Anda di halaman 1dari 30

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN:

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2. SAINS & TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM.

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Putri Rahma Praptiwi


NIM : G1A020054
Fakultas&Prodi : FMIPA/ BIOLOGI
Semester :1

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik dan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya dan nikmat sehat-Nya, baik
sehat fisik maupun mental tentunya penulis tidak akan mampu menyelesaikan tugas
secara baik dan benar.

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas perjuangan beliau sehingga kita mampu keluar dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita kelak mendapatkan
syafa’at beliau di akhirat nanti.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam, karena
melalui tugas yang diberikan ini penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait materi yang penulis tekuni.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat serta wawasan kepada pembaca
terkait materi yang penulis bahas pada artikel ini. Selain itu, penulis menyadari bahwa
artikel ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
kritik serta saran yang baik dari pembaca agar artikel ini nantinya dapat menjadi artikel
yang lebih baik kedepannya. Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada
penulisan artikel ini, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun, Mataram 20 Oktober 2020

Putri Rahma Praptiwi


G1A020054

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 7
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 16
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits) 21
BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Keadilan serta
Penegakan Hukum dalam Islam 24
DAFTAR PUSTAKA 27

iii
BAB I

TAUHID : KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM


ISLAM

Di dalam agama Islam, Tuhan yaitu zat Maha Tinggi dan tunggal (Esa), Kekal
atau Abadi, pencipta segala sesuatu di dalam alam semesta, Maha Mengetahui
dan pencipta takdir makhluk ciptaan-Nya. Agama Islam mengajarkan bahwa Tuhan
muncul dimana pun dan di segala kondisi, seperti yang dijelaskan di dalam Al-
Qur’an surah Al-An’am ayat 103 :

َ ٰ ‫ك َوه َُو ٱأْل َب‬


‫ْص ُر ُت ْد ِر ُك ُه اَّل‬ َ ٰ ‫ْٱل َخ ِبي ُر ٱللَّطِ يفُ َوه َُو ۖ ٱأْل َ ْب‬
ُ ‫ص َر ي ُْد ِر‬

“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
yang terlihat; dan Dialah yang Maha Halus dan Maha Mengetahui.” Di dalam Al-
Qur’an juga dijelaskan bahwa Tuhan lebih dekat pada manusia daripada urat nadi
manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon kepada-Nya.

Secara etimologi, kata Allah berasal dari kata ilah yang berarti menyembah.
Dapat juga berasal dari kata alih yang memiliki arti ketenangan, kekhawatiran, dan
rasa cinta yang mendalam. Makna kata alih mengarah kepada makna keharusan
untuk tunduk dan mengagungkan. Kata ilah dapat juga berarti penyembahan yang
menurut Abu Haitsam sesuatu tidak dapat disebut sebagai ilah sampai sesuatu itu
disembah atau dijadikan sesembahan. Selain itu, kata ilah berakar dari induk kata
wilah yang dapat berarti :

a. Sebuah bentuk kesedihan yang mendalam yang dapat menghilangkan akal


sehat

b. Rasa bimbang yang disebabkan oleh tebalnya rasa cinta

c. Sebuah bentuk kasih sayang

Kata wilah mengekspresikan rasa butuh seorang hamba kepada Tuhan atas
kehidupan, tetapi dapat juga berarti ungkapan rasa lemah seorang hamba kepada
Tuhan, sehingga seorang hamba harus berlindung dalam kebesaran Tuhan.

Sedangkan menurut terminologi Islam, kata Allah merupakan nama Tuhan


yang paling agung yang menunjukkan keagungan dan kemuliaan Tuhan. Menurut
Ibnu Asyur, kata Allah adalah nama bagi zat yang wajib wujud yang berhak untuk

1
mendapatkan segala bentuk pujian. Selain itu, ada kata ahad yang memiliki peran
penting dalam mengekspresikan keesaan Tuhan yang mutlak. Menurut Ibnu
Manzhur, fungsi dari kata ahad untuk menggambarkan sebuah bentuk ketunggalan
atau keesaan yang senantiasa kekal dalam ketunggalannya dan tak ada sesuatu
pun yang berkongsi dalam ketunggalan dan keesaannya itu, bahkan kata ahad
merupakan sebuah bentuk kata numerik yang menafikan pluralitas.

Tauhid adalah ajaran agama Islam yang paling mendasar, yaitu meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, Yang Maha Esa,
tidak beranak, serta tidak memiliki kekurangan sedikit pun. Istilah tauhid berasal
dari kata ahad yang berarti satu atau tunggal. Kata tauhid dan ahad tidak bisa
dipisahkan karena kata ahad mendukung makna tauhid itu sendiri. Kita wajib
menanamkan sifat tauhid di dalam diri kita sebagai umat muslim. Patuh terhadap
perintah Allah, serta tidak mengerjakan perbuatan yang dapat membuat Allah
murka.

Pengertian tauhid juga disampaikan oleh Yusuf Qardhawiy yang dibedakan


menjadi tauhid I’tiqadi ‘ilmi (keyakinan yang bersifat teoritis) dan tauhid I’tiqadi
amali suluki (keyakinan yang bersifat praktis, tingkah laku).

Tauhid I’tiqadi ‘ilmi yaitu berupa ma’rifat (pengetahuan), I’tiqadi (keyakinan),


dan itsbat (pernyataan). Sedangkan tauhid I’tiqadi amali suluki berupa at-thalab
(permohonan), al-qashdu (tujuan), dan al-iradah (kehendak). Menurut Yusuf
Qardhawiy keimanan seseorang tidak dapat diterima disisi Allah jika tidak
mentauhidkan Allah secara teoritis dan praktis.

Berdasarkan pengertian tauhid tersebut, maka makna tauhid dibagi menjadi


empat yaitu:

1. Tauhid Rububiyah, istilah Rabb secara pokok mengandung arti yang majemuk.
Tetapi jika dijabarkan istilah Rabb berarti pencipta alam semesta beserta dengan
isinya, pembimbing yang menjamin tersedianya segala kebutuhan dan yang
bertugas mengurus soal pendidikan dan pertumbuhan, pengasuh, penjaga, dan
yang bertanggungjawab dalam mengajar dan memperbaiki keadaan, pemimpin
yang dijadikan kepala, yang bagi anak buahnya menjadi tempat mereka berhimpun
di sekelilingnya, pemuka yang ditaati, kepala dan pemilik kekuasaan mutlak, yang
putusannya dipatuhi dan kedudukan serta ketinggiannya diakui serta berwenang
untuk memilih dan menentukan kebijaksanaan, serta raja yang dipertuan. Dari

2
pengertian tersebut, maka tauhid rububiyah adalah kesadaran dan keyakinan
bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam
semesta.

2. Tauhid Mulkiyah, kata malik berarti raja. Dalam hal ini, Allah adalah raja yang
mengatur dan bebas melakukan apapun. Dia-lah pemilik segala sesuatu di langit
dan di bumi serta tidak ada yang mampu menandingi kekuasaan Allah. Arti dari
tauhid mulkiyah secara lebih detail yaitu :

a. Tidak ada wali (pemimpin) yang pantas memimpin kecuali hanya Allah (La
Waliya Ilallah)

b. Tidak ada penguasa yang menentukan (hakim) kecuali hanya Allah (La Hakima
Ilallah)

c. Tidak ada yang pantas menjadi tujuan (ghayah) kecuali hanya Allah (La Ghayata
Ilallah)

3. Tauhid Uluhiyah, tauhid ini mengandung arti sesuatu yang disembah dengan
penuh rasa cinta dan pengagungan. Dzat yang dipuja dengan sepenuh hati, tunduk
dan patuh kepada-Nya, berserah diri hanya kepada-Nya, berdoa dan bertawakkal
kepada-Nya, serta jika mengingat-Nya hati menjadi tenang.

4. Tauhid Sifatiyah, yaitu penetapan dan pengakuan yang kokoh atas nama dan
sifat-sifat Allah berdasarkan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an dan petunjuk yang
diberikan oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya. Oleh karena itu, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan seperti jangan memberi nama Allah SWT dengan
nama-nama yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an, jangan memiripkan atau
menyamakan Allah dengan makhluk lain, serta mengimani dengan baik nama lain
dan sifat Allah.

Keistimewaan dan kebenaran konsep ketuhanan sudah dijelaskan di dalam


agama Islam. Konsep ketuhanan dibagi menjadi dua, yaitu konsep ketuhanan yang
berdasarkan pada Al-Qur’an dan hadits dan konsep ketuhanan yang bersifat
spekulasi berdasarkan penafsiran yang spekulatif dan filosofis.

1. Konsep ketuhanan yang berdasarkan Al-Qur’an dan hadits terdapat pada


beberapa ayat di dalam Al-Qur’an, seperti yang terdapat pada wahyu pertama Al-
Qur’an yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5. Pada surah tersebut, Allah mengajarkan

3
kepada manusia berbagai hal termasuk bagaimana konsep ketuhanan. Sebagai
umat muslim, kita percaya bahwasannya Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang
diturunkan sebagai petunjuk kepada manusia. Selain itu, di dalam Al-Qur’an Allah
menuturkan tentang diri-Nya dan sifat-sifat-Nya.

Berdasarkan surah Al-A’raf ayat 172:

ۛ‫ُّك أَ َخ َذ َوإِ ْذ‬ ُ ُ َ ٓ َ ُ ْ‫وا ۖ ِب َر ِّب ُك ْم أَلَس‬


ِ ‫ت أنفُسِ ِه ْم َعلَ ٰى َوأ ْش َهدَ ُه ْم ذرِّ َّي َت ُه ْم ظه‬
َ ‫ُور ِه ْم مِن َءا َد َم َبن ِٓى م ِۢن َرب‬ ۟ ُ‫َش ِه ْد َنٓا ۛ َبلَ ٰى َقال‬

‫وا أَن‬ َ ‫ٰغَ فِل‬


۟ ُ‫ِين ٰ َه َذا َعنْ ُك َّنا إِ َّنا ْٱلقِ ٰ َي َم ِة َي ْو َم َتقُول‬

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

Pengakuan akan adanya Tuhan sudah ada di dalam diri manusia sejak
pertama kali diciptakan. Pada saat manusia masih berbentuk ruh, Allah menjadi
saksi atas pengakuan manusia akan adanya Allah. Sehingga, secara alamiah
manusia sudah mengakui adanya Tuhan sebelum mereka lahir ke dunia.

Allah mengirimkan utusan yaitu para nabi kepada manusia agar mengenal
Allah serta menegakkan kembali ajaran tauhid yang mulai melenceng. Kerusakan
moral yang terjadi pada manusia seperti menyembah berhala, harus segera
diluruskan lagi. Seperti yang terdapat pada surah Al-Anbiya ayat 25 :

‫ُول مِن َق ْبل َِك مِن أَرْ َس ْل َنا َو َمٓا‬ ٰ


ٍ ‫أَ َّنهُۥ إِلَ ْي ِه ُنوح ِٓى إِاَّل رَّ س‬, ‫ُون أَ َن ۠ا إِٓاَّل إِلَ َه ٓاَل‬
ِ ‫َفٱعْ ُبد‬

Artinya : Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

Sampai pada akhirnya, Allah mengutus nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad
SAW ditengah-tengah kaum jahiliyah arab yang menyembah berhala. Masyarakat
arab pada waktu itu sebenarnya sudah mengenal Allah, tetapi dalam pemahaman
yang salah. Mereka menganggap Allah merupakan golongan jin, serta memiliki
anak. Oleh sebab itu, untuk berdialog dengan Allah mereka beranggapan
memerlukan perantara, seperti berhala yang mereka jadikan alat untuk

4
berkomunikasi dengan Allah. Tentunya hal tersebut sudah sangat melenceng dari
ajaran tauhid. Namun, dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW ditengah-tengah
mereka perlahan ajaran tauhid kembali ditegakkan. Masyarakat pun mulai kembali
ke ajaran yang benar, meski tentunya masih ada beberapa kaum yang tetap
membangkang dan tidak terima dengan kebenaran yang di bawa oleh Rasulullah
SAW.

Allah juga memiliki 99 nama yang semuanya sudah ada di dalam Al-Qur’an. 99
nama tersebut menggambarkan semua sifat Allah, karena Allah Maha Sempurna
atas segala sesuatu. Selain itu, Allah juga Maha Mengetahui atas segala sesuatu
yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada sesuatu pun yang dapat bersembunyi
dari-Nya. Hal ini dijelaskan di dalam surah Yunus ayat 61 yang artinya : “Kamu
tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an
dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi
atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu
biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil
dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab
yang nyata (Lauful Mahfuzh).”

2. Konsep Tuhan berdasarkan spekulasi, yaitu konsep yang diungkapkan oleh


para ulama tetapi tidak sampai menyimpang dari Al-Qur’an. Beberapa diantaranya
yaitu Hulul, Ittihad, dan Wahdatul Wujud.

Hulul atau disebut juga “peleburan antara Tuhan dan manusia” yaitu paham
yang dipopulerkan oleh Mansur Al-Hallaj. Paham ini menyatakan bahwa dalam
keadaan tertentu, seorang sufi dapat melebur dengan Allah.

Ittihad yaitu paham yang dipopulerkan oleh Abu Yazid al-Bustami. Ittihad
sendiri mengandung arti “bergabung menjadi satu”, yang berarti seorang sufi dapat
bersatu dengan Allah setelah terlebih dahulu melebur dalam sandaran rohani dan
jasmani (fana) yang kemudian dalam keadaan baqa, bersatu dengan Allah.

Wahdatul Wujud yaitu paham yang dipopulerkan oleh Ibnu Arabi. Paham ini
bermula dari hadits Qudsi yaitu “Aku pada mulanya adalah harta yang
tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Ku-ciptakan makhluk, maka
mereka mengenal Aku melalui diri-Ku.” Menurutnya, Tuhan tidak akan dikenal jika
tidak menciptakan alam semesta. Alam adalah penampakan lahir Tuhan, sehingga
Allah adalah satu-satunya wujud yang nyata dan alam semesta hanya bayang-

5
bayang-Nya. Pemikiran ini yang kemudian menjadi pendapat Ibnu Arabi bahwa
seorang sufi dapat keluar dari aspek kemakhlukan dan dapat melebur dalam diri
Allah.

Konsep ketuhanan dalam Islam sudah banyak dijelaskan didalam Al-Qur’an.


Melalui Al-Qur’anlah Allah menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki-Nya, serta kuasa
Allah atas langit dan bumi yang tidak ada satupun makhluk yang mampu
menandingi-Nya.

Berdasarkan penjelasan diatas, sudah sepatutnya kita menjaga keimanan kita


dengan selalu menjaga hati, pikiran, bahkan tingkah laku kita untuk selalu
mengesakan Allah. Keimanan ini harus terus ditingkatkan oleh seorang muslim
sebagai bukti kepercayaannya kepada agama Allah.

Menjadi seorang muslim adalah nikmat terbesar yang Allah berikan. Sehingga
sudah sepatutnya kita menjadi muslim yang baik, yaitu seorang muslim yang
menaati perintah Allah, meneladani sikap Rasulullah SAW, selalu mengambil
tindakan berlandaskan Al-Qur’an dan hadits. Selain itu, sudah sepatutnya kita
menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT, karena sudah pasti hal
tersebut jika kita kerjakan maka hanya akan mendapatkan kerugian.

6
BAB II

SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS

Sains dan teknologi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena
keduanya saling berikatan satu sama lain. Sains yaitu pengetahuan manusia
tentang alam yang digunakan sebagai sumber kesepakatan para ahli untuk
mengambil suatu kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data. Sedangkan,
teknologi yaitu hasil dari penerapan sains atau pengetahuan yang diperoleh melalui
pemanfaatan alam melalui kegiatan yang produktif.

Dalam konteks sains, Al-Qur’an mengembangkan beberapa langkah sebagai


berikut :

1. Al-Qur’an memerintahkan agar manusia mengenali alam sekitarnya, sifat-sifat,


serta proses alamiah yang terjadi

2. Al-Qur’an mengajarkan kepada manusia agar melakukan pengukuran terhadap


gejala-gejala alam

3. Al-Qur’an menekankan pentingnya melakukan analisis terhadap fenomena alam


melalui proses penalaran yang kritis untuk mendapatkan kesimpulan yang rasional.

Tiga langkah tersebutlah yang manjadi pedoman para ilmuwan, yaitu observasi
(pengamatan), melakukan pengukuran, kemudian menarik kesimpulan
berdasarkan observasi dan pengukuran yang dilakukan.

Perkembangan sains dan teknologi terjadi sepanjang waktu. Banyak fakta baru
yang diketahui oleh manusia setelah melakukan berbagai macam penelitian yang
tentunya dengan bantuan alat yang sangat canggih. Tetapi, jauh sebelum para
peneliti, Al-Qur’an sudah lebih dahulu mengungkapkan berbagai macam fakta
terkait makhluk hidup bahkan tentang fenomena alam yang terjadi. Hal ini sesuai
dengan firman Allah di dalam Q.S Al-Baqarah ayat 2 :

َ ‫ٰ َذل َِك ْٱل ِك ٰ َتبُ اَل َري‬


َ ‫ْب ۛ فِي ِه ۛ ُه ًدى لِّ ْل ُم َّتق‬
‫ِين‬

Artinya : “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya;petunjuk bagi


mereka yang bertakwa.”

7
Dalam firman Allah tersebut sudah sangat jelas bahwa isi atau kandungan Al-
Qur’an tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Bahkan, sudah sangat banyak
peneliti yang masuk Islam setelah mempelajari apa yang terkandung di dalam Al-
Qur’an.

Banyak fenomena alam yang sudah diteliti oleh para ilmuwan, hal ini untuk
mengetahui penyebab fenomena tersebut bisa terjadi untuk dijadikan pengetahuan
bagi manusia, seperti halnya dengan proses terjadinya hujan. Para ilmuwan sudah
banyak mempelajari tentang berbagai jenis awan, proses pembentukannya,
sampai pada proses terjadinya hujan. Namun, didalam Al-Qur’an sendiri, proses
terjadinya hujan ini sudah dijelaskan secara akurat seperti pada Al-Qur’an surah
An-Nur ayat 43 :

‫أَلَ ْم َت َر أَنَّ ٱهَّلل َ ي ُْز ِجى َس َحابًا ُث َّم ي َُؤلِّفُ َب ْي َنهُۥ ُث َّم َيجْ َعلُهُۥ ُر َكامًا َف َت َرى ْٱل َو ْدقَ َي ْخ ُر ُج مِنْ ِخ ٰلَ ِلهِۦ َو ُي َن ِّز ُل م َِن ٱل َّس َمٓا ِء مِن‬
‫صر‬َ ٰ ‫ال فِي َها م ِۢن َب َر ٍد َفيُصِ يبُ ِبهِۦ َمن َي َشٓا ُء َو َيصْ ِرفُهُۥ َعن مَّن َي َشٓا ُء ۖ َي َكا ُد َس َنا َبرْ قِهِۦ َي ْذ َهبُ ِبٱأْل َ ْب‬ ٍ ‫ِج َب‬

Artinya : “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian


mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-
tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga)
menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan
seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-
Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”

Selain itu, para ilmuwan juga mengungkapkan tentang pertemuan dua lautan
yang memiliki temperatur, kadar garam, serta massa jenis yang berbeda.
Fenomena dua lautan yang bertemu ini sudah dijelaskan didalam Al-Qur’an sejak
14 abad yang lalu, yang dimana para ilmuwan baru bisa mengungkapkan
penyebabnya beberapa waktu belakangan, yaitu laut Mediterania yang memiliki air
yang hangat dan kadar air garam serta massa jenisnya yang berbeda dengan
Samudra Atlantik. Hal ini terdapat pada Al-Qur’an surah Ar-Rahman ayat 19-20 :

ِ ‫ْن َي ْل َتقِ َي‬


ِ ‫ ) َب ْي َن ُه َما َبرْ َز ٌخ اَّل َي ْب ِغ َي‬٠٢ ‫ان‬
) ٩١ ‫ان‬ ِ ‫َم َر َج ْٱل َبحْ َري‬

Artinya : “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian


bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”

8
Surah lain yang menjelaskan tentang pertemuan dua lautan ini adalah Al-
Qur’an surah Al-Furqan ayat 53 :

‫ات َو ٰ َه َذا م ِْل ٌح أُ َجا ٌج َو َج َع َل َب ْي َن ُه َما َبرْ َز ًخا َوحِجْ رً ا مَّحْ جُورً ا‬
ٌ ‫ْن ٰ َه َذا َع ْذبٌ فُ َر‬
ِ ‫َوه َُو ٱلَّذِى َم َر َج ْٱل َبحْ َري‬

Artinya : “Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir


(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia
jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Pengetahuan lain yang juga dijelaskan didalam Al-Qur’an adalah tentang


pentingnya ASI (Air Susu Ibu) bagi bayi. Seperti yang diketahui, bahwa ASI
memiliki kandungan manfaat yang tinggi dan sangat berguna bagi pertumbuhan
dan perkembangan otak pada bayi. Para ilmuwan mengungkapkan bahwa ASI
lebih baik dan terserap dengan baik oleh tubuh bayi daripada susu formula atau
susu sapi. Terkait anjuran memberi ASI pada bayi ini sudah dijelaskan pada Al-
Qur’an surah Al-Baqarah ayat 233 :

َ َّ‫ْن ۖ لِ َمنْ أَ َرادَ أَن ُي ِت َّم ٱلر‬ ٰ


َّ‫ضا َع َة ۚ َو َعلَى ْٱل َم ْولُو ِد لَهُۥ ِر ْزقُهُنَّ َوكِسْ َو ُتهُن‬ ِ ‫ْن َكا ِملَي‬ ِ ‫ت يُرْ ضِ عْ َن أَ ْولَدَ هُنَّ َح ْولَي‬ ُ َ‫َو ْٱل ٰ َول ِٰد‬
‫ث م ِْث ُل ٰ َذل َِك ۗ َفإِنْ أَ َرا َدا‬ ِ ‫ار‬ ۢ
ِ ‫ِب ْٱل َمعْ رُوفِ ۚ اَل ُت َكلَّفُ َن ْفسٌ إِاَّل وُ سْ َع َها ۚ اَل ُتضَٓارَّ ٰ َولِدَ ةٌ ِب َولَ ِد َها َواَل َم ْولُو ٌد لَّهُۥ ِب َولَ ِدهِۦ ۚ َو َعلَى ْٱل َو‬
‫اح َعلَي ِْه َما ۗ َوإِنْ أَ َرد ُّت ْم أَن َتسْ َترْ ضِ ع ُٓو ۟ا أَ ْو ٰلَ َد ُك ْم َفاَل ُج َنا َح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّمْ ُتم مَّٓا َءا َت ْي ُتم‬
َ ‫اض ِّم ْن ُه َما© َو َت َشاوُ ٍر َفاَل ُج َن‬ ٍ ‫صااًل َعن َت َر‬ َ ِ‫ف‬
‫ون بَصِ ي ٌر‬ َ ُ‫وا ٱهَّلل َ َوٱعْ لَم ُٓو ۟ا أَنَّ ٱهَّلل َ ِب َما َتعْ َمل‬
۟ ُ‫ِب ْٱل َمعْ رُوفِ ۗ َوٱ َّتق‬

Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa
atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.”

Fakta lain yang terungkap melalui Al-Qur’an adalah tentang fungsi serebrum
(otak besar) yang didalam Al-Qur’an disebut sebagai ubun-ubun. Secara psikologi,
otak besar memiliki fungsi untuk merencanakan, memotivasi, dan memprakasai hal
yang baik atau buruk. Selain itu, otak besar bertanggung jawab atas kebenaran

9
atau kebohongan yang diucapkan oleh manusia. Firman Allah yang menjelaskan
hal ini adalah Al-Qur’an surah Al-‘Alaq ayat 15-16 :

٥١( ‫ ِبٱل َّناصِ َي ِة َل َنسْ َف ۢعً ا َين َت ِه لَّ ْم َلئِن َكاَّل‬٦١( ‫َناصِ َي ٍة ٰ َك ِذ َب ٍة َخاطِ َئة‬

Artinya : “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya
Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi
durhaka.”

Sudah banyak dalil Al-Qur’an yang terbukti kebenarannya seiring berjalannya


waktu dan berkembangnya teknologi yang digunakan manusia. Para ilmuwan
berlomba-lomba untuk menemukan pengetahuan baru. Bahkan sudah banyak
ilmuwan terkenal ketika meneliti tentang penemuannya, ternyata menemukan
jawaban ketika mencoba mendalami isi Al-Qur’an. Oleh sebab itu, banyak dari
mereka yang kemudian memeluk agama Islam, diantaranya adalah :

1. Maurice Bucaille

Seorang peneliti yang meneliti jasad Fir’aun yang lahir pada 19 Juli 1920 dan
merupakan ahli bedah asal Perancis. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa
sisa garam pada mumi Fir’aun disebabkan karena Fir’aun yang mati tenggelam.
Hal tersebut sesuai yang dijelaskan didalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 92 :

‫ك َف ْٱل َي ْو َم‬
َ ‫ك ُن َنجِّ ي‬ َ ‫اس م َِّن َكثِيرً ا َوإِنَّ ۚ َءا َي ًة َخ ْل َف‬
َ ‫ك ِل َمنْ لِ َت ُك‬
َ ‫ون ِب َبدَ ِن‬ َ ُ‫لَ ٰغَ فِل‬
ِ ‫ون َءا ٰ َي ِت َنا َعنْ ٱل َّن‬

Artinya : “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”

Maurice yang mengetahui hal tersebut dari seorang ilmuwan muslim kemudian
masuk Islam. Ia menyadari bahwa apa yang terkandung didalam Al-Qur’an itu
benar adanya.

2. Leopold Werner Ehrenfels

Merupakan seorang psikiater dan ahli neurologi yang berkebangsaan Austria.


Leopold tertarik pada dunia timur yang dibuktikan dengan sering mengunjungi
Eropa bagian tenggara dan Turki, disana ia sering mengikuti shalat berjamaah
walaupun belum beragama Islam. Dia meneliti tentang berwudhu dan menemukan

10
fakta terkait pusat saraf yang peka terhadap tubuh manusia. Pusat saraf yang peka
ini terdapat pada dahi, tangan, dan kaki yang sensitif terkena air. Pusat saraf yang
terkena air ini dapat memelihara kesehatan. Ia kemudian masuk Islam pada tahun
1927 dan berganti nama menjadi Baron Omar Rolf von Ehrenfels. Hasil penelitian
terkait berwudhu ini dijelaskan pada Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 6 :

‫ُوا ِب ُرءُوسِ ُك ْم َوأَرْ ُجلَ ُك ْم إِلَى‬۟ ‫وا وُ جُو َه ُك ْم َوأَ ْي ِد َي ُك ْم إِلَى ْٱل َم َراف ِِق َوٱ ْم َسح‬ ۟ ُ‫ٱغسِ ل‬ َ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذ‬
َّ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ۟ا إِ َذا قُمْ ُت ْم إِلَى ٱل‬
ْ ‫صلَ ٰو ِة َف‬
۟ ‫ض ٰ ٓى أَ ْو َعلَ ٰى َس َف ٍر أَ ْو َجٓا َء أَ َح ٌد مِّن ُكم م َِّن ْٱلغَٓائِطِ أَ ْو ٰلَ َمسْ ُت ُم ٱل ِّن َسٓا َء َفلَ ْم َت ِجد‬
‫ُوا‬ َ ْ‫ُوا ۚ َوإِن ُكن ُتم مَّر‬ ۟ ‫ٱط َّهر‬
َّ ‫ْن ۚ َوإِن ُكن ُت ْم ُج ُنبًا َف‬ ِ ‫ْٱل َكعْ َبي‬
‫ُوا ِبوُ جُو ِه ُك ْم َوأَ ْيدِي ُكم ِّم ْن ُه ۚ َما ي ُِري ُد ٱهَّلل ُ لِ َيجْ َع َل َعلَ ْي ُكم مِّنْ َح َر ٍج َو ٰلَكِن ي ُِري ُد لِ ُي َطه َِّر ُك ْم َولِ ُي ِت َّم‬ ۟ ‫ٱمْسح‬
َ ‫ِيدا َط ِّيبًا َف‬ ً ‫صع‬ َ ‫ُوا‬ ۟ ‫َمٓا ًء َف َت َي َّمم‬

َ ‫نِعْ َم َتهُۥ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت ْش ُكر‬


‫ُون‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan


shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur.”

3. Keith Moore

Memiliki nama lengkap Dr.Keith L.Moore Msc,PhD,FIAC,FSRM yaitu seorang


profesor pada divisi anatomi departemen bedah. Dia juga merupakan ketua
anatomi pada tahun 1976-1984 serta asosiasi dekan untuk ilmu kedokteran
fakultas kedokteran di University of Toronto, Ontaria, Kanada. Beliau membaca
artikel tentang perkembangan janin sampai lahir yang sudah dijelaskan sejak
dahulu didalam Al-Qur’an, sedangkan ilmu perkembangan janin sampai lahir baru
diketahui manusia belakangan ini. Karena hal tersebut, Keith Moore akhirnya
memeluk agama Islam dan aktif menangani himpunan medika Islam Amerika
Utara. Berbagai penjelasan tentang sistem reproduksi manusia sudah dijelaskan
didalam berbagai surah didalam Al-Qur’an, seperti pada surah Al-Mu’minun ayat
13-14 :

ٰ
٢١( ٍ ِ‫َولَ َق ْد َخلَ ْق َنا ٱإْل ِن ٰ َس َن مِن ُسلَلَ ٍة مِّن ط‬
‫ين‬

ٰ
ٍ ‫ُث َّم َج َع ْل َن ُه ُن ْط َف ًة فِى َق َر‬
٣١( ‫ار َّمكِي‬

11
َ ‫ُث َّم َخلَ ْق َنا ٱل ُّن ْط َف َة َعلَ َق ًة َف َخلَ ْق َنا ْٱل َعلَ َق َة مُضْ غ ًَة َف َخلَ ْق َنا ْٱلمُضْ غَ َة عِ ٰ َظمًا َف َك َس ْو َنا ْٱل ِع ٰ َظ َم لَحْ مًا ُث َّم أَن َشأْ ٰ َن ُه َخ ْل ًقا َء‬
٤١( ‫اخ َر‬
ۚ ‫ِين‬ َ ‫ك ٱهَّلل ُ أَحْ َسنُ ْٱل ٰ َخلِق‬ َ ‫ار‬ َ ‫َف َت َب‬

Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu


saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

4. Masaru Emoto

Seorang peneliti asal Jepang yang meneliti tentang air zam-zam. Ia


mengungkapkan bahwa air zam-zam memiliki struktur yang sangat unik sehingga
bermanfaat untuk penyembuhan. Setelah mengetahui hal tersebut, Masaru Emoto
pun masuk Islam. Pada tahun 2003, Masaru melanjutkan penelitiannya terkait
dengan air dan mendapat bahwa partikel molekul air dapat berubah sesuai
perasaan manusia.

Masaru Emoto terus melakukan penelitian terkait molekul air dan melakukan
beberapa percobaan, seperti pada air murni yang bersumber dari mata air Khonsu.
Ketika di doakan menurut tradisi Shinto lalu didinginkan hingga -5’C, setelah
diamati melalui mikroskop elektron ternyata molekul air berubah membentuk kristal
segi enam yang indah. Selanjutnya, ia menggunakan kata “Arigatou” yang artinya
terimakasih di depan molekul air tersebut yang kemudian berubah menjadi kristal
yang sangat indah. Ketika dibacakan doa-doa Islam, kristal segi enam dengan lima
cabang daun muncul dengan sangat indah dan berkilauan. Namun, ketika
diperdengarkan kata-kata buruk seperti setan, molekul air tersebut rusak dan
hancur. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman di dalam Q.S Al-Anbiya ayat 30 :

َ ‫ض َكا َن َتا َر ْت ًقا َف َف َت ْق ٰ َن ُه َما ۖ َو َج َع ْل َنا م َِن ْٱل َمٓا ِء ُك َّل َشىْ ٍء َحىٍّ ۖ أَ َفاَل ي ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ َ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
ِ ‫ِين َك َفر ُٓو ۟ا أَنَّ ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
َ ‫أَ َولَ ْم َي َر ٱلَّذ‬

Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

12
Selain melalui Al-Qur’an, para ilmuwan juga mendapatkan sumber
pengetahuan melalui hadits, karena apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW
datangnya semata-mata dari Allah.

Hadits yang disampaikan oleh Nabi terkadang mengandung sebuah pernyataan


yang belum sampai kepada pengetahuan manusia pada masa itu. Oleh karena itu,
jika ditemukan hadits yang kandungannya diluar logika manusia maka sebagai
umat Islam kita harus mengedepankan kandungan hadits tersebut dengan syarat
hadits tersebut haruslah hadits yang shoheh, serta bukan merupakan pandangan
Nabi semata melainkan bersumber dari Allah SWT.

Beberapa pengetahuan atau ilmu yang terungkap yang bersumber dari hadits
Nabi contohnya sebagai berikut :

1. Hadits tentang bersin dan menguap

Dari Abu Hurairah Radhiallahu `anhu, dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam,
Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT menyukai bersin dan membenci
menguap, maka apabila seseorang bersin lalu ia memuji Allah SWT maka menjadi
satu keharusan bagi saudaranya yang mendengarkannya untuk menjawab
bersinnya, dan adapun menguap maka sesungguhnya ia datang dari syaitan, maka
hendaklah seseorang berupaya menghindarinya sebisanya, dan apabila ia berkata
Haa (saat menguap) maka syaitan menertawakannya.” (HR. Al-Bukhari).

Hal ini di buktikan oleh para ilmuwan yang mengatakan bahwa di saat
seseorang menguap itu adalah indikasi dari otak dan tubuhnya yang sedang
membutuhkan oksigen dan udara serta gizi, sementara alat pernapasannya tidak
sanggup memenuhi kebutuhan tersebut, maka apabila mulut tetap dalam keadaan
terbuka pada saat menguap maka udara akan masuk bersama debu, bakteri dan
penyakit lainnya, oleh karena itulah Rasulullah SAW menganjurkan kepada
ummatnya agar menutup mulutnya pada saat menguap. Sedangkan, bersin sangat
menguntungkan bagi manusia dimana bersin adalah dorongan kuat secara tiba-
tiba dari dalam tubuh yang mengeluarkan penyakit, bakteri dan debu seiring
dengan keluarnya udara dari hidung dan mulut pada saat bersin tersebut, maka
bersin adalah mengeluarkan penyakit dan itu baik bagi tubuh sehingga sangat
pantas bagi kita untuk memuji Allah SWT, sedangkan menguap itu memasukkan

13
penyakit kedalam tubuh dan itu tidak baik bagi kita sehingga kita harus
menghindarinya.

2. Hadits tentang jumlah persendian yang ada pada tubuh manusia

“Dari Abdullah Bin Buraidah ia berkata: Saya mendengar bapak saya Buraidah
berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW berkata: Di dalam tubuh
manusia terdapat tiga ratus enam puluh persendian, maka manusia itu harus
mensedekahkan untuk setiap persendiannya itu, para sahabat bertanya, siapakah
yang sanggup untuk melakukan itu ya Rasulallah? Lalu Rasul berkata:
Membenamkan ludah yang ada di dalam masjid atau menyingkirkan sesuatu yang
menghalang di jalan, jika kamu tidak sanggup melakukan itu maka shalat dhuha
dua rakaat yang kamu lakukan cukup untuk itu.” (HR. Imam Ahmad Hadits nomor
23700).

Hal ini telah dibuktikan oleh para ilmuwan masa kini. Menurut para ilmuwan,
apa yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad itu benar adanya, yaitu terkait jumlah
persendian yang terdapat pada manusia. Dengan demikian relevansi antara Hadits
Nabi dengan riset ilmiah anatomi tubuh manusia seperti yang dijelaskan di atas
semakin menambah keyakinan kita akan kebenaran dari apa yang datang dari
Rasulullah SAW.
3. Hadits tentang DNA

Artinya: Dari Abu Hurairah (ra) berkata: Seseorang dari bani fazarah datang
kepada Nabi SAW lalu ia berkata: Sesungguhnya isteri saya melahirkan bayi yang
berwarna hitam, lalu Nabi berkata kepada laki-laki tersebut: Apakah punya onta? Ia
menjawab: Iya, lalu Nabi bertanya lagi: Apa warnanya? Laki-laki itu menjawab:
Merah, lalu nabi bertanya lagi: Apakah ada di antara anak-anaknya yang berwarna
coklat? Laki-laki itu menjawab: Ya ada, lalu Nabi bertanya lagi: Kira-kira warna
yang berbeda itu datangnya darimana? Laki-laki itu menjawab: Barangkali datang
dari keturunannya yang dulu, lalu Nabi berkata: Barangkali anak kamu ini juga
disebabkan oleh sifat-sifat turunannya” (HR. Al-Bukhari dalam kitab shohehnya,
6847 dan Muslim hadits ke 3839).

14
Hadits ini berkaitan dengan adanya kemungkinan turunnya karakter dan warna
dari bapak atau kakek kepada cucunya. Dan kebenaran ini dapat dibuktikan secara
ilmiah pada hari ini.

4. Hadits tentang larangan makan dan minum sambil berdiri

Dari Abu Said Al-Khudri (ra) “Sesungguhnya Nabi SAW melarang untuk minum
dalam keadaan berdiri.” (HR. Muslim).
Hadits lain yang menerangkan hal ini juga terdapat di dalam hadits : Dari Anas dan
Qatadah (ra) dari Nabi SAW : “Sesungguhnya Beliau melarang untuk minum dalam
keadaan berdiri, Qatadah berkata: bagaimana dengan makan? Ia menjawab: itu
lebih buruk lagi.” (HR. Imam Muslim dalam kitab shohehnya, 5359).

Hadits ini telah membuktikan bahwa makan atau minum dalam keadaan berdiri
itu tidak baik bagi kesehatan percernaan. Seperti yang pernah dikatakan oleh dr.
Abdurrazzaq Al-Kailani, bahwa cara makan dan minum yang paling tepat dan
selamat adalah dengan cara duduk, tidak dengan cara berdiri, sebab minum dan
makan dengan cara berdiri akan mempersulit proses pencernaan, karena
minumam dan makanan itu akan terhempas lebih kuat ke dinding lambung, dan itu
berulang-ulang secara terus menerus akan menyebabkan kesulitan pada
pencernaan.

Itulah beberapa pembuktian pengetahuan melalui hadits. Maka, sudah


sepatutnya kita menambah keimanan kita kepada kebesaran Allah SWT, karena
tiada yang mampu menandingi bahkan mengetahui alam semesta maupun
makhluk yang ada di alam ini selain Allah SWT sang Maha Pencipta.

15
BAB III

3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

Setiap Nabi yang diutus oleh Allah SWT pasti memiliki umat atau pengikut,
dimulai dari Nabi Adam as sampai dengan Nabi terakhir yakni Nabi Muhammad
SAW. Namun, diantara semua umat yang paling terbaik adalah umat Nabi
Muhammad SAW. Umat Nabi Muhammad SAW adalah umat yang nantinya akan
memasuki Surga terlebih dahulu daripada umat-umat yang lain.

Bahkan Allah SWT memberikan pujian kepada umat Nabi Muhammad SAW di
dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 110 :

©ۗ ©ِ ‫ف© َ©و© َت© ْن© َه© ْ©و© َ©ن© َع© ِن© ا© ْل© ُم© ْن© َك© ِ©ر© َ©و© ُت© ْ©ؤ© ِم© ُن© و© َ©ن© ِب© ا©هَّلل‬ ©ِ ©‫س© َت© أْ© ُم© ُر© و© َ©ن© ِب© ا© ْل© َم© ْ©ع© ُر© و‬ ©ْ ©‫ُك© ْن© ُت© ْم© َ©خ© ْي© َ©ر© أُ© م©َّ ٍة© أُ© ْ©خ© ِ©ر© َ©ج‬
©ِ ©‫ت© ِل© ل©ن©َّ ا‬
©‫ب© لَ© َك© ا© َ©ن© َ©خ© ْي© ً©ر© ا© لَ© ُه© ْم© ۚ© ِم© ْن© ُه© ُم© ا© ْل© ُم© ْ©ؤ© ِم© ُن© و© َ©ن© َ©و© أَ© ْك© َث© ُر© ُه© ُم© ا© ْل© َف© ا© ِ©س© قُ© و© َ©ن‬
ِ ©‫َ©و© لَ© ْ©و© آ© َم© َ©ن© أَ© ْ©ه© ُل© ا© ْل© ِك© َت© ا‬

Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.”

Diantara seluruh umat Nabi Muhammad SAW, terdapat 3 generasi terbaik yaitu
para sahabat, tabi’in, serta tabi’ut dan tabi’in. Hal ini dijelaskan di dalam sebuah
riwayat hadits yaitu :

Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ِين ُث َّم َيلُو َن ُه ْم الَّ ِذي َْن ُث َّم َقرْ نِي أ ُ َّمتِـي َخي َْر‬
َ ‫َيلُو َن ُه ْم الَّذ‬

“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku (yakni sahabat). Kemudian orang-orang


yang setelah mereka (yakni tabi’in), lalu orang-orang yang setelah mereka (yakni
generasi tabi’ut dan tabi’in).” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)

16
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing generasi terbaik menurut
Rasulullah SAW :

1. Para Sahabat

Sahabat adalah orang-orang yang membantu perjuangan Rasulullah SAW


serta bertemu secara langsung dengan beliau. Menurut Imam Ahmad, sahabat
adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah baik sebulan,
sepekan, sehari, atau bahkan hanya sesaat. Para sahabat Nabi tentu adalah
orang-orang yang sudah mendapatkan jaminan Surga. Derajatnya masing-masing
ditentukan oleh seberapa lama mereka menemani Rasulullah SAW.

Para sahabat mewarisi ilmu dari Nabi Muhammad SAW. Sahabat terbaik Nabi
diantaranya adalah Khulafaur Rasyidin, yang terdiri dari Abu Bakar As-Shiddiq,
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Selain itu ada Bilal bin
Rabbah, Khalid bin Walid, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Zaid bin
Haritsah, Sa’ad bin Ubadah, Sa’ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah, Amru
bin Ash, Mua’dz bin Jabal, Abdullah bin Umar, Abu Hurairah, Hakim bin Hazm,
Imran bin Hushain, Salman Al-Farisi, Zaid bin Khattab, Abu Dzar Al-Ghiffari, Abu
Ubaidah bin Al-Jarrah, Hamzah bin Abdul Muthalib, Sa’id bin Zayd bin ‘Amr,
Wahsyi bin Harb, dan lainnya.

Dalil tentang para sahabat Nabi dijelaskan di dalam Al-Wajiz fi’Aqidati Salafish
Shalih halaman 198 :

“Barangsiapa hendak mengambil teladan, maka teladanilah orang-orang yang


telah meninggal. Mereka itu adalah para sahabat Muhammad SAW. Mereka
adalah orang-orang yang paling baik hatinya di kalangan umat ini. Ilmu mereka
paling dalam serta tidak suka membebani diri. Mereka adalah kaum terpilih oleh
Allah guna menemani Nabi-Nya dan untuk menyampaikan ajaran agama-Nya.
Oleh karena itu, teladani akhlak mereka karena sesungguhnya mereka berada di
atas jalan yang lurus.”

Keutamaan para sahabat dijelaskan dalam firman Allah SWT surah At-Taubah
ayat 100 :

©‫ي© هَّللا ُ© َع© ْن© ُه© ْم‬ ©َ ©‫ض‬ ©ِ ©‫ص© ا© ِ©ر© َ©و© ا©ل©َّ ِذ© ي© َ©ن© ا©ت©َّ َب© ُع© و© ُه© ْم© ِب© إِ© ْ©ح© َ©س© ا© ٍن© َ©ر‬ َ ©‫َ©و© ا©ل©سَّ© ا© ِب© ُق© و© َ©ن© ا©أْل َ© َّو© لُ© و© َ©ن© ِم© َ©ن© ا© ْل© ُم© َه© ا© ِج© ِ©ر© ي© َ©ن© َ©و© ا©أْل َ© ْن‬
©ُ‫ك© ا© ْل© َف© ْ©و© ُز© ا© ْل© َع© ِ©ظ© ي©م‬©َ ©‫ت© َت© ْ©ج© ِ©ر© ي© َت© ْ©ح© َت© َه© ا© ا©أْل َ© ْن© َه© ا© ُ©ر© َ©خ© ا© ِل© ِد© ي© َ©ن© ِف© ي© َه© ا© أَ© َب© ً©د© ا© ۚ© ٰ©َ©ذ© ِل‬
ٍ ©‫ض© و©ا© َع© ْن© ُه© َ©و© أَ© َ©ع© دَّ© َل© ُه© ْم© َ©ج© ن©َّ ا‬ ُ ©‫َ©و© َ©ر‬

17
Artinya : “Dan orang-orang yang terlebih dulu (berjasa kepada Islam) dari
kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, maka Allah telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.
dan Allah telah mempersiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-
sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang sangat besar.”

Selain terdapat di dalam Al-Qur’an, keistimewaan para sahabat juga terdapat di


dalam beberapa hadits atau sunnah Rasulullah SAW diantaranya :

1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencela


seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila seandainya
ada salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar Gunung Uhud
maka itu tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara mereka; yang
hanya sebesar genggaman tangan atau bahkan setengahnya saja.” (Muttafaq
‘alaih)

2. Rasulullah SAW juga bersabda, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku


(sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian
orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)

3. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bintang-bintang itu adalah


amanat bagi langit. Apabila bintangbintang itu telah musnah maka tibalah kiamat
yang dijanjikan akan menimpa langit. Sedangkan aku adalah amanat bagi para
sahabatku. Apabila aku telah pergi maka tibalah apa yang dijanjikan Allah akan
terjadi kepada para sahabatku. Sedangkan para sahabatku adalah amanat bagi
umatku. Sehingga apabila para sahabatku telah pergi maka akan datangla sesuatu
(perselisihan dan perpecahan) yang sudah dijanjikan Allah akan terjadi kepada
umatku ini.” (HR. Muslim)

4. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mencela


para sahabatku maka dia berhak mendapatkan laknat dari Allah, laknat para
malaikat dan laknat dari seluruh umat manusia.” (Ash Shahihah : 234)

18
5. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila disebutkan tentang
para sahabatku maka diamlah.” (Ash Shahihah : 24)
Allah SWT telah memerintahkan untuk mengikuti para sahabat Rasulullah
berjalan di atas jalan yang para sahabat Rasulullah tempuh, berperilaku
sebagaimana para sahabat lakukan, menapaki manhaj (cara pandang hidup)
sesuai manhaj mereka. Allah SWT berfirman :
َ ‫إِلَيَّ أَ َن‬
ْ‫اب َمنْ َس ِبي َل َوا َّت ِبع‬
Artinya : “Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku.” (Luqman: 15)
Menurut Ibnul Qayyim, ayat di atas menjelaskan bahwa setiap sahabat adalah
orang-orang yang kembali kepada Allah SWT. Maka, kita wajib mengikuti jalannya,
perkataannya, dan keyakinan (I’tiqad) mereka.
2. Tabi’in
Tabi’in yaitu orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah SAW
tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah. Namun, para tabi’in bertemu dengan
sahabat Nabi. Tabi’in merupakan orang-orang yang mewarisi ilmu daripada
sahabat Nabi.

Salah satu yang terbaik dari para tabi’in adalah Uwais Al-Qarni yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat.
Tetapi, Uwais tidak berhasil bertemu dengan Nabi. Uwais adalah orang yang
pernah disebut Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tetapi terkenal di
langit. Bahkan, Rasulullah pernah memerintahkan Umar bin Khattab dan Ali bin Abi
Thalib untuk mencari Uwais agar di doakan, karena Uwais adalah orang yang
doanya diijabah oleh Allah SWT.

Selain Uwais Al-Qarni, ada juga para tabi’in yang lain seperti Abdul Rahman bin
Abdillah, Abu Hanifah, Abu Muslim Al-Khawlani, Ali Akbar, Ali bin Abu Talha, Atta
bin Abi Rabah, Fatimah binti Sirin, Hasan Al-Bashri, Masruq bin Al-Ajda’, Ali bin
Husyain, Rabi’ah Al-Ra’iy, Raja bin Haywah, Rufay bin Mihran, Sa’id bin Jubayr,
Sa’id bin Al-Musayyib, Umar bin Abdul Aziz, Urwah bin Al-Zubayr, Tawus bin
Kaysan, Shuraih Al-Qadhi, Umm Khutum binti Abu Bakar, Qatadah, Musa bin
Nussayr, Muhammad Al-Baqir, Iyas bin Muawiyah Al-Muzani, dan masih banyak
lagi.

19
3. Tabi’ut Tabi’in
Generasi tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat
atau setelah sahabat wafat, tetapi tidak bertemu dengan para sahabat melainkan
bertemu dengan para tabi’in. Tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang mewarisi
ilmu dari para tabi’in.
Orang-orang yang termasuk ke dalam generasi ini diantaranya Abu Hanifah
Nu’man bin Tsabit, Muqotil bin Hisyam, Abdurrahman Al-Uza’il bin Amru, Malik bin
Anas bin Malik, Nafi’ bin Umar bin Abdullah, Fudhoil bin Iyadh, Sufyan bin Uyainah,
Abu Bakar bin Ayyash, Abdullah bin Mubarok, Abu Yusuf Al-Qodhi, Su’bah bin
Hajjaj, Abdul Aziz bin Abdullah, Laits bin Sa’ad bin Abdurrahman, Abdullah bin
Luha’ah, Ubaidullah bin Amru, Hammad bin Salamah, Zaidah bin Qudamah, Hasan
bin Sholih bin Hayyi, Abd Al-Rahman Al-Ghafiqi, Imam Hambali, Ja’far Ash-Shadiq,
Imam Asy-Syafi’I, Tariq bin Ziyad, Al-Auza’I, Al-Laits bin Sa’ad, dan masih banyak
lagi.

20
BAB IV
PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)
Menurut Ibnul Faris, secara etimologi kata Salafussoleh berarti “orang-orang
yang telah lampau”, serta arti al-qoumu as-salaafu’ memiliki arti mereka yang telah
terdahulu. (Mu’jam Maqayisil Lughah:3/95). Sedangkan, menurut istilah terdapat
beberapa pendapat dari para ulama terkait kata “Salaf” dan kepada siapa kata itu
sesuai untuk diberikan, diantaranya adalah :
1. Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para
sahabat Nabi saja.
2. Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para sahabat
Nabi dan Tabi’in (orang-orang yang mewarisi ilmu dari para sahabat Nabi).
3. Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah para sahabat
Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal: 276-277)), dan pendapat
yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar ulama ahlussunnah
berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
4. Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu atau periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam hadits beliau. Mereka itulah yang berada di tiga kurun atau
periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ِين ُث َّم َيلُو َن ُه ْم الَّ ِذي َْن ُث َّم َقرْ نِي أ ُ َّمتِـي َخي َْر‬
َ ‫َيلُو َن ُه ْم الَّذ‬

“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku (yakni sahabat). Kemudian orang-orang


yang setelah mereka (yakni tabi’in), lalu orang-orang yang setelah mereka (yakni
generasi tabi’ut dan tabi’in).” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)

Oleh sebab itu, setiap orang yang mengikuti jalan tiga generasi terbaik di dalam
umat Nabi Muhammad SAW, serta mengikuti manhaj (cara pandang hidup)
mereka, maka orang tersebut termasuk Salafi, karena mengikuti jejak para
generasi terbaik umat Nabi Muhammad SAW.

Dalil-dalil yang menunjukkan keistimewaan dan kewajiban mengikuti


Salafussoleh terdapat di dalam berbagai kandungan Al-Qur’an maupun sunnah
Rasulullah SAW, diantaranya :

21
1. Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 115 :

َ ‫يل ْالم ُْؤ ِمن‬


©ْ ‫ِين ُن َولِّ ِه َما َت َولَّ ٰى َو ُنصْ لِ ِه َج َه َّن َم ۖ َو َسا َء‬
‫ت مَصِ يرً ا‬ ٰ ‫َو َمنْ ُي َشاق ِِق الرَّ سُو َل مِنْ َبعْ ِد َما َت َبي ََّن لَ ُه ْاله‬
ِ ‫ُدَى َو َي َّت ِبعْ غَ ي َْر َس ِب‬

Artinya : “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran


baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan
ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke
dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”

2. Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 100 :

ٍ ‫ان َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم َج َّنا‬


‫ت‬ َ ‫ار َوالَّذ‬
ٍ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس‬ َ ‫ين َواأْل َ ْن‬
ِ ‫ص‬ َ ُ‫ون اأْل َوَّ ل‬
َ ‫ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر‬ َ ُ‫َّابق‬
ِ ‫َوالس‬
ٰ
‫ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬ َ ‫َتجْ ِري َتحْ َت َها اأْل َ ْن َها ُر َخالِد‬
َ ِ‫ِين فِي َها أَ َب ًدا ۚ َذل‬

Artinya : “Dan orang-orang yang terlebih dulu (berjasa kepada Islam) dari kalangan
Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
maka Allah telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. dan
Allah telah mempersiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
sangat besar.”

3. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu
masa para sahabat), kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya.
Setelah itu akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka
mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”

4. Dalam hadits yang lain, Rasulullah menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan
terpecahnya umat menjadi 73 golongan). Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama
ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga,
yaitu al-Jama’ah.”

Dalam hadits ini Rasulullah SAW mengisyaratkan tentang kebaikan dan


keutamaan mereka, yang merupakan sebaik-baik manusia. Sedangkan, perkataan
‘sebaik-baik manusia’ yaitu tentang aqidahnya, manhajnya, akhlaknya, dakwahnya
dan lain-lainnya.

22
5. Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata : “Sesungguhnya Allah melihat
hati hamba-hamba-Nya dan Allah mendapati hati Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik hati manusia, maka Allah pilih Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan-Nya dan Allah
memberikan risalah kepadanya, kemudian Allah melihat dari seluruh hati hamba-
hamba-Nya setelah Nabi-Nya, maka didapati bahwa hati para sahabat merupakan
hati yang paling baik sesudahnya, maka Allah jadikan mereka sebagai pendamping
Nabi-Nya yang mereka berperang untuk agama-Nya. Apa yang dipandang kaum
Muslimin (para sahabat Rasul) itu baik, maka itu baik pula di sisi Allah dan apa
yang mereka (para sahabat Rasul) pandang buruk, maka di sisi Allah hal itu adalah
buruk.”.

Di dalam hadits sudah dijelaskan bahwa kita wajib mengikuti jejak


Salafussoleh, karena mereka merupakan orang-orang yang memiliki hati yang
bersih sesudah Nabi Muhammad SAW. Kewajiban mengikuti jejak Salafussoleh ini
dijelaskan di dalam sebuah hadits, yaitu hadits ‘Irbadh bin Sariyah, hadits ini
terdapat pula dalam al-Arba’in an-Nawawiyyah (no. 28) :

“Berkata al-‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu anhu : “Suatu hari Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami kemudian beliau
menghadap kepada kami dan memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat
yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati bergetar, maka seseorang
berkata : ‘Wahai Rasulullah nasihat ini seakan-akan nasihat dari orang yang akan
berpisah, maka berikanlah kami wasiat.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: ‘Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah,
tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang
budak dari Habasyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian setelahku
akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh
kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk.
Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh
kalian perkara-perkara yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap
perkara yang baru itu adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah itu adalah sesat.”

Itulah beberapa penjelasan dan jejak yang harus diikuti dari Salafussoleh, serta
beberapa dalil yang menguatkan bahwa kita harus mengikuti manhaj (pandangan
hidup) dari para Salafussoleh.

23
BAB V

AJARAN DAN TUNTUTAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA


PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM

Islam selalu mengajarkan kita untuk berbuat kebaikan kepada sesama, orang
yang membutuhkan, serta seluruh makhluk di muka bumi ini. Bahkan, kepada alam
pun kita diharuskan berbuat baik untuk menjaga kelestarian alam tempat tinggal
kita sendiri.

Hal yang sering ditekankan di dalam agama Islam yaitu tentang ajaran berbagi,
serta menegakkan keadilan di dalam kehidupan sehari-hari, karena hal tersebut
sangat penting pada era modern seperti sekarang. Banyak orang-orang yang mulai
melenceng terhadap apa yang di ajarkan di dalam agama Islam, seperti banyaknya
orang-orang yang memiliki posisi rendah tertindas oleh orang yang memiliki posisi
jauh lebih tinggi, banyak orang yang berbagi hanya untuk riya’ kepada manusia
atau memiliki niat lain tidak murni ikhlas karena Allah SWT. Penjelasan tentang
berbagi dan penegakan hukum dalam Islam dijelaskan sebagai berikut :

1. Berbagi dalam Islam

Berbagi atau bersedekah adalah hal yang sangat dianjurkan di dalam agama
Islam, karena begitu besar manfaat yang akan diterima oleh orang-orang yang
melakukan sedekah. Dalam Islam, perintah bersedekah terdapat di dalam Al-
Qur’an surah An-Nisa ayat 114 :

‫ت‬ َ ِ‫اس ۚ َو َمنْ َي ْف َع ْل ٰ َذل‬


َ ْ‫ك ا ْب ِتغَا َء َمر‬
ِ ‫ضا‬ ِ ‫صدَ َق ٍة أَ ْو َمعْ رُوفٍ أَ ْو إِصْ اَل ٍح َبي َْن ال َّن‬
َ ‫ِير مِنْ َنجْ َوا ُه ْم إِاَّل َمنْ أَ َم َر ِب‬
ٍ ‫اَل َخي َْر فِي َكث‬
‫ف ُن ْؤتِي ِه أَجْ رً ا َعظِ يمًا‬
َ ‫هَّللا ِ َف َس ْو‬

Artinya : “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali


bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau
berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa
yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi
kepadanya pahala yang besar.”

Terdapat banyak manfaat sedekah yang dijanjikan Allah SWT, banyak diantara
firman Allah SWT yang menjelaskan tentang perintah dan keutamaan bersedekah
ini, seperti yang terdapat di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 261 :

24
ْ ‫يل هَّللا ِ َك َم َث ِل َح َّب ٍة أَ ْن َب َت‬
ۗ ‫ت َسب َْع َس َن ِاب َل فِي ُك ِّل ُس ْن ُبلَ ٍة مِا َئ ُة َح َّب ٍة ۗ َوهَّللا ُ ُيضَاعِ فُ لِ َمنْ َي َشا ُء‬ ِ ‫ون أَمْ َوالَ ُه ْم فِي َس ِب‬ َ ‫َم َث ُل الَّذ‬
َ ُ‫ِين ُي ْنفِق‬
‫َوهَّللا ُ َواسِ ٌع َعلِي ٌم‬

Artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.”

Di dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan perumpamaan orang yang


bersedekah di jalan Allah seperti menanam sebutir benih. Namun, Allah melipat
gandakan balasan orang yang bersedekah menjadi 100 biji setiap bulirnya. Hal ini
menunjukkan begitu besarnya manfaat yang akan diterima oleh orang yang
bersedekah.

Saat kita bersedekah, apa yang kita sedekahkan bisa diberikan kepada siapa
saja yang membutuhkan, karena Allah Maha Mengetahui segala yang kita perbuat.
Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 215 :

َّ‫يل ۗ َو َما َت ْف َعلُوا مِنْ َخي ٍْر َفإِن‬


ِ ‫ْن الس َِّب‬
ِ ‫ِين َواب‬ َ ‫ْن َواأْل َ ْق َر ِب‬
ِ ‫ين َو ْال َي َتا َم ٰى َو ْال َم َساك‬ ِ ‫ون ۖ قُ ْل َما أَ ْن َف ْق ُت ْم مِنْ َخي ٍْر َفل ِْل َوالِدَ ي‬
َ ُ‫ك َم َاذا ُي ْنفِق‬ َ ‫َيسْ أَلُو َن‬
‫هَّللا َ ِب ِه َعلِي ٌم‬

Artinya : “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa
saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya
Allah Maha Mengetahuinya.”

Manfaat sedekah yang lain yaitu bisa menjadi pelindung diri, memperkuat
keimanan kita kepada Allah SWT, menyembuhkan penyakit, memperpanjang
umur, melunakkan hati, dan tentunya tidak membuat kita merugi.

2. Keadilan dan Penegakan Hukum dalam Islam

Di dalam agama Islam, kita benar-benar diharuskan untuk menegakkan


keadilan. Allah sangat membenci orang-orang yang mengesampingkan keadilan
demi menuruti hawa nafsu. Apalagi pada era modern ini, banyak orang yang
dengan mudahnya melupakan keadilan bagi kaum lemah. Padahal, Allah SWT

25
telah menegaskan perintah berbuat keadilan ini di dalam berbagai firman-Nya di
dalam Al-Qur’an, seperti Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 135 :

ُ ‫ين ۚ إِنْ َي ُكنْ َغ ِن ًّيا أَ ْو َفقِيرً ا َفاهَّلل‬ َ ‫ْن َواأْل َ ْق َر ِب‬


ِ ‫ش َهدَ ا َء هَّلِل ِ َولَ ْو َعلَ ٰى أَ ْنفُسِ ُك ْم أَ ِو ْال َوالِدَ ي‬
ُ ِ‫ِين ِب ْالقِسْ ط‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ُكو ُنوا َقوَّ ام‬
‫ون َخ ِبيرً ا‬ َ ُ‫ان ِب َما َتعْ َمل‬ َ ‫أَ ْولَ ٰى ِب ِه َما ۖ َفاَل َت َّت ِبعُوا ْال َه َو ٰى أَنْ َتعْ ِدلُوا ۚ َوإِنْ َت ْلوُ وا أَ ْو ُتعْ ِرضُوا َفإِنَّ هَّللا َ َك‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau
ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan.”

Perintah untuk berlaku adil atau menegakkan keadilan dalam Islam tidak
memandang perbedaan agama, ataupun jabatan. Seperti ditegaskan dalam Al-
Qur’an surah Asy-Syura ayat 15 :

ُ ْ‫ب ۖ َوأُمِر‬
‫ت أِل َعْ ِد َل َب ْي َن ُك ُم ۖ هَّللا ُ َر ُّب َنا‬ ٍ ‫ت ِب َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ مِنْ ِك َتا‬ ُ ‫َفلِ ٰ َذل َِك َف ْاد ُع ۖ َواسْ َتقِ ْم َك َما أُمِرْ تَ ۖ َواَل َت َّت ِبعْ أَهْ َوا َء ُه ْم ۖ َوقُ ْل آ َم ْن‬
‫َو َر ُّب ُك ْم ۖ لَ َنا أَعْ َمالُ َنا َولَ ُك ْم أَعْ َمالُ ُك ْم ۖ اَل حُجَّ َة َب ْي َن َنا َو َب ْي َن ُك ُم ۖ هَّللا ُ َيجْ َم ُع َب ْي َن َنا ۖ َوإِلَ ْي ِه ْالمَصِ ي ُر‬

Artinya : “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai
mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan
katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku
diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan
kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada
pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-
Nya-lah kembali (kita).”

Begitu pentingnya berlaku adil sehingga Allah memperingatkan bagi orang-


orang beriman agar berbuat keadilan tidak dipengaruhi oleh rasa kebencian yang
dimiliki. Oleh sebab itu, hendaknya kita memegang teguh keadilan dalam
menjalankan prinsip hidup guna mencari ridha Allah SWT.

Imam Ali mengatakan mengatakan bahwa prinsip keadilan merupakan prinsip


yang signifikan dalam memelihara keseimbangan masyarakat dan mendapat
perhatian publik. Penerapannya dapat menjamin kesehatan masyarakat dan
membawa kedamaian kepada jiwa mereka. Sebaliknya penindasan, kezaliman,
dan diskriminasi tidak akan dapat membawa kedamaian dan kebahagiaan.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. http://blog-nuwonokromo.blogspot.com/2014/08/konsep-tuhan-dalam-
islam.html?m=1

2.
https://www.google.com/amp/s/philosophyangkringan.wordpress.com/2012/01/24/k
onsep-tauhid-dalam-ketuhanan-islam/amp/

3. http://agusnotes.blogspot.com/2010/01/tauhid-konsep-ketuhanan-dalam-
islam.html?m=1

4. https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/38851

5. https://umma.id/article/share/id/1002/272772

6. https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html

7.
https://www.google.com/amp/s/qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/29/tiga-
generasi-terbaik-umat-manusia/amp/

8. https://www.sekolahkebuntumbuh.sch.id/2016/04/26/tiga-generasi-terbaik-umat-
manusia/

9. https://muslim.or.id/18935-siapakah-salafus-shalih.html

10. https://almanhaj.or.id/3422-kewajiban-ittiba-mengikuti-jejak-salafush-shalih-
dan-menetapkan-manhajnya.html

11. https://blog.kitabisa.com/manfaat-sedekah-untuk-sesama-yang-perlu-diketahui/

12.
https://www.google.com/amp/s/customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan
-dalam-perspektif-islam/amp/

13. Jamal Fakhri, Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Implikasinya dalam
Pembelajaran, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung.

14. Helmi Basri, Relevansi antara Hadits dan Sains Kaedah dan Aplikasinya dalam
Bingkai I’Jaz Ilmi, UIN Sultan Syaif Kasim Riau.

27

Anda mungkin juga menyukai