Anda di halaman 1dari 17

TERJADINYA SUATU NEGARA

MASA HUKUM ALAM SAMPAI ZAMAN MODERN

Tentang Terjadinya Negara


Dalam teori ini dikandung pengertian bahwa urutan pentahapan yang
berkembang dari hal yang sangat sederhana dari terjadinya negara sampai kepada
lahirnya negara yang modern. Memang untuk memahami terjadinya negara banyak
dasar-dasar ataupun teori-teori yang dikemukakan para ahli negara dan hukum.
Uraian disini akan mengambil sikap guna memahami pentahapan yang berkembang
sehingga muncul apa yang disebut negara itu.Dewasa ini banyak pakar sejarah
maupun kenegaraan yang mempercayai mengenai terjadinya negara melalui proses
primer dan sekunder.

II.1. Terjadinya Negara Secara Primer


Yang dimaksud dengan terjadinya negara secara primer (Primaries Wording)
adalah teori yang membahas tentang terjadinya negara yang tidak dihubungkan
dengan negara yang telah ada sebelumnya. Terjadinya negara secara primer dimulai
dari masyarakat yang paling sederhana kemudian berevolusi ketingkat yang lebih
maju.
Menurut teori ini perkembangan negara secara primer melalui fase:
a. Fase genootschap (Genossenschaf);
b. Fase Reich (Rijk);
c. Fase Staat;
d. Fase democratische Natie dan Fase Diktator.

A. Fase Genootschap (kelompok)


Pada fase iniu merupakan pengelompokkan dari orang-orang yang
menggabungka diri untuk kepentingan bersama, dan didasarkan pada persamaan.
Awal kehidupan manusia dimulai dari keluarga, kemudian terus berkembang menjadi
kelompok-kelompok masyarakat hukum tertentu (suku). Suku sangat terkait dengan
adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang disepakati. Pimpinan suku (kepala suku
aatau kepala adat) berkewajiban mengatur dan menyelenggarakan kehidupan
bersama. Mereka menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan
kepemimpinan disini dipilih secara primus inter pares. Peranan kepala suku dianggap
sebagai primus inter pares, artinya orang yang pertama diantara yang sederajat.
Kemudian, satu suku, terus berkembang menjadi dua, tiga suku, dan seterusnya
menjadi besar dan kompleks. Perkembangan tersebut bisa terjadi karena faktor alami
atau karena penaklukan-penaklukan antar suku. Jadi yang penting pada masa ini
adalah unsur bangsa.

B. Fase Reich/Rijk (Kerajaan)


Pada fase ini orang-oranng yang menggabungkan diri telah sadar akan hak
milik atas tanah hingga muncullah tuan yang berkuasa atas tanah dan orang-orang
yang menyewa tanah. Sehingga timbul sistem feodlisme. Kepala suku yang semula
berkuasa di masyarakat hukumnya kemudian mengadakan ekspansi dengan
penaklukan-penaklukan ke daerah lain. Hal ini mengakibatkan berubahnya fungsi
kepala suku dari primus inter pares menjadi seorang raja dengan cakupan wilayah
yang lebih luas dalam bentuk kerajaan. Pada tahap berikutnya karena faktor saran
transportasi dan komunikasi yang tidak lancar, banyak daerah taklukkanny yang
memberontak. Menghadapi keadaan demikian, nraja segera bertindak dengan mencari
dan sebanyak-banyaknya melalui perdagangan untuk membeli senjata guna
membangun tentara yang kuat dan sarana vital lainnya. Denagn tentara yang kuat,
raja menjadi berwibawa terhadap daerah-daerah kekuasaannya sehingga mulai
tumbuh kesadaran akan kebangsaan dalam bentuk negara nasional.
C. Fase Staat (Negara)
Pada fase ini masyarakat telah sadar dari tidak bernegara menjadi bernegara
dan mereka telah sadar bahwa mereka berada pada satu kelompok. Pada awalny
negara nasional diperintah oleh raja yang absolute denga sistem pemerintah
tersentralisasi.semua rakyat dipaksa mematuhi kehendak dan perintah raja. Hanya ada
satu identitas kebangsaan. Jadi yang penting pada masa ini adalah bahwa unsur
daripada negara ialah bangsa. Wilayah dan pemerintah yang berdaulat sudah
terpenuhi.

D. Fase Democratische Natie dan Fase Dictatuur


Fase ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari fase staat, dimana
democratische natie ini terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional
kesadaraan akan adanya kedaulatan ditangan rakyat. Secara bertahap rakyat
mempunyai kesadarn batin dalam bentuk perasaan kesadaran adanya kekuasaan
raja yang mutlak menimbulkan keinginan rakyat untuk memegang pemerintahan
sendiri, diman kedaulatan / kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Rakyat
berhak memilih pimpinannya sendiri yang dianggap dapat mewujudkan aspirasi
mereka. Ini dikenal dengan kedaulatan rakyat. Pemikiran seperti ini mendorong
lahirnya negara demokrasi.
Fase Diktatuur
Mengenai fase diktatuur ini timbul dua pendapat yaitu:
1. Menurut sarjan Jerman
Mereka berpendapat bahwa bentuk diktatuur ini merupan perkembangan lebih lanjut
daripada democratische natie.
2.Menurut sarjana lainnya
Mereka berpendapat bahwa diktatuur ini bukanlah merupakn perkembangan lebih
lanjut daripada democratie natie tapi merupakan variasi atau penyelewengan daripada
democratische natie.
II.2. Terjadinya Negar Secara Sekunder (Staats Wording Secondaire)
Yang dimaksud dewngan terjadinya negar secara sekunder adalah teori yang
membahas tentang terjadinya negara dihubungkan dengan negara-negar yang telah
ada sebelumnya. Namun karena adanya revolisi, intervensi, dan penaklukan, timbul
negara yang menggantikan negara yang telah ada tersebut. Kenyataannya terjadinya
negara secara sekunder tidak dapat dipungkiri meskipun cara terbentuknya kadang
tidak syah menurut hukum. Jadi yang paling penting dalam pembahasan terjadinya
negara secara sekunder ini adalah masalah pengakuan atau Erkening.
Mengenai masalah pengakuan atau Erkening ini ada tiga macam:
a. Pengakuan de facto (sementara)
Yang dimaksud dengan pengakuan de facto ialah pengakuan yang bersifat
sementara terhadap munculnya atau terbentuknya suatu negara baru, karena
kenyataannya negara baru itu memang ada tapi apakah prosedurnya melalui
hukum, hal ini masih dalam penelitian hingga akibatnya pengakuan yang
diberikan adalah bersifat sementara. Pengakuan de facto ini dapat meningkatkan
kepada pengakuan de jureapabila prosedur munculnya negara baru itu melalui
prosedur hukum yng sebenarnya.
b. Pengakuan de jure (pengakuan yuridis)
Yang dimaksud dengan pengakuan de jure adalah pengakuan yang seluas-luasnya
dan bersifat tetap terhadap munculnya atau timbulnya atau terbentuknya nsuatu
negara, dikarenakan terbentuknya negara baru adalah berdasarkan yuridis atau
berdasarkan hukum.
c. Pengakuan atas pemerintahan de facto
Pengakuan atas pemerintahan de Facto ini diciptakan oleh seorang sarjana
Belanda yang bernama Van Haller pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Yang dimaksud dengan pengakuan pemerintahan de facto ialah suatu pengakuan
hanya terhadap pemerintahan dari pada suatu negara jadi yang diakui hanya
terhadap pemerintahannya saja. Sedangkan terhadap wilayahnya tidak diakui.
Unsur-Unsur adanya negara ialah harus ada pemerintahan, wilayah dan rakyat.
Jadi apabila hanya ada pemerintahannya saja tidak bisa dikatakan sebagai sebuah
negara..
Terjadinya negara secara sekunder, dapat dipelajari melalui dua macam pendekatan,
yakni pendekatan faktual dan pendekatan teoretis.
a. Pendekatan Faktual
Yaitu berdasarkan kenyataan yang benar-benar terjadi yang diungkap dalam
sejarah, adalah sebagai berikut:
1. Occupatie (Pendudukan)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan tidak dikuasai kemudian
diduduki dan dikuasai oleh suku, kelompok tertentu.
Contoh: Liberia yamg diduduki oleh budak-budak Negro dimerdekakan pada tahun
1847.
2. Fussi (Peleburan)
Fusi merupakan gabungan dua negara atau lebih. Hal ini terjadi ketika negara-negara
kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan perjanjian untuk saling melebur
menjadi negara baru.
Contoh: Terbentuknya Federasi negar Jerman pada tahun 1871, yaitu Jerman Barat-
Jerman Timur.
3. Cessie (Penyerahan)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan suatu
perjanjian tertentu.
Contoh: Wilayah Sleeswijk diserahkan oleh Austria kepada Prusia(Jerman), karena
ada perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus memberikan negara yang
dikuasainya kepada negara yang menang. Austria adalah salah satu negara yang kalah
dalam Perang Dunia I.
4. Accsie (Penaikan)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan lumpur sungai atau
timbul dari dasar laut atau delta. Kemudian wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok
orang sehingga terbentuklah negara.
Contoh wilayah negara Mesir terbentuk dari delta sungai Nill
5. Anexatie (Pencaplokan)
Suatu bangsa berdiri disuatu wilayah yang dikuasai (dicaplok) oleh bangsa lain tanpa
reaksi berarti.
Contoh: Ketika pembentukan Negara Israel, pada tahun 1948 wilayahnya banyak
mencaplok daerah Palestina, Suriah, Yordania, dan Mesir.
6. Proclamation (Proklamasi)
Hal ini terjadi karena ketika penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh
bangsa lain mengadakan perjuangan (Perlawanan) sehingga berhasil merebut
wilayahnya kembali, dan menyatakan kemerdekaannya.
Contoh: Negara Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dari
penjajahan Belanda dan Jepang.
7. Inovation (Pembeuntukan baru)
Munculnya suatu negara baru diatas wilayah suatu negara yang pecah karena suatu
hal yang kemudian lenyap.
Contoh: Negara Columbia yang pecah dan lenyap kemudian diwilayah tersebut
muncul negara baru, yaitu Venezuela dan Columbia baru.
8. Separatische (Pemisahan)
Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya
kemudian mengatakan kemerdekaannya.
Contoh: Pada tahun 1939, Belgia memisahkan diri dari Belanda dan menyatakan
kemerdekaannya.

B. Pendekatan Teoritis
Mempelajari negara melalui pendekatan teoritis berarti mempelajari asal mula
negara berdasarkan teori-teori dan hipotesis ilmu pengetahuan.
Banyak teori yang mengemukakan asal usul timbulnya negara diantaranya
sebagai berikut :
1. Teori Ketuhahan
Yaitu teori yang mengaggap bahwa memang sudah menjadi kehendak Tuhan
Yang Maha Kuasa negara itu timbul. Nampak pada UUD-nya”By the Grace of God”
(Atas berkat Tuhan YME).
 Mikado (Kaisar Jepang) dianggap merupakan keturunan Dewa Matahari
 Iskandar Zulkarnaen dianggap sebagai putraa Dewa Zeus Ammon.
 Dalai lama di Tibet dianggap sebagai utusan Tuhan di bumi.
Teori ini dibagi dua,yaitu teori ketuhahan langsung dan tidak langsung.
Tokohnya Thomas Aquines, Agustinus, Yulius Sthal, Kranenburg, Haller.

2. Teori Perjanjian
Yaitu teori yang menganut bahwa sesuatu negara itu terbentuk berdasarkan perjanjian
bersama, baik antara orang-orang yang sepakat mendirikan suatu negara, maupun
antar orang-orang yang maenjajah dengan yang dijajah.
 Menurut Jhon Locke terbentuknya negara ada dua tahap :
a. Factum unionis, yaitu perjanjian antara individu untuk membentuk suatu
negara agar masyarakat terlindungi, karena kondisi lingkungan tersebut yang
mendorong terjadinya suatu perjanjian.
b. Factum subjectionis, yaitu perjanjian individu atau rakyat dengan penguasa
untuk membentuk suatu negara baru. Penguasa yang mendapat dukungan dari
masyarakat untuk mambentuk suatu perjanjian, membentuk negara baru.
Menurutnya negara harus berdasar “Monarki konstitusional” dan teriakt oleh
aturan.
 Thomas Hobbes : menghendaki monarki absolut (raja tidak terikat aturan)
 J.J.Rousseau : (Bapak kedaulatan rakyat) menghendaki raja semata-mata hanya
mandataris rakyat. Apabila tidak mampu raja dapat diganti.

3. Teori Kekuasaan
Yaitu teori yang menganggap bahwa negara itu timbul karena adanya kekuasaan
dan kekuasaan adalah ciptaan mereka yang paling kuat dan berkuasa. Bahwa negara
terbentuk disebabkan oleh pergeseran strata/kelas. Orang yang paling kuat dan
berkuasa ialah pencipta negara. VOLTAIRE berkata “raja yang pertama adalah
pahlawan yang menang, oleh karenanya sudah selayaknya memegang tampu
kekuasaan.” Satu-satunya faktor yang menentukan terjadi negara adalah kekuasaan.
Bagi Leon Duguit “kekuasaan dapat timbul dari kekuatan fisik, otak, ekonomi, dan
agama.” Karl Max “negara terbentuk dari kekuasaan atas kemenagan kaum proletar
(buruh dan petani) terhadap kaum borjuis.

