bahwa adanya Allah belum tentu orang tersebut dapat
dikatakan beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Hal ini karena seseorang yang
bertaqwa mengakui bahwa Allah sebagai tuhannya ia akan mematuhi segala
perintah dan menjauhi segala larangan yang telah diberikan oleh Allah. Sehingga
atas dasar ini konsep ketuhanan kepada Allah dalam islam apabila dia
menjalankan ajaran dari Allah melalui Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan bukan hanya menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini
melainkan juga mengatur alam semesta ini. Allah menciptakan kita dan segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini untuk menyembah, bertasbih dan beribadah
kepada-Nya.
“Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-
Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 56)
2
Berdasarkan ayat ini, Allah menciptakan segala sesuatu tidak sekedar main-main
atau sia-sia yang tidak memilki tujuan. Tetapi Allah menciptakan kita untuk tujuan
yang mulia yaitu untuk beribadah dengan mentauhidkan Allah menjalankan segala
perintahnya.
2. Tauhid adalah poros atau pokok dari dakwah seluruh Nabi dan Rasul yang di
turunkan Allah.
Artinya adalah bahwa Allah menurunkan para nabi dan rasul dengan tujuan yang
sama yaitu mentauhidkan Allah. Mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad
pokok ajaran yang mereka terapkan adalah tauhid. Yang berbeda adalah sejarah
dari zaman generasi tempat berdakwah nya setiap Nabi dan Rasul Allah.
Terdapat dalam beberapa surat yang ada di Al-Quran mengenai perintah Allah
kepada para Nabi dan Rasul untuk mentauhidkan Allah diantaranya sebagai
berikut :
َّ َولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِي ُك ِّل أ ُ َّم ٍة َرسُواًل أَ ِن اعْ ُبدُوا هَّللا َ َواجْ َت ِنبُوا
َالطا ُغوت
“Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (QS. An-Nahl
[16]: 36)
da
ِ ُول إِاَّل ُنوحِي إِلَ ْي ِه أَ َّن ُه اَل إِلَ َه إِاَّل أَ َنا َفاعْ ُبد
ُون َ َِو َما أَرْ َس ْل َنا مِنْ َق ْبل
ٍ ك مِنْ َرس
“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan kami
wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang berhak
disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku”.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 25)
Dari ayat-ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa kalimat pertama kali para nabi
dan rasul ketika berdakwah kepada kaum masyarakat mereka adalah ajakan untuk
mentauhidkan Allah. Karena tauhid adalah dasar pondasi sebuah bangunan
agama. Apabila tidak adanya pondasi maka akan hancur sebuah bangunan
tersebut. Sehingga tauhid adalah asas pokok agama islam.
Permisalan lain mengenai tauhid ini dapat digambarkan sebagai sebuah pohon.
Sebuah pohon memiliki akar, batang, daun dan cabang ranting. Pohon tidak akan
berdiri dengan kokoh apabila akar yang menopang pohon tersebut tidak kuat.
3
Sama halnya seperti agama apabila tauhidnya tidak kokoh maka agamanya akan
mudah goyah dan hancur.
Ada beberapa dalil dari hadis Nabi SAW yang menunjukkan bahwa tauhid
merupakan inti dakwah mereka. Diantanya sebagai berikut :
َودِي ُن ُه ْم َوا ِح ٌد،م َش َّتىgْ َوأ ُ َّم َها ُت ُه،ٍاأْل َ ْن ِب َيا ُء إِ ْخ َوةٌ مِنْ َعاَّل ت
“Para Nabi berasal dari satu ayah (Adam), ibu mereka berbeda-beda, namun
agama mereka satu.“ (HR. Muslim no. 2365)
3. Tauhid adalah kewajiban pertama kali bagi seorang mukallaf (yang telah terkena
kewajiban syariat)
Ketika seorang mukallaf ingin masuk islam maka kalimat pertama yang diajarkan
dan di katakan adalah tauhid yang terdapat pada kalimat syahadat. Meyakini
bahwa Allah itu Esa dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya
Dalil tentang kedudukan tauhid sebagai kewajiban pertama kali seorang mukallaf
diantaranya hadis Nabi SAW sebagai berikut :
4
dan harta mereka, kecuali karena hak (Islam). Sedangkan perhitungannya ada di
sisi Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari no. 2946 dan Muslim no. 21)
Terdapat juga wasiat Nabi SAW kepada Muadz Jabal ra. Ketika beliau
mengutusnya untuk berdakwah ke negri Yaman sebagai berikut :
ب َف ْل َي ُكنْ أَوَّ َل َما َت ْدعُو ُه ْم إِلَ ْي ِه عِ َبا َدةُ هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل
ٍ ك َت ْقدَ ُم َعلَى َق ْو ٍم أَهْ ِل ِك َتا
َ إِ َّن
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah yang
pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah agar mereka beribadah
kepada Allah.” (HR. Bukhari no. 1458 dan Muslim no. 19)
Dari ketua hadits tersebut dapat di simpulkan bahwa, tauhid adalah kewajiban
pertama kali atas setiap mukallaf. Dan tauhid adalah perkara pertama kali yang
memasukkan seseorang ke dalam islam. Karena agama islam dasar pokok
utamanya adalah tauhid untuk mengokohkan agama tersebut.
4. Tauhid adalah sebab mendapatkan keamanan dan hidayah di dunia dan di akhirat.
Dengan percaya bahwa Allah adalah tuhan yang maha Esa mengatur segala
sesuatu yang ada di dunia dan di akhirat ini maka kita akan merasa aman karena
kita merasakan Allah selalu ada untuk kita dan telah mengatur segala ketentuan
untuk umatnya. Dengan bertauhid maka kita akan selamat di dunia dan di akhirat.
Sesuai dengan firman Allah dalam Qs Al-An’am (6) ayat 82 yang berbunyi :
Ayat ini menjelaskan bahwa keamanan itu berada di tangan Allah SWT dan tidak
akan Allah berikan kecuali kepada orang-orang yang beriman yaitu orang yang
bertauhid yang mengikhlaskan ibadah mereka kepada Allah.
5
BAB II
Sains dan teknologi adalah ibarat sebuah koin yang memiliki dua sisi yang beda
namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sain berarti sebuah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh sebagai
konsensus para pakar melalui penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil
analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari observasi pada
gejala-gejala alam. (Baiquni, 1995:58-60)
Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat
praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah ensiklopedi sains dan
teknologi apalagi al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara gamblang. Akan tetapi,
dalam kapasitasnya sebagai huda li al-nas, al-Qur’an memberikan informasi stimulan
mengenai fenomena alam dalam porsi yang cukup banyak, sekitar tujuh ratus lima
puluh ayat (Ghulsyani, 1993: 78).
Pesan (wahyu) paling awal yang diterima Nabi SAW mengandung indikasi pentingnya
proses investigasi (penyelidikan). Informasi alQur’an tentang fenomena alam ini,
menurut Ghulsyani, dimaksudkan untuk menarik perhatian manusia kepada Pencipta
alam Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana dengan mempertanyakan dan
merenungkan wujud-wujud alam serta mendorong manusia agar berjuang mendekat
kepada-Nya (Ghulsyani, 1993).
