Anda di halaman 1dari 36

ARTIKEL KEISLAMAAN:

1. TAUHID:KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM


ISLAM
2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADIST
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADIST
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFRENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM.

Disusun sebagai tugas terstruktur mata kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampuh:

Dr.Taufik Ramdani,S.Th.I., M,Sos

Disusun oleh:

Nama : Indri sulfia

Nim : E1S020027

Fakultas & Prodi : FKIP:PENDIDIKAN SOSIOLOGI

PROGRAM STUDI:PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS:FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

T.A.2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya haturkan terimah kasih kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam.Dan tak lupa sholawat serta salam tetap tecurah
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap
gulita menuju jalan yang terang dengan membawa agama yang sempurna addinul
islam.
Artikel yang saya susun ini menjelaskankan tentang Pendidikan Agama Islam
yang terdiri dari berbagai bahasan Artikel tentang ARTIKEL TEMA tentang keislaman
selama proses pembelajaran berlangsung hingga saat ini Pembuatan artikel juga
bertujuan agar kita mengetahui tentang materi Bagaimana kita belajar selama ini Kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan pengajar yaitu Dr. Taufiq
Ramdani, S. Th.I., M.Sos yang dengan kesabaran dan kelebihannya telah mengajar
kami serta teman – teman yang telah membantu kami.
Artikel ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas bagi
pembaca.

Mataram, 19 oktober 2020

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………….…..i

KATA PENGANTAR ….……………………………………………..ii

DAFTAR ISI………………………………………………………...... iii

BAB I: TAUHIDKEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM……………………………………………………..….1 - 8

BAB II: SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS……9 - 14

BAB III: GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS ………………….15 - 16

BAB IV: PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-


HADITS) …………………………………………………………...17 - 21

BAB V: AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA


PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM…………………………..22 - 34

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….36

3
BAB 1

TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM


ISLAM

Perlu kita ketahui bahwa tauhid memiliki keistimewaan dan keutamaan yang
banyak. Hal ini menunjukkan tingginya kedudukan tauhid dalam agama yang mulia
ini. Berikut ini kami akan membahas sedikit tentang keistimewaan dan keutamaan
tauhid.

Keistimewaan dan keutamaan tauhid

Pertama, tauhid adalah tujuan penciptaan manusia. Artinya,


Allah Ta’ala menciptakan manusia untuk mewujudkan dan merealisasikan
tauhid.Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

َ ‫ت ْال ِجنَّ َواإْل ِ ْن‬


‫س إِاَّل لِ َيعْ ُبد ُِو‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

“Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-
Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 56)

Dalam ayat di atas, makna dari:

‫لِ َيعْ ُبد ُِو‬

“beribadah kepada-Ku” adalah:

ِ‫لِي َُو َحد ُْون‬

“mentauhidkan Aku.”

Berdasarkan ayat ini, tauhid adalah tujuan penciptaan kita di kehidupan


ini. Allah Ta’ala tidaklah menciptakan kita sekedar main-main saja atau sia-sia,
tidak ada tujuan, atau tidak ada perintah dan larangan. Akan tetapi,
Allah Ta’ala menciptakan kita untuk satu tujuan yang mulia, yaitu untuk
beribadah dengan mentauhidkan Allah Ta’ala.

Cukuplah hal ini sebagai bukti yang menunjukkan tinggi dan mulianya
kedudukan tauhid.

Kedua, sesungguhnya tauhid adalah poros atau pokok dakwah


seluruh Nabi dan Rasul. Artinya, materi pokok dan inti dakwah para Nabi dan
Rasul seluruhnya adalah tauhid.

4
Dalil tentang masalah ini sangat banyak sekali, diantaranya adalah
firman Allah Ta’ala,

َّ ‫َولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِي ُك ِّل أ ُ َّم ٍة َرسُواًل أَ ِن اعْ ُبدُوا هَّللا َ َواجْ َت ِنبُوا‬
َ‫الطا ُغوت‬

“Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat


(untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (QS.
An-Nahl [16]: 36)

ِ ‫ُول إِاَّل ُنوحِي إِلَ ْي ِه أَ َّن ُه اَل إِلَ َه إِاَّل أَ َنا َفاعْ ُبد‬
‫ُون‬ َ ِ‫َو َما أَرْ َس ْل َنا مِنْ َق ْبل‬
ٍ ‫ك مِنْ َرس‬

“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan
kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang berhak
disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku”.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 25)

ِ ‫ك مِنْ رُ ُسلِ َنا أَ َج َع ْل َنا مِنْ د‬


َ ‫ُون الرَّ حْ َم ِن آلِ َه ًة يُعْ َبد‬
‫ُون‬ َ ِ‫َواسْ أ َ ْل َمنْ أَرْ َس ْل َنا مِنْ َق ْبل‬

“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul kami yang telah kami utus


sebelum kamu, “Adakah kami menjadikan tuhan-tuhan untuk disembah selain
Allah yang Maha Pemurah?”.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 45)

َ ‫ َع َذ‬ ‫ْن َيدَ ْي ِه َومِنْ َخ ْلفِ ِه أَاَّل َتعْ ُبدُوا إِاَّل هَّللا َ إِ ِّني أَ َخافُ َعلَ ْي ُك ْم‬
‫اب َي ْو ٍم‬ ِ َ‫َو ْاذ ُكرْ أَ َخا َعا ٍد إِ ْذ أَ ْن َذ َر َق ْو َم ُه ِباأْل َحْ َقافِ َو َق ْد َخل‬
ِ ‫ت ال ُّن ُذ ُر مِنْ َبي‬
‫َعظِ ٍيم‬

“Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi
peringatan kepada kaumnya di Al-Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu
beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan
mengatakan), “Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku
khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar“.” (QS. Al-Ahqaaf [46]: 21)

Oleh karena itu, kalimat pertama kali yang didengar oleh kaum
(masyarakat) yang didakwahi oleh para Nabi dan Rasul adalah kalimat ajakan
untuk mentauhidkan Allah Ta’ala. Karena tauhid adalah asas (pokok) bangunan
agama. Permisalan agama ini adalah sebagaimana sebuah pohon. Kita ketahui
bahwa pohon memiliki akar, batang dan cabang (ranting). Pohon itu tidaklah
berdiri tegak kecuali dengan disokong oleh akar yang kokoh. Sama halnya
dengan pohon, agama ini tidaklah berdiri tegak kecuali dengan ditopang dan
disokong oleh asasnya, yaitu tauhid.Allah Ta’ala berfirman,

ٌ ‫ب هَّللا ُ َمثَاًل َكلِ َم ًة َط ِّي َب ًة َك َش َج َر ٍة َط ِّي َب ٍة أَصْ لُ َها َث ِاب‬


‫ء‬€ِ ‫ت َو َفرْ ُع َها فِي ال َّس َما‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫أَلَ ْم َت َر َكي‬
َ ‫ْف‬

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat


perumpamaan kalimat yang baik (yaitu kalimat tauhid, pent.) seperti pohon

5
yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS. Ibrahim
[14]: 24)

Sebagaimana pohon akan mati jika akarnya dicabut, maka demikianlah


agama ini. Jika tauhid itu telah hilang, maka tidak ada manfaat dari amal
kebaikan yang kita lakukan. Oleh karena itu, kedudukan tauhid dalam agama
ini sebagaimana fungsi akar dalam menopang kehidupan sebuah pohon.

Di antara dalil dari hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang


menunjukkan bahwa tauhid merupakan inti dakwah mereka adalah,

‫ َودِي ُن ُه ْم َوا ِح ٌد‬،‫ َوأ ُ َّم َها ُت ُه ْم َش َّتى‬،ٍ‫اأْل َ ْن ِب َيا ُء إِ ْخ َوةٌ مِنْ َعاَّل ت‬

“Para Nabi berasal dari satu ayah (Adam), ibu mereka berbeda-beda,
namun agama mereka satu.“ (HR. Muslim no. 2365)

Ketiga, tauhid adalah sebab mendapatkan keamanan dan


hidayah.Tauhid adalah sebab mendapatkan keamanan dan mendapatkan
hidayah di dunia dan di akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

‫ُون‬ َ ‫ظ ْل ٍم أُولَ ِئ‬


َ ‫ك لَ ُه ُم اأْل َ ْمنُ َو ُه ْم ُم ْه َتد‬ ُ ‫ِين آ َم ُنوا َولَ ْم َي ْل ِبسُوا إِي َما َن ُه ْم ِب‬
َ ‫الَّذ‬

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman


mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am [6]:
82)

Keamanan itu berada di tangan Allah Ta’ala dan tidak akan


Allah Ta’ala berikan kecuali kepada orang-orang yang
bertauhid (muwahhid) yang mengikhlaskan ibadah mereka kepada
Allah Ta’ala.

Ketika ayat ini turun, para sahabat merasa berat sehingga mereka pun
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka pun bertanya,

“Wahai Rasulullah, siapakah di antara kita yang tidak menzalimi dirinya


sendiri?”

Maksudnya, semua orang pasti menzalimi dirinya sendiri. Sedangkan


dalam ayat di atas, keamanan dan hidayah itu hanya Allah Ta’ala berikan
kepada orang-orang yang tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman. Sehingga mereka merasa berat karena menyangka bahwa mereka

6
tidak akan mendapatkan keamanan dan hidayah sama sekali.Lalu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

ُ َ‫ك ل‬
‫ظ ْل ٌم َعظِ ي ٌم‬ َ ْ‫ َيا ُب َنيَّ الَ ُت ْش ِركْ ِباهَّلل ِ إِنَّ ال ِّشر‬:ِ‫ إِ َّن َما ه َُو َك َما َقا َل لُ ْق َمانُ اِل ْب ِنه‬،‫ون‬ ُ ‫ْس َك َما َت‬
َ ‫ظ ُّن‬ َ ‫لَي‬ 

“Maksud ayat itu tidak seperti yang kalian sangka. Hanyalah yang
dimaksud ayat itu adalah sebagaimana perkataan Luqman kepada anaknya
(yang artinya), “Wahai anakku, janganlah berbuat syirik kepada Allah.
Sesungguhnya syirik adalah kedzaliman yang besar.” (QS. Luqman [31]:
13)”.” (HR. Bukhari no. 6937)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mentafsirkan “zalim” dalam ayat di


atas dengan “syirik”. Artinya, siapa saja yang beriman kepada Allah Ta’ala dan
tidak berbuat syirik, maka dia mendapatkan keamanan dan petunjuk di dunia
dan di akhirat. Inilah di antara keutamaan tauhid, yaitu barangsiapa yang
merealisasikan tauhid (muwahhid), maka Allah Ta’ala anugerahkan keamanan
dan hidayah di dunia dan di akhirat.

Kempat, akidah tauhid itu selamat dari pertentangan. Inilah di antara


keistimewaan akidah tauhid, berbeda dengan akidah-akidah batil lainnya yang
tidak selamat dari kegoncangan dan pertentangan (tidak konsisten).
Allah Ta’ala berfirman,

ْ ‫ان مِنْ عِ ْن ِد غَ ي ِْر هَّللا ِ لَ َو َجدُوا فِي ِه‬


‫اخ ِتاَل ًفا َكثِيرً ا‬ َ ‫أَ َفاَل َي َتدَ َّبر‬
َ ْ‫ُون ْالقُر‬
َ ‫آن َولَ ْو َك‬

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Kalau kiranya


Alquran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 82)

Akidah yang berasal dari manusia dan dibuat-buat oleh manusia, pasti
mengandung banyak pertentangan di dalamnya. Adapun iman yang sahih,
akidah yang selamat, dan tauhid yang kokoh yang bersumber
dari kitabullah dan sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti
terselamatkan dari itu semua.

Inilah di antara keistimewaam tauhid yang lainnya. Bahwa akidah tauhid


dibangun di atas dua sumber keselamatan, yaitu Alquran dan sunnah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidaklah berbicara karena menuruti hawa nafsunya. Apa yang beliau

7
sabdakan dan ajarkan, hanyalah bersumber dari wahyu yang diwahyukan
kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kelima, tauhid itu sesuai dengan fitrah yang selamat dan akal
sehat. Tauhid adalah agama yang sesuai dengan fitrah. Seandainya manusia
dibiarkan sesuai dengan fitrahnya, mereka tidak akan berpaling kepada selain
tauhid. Hal ini karena tauhid itu sesuai dengan fitrah, bahkan fitrah itu
sendiri.Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫اس َعلَ ْي َها اَل َت ْبدِي َل ل َِخ ْل ِق هَّللا ِ َذل َِك ال ِّدينُ ْال َق ِّي ُم َولَكِنَّ أَ ْك َث َر ال َّن‬
َ ‫اَل َيعْ لَم‬ ‫اس‬
‫ُون‬ َ ‫ين َحنِي ًفا ف ِْط َرتَ هَّللا ِ الَّتِي َف َط َر ال َّن‬ َ ‫م َوجْ َه‬€ْ ِ‫َفأَق‬
ِ ‫ك لِل ِّد‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah.


(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus. Tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Ruum [30]: 30)

Adapun syirik adalah perkara yang mengeluarkan manusia dari fitrah


dan menyimpangkan manusia dari fitrahnya. Hal ini sebagaimana terdapat
dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ت عِ َبادِى ُح َن َفا َء ُكلَّ ُه ْم َوإِ َّن ُه ْم‬ ٍ ‫أَالَ إِنَّ َربِّى أَ َم َرنِى أَنْ أُ َعلِّ َم ُك ْم َما َج ِه ْل ُت ْم ِممَّا َعلَّ َمنِى َي ْومِى َه َذا ُك ُّل َم‬
ُ ‫ال َن َح ْل ُت ُه َع ْب ًدا َحالَ ٌل َوإِ ِّنى َخلَ ْق‬
‫ت لَ ُه ْم َوأَ َم َر ْت ُه ْم أَنْ ُي ْش ِر ُكوا ِبى َما َل ْم أ ُ ْن ِز ْل ِب ِه س ُْل َطا ًنا‬
ُ ‫ت َعلَي ِْه ْم َما أَحْ لَ ْل‬
ْ ‫أَ َت ْت ُه ُم ال َّشيَاطِ ينُ َفاجْ َتالَ ْت ُه ْم َعنْ دِين ِِه ْم َو َحرَّ َم‬

“Sesungguhnya Tuhanku memerintahkanku untuk mengajari kalian apa-


apa yang belum kalian ketahui. Di antara hal-hal yang diajarkan kepadaku hari
ini adalah, “setiap harta yang Aku berikan kepada hamba-Ku, maka (menjadi)
halal baginya. Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-Ku seluruhnya dalam
keadaan hanif (menjadi seorang muslim, pent.). Kemudian datanglah setan
kepadanya yang menjadikan mereka keluar dari agama mereka. Serta
mengharamkan hal-hal yang Aku halalkan untuk mereka. Dan juga menyuruh
mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku
turunkan keterangan tentang itu … “.” (HR. Muslim no. 2865)

Yang dimaksud dengan, “Aku menciptakan hamba-Ku seluruhnya


dalam keadaan hanif” adalah di atas fitrah, yaitu di atas tauhid. Lalu datanglah
setan yang menyimpangkan dan mengeluarkan mereka dari tauhid tersebut.

8
BAB II

SAIN DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL HADIS

Sains atau Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain.1 Ilmu adalah sumber teknologi yang
mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa
dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat
ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong
manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Dasar filosofis untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam al-Qur‟an
yang merupakan kitab suci agama Islam yang banyak mengupas keterangan-
keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. 2 Firman Allah : َ ‫وس ُ َلب‬
ِ‫َٰشك‬€َٰ َ ‫س ۡ َ َب َۡل َه ف ۡ ُم َون أَنت ُ ر‬
ِ ‫ن ۡ ُح ت ِ ل ن ِ ّ م ۡ ُكم‬€€€‫و َ ن ۡ لَّم َ ع َ ٖ و ۡ ُكم ل ُكم َّ َ ِص‬€َ َٰٰ ‫“ ة َ ع ۡ ن َ ُ ص‬Dan
telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur
(kepada Allah)” (QS al-Anbiya‟, 21: 80) Dari keterangan itu jelas sekali bahwa
manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana pengembangan
teknologi dan untuk penguasaannya diperlukan ilmu pengetahuan. Perlu di
pahami pula bahwa pengetahuan ilmiah (science) tidak mengenal kata ”kekal”,
dalam arti apa yang dianggap salah pada masa silam ternyata dapat diakui
kebenaranya dimasa moderen. Pengetahuan ilmiah mempunyai kebenaran
relatif, artinya kebenaran datang silih berganti, hal ini berbeda dengan al-
Qur‟an yang mempunyai kebenaran mutlak.3 Memang di dalam al-Qur‟an
mengandung sekian banyak ayatayat yang memaparkan tentang sains dan
teknologi (Kebenaran Ilmiah). Allah telah membakukan beberapa fakta alam di
dalam alQur‟an dan SunnahNya, diskripsi tentang sejumlah fenomena alam
dan hukum-hukum alam dapat dijadikan sebagai argumentasi yang melampaui
batas logika manusia. Atau menurut istilah yang dikenal mengenai keajaiban al-
Qur‟an (mukjizat al-Qur‟an).4 1 http://IPTEK/Teknologi _ cheuw . com/ di akses
15 Februari 2020 2 Zaghlul An Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah,

9
Terjemah, Azni Ilham Faylasufa, (Jakarta : Amzah, 2007), 87 3Andi
Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, (Jakarta : Amzah,
2007), 105 4Al-Ikhwan.net, Al-Qur‟an dan IPTEK (2): Sumber-Sumber Ilmu
Pengetahuan dalam Islam , Al-Ikhwan.net.com, di akses 15 Februari 2020 51|
Mochtar Naim dalam bukunya Kompendium Himpunan AyatAyat al-Qur‟an
yang berkaitan dengan biologi dan kedokteran menjelaskan bahwa tidak kurang
350 ayat-ayat al-Qur‟an yang menerangkan tentang masalah biologi dan
kedokteran, menurutnya ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut
berspektrum luas karena kedokteran dan biologi tidak hanya bersifat fisik-
ekologik tetapi berkaitan dengan kejiawaan, etika hukum dan kehidupan
masyarakat.5 Menurut Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat al-Qur‟an tentang
”Kebenaran Ilmiah” tersebut lebih bertujuan untuk menunjukkan tentang
kebesaran Tuhan dan ke Esa-anNya, serta mendorong manusia seluruhnya
mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan
kepercayaan KepadaNya. Sedangkan Mahmud Saltut dalam kitab tafsirnya
mengenai hal ini mengatakan: Sesungguhnya Tuhan tidak menurunkan al-
Qur‟an untuk menjadi kitab yang menerangkan kepada manusia mengenai
teori-teori ilmiah, problem-problem seni serta aneka warna pengetahuan.
Tujuan pokok al-Qur‟an bukan untuk menerangkan persoalan-persoalan ilmiah
tetapi tujuanya memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia demi
kebahagian hidupnya di dunia dan di akhirat kelak. 6 2. Landasan Teori a.
Pengertian Sains dan Teknologi Dewasa ini kata ilmu pengetahuan dan kata
teknologi makin sering digunakan orang dalam ceramah maupun dalam
percakapan sehari-hari. Baik dia seorang ilmuwan, politisi ataupun pengusaha,
bahkan orang awam pun sering kali menyebut dua kata itu. Penggabungan dua
kata itu memunculkan akronim atau singkatan sains dan teknologi. 7 Orang-
orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit kebingungan tatkala
menghadapi kata "ilmu". Dalam bahasa Arab, ada kata al-'ilm yang berarti
pengetahuan (knowledge), sedangkan kata ilmu dalam bahasa Indonesia,
merupakan terjemahan dari kata 5Mochtar Naim, Kompendium Himpunan Ayat-
ayat Al-Qur‟an Yang berkaitan Dengan Masalah Biologi dan Kedokteran,
(Jakarta : Gema Insani Press, 1996), 152 6Quraish Shihab, Membumikan Al-
Qur‟an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Cet. XXXI,
(Bandung : Mizan, 2007), 58 7Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat
Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, (Bandung: Remaja