4. Teori Hukum Alam


Yaitu teori yang menganggap bahwa hukum alam bukanlah buatan negara,
melainkan atas kekuasaan alam yang berlaku setiap waktu dan tempat, setra bersifat
universal dan tidak berubah. Tokohnya:
 PLATO : terjadinya negara secara evolusi.
 ARISTOTELES : manusia adalah zoon politicon, yang kemudian terbentuklah
keluarga—masyarakat—negara.
 AGUSTINUS : terjadinya negara akarena suatu keharusan sebagai penebus dosa
atau perbuatan orang-orang yang ada didalamnya. Negara yang baik sesuaim
dengan cita-cita agam, yakni terciptanya suasana keadilan.
 THOMAS AQUINO : negara merupakan lembaga alamiah yang diperlukan
manusia untuk menyelenggarakan kepentingan umum.
BAB III
ANALISIS

Dalam hal ini kami hanya akan menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan
negara Indonesia.
Dilihat dari segi terjadinya negara yang dikemukakan oleh para pakaar
sejarawan maupun kenegaraan, bahwa negara Indonesia terjadi secara “sekunder.”
Dimana dalam pengertiannya bahwa negara Indonesia muncul karena telah ada
negara sebelumnya yaitu Belanda dan Jepang.
Lahirnya negara Kesatuan Republik Indonesia melalui suatu revolusi pada
tanggal 17 Agustus 1945. Dengan kelahiran Indonesia ini otomatis mengakhiri
pemerintahan Nederlans Indie(Hindia Belanda) di Indonesia.
Dengan di proklamasikannya kemerdekaan Indonesia berarti sejak saat itu
bangsa Indonesia secara resmi telah menyatakan baik kepada negara lain ataupun
kepada sendiri, bahwa Indonesia telah menrdeka. Merdeka berarti bebas menentukan
nesib sendiri nasib bangsa dan nasib tanah air dalam segala bidang. Dimana
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah sumber hukum bagi pembentukan
kesatuan Republik Indonesia.
Dengan berdirinya negara Republik Indonesia verarti telah terputus ikatannya
dengan ketatanegaraan sebelumnya, baik ketatanegaraan pemerintah Belanda maupun
pemerintah Jepang. Dapat dikatakan bahwa Proklamasi kemerdekaan ini sebagai
garis pemisah antara ketatanegaraan colonial dengan ketatanegaraan Republik
Indonesia.
Syarat berdirinya suatu negara, apabila telah terpenuhinya unsure-unsur negara,
yaitu diantaranya:
1. Rakyat
2. Wilayah
3. Pemerintahan yang berdaulat
4. Pengakuan dari negara lain
5. Pengakuan atas pemerintahan De Facto

Begitu pula dengan negara Indonesia, oleh sebab itu akan kita bahas mengenai
unsure-unsur tersebut, apakah Indonesia telah layak menjadi suatu negara atau
belum?
1.Rakyat
Sebutan penghuni negara selain dari pada rakyat, digunakan bangsa. Menurut
Ernest Renan “Bangsa ialah sekelompok manusia yang berada dalam suatu ikatan
batin. Yang diprsatukan karena memiliki sejarah dan cita-cita yang sama.” Begitu
pula dengan Stalin, “ Bangsa itu bukanlah kesatuan ras, bukan kesatuan suku,
melainkan kesatuan suku umat yang terbentuk secara histories.”
Negara kita terbentuk dari sekelompok manusia, dimana mereka memiliki ;
a. Latar belakang sejarah atau pengalaman yang sama dimasa lampau
b. Senasib sepenanggungan
c. Punya cita-cita sama dimasa datang
Dari ketiga poin tadi, maka akan timbulah keinginan untuk bersatu dalam
menempuh kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang serta bersama-sama
menentukan nasibnya sendiri. Jadi di sini telah terbentuk suatu bangsa.
2. Wilayah
Wilayah negara ialah wilayah yang dapat menunjukan batas-batas dimana
negara itu sungguh-sungguh dapat melaksanakan kedaulataannyaa. Unsur ini tidak
kalah pentingnya, bagaimana mungkin rakyat dapat membangun suatu negara
sementara wilayah tidak ada.
Di negara kita memiliki wilayah yang cukup luas, membentang dari Sabang
sampai Merauke. Dan ditambah dengan lautan yang begitu luas serta kaya akan
kekayaan alamnya.
3. Pemerintahan yang Berdaulat
Dimana pemerintah sebagai gabungan semua lembaga kenegaraan atau
gabunganseluruh perlengkapan negara yang meliputi Legislatif, Yudikatif dan
Executif.
Kedaulatan menurut Jean Bodin “ Kekuasaan trtinggi dalam suatu negara,
dimana kedaulatan itu sifatnya tunggal, asli dan abadi” Pada hakekatnya, kedaulatan
itu berlaku keluar dan kedalam. Kedaulatan kedala berarti kekuasaan itu diakui dan
dipatuhi oleh rakyatnya, sedangkan kedaulatan keluar berarti kemampuan dan hak
negara untuk melakukan hubungan diploma serta membuat perjanjian dengan negara
lain serta mampu mempertahankan kemerdekaannya terhadap ancaman atau serangan
dari negara lain.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut teori kedaulatan rakyat.
Hal ini terlihat dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “ ….susunan negra
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat…” Direalisasikan pula dalam pasal I
ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “ Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR” Ditambah dalam penjelasan UUD 1945 “ Majelis
ini dianggap sebagai penjelmaan rakyat yang memegang kedaulatan negara.”
4. Pengakuan Dari Negara Lain yang Berdaulat
Hal ini sifatnya hanya menerangkan adanya sesuatu negara. Dengan kata lain
sifatnya deklaratif, bukan konstitutif.
Pengakuan dari negara lain berfungsi sebagai pertanda bahwa negara baru
tersebut telah diterima sebagai anggota baru dalam pergaulan antarnegara. Walaulpun
tanpa pengakuan negara lain selama tiga unsure pokok tadi ada, negara tersebut sah
keberadaannya.
Semisal negara Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945, secara konstitutif Indonesia telah merdeka. Tetapi negara
Belanda belum mengakui kemerdekaan ini, walaupun pada akhirnya Belanda
mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949.
Ada dua macam pengakuan atas suatu negara, yaitu:
a. Pengakuan De Facto
Yaitu pengakuan berdasarkan kenyataan adanya negara. Pengakuan ini
dinyatakan berdasarkan kenyataan bahwa suatu masyarakat dilihat secara politik telah
memenuhi ketiga unsure pokok negara. Yaitu wilayah, rakyat dan pemerintahan.

b. Pengakuan De Jure
Yaitu pengakuan terhadap sahnya suatu negara berdasarkan pertimbangan
hukum .Dengan pengakuan ini, suatu negara mendapat hak-hak dan kewajiban
sebagai anggota masyarakat Internasional.
c. Pengakuan atas pemerintahan De Facto
Pengakuan atas pemerintahan de facto ini diciptakan oleh seorang sarjana
Belanda yang bernama Van Haller. Yaitu suatu pengakuan hanya terhadap
pemerintahan dari pada suatu negara.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus
1945, menurut pennyataan diatas Indonesia telah memenuhi syarat pokok untuk
menjadi sebuah negara yang walaupun pada saat itu Indonesia belum diakui
kedaulatannya oleh negara Belanda, bahkan Belanda malah melancarkan Agresinya
sebanyak dua kali, dimana dengan agresinya yang kedua menyebabkan hampir
seluruh wilayah Indonesia dikuasai oleh Belanda, akan tetapi hal ini pula yang
menyebabkan dunia luar turut campur dalam masalah ini, yaitu dengan diadakannya
penjanjian “Meja Bundar” pada tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949, yang
isinya memuat pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Republik Indonesia Serikat.
Dari semua tulisan diatas dapat menjawab pertanyaan diawal, bahwa negara
Indonesia telah merdeka dan berdaulat baik di dalam maupun di luar.

Apabila kita menggunakan pendekatan fakta sejarah, maka akan kita temukan
jawaban bahwa negara Indonesia termasuk kedalam kategori “Prokalamasi” disebut
Proklamasi karena negara kita terjadi ketika penduduk pribumi dari suatu wilayah
yang diduduki oleh bangsa lain, melakukan perjuangan sehingga mereka berhasil
merebut kembali wilayah mereka, kemudian menyatakan kemerdekaanya.
Negara Indonesia dahulu dijajah oleh negara Belanda , akan tetapi berkat
perlawanan rakyat yang bersatu padu, maka akhirnya Indonesia dapat mendapatkan
kembali wilayahnya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Apabila dilihat dari pendekatan Teoretis, Negara Indonesia terjadi menurut