6
:“… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
“dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada
juga beriman?”
“tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran)
es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka
ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-
hampir menghilangkan penglihatan.”
Ayat: 19. “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,”
Ayat: 20. “antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing [1443].”
7
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah
Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.”
Ayat: 12. “dan Sesungguhnya Kami t elah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.”
Ayat: 13. “kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).”
Ayat: 14. ”kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”
Ayat: 3. ”Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang belulangnya?”
Ayat: 4. ”bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya
dengan sempurna.”
8
BAB III
A. 3 Generasi Terbaik
Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ َخي َْر أ ُ َّمتِـي َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ
ِين َيلُو َن ُه ْم
Sehingga dari hadits tersebut kita dapat mengetahui bahwa 3 generasi terbaik adalah
generasi yang terdekat dengan zaman Rasulullah yaitu para sahabat, tabiin, dan
tabiittabiin. Mereka yang hidup pada zaman Rasulullah melihat, mendengar langsung
apa yang dilakukan oleh Rasulullah sehingga akan terhindar dari kesalahan.
Sedangkan mereka yang hidup setelah nya yaitu tabiin dan tabiittabiin mereka
mengetahuinya langsung dari anak dan cucu para sahabat. Sehingga 3 generasi ini
mereka terhindar dari kesalahan tefsir karena menyaksikannya langsung. Semakin
jauh generasi dari generasi Rasulullah maka semakin banyak selisih paham dan
kesalahan menafsirkan.
1.Sahabat
Sahabat adalah orang-orang yang bertemu dan melihat Rasulullah SAW secara
langsung serta membantu perjuangan beliau. Para sahabat mewariskan ilmu dari
Rasulullah SAW. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaurrasyidin,
kemudian 10 sahabat yang namanya disebutkan Rasulullah SAW yang mendapatkan
jaminan surga dari Allah.
2.Tabi’in
Tabi’in adalah orang-orang yang beriman hidup pada masa Rasulullah atau setelah
beliau wafat tetapi mereka tidak bertemu serta tidak melihat Rasulullah. Tabi’in belajar
dan mewariskan ilmu dari para sahabat Rasulullah SAW.
Salah satu gnerasi terbaik Tabi’n adalah Uwais Al Qarn yang pernah mendatangi
rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat tetapi ia tidak
bertemu dengan Rasulullah. Uwais pernah disebutkan secara langsung oleh
Rasulullah sebagai orang yang asing di dunia tetapi terkenal di langit. Rasulullah juga
memerintahkan para sahabat untuk meminta di doakan oleh Uwais karena ia
merupakan orang yang doanya diijabah oleh Allah.
9
- Umar Bin Abdul Aziz
- Urwah Bin Zubair
- Ali Zainal Abidin Bin Al Husein
- Muhammad Bin Al Hanafiyah
- Hasan Al Bashri
dan masih banyak lagi yang lainnya
3. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi’in. Tabiin tabi’in merupakaan orang yang belajar dan mewarisi ilmu dari para
tabi’in.
1.Tabaqat pertama
Mereka adalah Tabi’in yang pernah berjumpa dan bersahabat dengan 10 sahabat yang
dijanjikan Rasulullah SAW akan masuk surga. 10 sahabt itu diantaranya :
- Abu Bakar as-Siddiq
- Umar bin Khattab
- Utsman bin Affan
- Ali bin Abi Thalib
- Sa’id bin Abi waqqas
- Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail
- Talhah bin Ubaidillah
- Zubair bin Awwam
- Abdurrahman bin Auf
- Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
10
- Abu Zaid Ma’mar bin Zaid (Tabi’in yang diketahui paling dulu meninggal tahun
30 hijriyah)
Menurut pandangan al-hakim, ialah Tabi’in yang sempat berjumpa atau melihat
sahabat paling akhir dan menyaksikan wafatnya sahabt tersebut.
Periode Tabi’in berakhir tahun 181 Hujriyah bersamaan dengan masa pemerintahan
Harun ar-rasyid (170-194 Hijriyah) dari Bani Abbas.
11
BAB IV
Pengertian dan Jejak Salafush Shaleh
A. Pengertian Salaf
Salaf secara bahasa Arab artinya setiap amalan shalih yang telah lalu, segala
sesuatuyang terdahulu, setiap orang yang mendahului, yaitu nenek moyang atau
kerabat (al-qamus al muhith, fairuz abadi)
Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa” adalah pokok yang menunjukkan makna
terdahulu. Termasuk salaf dalam hal ini adalah orang-orang yang telah lampau dan arti
dari al-qoumu as-salaafu artinya mereka yang telah terdahulu(Mu’jam Maqayisil
Lughah : 3/95)
Sedangkan secara istilah salaf adalah 3 generasi awal umat islam yang merupakan
generasi terbaik seperti yang disebutkan oleh Rasulullah SAW.
َ َخي َْر أ ُ َّمتِـي َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ
ِين َيلُو َن ُه ْم
Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]
ِريgْت َتج ٍ َّد لَ ُه ْم َج َّناg ُه َوأَ َعgوا َع ْنgض ُ َي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرgض َ ار َوالَّذ
ٍ gِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس
ِ ان َر ِ ص َ ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر
َ ين َواأل ْن َ ُون األوَّ ل
َ َُّابق
ِ َوالس
ِين فِي َها أَ َب ًدا َذل َِك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم
َ ِدل اخَ ر
ُ ا ه
َ ْ
ن األ ا هَ َ
ت ْحتَ
Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-
Taubah : 100]
Dari kedua dalil tersebut Allah mengancam dengan siksaan neraka Jahannam bagi
siapa yang mengikuti jalan selain jalan salafush shalih. Dan Allah berjanji dengan
surga dan keridhaan-Nya bagi siapa saja yang mengikuti jalan mereka.
12
Allah mengetahui segala sesuatu yang baik bagi hambanya. Karena generasi inilah
yang menyaksikan dan melihat langsung apa yang dilakukan oleh Rasulullah sehingga
akan terhindar dari kesalahan tafsir.
1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
telah bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului
sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim
(2533))
2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73 golongan),
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
بعونggان وسgg ثنت،بعينggتفترق على ثالث وسgg وإن هذه الملة س،أال إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملة
وهي الجماعة، وواحدة في الجنة،في النار
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini
(Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu
al-Jama’ah.”
[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi
(II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150).
Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah bin
Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur.
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-
204)]
Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku
dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-
Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]
Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah
menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa
13
yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti
Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).
Berawal sejak masa para sahabat Rasulullah, kemudian dilanjutkan oleh para
tabiin dan tabiittabiin diantaranya adalah ulama mazhab :
2. imam maliki lahir tahun 93H. lahir di Madinah dan wafat di Madinah. Imam Maliki
masih melihat langsung anak-anak dan cucu umat masa sahabat. dan ada beberapa
guru beliau yang masih dikategorikan sebagai generasi sahabat. sehingga tidak
mungkin beliau salah tafsir dibandingkan dengan ulama sesudahnya.
3. imam syafi’i lahir tahun 150H. lahir di palestina kemudian ke makkah untuk belajar
islam, hadits dan al-quran. kemudian beliau ke madinah. sempat berguru kepada imam
malik. selanjutnya belajar ke kuffah lalu ke mesir. beliau akan mendatangi tempat dan
tinggal di tempat yang pernah di diami dan ada sahabat Rasulullah disana. karena
menurut beliau semua ucapan dan tindakan Rasulullah adalah sebuah syariat. imam
syafi’i diberikan keistimewaan oleh Allah apa yang beliau lihat dan dengar dapat
langsung terhafal.
4. imam hambali lahir tahun 164H. beliau adalah murid imam syafi’i.
1. Imam Bukhari
Imam Bukhari adalah seorang ahli Hadits yang termasyur, lahir di Bukhara,
Uzbekistan pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M) dan wafat pada malam idul
fitri tahun 256 H (875 M). Nama lengkapnya adalah Abu 'Abdullah Muhammad bin
Isma'il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhari. Beliau dijuluki
pemimpin kaum Mukmin dalam ilmu Hadits. Selama 16 tahun, beliau menyeleksi 1 juta
Hadits yang diriwayatkan 80 ribu perawi menjadi 7275 Hadits (dengan pengulangan)
Selama 16 tahun beliau menghabiskan waktu untuk menyaring Hadits shahih dan
14
menghasilkan Shahih Bukhari yang merupakan rujukan pertama kaum Muslimin di
bidang Hadits. Karya-karya beliau antara lain:
- Jami'us Shahih, terkenal dengan nama Shahih Bukhari, yang disusun 16 tahun
lamanya.
- Qadlayas-Shahabah Wa-Tabi’in
- At-Tharikhu’l-Khabir
- At-Tarikhu’l-Ausath
- Al-‘Adabu’l-Munfarid
- Birru’l-Walidain
2. Imam Muslim
Imam Muslim lahir pada tahun 204 H (819 M) di Naisabur, Iran, dan wafat pada
tahun 261 H. Nama lengkapnya adalah Abu Husain Muslim bin Al-Hajj Al-Quraysyi An-
Naysasaburi. Beliau mulai belajar Hadits pada tahun 218 H di umur 16 tahun. Beliau
pergi ke berbagai tempat untuk belajar Hadits seperti Hijaz, Irak, Syam, Mesir,
Khurasan, dan lain sebagainya. Karya beliau yang terkenal adalah Shahih Muslim,
yang bersama Shahih Bukhari disebut As-Shahihain. Karya-karya beliau antara lain:
- Al-Musnad Al-Kabi
- Al-Asma Wal-Kuna
- Al-Ilal,
- Al-Aqran,
- Al-Muhadramin
- Auladish Shahabah
- Auham Al-Muhadditsin
Imam Abu Dawud dilahirkan pada tahun 202 H (817 M) di Sijistan (antara Iran
dan Afghanistan) dan wafat pada tahun 275 H (889 M) di Basrah, Irak. Nama
lengkapnya adalah Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq As-Sijistani. Beliau
15
merupakan ahli Hadits yang sangat teliti dan merupakan tokoh terkemukan di antara
para perawi Hadits. Karyanya adalah Kitab Sunan Abu Daud.
4. Imam At-Tirmizi
Imam At-Tirmizi lahir pada tahun 200 H (824 N) di Turmudz, Iran, dan wafat
pada tahun 279 H (892 M) di tempat yang sama. Nama lengkapnya adalah Abu Isa
Muhammad bin Isa bin Surah. Beliau adalah tokoh pertama yang mengelompokkan
Hadits dalam kategori Hasan, yang berada di antara kategori Shahih dan Dhaif. Beliau
mulai mempelajari Hadits di usia 20 tahun dan pergi ke berbagai tempat seperti
Khurasan, Basrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Mekkah, Madinah, Ray, Mesir dan Syam
untuk belajar. Karya beliau adalah Kitab Ilalul Hadits.
5. Imam An-Nasya'iy
Imam An-Nasya'iy lahir pada tahun 215 H (839 M) di Kota Nasa, Iran, dan wafat
pada tahun 303 H (915 M). Nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdi’r-Rahman Ahmad bin
Syu’iab bin Bahr. Beliau merupakan seorang Muhaddits yang sangat cerdas, dan
memilih Mesir sebagai tempat bermukim dan mengajarkan Hadits kepada masyarakat.
Karya beliau adalah Sunnanu'l-Kubra, yang terkenal dengan sebutan Sunan An-
Nasa'iy
Imam Ibnu Majah lahir pada tahun 207 H (824 M) dan wafat pada tahun 273 H
(887 M). Nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdillah bin Yazid Ibnu Majah. Beliau
mempelajari Hadits dari berbagai negara sehingga bertemu dengan murid-murid Imam
Malik dan Al-Laits dan mempelajari Hadits dari mereka. Karya beliau adalah Sunan
Ibnu Majah.
16
BAB V
Ajaran dan Tuntunan Tentang Berbagi, Keadilan serta Penegakan Hukum dalam
Islam
A. Berbagi
Berbagi merupakan indikator tingkat ketakwaan seorang mukmin dan salah satu
perbuatan yang akan mendatangkan cinta Allah
هّٰللا
َِب ا ْل ُم ْحسِ نِيْن ِ الض َّرآءِ َوا ْل ٰكظِ ِميْنَ ا ْل َغ ْي َظ َوا ْل َعافِيْنَ َع ِن ال َّن
ُّ اس ۗ َو ُ ُيح َّ الَّ ِذيْنَ ُي ْنفِقُ ْونَ فِى
َّ الس َّرآءِ َو
"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah
mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran 3: Ayat 134)
Berbagi merupakan suatu kerelaan dan pengorbanan. Semakin banyak kita berbagi
maka kita tidak akan merasakan kekurangan. Karena sesungguhnya segala sesuatu
yang kita miliki semata-mata hanya titipan yang di berikan oleh Allah.
َازقِين
ِ الر َ َْو َما أَ ْن َف ْق ُت ْم مِن
َّ ش ْيءٍ َف ُه َو ُي ْخلِفُ ُه َوه َُو َخ ْي ُر
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-
lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
Dalam surat tersebut menjelaskan bahwa selama kita menginfakan harta pada jalan
Allah maka ia akan menggantikannya di dunia dan juga memberi ganti berupa pahala
dan balasan di akhirat kelak. Berbagi dapat dimaknai dengan sedekah jika berbagi
tersebut di dasari kebaikan, memberika manfaat dan dilakukan dengan penuh ikhlas.
Bersedekah adalah pemberian seorang muslim kepada orang lain secara sukarela dan
ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekedar
zakat maupun infak (wikipedia)
Bersedekah tidak selalu harus dengan uang. Namun bisa dengan makanan, sembako,
melakukan perbuatan baik, tersenyum ataupun menafkahi keluarga.
17
“Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah, beramar ma’ruf dan nahi munkar
yang kalian lakukan untuk saudaranya juga sedekah, dan kalian menunjukkan jalan
bagi seseorang yang tersesat juga sedekah.”(HR. Tirmizi dan Abu Dzar).
“Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang
daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang
menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan
akan menjadi sedekah.”(HR. Ibnu Majah).
“Menghadapkan wajahmu ke arah timur atau barat itu bukanlah suatu kesempurnaan,
tapi sesungguhnya yang sempurna adalah orang yang beriman kepada Allah dan
kepada Nabi-Nya, serta memberikanharta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak
yatim, orang miskin, ibnu sabil, orang yang meminta-minta dan membebaskan hamba
sahaya, dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat.” (QS. Al-Baqarah: 177)
“Wahai orang yang beriman, berinfaklah kamu atas sebagian rizki yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang hari yang tidak ada jual beli lagi dan tidak ada lagi
persahabatan serta syafa’at kecuali atas izin Allah”. (QS.Al-Baqarah: 254)
“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka
tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya
karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-
sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta
yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha
Mengatahui.” (QS. Al-Baqarah : 273)
“Dan berikanlah infak di jalan Allah dan janganlah engkau menjatuhkan dirimu ke
dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang
yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)
Saba ayat 39
18
“Katakanlah Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizki pada siapa yang dikehendaki-
Nya diantara hamba-hamba-Nya, dan Allah menyempitkan rizki pada orang yang
dikehendaki-Nya. Dan apapun yang kamu infakkan atas rizki yang diberikan Allah,
maka Allah menggantinya kembali dan Allah-lah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS.
Saba’: 39)
Ibrahim ayat 31
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syari’atkan penyembelihan (kurban), supaya
mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah
kepada mereka, maka Ilahmu ialah Ilah Yang Mahaesa, karena itu berserah dirilah
kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh
(kepada Allah). Yaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati
mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang
yang mendirikan shalat dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang
telah Kami rizkikan kepada mereka.” (QS. Al-Hajj: 34-35)
“Dan orang-orang yang memberikan sebagian hartanya sementara hati mereka takut
maka sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya. Orang inilah yang
bersegera kepada kebaikan dan merekalah yang mendapatkannya lebih dulu.”(Qs. Al-
Mu’minun: 60-61)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali-Imran: 92)
Konsep keadilan melibatkan apa yang setimpal, setimbang, dan benar-benar sepadan
bagi tiap-tiap individu. Dalam islam, keadilan merupakan salah satu asas yang harus
dijunjung tinggi. Allah memiliki sifat maha adil (al-adlu) yang harus dicontoh oleh
hamba-Nya. Bahkan setiap Negara sering mencantumkan secara tegas tujuan
berdirinya negara tersebut di antaranya untuk menegakan keadilan. Karena apabila
suatu negara tidak memiliki keadilan maka akan terjadi kekacauan di dalamnya.
19
Islam menghendaki agar setiap orang menikmati hak-haknya sbagai manusia dengan
memperoleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya yakni terjaminnya
keselamatan agamanya, keselamtan dirinya (jiwa, raga, dan kehormatannya),
keselamatan akalnya, keselamatan harta bendanya, dan keselamatan nasab
keturunannya. Sarana pokok yang menjamin terlaksananya hal-hal tersebut adalah
tegaknya keadilan.
1.Ayat-ayat al-Qur'an menyuruh untuk berlaku adil dan Allah sendiri menjadikan
keadilan itu sebagai tujuan dari pemerintahan. Diantaranya sebagai berikut
“Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah)
sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti
keinginan mereka dan katakanlah, "Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah
dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan
kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada
pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-
Nyalah (kita) kembali."
س ْفيَانَ ْب ِن ُ ْاركِ َعن َ سلَ ْيمَانَ َعنْ ا ْب ِن ا ْل ُم َب ُ س ْفيَانُ عَنْ َع ْم ٍرو ح َوأَ ْن َبأ َ َنا ُم َح َّم ُد بْنُ آ َد َم ْب ِن َ ُأَ ْخ َب َر َنا قُ َت ْي َب ُة بْن
ُ سعِي ٍد َقال َ َحدَّ َث َنا
هَّللا هَّللا َ
َّسلَّ َم َقال َ إِن
َ صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َ اصعَنْ ال َّن ِب ِّيِ س عَنْ َع ْب ِد ِ ْب ِن َع ْم ِرو ْب ِن ا ْل َع ٍ ار َعنْ َع ْم ِرو ْب ِن أ ْوٍ ُع َي ْي َن َة عَنْ َع ْم ِرو ْب ِن دِي َن
الر ْح َم ِن الَّذِينَ َي ْع ِدلُونَ فِي ُح ْك ِم ِه ْم َوأَهْ لِي ِه ْم َو َما َولُوا َقال َ ُم َح َّم ٌد فِي هَّللا
َّ ِين ٍ ا ْل ُم ْقسِ طِ ينَ عِ ْندَ ِ َت َعالَى َعلَى َم َنابِ َر مِنْ ُن
ِ ور َعلَى َيم
ٌَحدِيثِ ِه َو ِك ْل َتا َي َد ْي ِه َيمِين
20
Artinya :
"Telah mengabarkan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] ia berkata; telah menceritakan
kepada kami [Sufyan] dari [Amru]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah memberitakan
kepada kami [Muhammad bin Adam bin Sulaiman] dari [Ibnul Mubarak] dari [Sufyan
bin Uyainah] dari [Amru bin Dinar] dari [Amru bin Aus] dari [Abdullah bin Amru bin Al
'Ash] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
س ْفيَانَ ْب ِن ُ ْاركِ َعن َ سلَ ْيمَانَ َعنْ ا ْب ِن ا ْل ُم َب ُ س ْفيَانُ عَنْ َع ْم ٍرو ح َوأَ ْن َبأ َ َنا ُم َح َّم ُد بْنُ آ َد َم ْب ِن َ ُأَ ْخ َب َر َنا قُ َت ْي َب ُة بْن
ُ سعِي ٍد َقال َ َحدَّ َث َنا
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َّسلَّ َم َقال َ إِن َ اصعَنْ ال َّنبِ ِّيِ س عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ِرو ْب ِن ا ْل َع ٍ ار َعنْ َع ْم ِرو ْب ِن أَ ْوٍ ُع َي ْي َن َة عَنْ َع ْم ِرو ْب ِن دِي َن
الر ْح َم ِن الَّذِينَ َي ْع ِدلُونَ فِي ُح ْك ِم ِه ْم َوأَهْ لِي ِه ْم َو َما َولُوا َقال َ ُم َح َّم ٌد فِي هَّللا
َّ ِين ٍ ا ْل ُم ْقسِ طِ ينَ عِ ْندَ ِ َت َعالَى َعلَى َم َن ِاب َر مِنْ ُن
ِ ور َعلَى َيم
ٌَحدِيثِ ِه َو ِك ْل َتا َي َد ْي ِه َيمِين
Artinya :
"Telah mengabarkan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] ia berkata; telah menceritakan
kepada kami [Sufyan] dari [Amru]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah memberitakan
kepada kami [Muhammad bin Adam bin Sulaiman] dari [Ibnul Mubarak] dari [Sufyan
bin Uyainah] dari [Amru bin Dinar] dari [Amru bin Aus] dari [Abdullah bin Amru bin Al
'Ash] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Sesungguhnya orang-orang yg berlaku adil akan ditempatkan di sisi Allah Ta'ala di
atas mimbar-mimbar yg terbuat dari cahaya, di sisi sebelah kanan 'Arrahman. Yaitu,
orang-orang yg adil dalam menghukumi mereka, adil dalam keluarga mereka & dalam
mengerjakan tugas mereka. Muhammad menyebutkan dalam haditsnya, & kedua
tangannya adl kanan". (HR. Nasai)
Berlaku adil bukan berarti membagi sesuatu secara sama rasa dan sama rata. Prinsip
berlaku adil harus proporsional. Di dalam islam, spektrum berlaku adil sangat banyak.
