HADIST KEL 8 Kuantitas Rawi
HADIST KEL 8 Kuantitas Rawi
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Penelitian suatu hadist itu salah satunya dapat dapat ditinjau dari kualitas
dan kuantitas rawi. Hal ini dilakukan oleh ulama dalam upaya menelusuri secara
akurat ulama sanad yang ada pada setiap hadist yang dikumpulkannya. Sehingga
dengan penelitian kedua aspek inilah, upaya pembuktian shahih tidaknya suatu
hadist lebih dapat dipertimbangkan.
Hadist merupakan semua hal, baik ucapan, perbuatan, pernyataan dan hal
yang disandarkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam agama islam kedudukan
hadist menjadi sumber ajaran berada dibawah kitab suci Al-Qur’an. Akan tetapi
tidak sembarang hadist yang dijadikan sebagai dasar hukum. Perlu diperhatikan
dan dikaji lebih lanjut mengenai kreteria hadist untuk dijadikan sebagai hujjah,
baik segi matan maupun sanadnya. Oleh karena itu muncullah disiplin ilmu yang
membahas mengenai hadist, ulumul hadist dan musthalah hadist.
Pembagian hadist dapat dilihat dari sudut bilangan perawi dapat
digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu mutawatir dan ahad.
Pada kesempatan kali ini kami akan menjabarkan perawi hadist dilihat
dari kuantitas (jumlah) periwayatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian hadist mutawatir
2. Syarat-syarat hadist mutawatir
3. Pembagian hadist mutawatir
4. Pengertian hadist ahad
5. Pembagian hadist ahad
6. Perbedaan hadis mutawatir dan hadis ahad
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian hadist mutawatir.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat hadist mutawatir.
3. Untuk mengetahui pembagian hadist mutawatir.
4. Untuk mengetahui pengertian hadist ahad.
5. Untuk mengetahui pembagian hadist ahad.
6. Untuk mengetahui perbedaan hadis mutawatir dan hadis ahad.
BAB II
PEMBAHASAN
Ditinjau dari segi kuantitas perawinya, hadist dibedakan menjadi dua macam.
Hadist Mutawatir dan Hadist Ahad. Kedua kategori hadist ini digolongkan berdasar
jumlah perawinya. Maksud ditinjau dari segi kuantitas disini adalah dengan
menulusuri jumlah para perawi yang menjadi sumber adanya suatu hadist.
A. Hadist Mutawatir
1. Pengertian hadist mutawatir
Mutawatir menurut bahasa berarti Mutatabi’ yang artinya beriring-
iringan yang antara satu dengan yang lain tidak ada jaraknya.1
Sedangkan menurut istilah adalah “apa yang diriwayatkan oleh
sejmlah banyak orang yang menurut kebiasaan atau adat mereka terhindar
dari melakukan dusta atau sepakat untuk berdusta mulai dari awal sampai
akhir sanad”.2
2. Syarat-syarat hadist mutawatir
Ada beberapa syarat yang harus pada hadist mutawatir ini antara lain:
a. Diriwayatkan oleh sejumlah para perawi
Hadist mutawatir harus diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi
yang membawa kepada keyakinan bahwa mereka itu tidak mungkin
bersepakat untuk berdusta.
b. Adanya keseimbangan antara perawi pada thabaqat pertama dengan
thabaqat selanjutnya.
Jumlah perawi hadist mutawatir antara thabaqat
(tingkatan/lapisan) pertama harus seimbang dengan thabaqat lainnya.
Dengan demikian, bila suatu hadist diriwayatkan oleh dua puluh Sahabat,
kemudian diterima oleh sepuluh thabi’in dan selanjutnya diterima oleh
1
Suparta, Ilmu Hadis, h. 95.
2
Thahan, Mustajah Al-Hadits, h. 110.
lima thabi’in, itu tidak bisa digolongkan sebagai hadist mutawatir. Sebab
antara perawi pertama dengan perawi lainnya tidak seimbang.
c. Berdasarkan tanggapan pancaindra
Berita yang disampaikan oleh perawi tersebut harus berdasarkan
tanggapan pancaindra. Artinya bahwa berita yang mereka sampaikan itu
harus benar-benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri.
Oleh karena itu, bila berita itu merupakan hasil dari renungan, pemikiran
atau rangkuman dari suatu peristiwa lain ataupun suatu istinbat dari dalil
yang lain, maka tidak dapat digolongkan menjdi hadist mutawatir.
B. Pembagian hadist mutawatir
1. Mutawatir lafzhi
Mutawatir lafzhi adalah hadist yang periwayatnya dalam satu lafzhi
atau kemutawatiran perawinya masih dalam satu lafaz.
Ada pula yang mengatakan bahwa mutawatir lafzhi adalah hadist yang
mutawatir lafaz dan maknanya.
Contoh hadist mutawatir lafzhi adalah : hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dan At-Tirmidzi
“Al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf (tujuh macam bacaan)” hadist
ini diriwayatkan oleh dua puluh tujuh sahabat.
2. Mutawatir ma’nawi
Mutawatir ma’nawi adalah hadist yang maknanya mutawatir, tetapi
lafaznya tidak.
Al-Suyuthi mendefinisikan sebagai berikut :
Hadist ini diriwayatkan oleh sejumlah orang yang menurut adat
mustahil mereka sepakat berdusta atas kejadian yang berbeda namun bertemu
pada titik persamaan. Misalnya, seseorang meriwayatkan, bahwa Hatim
umpamanya memberikan seekor unta kepada seorang laki-laki, sementara
yang lain meriwayatkan bahwa Hatim memberi dinar kepada seorang laki-
laki, dan demikian seterusnya.
Dari riwayat tersebut kita dapat memehami bahwa Hatim adalah
adalah seorang yang pemurah. Sifat pemurahnya Hatim ini kita pahami
melalui jalan khabar mutawatir ma’nawi.
3. Mutawatir amali
Adapun yang dimaksud dengan mutawatir amali adalah sesuatu yang
diketahui dengan mudah, bahwa dia termasuk urusan agama dan telah
mutawatir antara ummat islam, bahwa Nabi saw mengerjakannya,
menyuruhnya atau selain dari itu.
Macam hadist mutawatir amali ini banyak juga jumlahnya, seperi
hadist yang menerapkan waktu shalat, raka’at shalat, shalat jenazah, shalat
ied, tata cara shalat, pelaksanaan haji, kadar zakat harta dan lain sebagainya.
Dari ketentuan yang terakhir disebutkan tadi, hadist mutawatir sudah
tentu dapat dijadikan dalil, artinya bisa diamalkan.3
Contohnya adalah :
ِ اهلل صلَّى اهلل َعلَي ِه وسلَّم ي َدي ِه حىَّت ر ِؤي بياض اِبطَي ِه بِ َشي ٍئ ِمن ُدعاَئِِه اِالَّ ىِف
اال ْستِ ْس َق ِاء ِ ما رفَع رسو ُل
ْ ْ ْ ْ َ ََ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ُْ َ َ َ َ
)(متّفق عليه.
BAB III
PENUTUP
4
Muhammad Ahmad dan Mudzakir, Ulumul Hadist, h. 99.
A. Kesimpulan
Pembagian hadist yang ditinjau dari kuantitas atau jumlah perawinya
dapat dibagi menjadi dua, yaitu hadist mutawatir dan hadist ahad. Untuk hadist
mutawatir juga dibagi menjadi tiga bagian yaitu, mutawatir lafzhi, mutawatir
ma’nawi dan mutawatir amali. Sedangkan hadist ahad juga dibagi menjadi tiga
bagian yaitu, hadist masyhur, hadist ‘aziz dan hadist gharib.
Hadist mutawatir adalah hadist yang diriwayatkan dari beberapa perawi,
mustahil bagi para perawi jika mereka bersepakat untuk mendustakan hadist
tersebut dan semua disandarkan pada pancaindera.
Hadist ahad adalah hadist yang tidak mencapai derajat mutawatir karena
tidak memenuhi syarat-syarat mutawatir.
DAFTAR PUSTAKA