Teori Ketuhanan, dimana menurut teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa
segala sesuatu itu terjadi atas kehendak Tuhan. Demikian juga negara terjadi atas
kehendak Tuhan. Biasanya nampak pada UUD-nya “By the Grace of God” (Atas
berkat Tuhan yang Maha Esa). Hal ini sesuai dengan negara kita, dimana dalam UUD
1945 Alinea ke-3 “ Atas berkat Rahmat Tuhan YME….”
Sehingga jelaslah bahwa negara kita menganut teori Ketuhanan.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Terjadinya Negara menurut para sejarawan dan kenegaraan dibedakan atas dua
macam, yaitu Primer dan sekunder. Negara Indonesia terjadi secara sekunder dimana
Indonesia muncul karena telah ada negara sebelumnya. Yaitu salah satu diantaranya
Belanda dan Jepang.
Terjadinya Negara berdasarkan fakta sejarah dibedakan menjadi Occupatie, Fusi,
Cessie, Accesie, Anexatie, Proclamation, Innovation, dan Separatis. Apabila dilihat
dari sudut pandang ini negara Indonesia terjadi secara Proclamation, dimana ketika
penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh bangsa lain mengadakan
perjuangan sehingga berhasil merebut wilayahnya kembali, dan menyatakan
kemerdekaannya.

Dan terjadinya negara berdasarkan pendekatan teoretis, dibagi kedalam empat teori,
diantaranya ialah Teori Ketuhanan, Teori Perjanjian Masyarakat, Teori Kekuasaan
dan Teori Hukum Alam. Apabila kita melihat dari sudut pandang ini, maka terjadinya
negara Indonesia termasuk kedalam Teori Ketuhanan.

RESUME
TEORI PERTUMBUHAN NEGARA DARI MULAI MASA HUKUM ALAM
SAMPAI ZAMAN MODERN

 PERTANYAAN
1. Ahmadi
Apabila dikaitkan dengan pembentukan negara, Indonesia:
a. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan primer dan skunder?
b. Secara factual atau teoritiskah negara Indonesa terjadi?
2. Fase Dictatur
a. Perkembangan lebih lanjutnya seperti apa?
b. Merupakan variasi atau penyelewengan itu pelaksanaannya bagaimana?
3. Jelaskan pengkajian pembentukan negara berdasarkan sejarah dan teori!

 JAWABAN
1. a. Terjadinya negara Indonesia:
- primaire : Bahwa negara terbentuk paling awal muncul (awal pembentukan
negara)
- Sekunder : Terjadinya negara setelah ada negara lain, dalam hal ini negara
Indonesia termasuk kedalam teori ini. Karena negara Indonesia telah dijajah
oleh negara belanda terlebih dahulu baru merdeka dengan proklamasi.
b. Apabila dilihat dari segia factual negara Indonesia termasuk kedalam negara
yang mendapatkan kemerdekaan dengan cara proklamasi. Apabila dilihat
secara teoretis maka Indonesia termasuk ke dalam teori ketuhan, hal ini
terbukti didalam Undang-Undang nya terdapat pernyataan “ Atas berkat
Rahmat Tuhan yang maha Esa…” pernyataan ini yang mejadikan Indonesia
digolongkan kepada teori ketuhanan secara tidak langsung.

2. a. Merupakan perkemabangan dari keinginan rakyat


b.Penyelelewengannya (Kebalikannya): Dimana setelah fase negara demokrasi,
pemimpinnya melakukan penyalahgunaan kekuasaan.
3. Secara factual negara Indonesia terjadi karena proklamasi, hal ini terjadi karena
Indonesia mendapatkan kemerdekaannya melalui sebuah perjuangan rakyat yang
melawan kaum penjajah Belanda dan Jepang. Secara teoretis negara Indonesia
terjadi menurut teori Ketuhanan, hal ini terbukti dengan adanya pernyataan “ Atas
berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa…” hal ini menjadi simbol bahwa negara
Indonesia termasuk teori ketuhanan tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA

1. Siahaan, Parlindungan, S.Pd., 1999. Tata Negara. Mediatama.


2. Budiyanto, 2003. Dasar-dasar Ilmu Tata Negara Untuk SMU. Jakarta.
Erlangga.
3. Kansil,C.S.T.,Drs.,S.H., dan Christine S.T. Kansil,S.H., M.H.2001.Ilmu
Negara. Jakarta. Pradnya Paramita.
4. Hutauruk, M.S. H.,1971.Seluk Beluk Negara. Jakarta. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai