Anda di halaman 1dari 4

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325216484

ALIRAN DETEKTIF DALAM CERITA PENDEK

Preprint · April 2018


DOI: 10.13140/RG.2.2.29799.14249

CITATIONS READS
0 698

1 author:

Petrus Jacob Pattiasina


Pattimura University
19 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Ragam Bentuk Sapaan dalam Bahasa Melayu Ambon View project

All content following this page was uploaded by Petrus Jacob Pattiasina on 18 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ALIRAN DETEKTIF DALAM CERITA PENDEK

Oleh
Petrus J. Pattiasina
Salah satu genre sastra yang berlatar pada cerita misteri adalah cerita detektif. Cerita ini
menekankan misteri dan teka-teki serta ketegangannya. Seluruh cerita merupakan jalinan misteri
yang dilandasi satu peristiwa tertentu, dan atas peristiwa itu terjadi pelacakan. Cerita detektif ini
diangkat dari kata Inggris detektive story. Salah satu kekhasahan dari cerita ini adalah hadirnya
sebuah tragedi kematian yang dilanjutkan dengan penemuan-penemuan untuk menyelesaikan
masalah, siapa detektifnya, siapa yang melakukan pembunuhan dan apa motifnya sehingga
terjadi kasus pembunuhan tersebut.

Genre fiksi detektif dimulai dari Adgar Allan Poe (1809-1949) deikenal sebagai Bapak Cerita
Detektif Dunia. Genre fiksi ini kemudian dikembangkan oleh Sir Conan Doyle dalam cerita
Detektif Conan, Agatha Christie (1890-1976), Novel pertamanya yaitu Mystery Affair at Styles
yang terkenal salah satunya yaitu komin Detektif Conan. Hound of Death sehingga dia dijuluki
The queen of crime., dan Ian Flemming dalam serial terkenalnya yaitu James Bond. Cerita
detektif tema ceritanya pada umumnya berkisar pada kejahatan atau kriminalitas. Tokoh penjahat
dicari, digrebek oleh polisi dan detektif, sampai akhirnya rahasia kejahatan terbongkar dan
penjahatnya tertangkap atau terbunuh. Di Indonesia cerita detektif dimulai oleh Suman Hs dalam
karya-karyanya, yaitu Kasih Tak Terlarai (1929), Percobaan Setia (1931), Mencari Pencuri Anak
Perawan (1932) dan Kasih Tersesat (1939) (Rampan, 1999: 180). S. Mara Gd, berawal dari
menerjemahkan novel-novel Agatha Christie, S.Mara Gd mulai menulis novel pertamanya,
Misteri Dian yang Padam. Pada tahun 1984 (diterbitkan tahun 1985). Tokoh yang diciptakannya
adalah seorang kapten polisi bernama Kosasih dan sahabatnya yang punya latar belakang hitam,
Gozali. Sejak itu novel-novel tentang petualangan dua serangkai, Kosasih dan Gozali, dalam
melacak para kriminal mengalir terus. S. Mara Gd memadukan logika dan humor dalam bahasa
sehari-hari yang menarik, di sana-sini diwarnai oleh dialog Suroboyo-an. Lokasi ceritanya
umumnya mengambil tempat di Surabaya dan sekitarnya. Karya yang lainya, yaitu Misteri
Perkawinan Maut (2003), Misteri Dendam Seorang Istri (2005), Misteri Melody yang
Terinterupsi (2008). Cerita detektif juga dimunculkan di dalam majalah Intisari setiap
terbitannya.
Cerita detektif ini memiliki konvensi sendiri dalam kita menganalisis maknanya (Pradopo,
2007:122). Sudjiman (1984:43) membagi konvensi ini menjadi empat, yaitu (1) di dalam cerita
detektif terdapat butir-butir kepintaran si penjahat, (2) keduguan polisi, (3) kehebatan detektif,
(4) pengungkapan kejahatan yang mengesankan. Keempat cerita tersebut, dalam cerita detektif
ada hukum yang lazim berlaku. Selanjunya dikatakan bahwa hukum yang lazim berlaku dalam
cerita detektif merupakan isyarat-isyarat yang menuju penyelesaian harus diungkapkan tepat
ketika sang detektif menemukan isyarat-isyarat itu. Selain itu, menurut Faruk bahwa cerita
detektif ini memunyai setidak-tidaknya dua komponen utama, yaitu pendeteksian dan unsur yang
dideteksi.

Unsur kejahatan merupakan salah satu unsur utama dalam cerita detektif. Oleh karena itu,
konvensi utama dari roman detektif adalah mayat (Teeuw,1984:135). Mayat itu ada karena
tindak kejahatan. Kemudian dengan adanya mayat, atau kerugian di dalam masyarakat ini akan
menimbulkan misteri, dan teka-teki ini harus dipecahkan nantinya. Haskel dan Yablonsky
(dalam Mulyadi,2008:6) menyebutkan ada empat jenis kejahatan yang menjadi dasar kategori
kejahatan, yaitu pembunuhan (murder), perkosaan dengan penganiayaan (forcible), perampokan
(robber), dan penganiyaan berat (aggravatedassault). Kejahatan kekerasan meliputi perbuatan
yang mengakibatkan luka-luka fisik, yaitu terutama pembunuhan (homicide), penganiayaan
berat(aggravatedassault), perkosaan dengan kekerasan (for cible rape).

Unsur kedua dalam cerita detektif adalah misteri adanya mayat. Misteri keberadaan mayat atau
orang yang terbunuh, misteri penyerangan dan pembunuhan, misteri penculikan, misteri
pengancaman dan intimidasi, dan misteri penganiyaan berat. Misteri-misteri ini hadir karena
adanya kejahatan yang terjadi. Teeuw (1987:136) menyatakan bahwa misteri merupakan
komponen utama, kehadiran mayat itu penting karena merupakan alat bagi kehadiran misteri.

Unsur ketiga yaitu unsur detektif. Detektif adalah orang yang memecahkan semua kejahatan dan
misteri di dalam cerita. Detektif berasal dari kata detect (verb) berarti (1) menemukan, membuka
kedok, membongkar, membuat jelas, membuat nyata, menampakan, membuka/ menyingkapkan
terhadap cahaya, membongkar; (2) menemukan/mengetahui rahasia; (3) menemukan eksistensi,
kehadiran atau kenyataan diri ( sesuatu yang tersembunyi atau tidak jelas).

Unsur keempat, yaitu unsur pemecahan masalah yang tidak terduga pada akhir cerita. Unsur
pemecahan masalah ini biasanya melibatkan banyak sekali tokoh yang dapat dicurigai sebagai
pelaku kejahatan misterius yang dideteksi itu. Semua tokoh itu diberi latar belakang tertentu,
perilaku tertentu yang membuat pembaca menduga bahwa satu diantaranya nanti terbukti sebagai
pelaku kegiatan misterius itu. Informasi ini biasanya menggiring pembaca kepada dugaan yang
salah. Kecendrungan semacam ini oleh Faruk disebutkan bahwa pemecahan yang tidak teruga itu
terjadi karena banyak hal-hal kecil yang terlepas dari perhatian pembaca, padahal hal-hal itu
sangat penting bagi pemecahan misteri.

Daftar Rujukan:

Mara, S. 2008. Misteri Melody yang Terinterupsi. Jakarta: Gramedia

Mulyadi, Mahmud. 2008. Criminal Polisi: Pendekatan Integral Penal Policy dan Nonpenal
Policy dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan. Medan: Pustaka Bangsa Press

Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai