Anda di halaman 1dari 11

BAB 11

MANAJEMEN USAHA KOPERASI SIMPAN PINJAM

A. PENGANTAR

Ketentuan atau regulasi yang mengatur tentang Manajemen Usaha Koperasi Simpan
Pinjam adalah Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 96/Kep/M.KUKM/IX/2004, dimana di dalam pasal 15
disebutkan bahwa standar operasional manajemen usaha terdiri atas: penghimpunan dan
penyaluran dana; jenis pinjaman; persyaratan calon peminjam; pelayanan pinjaman
kepada unit lain; plafon pinjaman; biaya pinjaman;agunan; pengembalian dan jangka
waktu pinjaman; analisis pinjaman; pembinaan nasabah oleh koperasi simpan pinjam
(KSP)/Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) koperasi; serta penanganan pinjaman
bermasalah.

B. Penghimpunan dan Penyaluran Dana

1. Standar Penghimpunan Dana KSP/USP Koperasi


KSP/USP Koperasi diperoleh untuk melakukan penghimpunan dana oleh calon
anggota, koperasi lain, dan para anggotanya hanya jika KSP/USP Koperasi memiliki
kapasitas lebih atas dasar pertimbangan skala ekonomi dan efisiensi serta
mendapatkan persetujuan dari Rapat Anggota. Kegiatan penghimpunan dana
KSP/USP Koperasi dari anggota, calon anggota, koperasi lain, dan anggotanya dapat
berupa tabungan, simpanan berjangka, dan penyertaan.
KSP/USP Koperasi harus memiliki standar pelayanan simpanan yang terdiri atas
kebijakan penentuan tingkat bunga simpanan untuk anggota dan calon anggota,
koperasi lain, dan anggotanya; kebijakan balas jasa partisipasi dan simpanan anggota
(Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib) dari Sisa Hasil Usaha (SHU); Serta
kebijakan perlindungan simpanan yang tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku.
Dalam rangka menarik anggota menjadi calon anggota KSP/USP, koperasi
menetapkan kebijakan tingkat bunga simpanan dengan cara memberikan perbedaan
tingkat bunga simpanan untuk anggota dan calon anggota, koperasi lain dan
anggotanya yaitu dengan menetapkan tingkat bunga simpanan untuk anggota lebih
tinggi dari tingkat bunga untuk calon anggota, koperasi lain dan anggotanya. Metode
peningkatan tingkat bunga simpanan adalah:
a. Penetapan bunga tabungan
b. Perhitungan Bunga Simpanan Berjangka
2. Standar Penyaluran Dana pada KSP/USP Koperasi
Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam – meminjam antara koperasi dengan pihak peminjam yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan.
Penyaluran dana KSP/USP Koperasi harus diutamakan dalam bentuk pinjaman
kepada anggotanya. Kegiatan ini merupakan sumber utama pendapatan KSP/USP
Koperasi untuk menutupi seluruh pengeluarannya.
Pemanfaatan kelebihan dana sebagaimana dimaksud disini adalah dengan
memperhatikan hal – hal berikut ini.
a. Dalam menempatan kelebihan dana untuk pembelian saham, obligasi dan saran
investasi lainnya, pengelola harus mendapat persetujuan Rapat Anggota terlebih
dahulu.
b. Pinjaman kepada anggota koperasi lain harus diberikan melalui koperasinya.
c. Rapat anggota menetapkan batas maksimum pemberian pinjaman, baik kepada
anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya.
d. Pinjaman kepada calon anggota harus ada jaminan, dan pinjaman kepada
koperasi lain dan/atau anggotanya harus didukung dengan perjanjian antar
koperasi yang bersangkutan.
e. Pemanfaatan kelebihan dana harus dapat meningkatkan hasil usaha KSP/USP
Koperasi.
KSP/USP Koperasi harus memiliki standar penyaluran dana yang terdiri atas
kebijakan tertulis tentang balas jasa partisipasi pemanfaatan pinjaman oleh anggota
sari Sisa Hasil Usaha (SHU); standar jenis pinjaman; standarpersyaratan calon
pinjaman; standar pelayanan pinjaman kepada unit lain (khusus untuk USP Koperasi);
standar plafon pinjaman; standar bunga pinjaman dan biaya pinjaman lainnya; standar
pengembalian pinjaman; standar jangka wktu pinjaman; standar agunan; standar
pengajuan pinjaman; standar persiapan realisasi pinjaman (analisis pinjaman); standar
realisasi pinjaman; standar pembayaran angsuran; standar pelunasan pinjaman;
standar pembinaan pasca penyaluran pinjaman, standar penanganan pinjaman
bermasalah.
Tahapan penggunaan kelebihan dana pada KSP/USP Koperasi adalah sebagai berikut.
a. Apabila anggota sudah mendapat pelayanan pinjaman sepenuhnya, maka
pengelola KSP/USP Koperasi dapat melayani calon anggota.
b. Apabila anggota dan calon anggota sudah mendapat pelayanan sepenuhnya,
pengelola KSP/USP Koperasi dapat melayani koperasi lain dan anggotanya
berdasarkan perjanjian kerja sama antar koperasi yang bersangkutan.
c. Bila terdapat kelebihan dana yang telah dihimpun, setealah melaksanakan
kegiatan pemberian pinjaman (seperti yang telah dijelaskan kedua poin diatas)
atas persetujuan Rapat Anggota, pengelola KSP/USP Koperasi dapat
menempatkan dana dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka, dan
sertifikat deposito pada bank lembaga keuangan lainnya melakukan pembelian
saham atau obligasi melalui pasar moda; serta menempatkan dana pada sarana
investasi lainnya.

C. Jenis Pinjaman
Standar jenis pinjaman terbagi atas 4 (empat) bagian, yaitu sebagai berikut.

1. Berdasarkan jangka waktu, dibagi atas tiga jenis, yaitu sebagi berikut.
a. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman yang jangka waktu penegembaliannya
kurang dari satu tahun.
b. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman yang jangka waktu pengembalinnya 1
sampai 3 tahun.
c. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman yang jangka waktu pengembaliannya
atau jatuh temponya melebihi 3 tahu.
2. Berdasarkan sector usaha yang dibiayai, ditujukan untuk:
a. Perdagangan, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk membiayai
usaha dagang.
b. Industry, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk membiayai
usaha pada bidang industry.
c. Pertanian, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk membiayai
usaha pada bidang pertanian
d. Peternakan, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk membiayai
usaha pada bidang peternakan.
e. Jasa, yaitu pinjaman yang dieberikan kepada peminjam untuk membiayai usaha
pada bidang jasa.
3. Berdasarkan tujuan, terdiri atas:
a. Pinjaman konsumtif, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif.
b. Pinjaman produktif, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk
membiayai kebutuhan modal kerja dan investasi sehingga dapat memperlancar
kegiatan usahanya.
4. Berdasarkan penggunaan, terdiri atas:
a. Pinjaman modal kerja, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk
menambah modal kerjanya.
b. Pinjaman investasi, yaitu pinjaman yang diberikan kepada peminjam untuk
pengadaan sarana/alat produksi.
Semua standar pinjaman yang telah disebutkan diatas harus menjadi perhatian oleh pihak
manajemen KSP/USP Koperasi dalam memperhitungkan tingkat resiko pinjaman yang akan
diberikan. Risiko pinjaman yang dimaksud akan mempengaruhi penentuan besar tingkat bunga,
jangka waktu pinjaman, cara pembayaran termasuk kepada pengenaan jaminan yang lebih rinci
akan diuraikan selanjutnya.

D. Persyaratan Calon Peminjam.

Daftar upaya menekan risiko yang mungkin timbul, calon peminjam minimal diharuskan
memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Anggota dan calon anggota KSP/USP Koperasi bertempat tinggal diwilayah
jangkauan pelayanan KSP/USP Koperasi yang bersangkutan.
2. Memiliki usaha/penghasilan tetap.
3. Memiliki simpanan aktif, baik berupatabungan maupun simpanan berjangka dan telah
berjalan minimal satu bulan.
4. Tidak memliki tunggakan (kreadit bermasalah) dengan koperasi maupun lainnya.
5. Tidak pernah tersangkut masalah pidana.
6. Memiliki karakter dan moral yang bai.
7. Telah mengikuti program pembinaan pra penyaluran pinjaman.
8. Mempertimbangkan jumlah agunan untuk jumlah pinjaman berjumlah besar dan
berisiko.

E. Pelayanan pinjaman kepada unit lain (khusus untuk USP Koperasi


USP Koperasi yang memberikan pelayanan pinjaman kepada unit lain dalam koperasinya
harus tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian seperti halnya pemberian pinjaman pada
nasabah anggota dan calon anggota, koperasi lain dan anggotanya. Pihak manajemen
USP Koperasi harus menetapkan Batas Maksimum Pembelian Kreadit (BMPK) kepada
unit lain dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas USP Koperasi dan kelayakan
ekonominya.

F. Plafon Pinjaman
KSP/USP Koperasi melalui Rapat Anggota harus menetepkan berapa besarnya nilai
pinjaman maksimal yang dapat diberikan. Penentuan nilai pinjaman minimal berkaitan
dengan efektivitas penyaluran pinjaman, sedangkan penentuan besarnya nilai pinjaman
maksimal berkaitan dengan penekanan risiko pinjaman.
Penetepan batas minimal dan maksimal pinjaman produktif harus mempertimbangkan
ketepatan jumlah; ketepatan sasaran; ketepatan penggunannya; dan ketepatan
pengembaliian. Besarnya plafon pinjaman produktif lebih didasarkan pada kelayakan
usaha calon peminjam.
Besarnya plafond pinjaman konsumtif dapat ditetapkan sebesar 3 kali nilai simpanan
dan/atau cicilan kreadit per periode (bulan), tidak lebih dari 30% penghasilan calon
peminjam. Besarnya nilai maksimal pinjaman produktif yang menggunakan agunan yang
dapat ditetapkan adalah 75% dari nilai agunan.

G. Biaya pinjaman

Biaya pinjaman pada KSP/USP Koperasi meliputi biaya bunga pinjaman dan
biaya provisi/administrasi. Biaya pinjaman pada KSP/USP Koperasi ditetapkan oleh
Rapat Anggota. KSP/USP harus harus memperhatikan agar biaya-biaya pinjaman
tersebut mampu menutupi bunga simpanan yang harus dibayar oleh KSP/USP Koperasi
kepada penyimpan; biaya organisasi KSP/USP Koperasi yang terdiri atas beban usaha
dan beban perkoperasian; serta prinsip efiensi penggunaan sumber daya maksimal sama
dengan yang ditetapkan oleh lembaga keuangan lainnya.
Factor-faktor yang mempengaruhi strategi penepatan tingkat bunga pinjaman
manajemen KSP/USP Koperasi adalah sebagai berikut.
1. Prinsip koperasi tentang pembatasan bunga atas modal, meskipun manajemen KSP/USP
Koperasi dapat membandingkannya dengan biaya transaksi dengan pesaingnya.
2. Biaya produk dalam hal ini adalah biaya dana dan biaya operasional lainnya.
3. Nasabah, pada dasarnya yang bersaing nasabah sebagai peminjam akan memilih harga
(tingkat bunga) yang lebih menguntungkan.
4. Pesaing, situasi persaingan apakah mendekati struktur pasar persaingan sempurna atau
mendekati pada pasar monopoli. Jika mendekati pasar persaingan sempurna, biasanya
tingkat bunga ditentukan oleh tingkat bunga pasar tetapi jika mendekati pasar monopoli
maka KSP/USP Koperasi dapat menetapkan tingkat bunga lebih fleksibel.
5. Mutu pelayanan.
6. Permintaan dan pelayanan data.
7. Laba yang diinginkan.
8. Tingkat risiko pinjaman yang dikaitkan dengan jenis usaha nasabah, jangka waktu
pinjaman, besarnya pinjaman, dan factor-faktor ketidakpastiaan lainnya.

Setalah memeperhatikan factor-faktor diatas, kebijakan penetapan tingkat bunga


melalui tahapan berikut.
1. Tahap pertama, KSP/USP Kopersi harus melakukan rasionalisasi dari segala kegiatannya
agar dapat beroperasi secara efisien.
2. Tahap kedua, KSP/USP Koperasi dapat menghitung keuntungan bagi anggotanya yang
pada akhirnya akan mendorong terciptanya produk-produk baru atau peningaktan mutu
pelayanan kepada anggotanya.
3. Tahap ketiga, dengan peningkatan mutu pelayanan dari peningkatan keuntungan bagi
anggota, akan meningkatnya daya saing KSP/USP Koperasi.
4. Tahap keempat, penetapan bunga merupakan suatu proses yang dinamis yang setiap saat
perlu ditinjau kembali.

H. Agunan

Agunan pinjaman pada KSP/USP Koperasi bukan merupakan hal yang sangat
penting. Tetapi, bila hal tersebut dianggap perlu, tidak boleh menghambat tujuan koperasi
yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota apabila KSP/USP Koperasi mengharuskan ada
agunan, maka agunan adalah kekayaan berharga milik pribadi nasabah. Untuk
mengurangi risiko kridit, agunan dapat diperluas kepada lembaga penjamin dan angsuran
kredit.

I. Pengembalian dan Jangka Waktu Pinjaman

Cara pengembalian dapat di tentukan berdasarkan sifat penghasilandari pinjaman


atau kesepakatan antara KSP/USP Koperasi dengan peminjam, sehingga cara
pengembalian pinjaman bervariasi, yaitu salah satu atau gabungan dari: pemotongan gaji;
peminjam membayar sendiri ke KSP/USP Koperasi dan KSP/USP Koperasi melakukan
tagihan pada peminjam.

KSP/USP Koperasi harus memiliki ketentuan tertulis mengenai prosedur dan


syarat pengajuan pinjaman, mencakup pengajuan permohonan pinjaman; analisis
kelayakan pinjaman; keputusan pinjaman; pencairan pinjaman; serta monitoring dan
pembinaan.

J. Analisis Pinjaman

Analisi pinjaman harus dilakukan agar pengelola KSP/USP Koperasi memperoleh


keyakinan bahwa pinjaman yang diberikan dapat dikembalikan oleh peminjam. Terdapat
dua aspek objek yang dianalisis, yaitu sbb :
1. Analisis terhadap kemamuan membayar (analisis kualitataif), mencakup karakter atau
watak dan komitmen terhadap kewajibannya sebagai peminjam pada KSP/USP Koperasi.
2. Analisis terhadap kemampuan membayar (analisis kuantitatif), mencakup sumber dana
yang diharapkan dapat memenuhi kewajibannya pada KSP/USP Koperasi, sisa pinjaman
pada pihak lain (jika ada) dan pengeluaran untuk biaya hidup.

Pada pendekatan untuk analisis kuantitatif adalah pendekatan pendapatan bersih. Nilai
pinjaman maksimal yang dapat diberikan adalah 40%-50% dari pendapatan bersih
dikalikan dengan jangka waktu pinjaman. Pinjaman sebaliknya tidak diberikan karena
pertimbangan – pertimbangan, seperti: belas kasihan, kenalan (bersaudara atau
berteman); calon peminjam adalah orang terhormat (terkenal, disegani, status sosialnya
tinggi, dan sebagainya); serta pinjaman sebaiknya diberikan atas dasar pertimbangan
kelayakan usaha dan kemampuan membayar.

K. Pembinaan Nasabah oleh KSP/USP Koperasi

KSP/ USP Koperasi secara rutin hanya memberitahukan posisi pinjaman, baik
sisa pokok maupun sisa bunganya kepada peminjam. KSP/USP Koperasi harus segera
mengirimkan surat teguran/penagihan apabila peminjam terlambat/tidak tepat waktu
membayar cicilan. Untuk jenis pinjaman produktif (modal kerja dan investasi), KSP/USP
Koperasi harus melakukan pembinaan dalam membantu nasabah yang mengalami
masalah dibidang usaha. Pembinaan dapat dilakukan dengan pendekatan konsultasi
manajemen dan pendampingan.

L. Penanganan Pinjaman Bermasalah

Yang termasuk kriteria Pinjaman Bermasalah adalah sebagai berikut.


1. Kriteria pinjaman kuarang lancar
2. Kriteria pinjaman yang diragukan
3. Kriteria pinjaman macet

Langkah – langkah mengelola pinjaman bermasalah, yaitu : pertama,


menggolongkan pinjaman bermasalah sesuai dengan tingkat kolwktibilitasnya, yaitu
pinjaman kurang lancar, pinjaman diragukan, dan pinjaman macet. Kedua, menentukan
langkah – langkah penyelamatan pinjaman bermasalah. Ketiga, tindakan penyelamatan
pinjaman bermasalah. Keempat, memonitor proses penyehatan pinjaman bermasalah.

Langkah – langkah identifikasi pinjaman bermasalah yaitu:


1. Mendapatkan data perusahaan debitur, antara lain: aspek keuangan (seperti neraca,
laporan Laba/Rugi dan sebagainya); aspek pemasaran (seperti data penjualan, potensi
pasar, dan sebagainya); aspek teknik produksi (kapasitas produksi, kondisi peralatan atau
mesin, dan lain – lain); serta aspek manajemen (seperti jumlah tenaga kerja, kualifikasi
karyawan, dan sebagainya).
2. Analisis data, baik factor internal maupun eksternal

Upaya penyelamatan pinjaman bermasalah, dapat ditempuh setelah melaluia


proses pengelompokan, yaitu sebagai berikut.
1. Pinjaman kurang lancar, dengan cara: Pertama, meningkatkan intensitas penagihan.
Kedua, memperpanjang jangka waktu pinjaman.
2. Pinjaman diragukan, dilakukan dengan cara :
a. Penjadwalan kembali (Rescheduling)
b. Persyaratan kembali pinjaman (Reconditioning)
c. Penataan kembali pinjaman (Restructuring)
3. Pinjaman Macet, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Penjadwalan kembali jangka waktu pinjaman (Rescheduling)
b. Persyaratan kembali pinjaman (Reconditioning)
c. Penataan kembali pinjaman (Restructuring)
d. Penjualan asset yang dijadikan jaminan (agunan) oleh peminjam
e. Pengajuan klaim kepada lembaga peminjam/asuransi kredit
f. Melalui pengadilan, bagi peminjam yang dalam surat perjanjiannya sudah diatur
tentang ini
g. Penjualan perusahaan, jika kondisi benar – benar terpaksa , sehingga menjual
perusahaan dinilai sebagai jalan menyelesaian terbaik
h. Pengambilalihan utang oleh pihak ketiga yang dinilai dapat menjamin pengemblian
kewajibannya
i. Meminta debitur mengupayakan dana dari pihak lain untuk melunasi kewajibannya.
j. Mensyaratkan adanya tenaga professional dalam mengelola usaha debitur, baik dari
pihak lain maupun tenaga dari pihak kreditur yang ditrmpatkan pada perusahaan
debitur.
k. Penghapusan (write off) yaitu penghapusan sebagian atau seluruh pinjaman macet.
l. Apabila seluruh prosedur diatas telah ditempuh dan ternyata masih terjadi
perselisihan antara pihak KSP/USP Koperasi dengan debitur, maka penyelesaian
hukum dapat ditempuh yang diatur menurut undang – undang perdata yang berlaku.
(Keputusan menteri Negara koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia
Nomor 96/Kep/M.KUKM/IX/2004).

M. Standar Operasional Manajemen Usahan Simpan Pinjam

Dalam peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 15/Per/M.KUKM/IX/2015 dinyatakan bahwa Standar Operasional Manajemen
merupakan panduan bagi pihak manajemen koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi dalam memberikan pelayanan prima bagi anggota, calon anggota,
koperasi lain, dan/atau anggotanya. Standar Operasi Manajemen bagi Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi adalah struktur tugas , prosedur kerja, system
manajemen dan standar kerja yang dijadikan panduan bagi pihak manajemen koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi.

Ruang lingkup standar operasional manajemen meliputi 4 (empat) bagian yang terdiri
atas sebagai berikut.
1. Standar operasional manajemen kelembagaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi.
2. Standar operasional manajemen usaha koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam
koperasi
3. Standar operasional manajemen keuangan koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam
koperasi.
4. Pengamanan asset dan hutang

Standar operasional manajemen kelembagaan terdiri dari atas sebagai berikut.


1. Organisasi dan manajemen koperasi simpan pinja/unit simpan pinjam koperasi
2. Pengelolaan organisasi
3. Prosedur penutupan unit simpan pinjam koperasi
4. Prosedur pembubaran
5. Pembagian dan penggunaan sisa hasil usaha
6. Penggolongan asset koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi

Standar koperasi manajemen usaha terdiri dari atas sebagai berikut.


1. Penghimpunan dan penyaluran dana
2. Jenis pinjaman
3. Persyaratan calon pinjaman
4. Pelayanan pinjaman kepada unit lain
5. Batasanmaksimum pinjaman
6. Biaya administrasi pinjaman
7. Agunan
8. Pengembalian jangka waktu pinjaman
9. Analisis pinjaman
10. Pembinaan anggota oleh KSP/USP Koperasi
11. Penanganan pinjaman bermasalah

Standar operasional manajemen keuangan terdiri dari atas sebagai berikut.


1. Pencatatan asset wajib atas nama badan hukum koperasi yang bersangkutan
2. Wajib memiliki catatan kepemilikan asset koperasi, yang paling sedikit menjelaskan
status kepemilikan, sumber, harga, tanggal perolehan, dan spesifikasi harta yang dimiliki
beserta kondisi fisiknya
3. Asset tetap koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam koperasi paling banyak 40%
dapat dijadikan jaminan utang dengan persetujuan rapat anggota
4. Utang koperasi wajib dicatat atas sumber, jumlah, dan tanggal perolehannya.
5. Utang koperasi bersumber dari modal penyertaan tidak dapat dikonversi menjadi modal
sendiri.
6. Utang koperasi dengan tenggat waktu jangka panjang wajib mendapat persetujuan rapat
anggota

N. Modal Usaha Simpan Pinjam


Dalam peraturan menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah republic
Indonesia nomor 15/Per/M.KUKM/IX/2015, disebutkan bahwa: modal usaha adalah dana
yang harus tersedia untuk usaha dan merupakan dana yang tertanam dalam bentuk aktiva
lancar maupun aktiva tetap.

Modal usaha awal pada setiap pendirian koperasi simpan pinjam primer dan
koperasi simpan pinjam sekunder yang dihimpun dari simpanan pokok dan simpanan
wajib anggotanya dan dapat ditambah dengan hibah. Modal usaha awal koperasi simpan
pinjam primer sebagaimana dimaksud dalam kalimat diatas dalam bentuk deposito pada
bank pemerintah dengan rincian sebagai berikut.
1. Modal koperasi simpan pinjam primer dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
kabupaten/kota ditetapkan sebesar Rp. 15.000.000,-
2. Modal koperasi simpan pinjam primer dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
kabupaten/kota dalam stu daerah provinsi ditetapkan sebesar Rp. 75.000.000,-
3. Modal koperasi simpan pinjam primer dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
provinsi ditetapkan sebesar Rp. 375.000.000,-

Modal usaha awal pada setiap pendirian koperasi simpan pinjam primer dan
koperasi simpan pinjam sekunder dihimpun dari simpanan pokok dan simpanan wajib
anggotanya dan dapat ditambah dengan hibah dalam bentuk deposito pada bank
pemerintah dengan rincian sebagai berikut.
1. Modal koperasi simpan pinjam sekunder dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
kabupaten/kota ditetapkan sebesar Rp. 50.000.000,-
2. Modal koperasi simpan pinjam sekunder dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
kabupaten atau kota dalam satu daerah provinsi ditetapkan sebesar Rp. 150.000.000,-
3. Modal koperasi simpan pinjam sekunder dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
provinsi ditetapkan sebesar Rp. 500.000.000,-

Setiap pembentukan unit simpan pinjam koperasi primer atau unit simpan pinjam
koperasi sekunder, wajib menyediakan modal tetap yang dipisahkan dari asset koperasi,
dalam bentuk deposito pada bank pemerintah yang ditetapkan sebagai berikut.
1. Modal awal pembentukan unit simpan pinjam koperasi primer sebesar Rp. 15.000.000,-
2. Modal awal pembentukan unit simpan pinjam koperasi sekunder sebesar Rp.
50.000.000,-

O. Kegiatan Usaha Simpan Pinjam

Pada peraturan menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah republic
Indonesia nomor 15/Per/M.KUKM/IX/2015 dituliskan bahwa kegiatan usaha simpan
pinjam meliputi sebagai beikut.
1. Menghimpun simpanan dari anggota
2. Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggota koperasi yang bersangkutan,
koperasi lain, dan/atau anggotanya.
3. Mengelola keseimbangan sumber dana dan penyaluran pinjaman

Lebih lanjut dalam peraturan tersebut juga disebutkan bahwa koperasi wajib
mwmiliki system informasi pelayanan anggota sebagai alat pengendaliaan dan
pengambilan keputusan. Pengelola wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan simpanan, tabungan masing – masing penyimpanan, serta pinjaman yang
disalurkannya, kecuali dalam hal yang diperlukan untuk kepentingan proses pengawasan,
peradilan, dan perpajakan. Pengurus dan pengelola wajib memberikan kesempatan dan
memberikan bantuankepada pejabat yang berwenang untuk memeriksa buku, dokumen,
dan berkas – berkas yang ada padanya dalam rangka memperoleh kebenaran dan segala
keterangan serta penjelasan yang dilapotkan oleh koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam koperasi. Koperasi wajib memasang papan nama pada kantor pusat dan
kantor jaringan usaha.

Anda mungkin juga menyukai