A A
Hor.A A
Hor.B B
B B
Hor.C C C C
Masing-masing horizon tanah, secara lebih dalam dapat dijelaskan sebagai berikut:
O: Horison organik adalah lapisan tanah yang sebagian besar terdiri atas bahan organik, baik
masih segar maupun sudah membusuk dan terbentuk di bagian paling atas, yaitu di atas
horizon mineral. Sebagai batas kandungan bahan organic ini adalah 30 % atau lebih
apabila tanahnya berkadar lempung lebih dari 50 %; atau kadar bahan organik 20 % lebih
apabila tanahnya tidak mengandung partikel lempung sama sekali. Pada umumnya
horizon ini berwarna kelam hingga hitam dan dapat dibedakan menjadi dua horizon
tanah.
O1 : Horison Organik yang bahan organiknya masih memiliki ciri dan bentuk terlihat jelas
dengan mata serupa dengan bahan asalnya.
O2 : Horison sisa tumbuhan atau hewan yang sedang atau telah mengalami pelapukan
sehingga tidak menampakkan lagi cirri dan bentuk asalnya.
A: Horison mineral yang paling atas, yang dibedakan menjadi A1, A2 dan A3.
A1 : Horison mineral yang terbentuk pada bagian paling atas, menampakkan ciri percampuran
bahan mineral dengan bahan organic. Partikel mineralnya diseliputi bahan organic yang
merupakan partikel tersendiri, juga pada umumnya kandungan humusnya paling tinggi
dan aktivitas biologinya paling banyak.
A2 : Horison mineral yang menampakkan cirri tercuci paling maksimal, yang disebut horizon
Eluviasi. Horison ini ditandai oleh adanya warna paling pucat, tekstur paling kasar,
struktur paling longgar. Di horizon ini kation, bahan organic, besi, aluminium, dan basa-
basa yang lain telah tercuci dan yang tertinggal bahan-bahan yang sifatnya resisten
seperti kuarsa.
A3 : Horison peralihan ke horizon B atau C dengan ciri lebih mendekati horizon A2. Akan
tetapi apabila peralihannya kurang jelas dan hanya menampakkkan ciri campuran maka
horizon ini diberi symbol AB apabila beralih ke horizon B, dan diberi symbol AC apabila
beralih kehorizon C.
B: Horison mineral yang ditandai oleh adanya penimbunan basa, lempung, besi, aluminium
atau bahan organic yang masing-masing secara tersendiri atau secara bersama-sama
tercuci oleh horizon A di atasnya, sebagai konsentrasi residu sesquioksida atau lempung
yang terbentuk karena larutnya karbonat atau garam-garam lain, merupakan tempat
perubahan bahan dari keadaan asalnya, dan terbentuk struktur granuler, gumpal dan
tiang.
Adapun ciri umum horizon ini adalah warna tanah lebih kelam, tekstur lebih halus dan
struktur lebih rapat apabila dibandingkan dengan horizon A di atasnya. Horison ini dapat dibagi
menjadi:
B1 : Horison peralihan dengan horizon A, akan tetapi ciri-cirinya lebih mendekati ciri horizon
B.
B2 : Horison yang menampakkan ciri-ciri horizon paling maksimal, yaitu warna paling tua,
tekstur paling halus, dan tekstur mampat, harison ini disebut horizon Iluviasi.
B3 : Horison peralihan dari B ke C atau R dengan ciri-ciri mendekati horizon B. Apabila
merupakan campuran yang sulit dibedakan antara horizon ini dengan horizon di
bawahnya, maka diberi symbol BC apabila dengan horizon C dan BR apabila dengan
horizon R.
C: Horison mineral yang merupakan bahan induk, bukan batuan, apakah sama ataukan tidak
sama dengan batuan induknya, akan tetapi kurang dipengaruhi oleh proses
perkembangan tanah, dan tidak memperlihatkan ciri-ciri diagnostik horizon A atau B,
tetapi tersusun atas bahan-bahan yang telah dirubah oleh pelapukan di luar daerah
kegiatan biologi utama, pemadatan, gleisasi dan sebagainya.
R: Lapisan bahan induk tanah yang terbentuk di atasnya dan berupa batuan yang masih utuh
Disamping horizon tanah utama seperti tersebut di atas di kenal pula horizon tambahan
yang diberi symbol tertentu dan digunakan untuk menunjukkan suatu keistimewaan. Simbol-
simbol tambahan itu adalah sebagai berikut:
b: Horison tanah yang tertimbun, misalnya diketemukan horizon A1b di bawah horizon B2.
ca : ada akumulasi CaCo3
cn : Akumulasi, konkresi atau module keras dan bukan konkresi yang kaya akan sesquioksida,
cs : ada akumulasi CaSO4.
f: lapisan tanah yang membeku secara permanen,
g: Ada gleisasi yang kuat,
h: Akumulasi iluvial humus,
if : Akumulasi iluvial besi,
m: Sementasi padat, indurasi,
p: horizon pengolahan, pemberian symbol tambahan ditempatkan di muka angka, misalnya
Ap 1,
sa : Akumulasi garam-garam terlarut kecuali Ca SO4,
sf : Sementasi oleh bahan silikat.
t: Akumulasi lempung iluvial
x: Ciri seperti padas dan rapuh.
Value dibedakan dari 0 sampai dengan 8, di mana makin tinggi value menunjukkan warna
makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan).
Chroma juga dibagi dari 0 sampai dengan 8, di mana makin tinggi chroma menunjukkan
kemurnian spektrum atau kekuatan warna spectrum yang makin meningkat.
Contoh membaca warna tanah dalam buku Munshell Soil Color Chart adalah sebagai berikut:
1. Misalnya 7,5 YR 5/4 (coklat). Ini berarti hue nya 7,5 YR; value nya = 5, dan chromanya
= 4. sehingga secara keseluruhan tanah disebut berwarna coklat.
2. Misalnya 10 R 4/6 (merah), berarti hue nya = 10 R, value nya 4, chroma nya = 6; sehingga
secara keseluruhan tanah di sebut berwarna merah.
Warna tanah akan berbeda dalam kondisi basah, lembab atau kering, sehingga dalam penentuan
warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam kondisi basah, lembab ataukah kering.
Secara umum kandungan mineral dalam tanah mempengaruhi warna tanah sebagai berikut:
Mineral feldspar, kaolin, kalsit, kuarsa, menyebabkan tanah berwarna putih.
Mineral besi , hematite, magnetic, limonit memberikan warna tanah merah, coklat atau
kuning.
Kadar lengas tanah yang tinggi mencirikan warna tanah menjadi kelam
Tanah dengan drainase tanah yang jelek akan terbentuk tanah dengan warna reduksi atau
warna glei atau kelabu kebiru-biruan.