Bab 11
Bab 11
A. PENGANTAR
Ketentuan atau regulasi yang mengatur tentang Manajemen Usaha Koperasi Simpan
Pinjam adalah Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 96/Kep/M.KUKM/IX/2004, dimana di dalam pasal 15
disebutkan bahwa standar operasional manajemen usaha terdiri atas: penghimpunan dan
penyaluran dana; jenis pinjaman; persyaratan calon peminjam; pelayanan pinjaman
kepada unit lain; plafon pinjaman; biaya pinjaman;agunan; pengembalian dan jangka
waktu pinjaman; analisis pinjaman; pembinaan nasabah oleh koperasi simpan pinjam
(KSP)/Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) koperasi; serta penanganan pinjaman
bermasalah.
C. Jenis Pinjaman
Standar jenis pinjaman terbagi atas 4 (empat) bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Berdasarkan jangka waktu, dibagi atas tiga jenis, yaitu sebagi berikut.
a. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman yang jangka waktu penegembaliannya
kurang dari satu tahun.
b. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman yang jangka waktu pengembalinnya 1
sampai 3 tahun.
c. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman yang jangka waktu pengembaliannya
atau jatuh temponya melebihi 3 tahu.
2. Berdasarkan sector usaha yang dibiayai, ditujukan untuk:
a. Perdagangan, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk membiayai
usaha dagang.
b. Industry, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk membiayai
usaha pada bidang industry.
c. Pertanian, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk membiayai
usaha pada bidang pertanian
d. Peternakan, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk membiayai
usaha pada bidang peternakan.
e. Jasa, yaitu pinjaman yang dieberikan kepada peminjam untuk membiayai usaha
pada bidang jasa.
3. Berdasarkan tujuan, terdiri atas:
a. Pinjaman konsumtif, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif.
b. Pinjaman produktif, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk
membiayai kebutuhan modal kerja dan investasi sehingga dapat memperlancar
kegiatan usahanya.
4. Berdasarkan penggunaan, terdiri atas:
a. Pinjaman modal kerja, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk
menambah modal kerjanya.
b. Pinjaman investasi, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk
pengadaan sarana/alat produksi.
Semua standar pinjaman yang telah disebutkan diatas harus menjadi perhatian oleh pihak
manajemen KSP/USP Koperasi dalam memperhitungkan tingkat resiko pinjaman yang akan
diberikan. Risiko pinjaman yang dimaksud akan mempengaruhi penentuan besar tingkat bunga,
jangka waktu pinjaman, cara pembayaran termasuk kepada pengenaan jaminan yang lebih rinci
akan diuraikan selanjutnya.
Daftar upaya menekan risiko yang mungkin timbul, calon peminjam minimal diharuskan
memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Anggota dan calon anggota KSP/USP Koperasi bertempat tinggal diwilayah
jangkauan pelayanan KSP/USP Koperasi yang bersangkutan.
2. Memiliki usaha/penghasilan tetap.
3. Memiliki simpanan aktif, baik berupatabungan maupun simpanan berjangka dan telah
berjalan minimal satu bulan.
4. Tidak memliki tunggakan (kreadit bermasalah) dengan koperasi maupun lainnya.
5. Tidak pernah tersangkut masalah pidana.
6. Memiliki karakter dan moral yang bai.
7. Telah mengikuti program pembinaan pra penyaluran pinjaman.
8. Mempertimbangkan jumlah agunan untuk jumlah pinjaman berjumlah besar dan
berisiko.
F. Plafon Pinjaman
KSP/USP Koperasi melalui Rapat Anggota harus menetepkan berapa besarnya nilai
pinjaman maksimal yang dapat diberikan. Penentuan nilai pinjaman minimal berkaitan
dengan efektivitas penyaluran pinjaman, sedangkan penentuan besarnya nilai pinjaman
maksimal berkaitan dengan penekanan risiko pinjaman.
Penetepan batas minimal dan maksimal pinjaman produktif harus mempertimbangkan
ketepatan jumlah; ketepatan sasaran; ketepatan penggunannya; dan ketepatan
pengembaliian. Besarnya plafon pinjaman produktif lebih didasarkan pada kelayakan
usaha calon peminjam.
Besarnya plafond pinjaman konsumtif dapat ditetapkan sebesar 3 kali nilai simpanan
dan/atau cicilan kreadit per periode (bulan), tidak lebih dari 30% penghasilan calon
peminjam. Besarnya nilai maksimal pinjaman produktif yang menggunakan agunan yang
dapat ditetapkan adalah 75% dari nilai agunan.
G. Biaya pinjaman
Biaya pinjaman pada KSP/USP Koperasi meliputi biaya bunga pinjaman dan
biaya provisi/administrasi. Biaya pinjaman pada KSP/USP Koperasi ditetapkan oleh
Rapat Anggota. KSP/USP harus harus memperhatikan agar biaya-biaya pinjaman
tersebut mampu menutupi bunga simpanan yang harus dibayar oleh KSP/USP Koperasi
kepada penyimpan; biaya organisasi KSP/USP Koperasi yang terdiri atas beban usaha
dan beban perkoperasian; serta prinsip efiensi penggunaan sumber daya maksimal sama
dengan yang ditetapkan oleh lembaga keuangan lainnya.
Factor-faktor yang mempengaruhi strategi penepatan tingkat bunga pinjaman
manajemen KSP/USP Koperasi adalah sebagai berikut.
1. Prinsip koperasi tentang pembatasan bunga atas modal, meskipun manajemen KSP/USP
Koperasi dapat membandingkannya dengan biaya transaksi dengan pesaingnya.
2. Biaya produk dalam hal ini adalah biaya dana dan biaya operasional lainnya.
3. Nasabah, pada dasarnya yang bersaing nasabah sebagai peminjam akan memilih harga
(tingkat bunga) yang lebih menguntungkan.
4. Pesaing, situasi persaingan apakah mendekati struktur pasar persaingan sempurna atau
mendekati pada pasar monopoli. Jika mendekati pasar persaingan sempurna, biasanya
tingkat bunga ditentukan oleh tingkat bunga pasar tetapi jika mendekati pasar monopoli
maka KSP/USP Koperasi dapat menetapkan tingkat bunga lebih fleksibel.
5. Mutu pelayanan.
6. Permintaan dan pelayanan data.
7. Laba yang diinginkan.
8. Tingkat risiko pinjaman yang dikaitkan dengan jenis usaha nasabah, jangka waktu
pinjaman, besarnya pinjaman, dan factor-faktor ketidakpastiaan lainnya.
H. Agunan
Agunan pinjaman pada KSP/USP Koperasi bukan merupakan hal yang sangat
penting. Tetapi, bila hal tersebut dianggap perlu, tidak boleh menghambat tujuan koperasi
yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota apabila KSP/USP Koperasi mengharuskan ada
agunan, maka agunan adalah kekayaan berharga milik pribadi nasabah. Untuk
mengurangi risiko kridit, agunan dapat diperluas kepada lembaga penjamin dan angsuran
kredit.
J. Analisis Pinjaman
Pada pendekatan untuk analisis kuantitatif adalah pendekatan pendapatan bersih. Nilai
pinjaman maksimal yang dapat diberikan adalah 40%-50% dari pendapatan bersih
dikalikan dengan jangka waktu pinjaman. Pinjaman sebaliknya tidak diberikan karena
pertimbangan – pertimbangan, seperti: belas kasihan, kenalan (bersaudara atau
berteman); calon peminjam adalah orang terhormat (terkenal, disegani, status sosialnya
tinggi, dan sebagainya); serta pinjaman sebaiknya diberikan atas dasar pertimbangan
kelayakan usaha dan kemampuan membayar.
KSP/ USP Koperasi secara rutin hanya memberitahukan posisi pinjaman, baik
sisa pokok maupun sisa bunganya kepada peminjam. KSP/USP Koperasi harus segera
mengirimkan surat teguran/penagihan apabila peminjam terlambat/tidak tepat waktu
membayar cicilan. Untuk jenis pinjaman produktif (modal kerja dan investasi), KSP/USP
Koperasi harus melakukan pembinaan dalam membantu nasabah yang mengalami
masalah dibidang usaha. Pembinaan dapat dilakukan dengan pendekatan konsultasi
manajemen dan pendampingan.
