Bab 3
Bab 3
Bab 3
Definisi Organisasi
Kata “organisasi” berasal dari istilah Latin, yaitu “organum” dan bahasa Yunani, yaitu
“organon” dimana keduanya meliki arti alat, bagian, susunan atau badan. Dalam bahasa Inggris
kata “organization” yang bentuk jamaknya adalah “to organize” yang berarti menyusun atau
mengatur bagian yang saling berkaitan satu sama lain, di mana setiap bagian tersebut memiliki
fungsi yang terpenting dan/atau berkaitan secara keseluruhan.
Tujuan Organisasi
Griffin (2004) menyebutkan beberapa jenis tujuan organisasi, yaitu sebagai berikut.
1. Tujuan strategis (strategic goals)
2. Tujuan taktis (tactical goals)
3. Tujuan operasional (operational goals)
Flippo (1994) dalam bukunya menjabarkan ada dua bentuk dari sasaran organisasi, yaitu
sebagai berikut:
1. Sasaran primer (primary objectives)
2. Sasaran sekunder (secondary objectives)
Pasal 7 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 menyebutkan bahwa
Anggaran Dasar memuat sekurang-kurangnya daftar nama pendiri; Nama dan tempat
kedudukan; Maksud dan tujuan serta bidang usaha Ketentuan mengenai keanggotaan;
Ketentuan mengenai Rapat Anggota: Ketentuan mengenai pengelolaan; Ketentuan mengenai
permodalan: Ketentuan mengenal jangka waktu berdirinya; Ketentuan mengenai pembagian
sisa hasil usaha; dan Ketentuan mengenai sanksi.
Unsur-unsur yang terdapat pada struktur Organisasi koperasi adalah sebagai berikut.
1. Struktur internal organisasi koperasi, artinya situasi dan struktur yang berada di dalam
organisasi yang mendukung secara langsung kegiatandan pencapaian tujuan organisasi
koperasi
2. Struktur eksternal organisasi koperasi, artinya situasi dan struktur yang berada di luar
organisasi yang dapat memengaruhi kegiatan dan pencapaian tujuan organisasi koperasi.
1. Rapat Anggota.
2. Pengawas.
3. Pengurus.
4. Manajer.
5. Dewan Penasihat dan Dewan Pembina.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam medirikan koperasi sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, di antaranya sebagai berikut.
1. Syarat Pembentukan.
2.Status Badan Hukum.
3. Bentuk dan Jenis.
4. Memiliki Keanggotaan.
5. Memiliki Perangkat Organisasi.
6. Memiliki Modal.
7. Mampu Menciptakan Lapangan Usaha.
8.Memiliki Sisa Hasil Usaha.
Anggaran Dasar Koperasi
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994, Akta Pendirian Koperasi adalah
akta perjanjian yang dibuat oleh para pendiri dalam rangka pembentukan koperasi, dan memuat
anggaran dasar koperasi.
Dalam Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 10/Per/M.KUKM IX 2015, mengatur tentang pengesahan akta pendirian koperasi yang
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Para pendiri koperasi atau kuasanya mempersiapkan akta pendirian koperasi untuk diajukan
kepada notaris.
2. Dalam penyusunan akta pendirian koperasi, para pendiri atau kuasanya dapat berkonsultasi
dengan ahli perkoperasian yang didampingi olehnotaris.
3. Para pendiri koperasi atau kuasanya mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian
koperasi secara tertulis kepada pejabat yang berwenang melalui notaris.
4. Permohonan pengesahan akta pendirian koperasi diajukan kepada Menteri dengan
melampirkan dokumen-dokumen.
5. Permohonan pengesahan akta pendirian koperasi sekunder dilakukan dengan melampirkan
semua dokumen permohonan pengesahan akta pendirian koperasi yang telah disebutkan di
atas dan ditambah dengan keputusan rapat anggota masing-masing koperasi tentang
persetujuan pembentukan koperasi sekunder, fotokopi keputusan pengesahan akta pendirian
koperasi pendiri, serta surat kuasa dari koperasi.
6. Permohonan pengesahan akta pendirian koperasi sebagaimana dimaksud pada poin (4) dan
(5) diterima oleh pejabat yang berwenang dan diberikan surat tanda terima.
7. Pejabat yang berwenang melakukan penelitian dan verifikasi terhadap dokumen permohonan
sebagaimana dimaksud dalam poin (4) di atas diberikan jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan sejak permohonan diterima.
8. Pengesahan akta pendirian koperasi sebagaimana dimaksud dalam "Para pendiri koperasi
atau kuasanya mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian koperasi secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang melalui notaris", ditetapkan dalam jangka waktu paling lambat
3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal permintaan pengesahan akta pendirian koperasi diterima
secara lengkap.
9. Bila permintaan pengesahan akta pendirian koperasi ditolak, keputusan penolakan serta
alasarinya berikut berkas permintaannya disampaikan kembali secara tertulis kepada kuasa
pendiri dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
tanggal permintaan pengesahan akta pendirian koperasi diterima secara lengkap.
10. Terhadap penolakan pengesahan tersebut, para pendiri atau kuasanya dapat mengajukan
permintaan ulang pengesahan atas akta pendirian koperasi dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya pemberitahuan penolakan dengan melampirkan
berkas-berkas sebagaimana dimaksud dalam poin (4) tersebut di atas, yang telah diperbaiki
sesuai yang disarankan dalam surat penolakan.
11. Pejabat yang berwenang memberikan tanda terima kepada kuasa pendiri yang mengajukan
permintaan ulang sebagaimana dimaksud pada poin (10) di atas.
12. Pejabat yang berwenang memberikan keputusan terhadap permintaan ulang tersebut dalam
jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak diterimanya permintaan ulang
pengesahan secara lengkap.
13. Apabila permintaan ulang pengesahan tersebut disetujul, maka keputusan pengesahan akta
pendirian disampaikan langsung kepada kuasa pendini sebagaimana dimaksud dalam poin (8).
14. Apabila permintaan ulang pengesahan ditolak, maka keputusan penolakan beserta
alasannya disampaikan kepada pendiri atau kuasanya melalui notaris dengan surat tercatat
dalam jangka waktu paling lama (tujuh) hari terhitung sejak keputusan penolakan ditetapkan.
15. Keputusan terhadap permintaan ulang tersebut merupakan keputusan akhir.
16. Apabila pejabat yang berwenang tidak memberikan keputusan dalam Jangka waktu 3 (tiga)
bulan sebagaimana dimaksud dalam poin (8) di alas atau 1 (satu) bulan sebagaimana
dimaksud poin (12) di atas, maka akta pendirian koperasi diberikan pengesahan oleh pejabat
yang berwenang mengesahkan berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan
Anggaran Dasar Koperasi.
17. Selama permintaan pengesahan akta pendirian koperasi masih dalam proses, penguRus
yang ditunjuk untuk pertama kali dapat melakukan kegiatan usaha atau tindakan hukum untuk
kepentingan calon anggota atau koperasi.
18. Setelah akta pendirian koperasi disahkan, Rapat Anggota memutuskan a alau menolak
tanggung jawab pengurus atas kegiatan usaha atau tindakan hukum sebagaimana dimaksud
pada poin (17) di atas sebagai tanggung jawab koperasi.
19. Apabila Rapat Anggota menerima, maka kegiatan usaha atau tindakan hukum yang telah
dilaksanakan pengurus menjadi tanggung jawab koperasi.
20. Apabila Rapat Anggota menolak, maka segala akibat yang timbul darl kegiatan usaha atau
tindakan hukum sebagaimana dimaksud pada poin (17) di atas menjadi tanggung jawab
pengurus baik secara sendiri-sendin maupun bersama-sama.
21. Koperasi memperoleh status badan hukum setelah mendapat pengesahan oleh menteri.
22. Nomor dan tanggal surat keputusan pengesahan akta pendirian koperasi merupakan nomor
dan tanggal perolehan status badan hukum koperasi.
23. Nomor status badan hukum sebagaimana dimaksud pada poin (21) di atas sekurang-
kurangnya mencantumkan kode dengan huruf "BH".
24. Dokumen Pengesahan Badan Hukum dan Surat Izin Usaha Simpan Pinjam/Unit Simpan
Pinjam sebagaimana dimaksud dalam poin (4) di atas, dibuat secara terpisah menjadi:
Dokumen pengesahan akta pendirian koperasi sebagai Badan Hukum; dan Dokumen
pengesahan izin Usaha Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam.
25. Keputusan pengesahan akta pendirian koperasi sebagaimana dimaksud dalam poin (21)
hingga (24) dihimpun oleh pejabat yang berwenang dan dicatat dalam Buku Daftar Umum
Koperasi.
26. Keputusan pengesahan sebagaimana dimaksud dalam poin (21) hingga (24) disampaikan
secara langsung kepada pendiri melalui notaris.Keputusan pengesahan akta pendirian koperasi
sebagaimana dimaksud pada poin (25) ditembuskan dan dikirim kepada Gubernur atau
Bupati/Wali Kota.
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor
10/Per/M.KUKM/VI/2016 mendefinisikan Nomor Induk Koperasi adalah kombinasi angka unik
yang dimiliki oleh koperasi sebagai Identitas koperasi. Nomor Induk Koperasi diberikan dalam
bentuk Sertifikat Nomor Induk Koperasi yang dilengkapi QR Code, kelompok jenis dan skala
usaha, serta peringkat koperasi.
Dalam Pasal 17 Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 10/Per/M.KUKM/VI/2016 dijelaskan maksud dari pemberian sertifikat Nomor
Induk Koperasi, yaitu menertibkan kegiatan usaha koperasi untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat dan pemangku kepentingan terhadap koperasi; dan memudahkan pelayanan
kebutuhan informasi tentang kualitas dan kemampuan koperasi.
Pada Pasal 19 Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 10/Per/M.KUKM/VI/2016 disebutkan bahwa setiap koperasi dapat
mengajukan permohonan Sertifikat Nomor Induk Koperasi dan QR Code dengan cara offline
maupun online. Permohonan dengan cara offline dilakukan melalui Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang membidangi Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah setempat dengan
tembusan kepada Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Permohonan dengan cara online dapat dilakukan melalui portal website Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan verifikasi terhadap permohonan dengan cara online.
Permohonan diajukan dengan melampirkan identitas kelembagaan dan usaha koperasi dengan
menggunakan formulir yang telah disediakan. Sertifikat Nomor Induk Koperasi dan QR Code
diberikan setelah diadakan verifikasi terhadap koperasi yang bersangkutan oleh petugas yang
ditunjuk. Adapun yang dimaksud dengan, Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/
kota yang membidangi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Pembubaran Koperasi
1. Rapat Anggota Keputusan pembubaran koperasi oleh Rapat Anggota diberitahukan secara
tertulis oleh Kuasa Rapat Anggota kepada semua kreditur an Pemerintah. Pemberitahuan
kepada semua kreditur dilakukan oleh Pemerintah, dalam hal pembubaran tersebut
berlangsung berdasarkan keputusan Pemerintah. Dalam hal pemberitahuan sebagaimana
dimaksud di atas, harus disebutkan Pertama, nama dan alamat penyelesai. Kedua, ketentuan
bahwa semua kreditur dapat mengajukan tagihan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah
tanggal diterimanya surat pemberitahuan pembubaran.