Misalnya dalam hal menetapkan hukum, memberi hak kepada orang lain, menghadapi
orang yang tidak disukai, termasuk dalam hal berbicara dan kesaksian.
“Apabila kalian memutuskan hukum, lakukanlah dengan adil. Dan apabila kalian
membunuh lakukanlah dengan ihsan, karena Allah itu Maha Ihsan dan menyukai
orang-orang yang berbuat ihsan.” (HR Thabrani).
Membunuh dalam konteks ini adalah memberi hukuman qishash yang setimpal
21
Nabi SAW memberi kabar bahwa ada pahala bagi orang yang berlaku adil.
Diantaranya adalah akan dinaungi oleh Allah SWT pada hari kiamat
“Ada tujuh kelompok orang yang dinaungi oleh Allah pada hari yang tidak ada
naungan selain naungan-Nya, (salah satunya) adalah pemimpin yang adil.”
(HR.Bukhari dan Muslim).
Dalam islam hukum Allah tidak akan berubah dan tidak boleh diubah. Khalifah dan
aparat negara hanya bertugas menjalankan hukum dan tidak ada kewenangan untuk
dapat merubah hukum tersebut. Mereka hanya diberi hak untuk melakukan ijtihad
serta menggali hukum syariat dari al-quran dan hadits.
- Keputusan hakim di majelis pengadilan bersifat mengikat dan tidak bisa dianulir
oleh keputusan pengadilan manapun. Keputusan hakim hanya bisa dianulir jika
keputusan tersebut menyalahi nas syariat atau bertentangam dengan fakta.
- Mekanisme pengadilan dalam majelis pengadilan mudah dan efisien. Jika
seorang pendakwa tidak memiliki cukup bukti atas sangkaannya, maka qadhi
akan meminta terdakwa untuk bersumpah. Jika terdakwa bersumpah maka ia
dibebaskan dari tuntutan dan dakwaan pendakwa. Namun, jika ia tidak mau
22
bersumpah maka terdakwa akan dihukum berdasarkan tuntutan dan dakwaan
pendakwa.
- Kasus-kasus yang sudah kadaluwarsa di petieskan, dan tidak di ungkit kembali.
Kecuali yang berkaitan dengan hak-hak harta.
- Ketentuan persaksian yang memudahkan qadhi memutuskan sengketa
- Dalam kasus ta’zir seorang qadhi diberi hak memutuskan berdasarkan
ijtihadnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Suryana, Toto, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Tiga Mutiara, 1996), h. 67-77.
Daradjat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 55-
152.
Azhar, Syamsul, Sains dan Teknologi Membuka Tabir Al-Quran (Jakarta :Radar
Jaya Offset), h. 9
Rajih, Hamdan, Kalimat Tauhid “La Illaha Illallah”(Jakarta : Radar Jaya Offset), h.
20
Istighna, Vol. 1, No 2, Juli 2018 P-ISSN 1979-2824 ( journal: stit islamic village)
24
Basweidan, Sufyan, Jadikan Manhaj Salaf Sebagai Rujukan ( Blogs : muslim.or.id)
25
LAMPIRAN
Berikut ini beberapa hadits yang menjadi landasan dalam bermanhaj salafus
shaleh :
ُاص َجالِسٌ فِي ظِ ِّل ْال َكعْ َب ِة َوال َّناس ِ ْن ْال َع ِ ت ْال َمسْ ِجدَ َفإِ َذا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َع ْم ِرو ب
ُ دَخ ْل
َ ْن َع ْب ِد َربِّ ْال َكعْ َب ِة َقا َل ِ َعنْ َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن ب
ُول هَّللا ِ في َس َف ٍر َف َن َز ْل َنا َم ْن ِزاًل َف ِم َّنا َمنْ يُصْ لِ ُح ِخ َبا َءهُ َو ِم َّنا َمنْ َي ْن َتضِ ُل gُ ُْون َعلَ ْي ِه َفأ َ َت ْي ُت ُه ْم َف َجلَس
ِ ت إِلَ ْي ِه َف َقا َل ُك َّنا َم َع َرس َ مُجْ َت ِمع
ُول هَّللا ِ َف َقا َل إِ َّن ُه لَ ْم َي ُكنْ َن ِبيٌّ َق ْبلِي إِاَّل
ِ صاَل َة َجام َِع ًة َفاجْ َت َمعْ َنا إِلَى َرس َّ ُول هَّللا ِ ال ِ َو ِم َّنا َمنْ ه َُو فِي َج َش ِر ِه إِ ْذ َنادَى ُم َنادِي َرس
ًًّقا َعلَ ْي ِه أَنْ َي ُد َّل أ ُ َّم َت ُه َعلَى َخي ِْر َما َيعْ لَ ُم ُه َل ُه ْم َو ُي ْنذ َِر ُه ْم َشرَّ َما َيعْ لَ ُم ُه لَ ُه ْم َوإِنَّ أ ُ َّم َت ُك ْم َه ِذ ِه ُج ِع َل َعا ِف َي ُت َها فِي أَ َّو ِل َهاg¬ ان َح
َ َك
َو َسيُصِ يبُ آخ َِر َها َباَل ٌء َوأُمُو ٌر ُت ْن ِكرُو َن َها … الحديث
Dari Abdurrahman bin Abdi Rabbil Ka’bah katanya: Sewaktu aku masuk ke masjidil
haram, kudapati Abdullah bin Amru bin Ash sedang duduk berteduh di bawah
ka’bah, sedangkan di sekelilingnya ada orang-orang yang berkumpul
mendengarkan ceritanya. Lalu aku ikut duduk di majelis itu dan kudengar ia
mengatakan: “Pernah suatu ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam suatu safar. Ketika kami singgah di sebuah tempat, diantara kami
ada yang sibuk membenahi kemahnya, ada pula yang bermain panah, dan ada
yang sibuk mengurus hewan gembalaannya. Tiba-tiba penyeru Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berseru lantang: “Ayo… mari shalat berjamaah!!” maka
segeralah kami berkumpul di tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
beliau bersabda: “Sesungguhnya tak ada seorang Nabi pun sebelumku, melainkan
wajib baginya untuk menunjukkan umatnya akan setiap kebaikan yang ia ketahui;
dan memperingatkan mereka dari setiap kejahatan yang ia ketahui. Sesungguhnya
umat kalian ini ialah umat yang keselamatannya ada pada generasi awalnya;
sedangkan generasi akhirnya akan mengalami bala’ dan berbagai hal yang kalian
ingkari… al hadits” (H.R. Muslim no 1844).
26
1. Hudzaifah ibnul Yaman :
، هللا فالَ َت َت َع َّبد ُْوا ِب َها ؛ فإَِنَّ األَوَّ َل لَ ْم َيدَعْ لِآلخ ِِر َم َقاالً ؛ َفا َّتقُوا هللاَ َيا َمعْ َش َر القُرَّ ا ِء
ِ ُولِ ُك ُّل عِ َبادَ ٍة َل ْم َي َت َعب َّْد ِب َها أَصْ َحابُ َرس
َ ُخ ُذ ْوا َط ِريْقَ َمنْ َك
ان َق ْبلَ ُك ْم
“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, janganlah kalian beribadah dengannya. Karena
generasi pertama tak menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka takutlah
kepada Allah wahai orang yang gemar beribadah, dan ikutilah jalan orang-orang
sebelummu” (Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah).
َوأَ َقلَّ َها، ً َوأَعْ َم َقها عِ ْلما، ً َوأَبَرَّ َها قُلُوبا، ك أَصْ َحابُ م َُح َّم ٍد َكا ُنوا َخي َْر َه ِذ ِه األ ُ َّم ِة َ َف ْل َيسْ َتنِّ ِب َمنْ َق ْد َماتَ أ ُ ْولَ ِئg¬ًّ َمنْ كان مُسْ ت َنًا
ار ُه ُم هللاُ ِلصُحْ َبة َن ِب ِّي ِه َو َن ْق ِل ِد ْي ِن ِه َف َت َش َّبه ُْوا ِبأ َ ْخالَق ِِه ْم َو َط َرا ِئق ِِه ْم ؛ َف ُه ْم َكا ُنوا َعلَى ال َه ْديِ المُسْ َتق ِِيم (أخرجه
َ َق ْو ٌم ا ِْخ َت، َت َكلُّ ًفا
)البغوي في شرح السنة
“Siapa yang ingin mengikuti ajaran tertentu, hendaklah ia mengikuti ajaran orang
yang telah wafat, yaitu para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka ialah sebaik-baik umat ini. Hati mereka paling baik, ilmu mereka paling
dalam, dan mereka paling tidak suka berlebihan (takalluf) dalam beragama.
Merekalah kaum yang dipilih Allah untuk menjadi pendamping Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan menyampaikan dien-Nya. Maka tirulah akhlak dan tingkah
laku mereka, karena mereka selalu berada di atas petunjuk yang lurus”
(Diriwayatkan oleh Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah).
)ْق (أخرجه الدارمي في سننه َ ِا َّت ِبعُوا َوالَ َت ْب َت ِدعُوا َف َق ْد ُكفِ ْي ُت ْم ؛ َعلَ ْي ُك ْم ِباألَ ْم ِر
ِ الع ِتي
“Ikutilah dan jangan berbuat bid’ah, karena kalian telah dicukupi. Hendaklah kalian
berpegang teguh dengan perkara yang terdahulu” (Diriwayatkan oleh Ad Darimi
dalam Sunan-nya).
َك َح َج ٌر ال َ إِ ِّني ألَعْ لَ ُم أَ َّن: َو َيقُ ْو ُل- َيعْ نِي األَسْ َو َد-الح َج َر ِ َّ الخ َطا
َ ب يُق ِّب ُل ُ َرأَي: قا َ َل، ْن َر ِبي َْع َة
ْ ْت ُع َم َر ب َْن ٍ َو َعنْ َع ِاب
ِ سب
َ ُْت َرسُو َل هللا ِ ُي َق ِّبل
َ ك َما َقبَّل ُت
ك ُ َولَ ْوالَ أَ ِّني َرأَي، َتضُرُّ وُ الَ َت ْن َف ُع
27
()متفق عليه
Dari ‘Aabis bin Rabi’ah, katanya: Aku melihat ‘Umar ibnul Khatthab shallallahu
‘alaihi wa sallam mencium Hajar Aswad seraya berkata: “Aku tahu pasti, bahwa
engkau hanyalah sebuah batu yang tak dapat memberi madharat maupun manfaat.
Kalaulah bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menciummu, kau tak akan kucium!” (Muttafaq ‘Alaih)[6].
ْكَ َو َعلَي: َف َقا َل ُع َم ُر، ْك َ اَل َّسالَ ُم َعلَي: ب َف َقا َل ِ ْن ْال َخ َّطا ِ س َر ُج ٌل عِ ْندَ ُع َم َر بَ َع َط: ْن شِ ِّخي ٍْر َقا َل ِ ْن َع ْب ِد
ِ هللا ب ِ َعنْ أَ ِبي ْال َعالَ ِء ب
َو ْل َيقُ ْل، ُك هللا ِ ِ اَ ْل َح ْم ُد: س أَ َحدَ ُك ْم َف ْل َيقُ ْل
َ َيرْ َح ُم: َو ْل َيقُ ِل ْال َق ْو ُم، هلل َ س ؟ إِ َذا َع َطَ أَ َما َيعْ لَ ُم أَ َح ُد ُك ْم َما َيقُ ْو ُل إِ َذا َع َط، ك َ لى أ ٌ ِّم
َ َو َع
َي ْغفِ ُر هللاُ لَ ُك ْم: ه َُو
( فصل فيما يقول,39 ؛ و البيهقي في شعب اإليمان19677 رقم,452-10/451 ,رواه عبد الرزاق في المصنف
9030 رقم,)العاطس في جواب التشميت.
Dari Abul ‘Ala’ bin Abdillah bin Syikhkhir, katanya: “Ada seseorang bersin di
samping Umar bin Khatthab t, lalu mengucapkan: “Assalaamu ‘alaika…”, maka
sahut ‘Umar: “Alaika wa ‘ala ummik…! Apa kalian tidak tahu apa yang musti
diucapkan ketika bersin? Kalau kalian bersin hendaknya mengucapkan:
“Alhamdulillah”, sedang yang mendengar mengucapkan: “Yarhamukallaah” lalu
yang bersin membalas: “Yaghfirullaahu lakum” (H.R. Abdurrazzaq dalam
Mushannaf-nya, dan Al Baihaqy dalam Syu’abul Iman).
Hadits yang senada juga diriwayatkan dari sahabat Salim bin ‘Ubeid:
اوي فِي ُم ْشك ِِل ِ الط َح َّ َوعِ ْن َد-ك َ ك َو َعلَى أ ُ ِّم َ س َر ُج ٌل مِنْ ْال َق ْو ِم َف َقا َل ال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َف َقا َل َعلَ ْي َ أَ َّن ُه َك
َ ان َم َع ْال َق ْو ِم فِي َس َف ٍر َف َع َط
ك َل ْم َت ْذ ُكرْ أُمِّي ِب َخي ٍْرَ ت أَ َّن
ُ َل َود ِْد:ك ؟ َقا َل َ ت َل ُ ك َو َج ْدتَ ِممَّا ُق ْل َ َّ َل َعل: ُث َّم َقا َل َبعْ ُد، - َما َشأْنُ ال َّسالَ ِم َو َشأْنُ َما َها ُه َنا ؟:ار ِ اآل َث
س َر ُج ٌل مِنْ ْال َق ْو ِمَ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إ َذا َع َط
َ ِ ُول هَّللا
ِ ك َك َما َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ إ َّنا َب ْي َنا َنحْ نُ عِ ْندَ َرس َ َت ل ُ إ َّن َما قُ ْل: َواَل ِب َشرٍّ َقا َل
ٍس أَ َح ُد ُك ْم ْال َحدِيث } َو َر َواهُ أَحْ َم ُد َوفِي َل ْفظ َ ك َو َعلَى أُ ِّم
َ َإذا َع َط: ك ُث َّم َقا َل َ ال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ َو َعلَ ْي: َف َقا َل
رواه أبو داود والترمذي وأحمد وابن حبان في صحيحه.} ِين َ أَ ْو ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَم، ال
ٍ { َف ْل َيقُ ْل ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ َعلَى ُك ِّل َح
Bahwa ketika beliau bersama rombongannya dalam sebuah safar, ada seseorang
yang bersin lantas mengucap: “Assalaamu ‘alaikum!”, maka sahut Salim: “Alaika
wa ‘ala ummik [7]” –dalam riwayat Ath Thahawy ditambahkan: “Apa hubungannya
antara salam dengan orang bersin?”– Kemudian Salim berkata lagi: “Nampaknya
kau tersinggung dengan ucapanku barusan…?” jawabnya: “Ya… andai saja kau
tak menyebut-nyebut ibuku tadi…” lalu kata Salim: “Aku tak mengucapkan lebih
dari yang diucapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam … suatu ketika kami
sedang bersama beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala ada orang yang bersin
28
dan mengucapkan: “Assalaamu ‘alaikum..” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: “Alaika wa ‘ala ummik…” lalu lanjutnya: “Kalau kalian bersin
hendaklah mengucapkan: “Alhamdulillah” atau “Alhamdulillahi ‘ala kulli haal” atau:
“Alhamdulillahi rabbil ‘alamien” (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, dan Ath
Thahawy).
Ibnu Umar memang terkenal sebagai sahabat yang paling ittiba’ kepada sunnah
dan anti bid’ah. Imam At Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunan-nya:
Dari Nafi’ katanya; ada seseorang yang bersin di samping Ibnu Umar lantas
mengatakan: Alhamdulillah was salaamu ‘ala Rasuulillaah! Maka Ibnu ‘Umar
mengatakan: “Aku pun mengatakan: Alhamdulillah was salaamu ‘ala Rasuulillaah,
tapi bukan begitu yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada
kami (ketika bersin). Beliau mengajarkan kami agar mengucapkan Alhamdulillaahi
‘ala kulli haal” [9].
ك أَنْ َتنـْ ِز َل ُ يُوش: ض ال ُّس َّن َة ؛ ِب َق ْو ِل أَ ِبي َب ْك ٍر َو ُع َم َر َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َما َ ار َ ِل َمنْ َع-َّاس – َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َما ٍ َو َقا َل ابْنُ َعب
َ -ِ َقا َل َرسُو ُل هللا: ار ًة م َِن ال َّس َما ِء ؛ أَقُ ْو ُل لَ ُك ْم
قا َ َل أَبُو َب ْك ٍر َو ُع َم ُر: َو َتقُ ْولُ ْو َن-صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َو َسلَّ َم َ َعلَ ْي ُك ْم ح َِج
)(رواه عبد الرزاق في المصنف بسند صحيح
Beliau mengatakan kepada orang yang menolak Sunnah Nabi dengan perkataan
Abu Bakar dan Umar: “Hampir saja hujan batu menimpa kalian…!! Kukatakan
bahwa: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda begini dan begitu…”
29
namun kalian malah mengatakan: “Abu Bakar dan Umar mengatakan begini dan
begitu…!!” (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq Ash Shan’ani dalam Mushannaf-nya
dengan sanad shahih) [10].
Dirwayatkan dari Yazid bin ‘Umairah -salah seorang sahabat Mu’adz– bahwa
Mu’adz bin Jabal dalam setiap majelisnya selalu mengatakan: “Allah itu bijaksana
dan Maha Adil. Celakalah orang-orang yang ragu…”. Kemudian pada suatu hari
Mu’adz mengatakan: “Sesungguhnya di belakang kalian akan ada fitnah yang
banyak…. Saat itu harta melimpah ruah, Al Qur’an dibaca beramai-ramai oleh
orang mu’min maupun munafik, wanita maupun anak-anak, dan hamba sahaya
maupun orang merdeka… sampai-sampai ada yang mengatakan: “Mengapa
orang-orang tak mau mengikutiku, padahal aku telah membaca Al Qur’an?
Sungguh, mereka memang tidak mau mengikutiku sampai aku membikin bid’ah
yang lain bagi mereka…”. Maka waspadalah kalian dari bid’ah yang diperbuatnya,
karena setiap bid’ah itu sesat. Dan waspadalah kalian dari kesesatan orang bijak…
karena Syaithan kadang menyampaikan kesesatan melalui lisan si Bijak; dan
kadang si Munafik mengatakan yang haq”. Maka tanyaku: “Semoga Allah
merahmatimu… lantas bagaimana aku tahu bahwa si Bijak menyampaikan
kesesatan, dan si Munafik berkata benar?” “Bisa…” jawab Mu’adz. “Yaitu ketika si
Bijak mengatakan sesuatu yang jelas-jelas batil; hingga kamu mengatakan:
“Omongan apa ini !?” Namun jangan sampai hal itu menjauhkanmu darinya; karena
boleh jadi ia segera bertaubat dan kembali kepada kebenaran… Maka terimalah al
haq begitu kamu mendengarnya, karena dalam al haq itu terdapat cahaya” [11].
Makna kesesatan orang bijak ()زيغة الحكيم, sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab
‘Aunul Ma’bud ialah:
ُالزلَّة َو ِخاَل ف ْال َح ّق َفاَل َت َّت ِبعُوه َ َو ْال َمعْ َنى أُ َح ِّذر ُك ْم ِممَّا.أَيْ ِا ْنح َِراف ْال َعالِم َعنْ ْال َح ّق
َّ ْصدَ َر مِنْ ل َِسان ْال ُعلَ َماء مِن
َّ الز ْيغَة َو
) لزوم السنة: باب, كتاب السنة,(عون المعبود شرح سنن أبي داود
(Yaitu) menyimpangnya seorang ‘alim dari al haq. Jadi maksud ucapan Mu’adz
ialah: “Kuperingatkan kalian akan penyimpangan, kekeliruan dan pernyataan yang
tidak benar, yang muncul dari lisan para ‘ulama; jangan sampai kalian
mengikutinya” (‘Aunul Ma’bud, lihat pada syarah hadits di atas).