Dalam peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 15/Per/M.KUKM/IX/2015 dinyatakan bahwa Standar Operasional Manajemen
merupakan panduan bagi pihak manajemen koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi dalam memberikan pelayanan prima bagi anggota, calon anggota,
koperasi lain, dan/atau anggotanya. Standar Operasi Manajemen bagi Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi adalah struktur tugas , prosedur kerja, system
manajemen dan standar kerja yang dijadikan panduan bagi pihak manajemen koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi.
Ruang lingkup standar operasional manajemen meliputi 4 (empat) bagian yang terdiri
atas sebagai berikut.
1. Standar operasional manajemen kelembagaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi.
2. Standar operasional manajemen usaha koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam
koperasi
3. Standar operasional manajemen keuangan koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam
koperasi.
4. Pengamanan asset dan hutang
Modal usaha awal pada setiap pendirian koperasi simpan pinjam primer dan
koperasi simpan pinjam sekunder yang dihimpun dari simpanan pokok dan simpanan
wajib anggotanya dan dapat ditambah dengan hibah. Modal usaha awal koperasi simpan
pinjam primer sebagaimana dimaksud dalam kalimat diatas dalam bentuk deposito pada
bank pemerintah dengan rincian sebagai berikut.
1. Modal koperasi simpan pinjam primer dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
kabupaten/kota ditetapkan sebesar Rp. 15.000.000,-
2. Modal koperasi simpan pinjam primer dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
kabupaten/kota dalam stu daerah provinsi ditetapkan sebesar Rp. 75.000.000,-
3. Modal koperasi simpan pinjam primer dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
provinsi ditetapkan sebesar Rp. 375.000.000,-
Modal usaha awal pada setiap pendirian koperasi simpan pinjam primer dan
koperasi simpan pinjam sekunder dihimpun dari simpanan pokok dan simpanan wajib
anggotanya dan dapat ditambah dengan hibah dalam bentuk deposito pada bank
pemerintah dengan rincian sebagai berikut.
1. Modal koperasi simpan pinjam sekunder dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
kabupaten/kota ditetapkan sebesar Rp. 50.000.000,-
2. Modal koperasi simpan pinjam sekunder dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
kabupaten atau kota dalam satu daerah provinsi ditetapkan sebesar Rp. 150.000.000,-
3. Modal koperasi simpan pinjam sekunder dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
provinsi ditetapkan sebesar Rp. 500.000.000,-
Setiap pembentukan unit simpan pinjam koperasi primer atau unit simpan pinjam
koperasi sekunder, wajib menyediakan modal tetap yang dipisahkan dari asset koperasi,
dalam bentuk deposito pada bank pemerintah yang ditetapkan sebagai berikut.
1. Modal awal pembentukan unit simpan pinjam koperasi primer sebesar Rp. 15.000.000,-
2. Modal awal pembentukan unit simpan pinjam koperasi sekunder sebesar Rp.
50.000.000,-
Pada peraturan menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah republic
Indonesia nomor 15/Per/M.KUKM/IX/2015 dituliskan bahwa kegiatan usaha simpan
pinjam meliputi sebagai beikut.
1. Menghimpun simpanan dari anggota
2. Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggota koperasi yang bersangkutan,
koperasi lain, dan/atau anggotanya.
3. Mengelola keseimbangan sumber dana dan penyaluran pinjaman
Lebih lanjut dalam peraturan tersebut juga disebutkan bahwa koperasi wajib
mwmiliki system informasi pelayanan anggota sebagai alat pengendaliaan dan
pengambilan keputusan. Pengelola wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan simpanan, tabungan masing – masing penyimpanan, serta pinjaman yang
disalurkannya, kecuali dalam hal yang diperlukan untuk kepentingan proses pengawasan,
peradilan, dan perpajakan. Pengurus dan pengelola wajib memberikan kesempatan dan
memberikan bantuankepada pejabat yang berwenang untuk memeriksa buku, dokumen,
dan berkas – berkas yang ada padanya dalam rangka memperoleh kebenaran dan segala
keterangan serta penjelasan yang dilapotkan oleh koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi. Koperasi wajib memasang papan nama pada kantor pusat dan
kantor jaringan usaha.