30
َ َو ُك َّل ِب ْد َع ٍة،َوإِيَّا ُك ْم َو ْالمُحْ دَ َثاتِ؛ َفإِنَّ َشرَّ األُم ُْو ِر مُحْ دَ َثا ُت َها
)2/428 ضالَلَ ٌة (إعالم الموقعين
“Waspadailah setiap yang baru (dalam agama), karena sejelek-jelek perkara ialah
perkara yang diada-adakan dalam agama, dan setiap bid’ah itu sesat” (I’laamul
Muwaqqi’in 2/428).
“Bid’ah itu lebih disukai oleh Iblis dari pada kemaksiatan. Dosa maksiat masih ada
harapan taubat, tapi dosa bid’ah tidak ada harapan taubat” [12] (Diriwayatkan oleh
Al Baghawy dalam Syarhus Sunnah).
ِ َفإِنا َّ هّلِل ِ َوإِ َّنا إِلَ ْي ِه َرا ِجع ُْو َن ؛ َفإِلَى، لى ال ُّس َّن ِة
هللا َن ْش ُك ْو َ أَنَّ ال َم ْوتَ ال َي ْو َم َك َرا َم ٌة ِل ُك ِّل مُسْ ل ٍِم لَق َِي- أَيْ أَخِي-اِعْ َل ْم
َ هللا َع
ِ هللا َن ْش ُك ْو َعظِ ْي َم َما َح َّل ِب َه ِذ ِه األ ُ َّم ِة مِنْ َذ َها َّّ
، ب ْال ُعلَ َما ِء ِ لى َ ِ َوإ، ظه ُْو َر ْال ِبدَ ِعُ َو، ان ِ ¬ َة األَعْ َوg َوقَِل، ان َ َو َذ َه، َ َوحْ َش َتنا
ِ اب اإلِ ْخ َو
ظه ُْو ِر ْال ِب َد ِعُ َو، َوأَهْ ِل ال ُّس َّن ِة
“Saudaraku, ketahuilah bahwa kematian hari ini adalah karamah (kemuliaan) bagi
setiap muslim yang menghadap Allah di atas Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Kita semua adalah milik Allah, dan kita semua akan kembali kepada-
Nya. Kepada Allah lah kita mengadukan kesendirian kita, mangkatnya saudara
kita, sedikitnya penolong kita, dan kemunculan bid’ah di mana-mana. Kepada-Nya
jua kita mengeluh akan besarnya musibah yang menimpa umat ini, karena
mangkatnya para ulama dan pengikut sunnah, serta munculnya berbagai bid’ah”
(Al Bida’u wan Nahyu ‘Anha oleh Ibnu Wadhdhah).
“Ikutilah jalan-jalan petunjuk, dan janganlah risau dengan sedikitnya pengikut. Tapi
waspadailah jalan-jalan kesesatan, dan janganlah terkecoh dengan banyaknya
orang celaka” (Al I’tisham).
31
11. Amirul Mukminin Umar bin ‘Abdul ‘Aziez –rahimahullah–
َ َو ِب ْال َفضْ ِل َل ْو َك، َو ُه ْم َعلَى َك ْشفِ َها َكا ُنوا أَ ْق َوى، ص ٍر ناَفِ ٍذ َك ُّف ْوا
ان فِ ْي َها َ َو ِب َب، َفإِ َّن ُه ْم َعنْ عِ ْل ٍم َو َقفُوا، ف ال َق ْو ُم ُ قِفْ َحي
َ ْث َو َق
، صفُوا ِم ْن ُه َما ُي ْشفِي َ َولَ َق ْد َو، ب َعنْ ُس َّنت ِِه ْم َ َدَث َبعدَ ُه ْم ؛ َف َما أَحْ دَ ث ُه إِالَّ َمنْ َخال
َ ِ َو َرغ، ف َه ْد َي ُه ْم َ َح: َفلَئِنْ قُ ْل ُت ْم، أَحْ َرى
َوإِ َّن ُه ْم، آخر ُْو َن َف َغلَ ْوا َ ص َر َع ْن ُه ْم َقو ٌم َف َج َف ْوا َو
َ تج َاو َزهُم َ لَ َق ْد َق، ص ٌر ِّ َف َما َف ْو َق ُه ْم م َُح ِّس ٌر َو َما د ُْو َن ُه ْم ُم َق، َو َت َكلَّمُوا ِم ْن ُه ِب َما َي ْكفِي
)لى ُه ًدى مُسْ َت َقي ٍْم (أورده ابن قدامة في لمعة االعتقاد َ فِيْما َ َبي َْن َذل َِك لَ َع
َ ُ اَل َّت َم ُّس: َ أُص ُْو ُل ال ُّس َّن ِة عِ ْندَ نا: ُاإل َما ُم َأحْ َم ُد بْنُ َح ْن َب ٍل ؛ إِ َما ُم أَهْ ِل ال ُّس َّن ِة َر ِح َم ُه هللا
ِ ان َعلَ ْي ِه أصْ َحابُ َرس
-ُِول هللا َ ك ِب َما َك ِ َقا َل
لألمام,ضالَلَ ٌة (شرح أصول االعتقاد َ َو ُك ُّل ِب ْد َع ٍة َف ِه َي، ك ْال ِبدَ ِع ُ ْ َو َتر، َواالِ ْقتِدَ ا ُء ِب ِه ْم-لى آلِ ِه َو َسلَّ َم
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َع َ
)الاللكائي.
32
“Barangsiapa melakukan bid’ah dalam Islam yang ia pandang sebagai bid’ah
hasanah, berarti ia mengatakan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengkhianati kerasulan beliau. Sebab Allah Ta’ala berfirman: “Pada hari ini
telah kusempurnakan bagi kalian agama kalian…” (Al Ma’idah: 3). Karenanya, apa
pun yang hari itu tidak dianggap sebagai ajaran agama, maka hari ini pun bukan
termasuk ajaran agama. (Al I’tisham bil Kitab was Sunnah, oleh Imam Asy
Syathiby).
Kemudian Imam Malik meletakkan sebuah kaidah agung, yang merupakan intisari
dari perkataan para ulama yang tadi kita sebutkan:
“Generasi terakhir umat ini tak akan menjadi baik (shaleh), kecuali dengan apa-apa
yang menjadikan generasi pertamanya baik. Karenanya, apa pun yang pada hari
itu –saat turunnya surat Al Ma’idah ayat 3– tidak dianggap sebagai agama, maka
hari ini pun juga bukan bagian dari agama” (Asy Syifa fi Huquuqil Musthafa 2/88,
oleh Al Qadhi ‘Iyadh).
33