10
Rosdakarya, 2005), 1 |52 "science".8 Sains adalah serapan dari kata bahasa
inggris sciense yang diambil dari kata sciensia yang berarti pengetahuan.
Selain pengertian di atas "sains" juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat diuji dan dibuktikan kebenarannya.9 Sementara itu,
teknologi diartikan sebagai ilmu atau studi tentang praktis atau industri, ilmu
terapan dan sebagainya.10 Menurut Andi Hakim Nasution sains adalah hasil
nalaran akal manusia berupa pengalaman-pengalaman manusia yang berpola
secara sistematis. Sains jika dikembangkan, membuahkan produk yang dapat
dimanfaatkan manusia. Produk tersebut dinamakan teknologi.11 Asal mulanya
pengertian seciences ialah segala jenis ilmu, meliputi "social sciences" dan
"natural science". Kemudian pengertian istilah science hanya untuk "natural
sciences" , dan diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Social
Sainces kelompok yang khusus mengenai masalah kehidupan manusia, terdiri
dari sosiologi, hukum, ekonomi, bahasa, psikologi agama dan seni. Sedangkan
Natural Sciences kelompok yang khusus mengenai masalah alam fisik manusia
dan lingkungannya, terdiri dari matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi,
meteorologi, dan geologi.12 Pengertian teknologi secara umum dapat
dikatakan bahwa teknologi adalah sesuatu yang dapat meninggikan harkat
umat manusia. Selain itu, teknologi juga dapat dikatakan sebagai penerapan
ilmu pengetahuan.13 Makna Teknologi, menurut Capra seperti makna „sains‟,
telah mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur
Yunani, yaitu “technologia”, yang diperoleh dari asal kata “techne”, bermakna
wacana seni. Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra
mendefinisikan teknologi sebagai kumpulan alat, 8 Solihin, Epistimologi Ilmu
dalam Sudut Pandang Al-Qhazali, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 33-34 9
Jalinus Syah, dkk, Kamus Besar Pelajar Kata Serapan Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 196 10Ibid., 242 11Gazali Ismail, Al-Qur‟an
Perspektifnya Terhadap Sains dan Teknologi Ethos Kerja Generasi Muda dan
Profil Ulama Zaman Modern, (Padang: Angkasa Raya, 1990), 10. 12Wildan
Yatim, Biologi Modern Pengantar Biologi, (Bandung: Tarsito, t.th.), 3 13Nasril
Hadjar, Pengenalan Astronotika dan Teknologi Antariksa, (Jakarta: Orsat
Pemuda, t.th.), 241 53| aturan dan prosedur yang merupakan penerapan
pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang
memungkinkan pengulangan lainnya. 14 Dalam hal ini Idris HM Noor
mengemukan kesimpulannya bahwa ilmu pengetahuan adalah eksplorasi

11
sistematis untuk mendapatkan pengetahuan mengenai segala fenomena di
jagat raya serta akumulasi sistematis dari pengetahuan tersebut sedangkan
teknologi adalah aplikasi ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan memecahkan berbagai persoalan demi kesejahteraan umat
manusia.15 Dari beberapa pengertian di atas untuk sementara ini kata sains
lebih baik diterjemahkan dengan "ilmu", sehingga lebih mudah untuk
mempelajari dan memahami. Sedangkan teknologi adalah buah atau hasil dari
penerapan ilmu pengetahuan. b. Perkembangan Sains dan Teknologi Sejarah
perkembangan sains diawali dengan kegiatan pengamatan manusia atas
peristiwa-peristiwa alam, seperti matahari yang terbit di sebelah timur dan
terbenam di sebelah barat. Demikian pula pengamatan terhadap peredaran
benda-benda langit seperti bintang-bintang di malam hari merupakan awal
perkembangan ilmu astronomi yang sangat berguna sebagai pedoman arah
bagi pelayaran di laut.16 Perkembangan ilmu pengetahuan dimulai tahun 638
M dari Iskandariah (Alexanderia) menurut Dr. Draper dalam bukunya yang
menulis: "Kegiatan kaum muslimin mengembangkan ilmu pengetahuan dimulai
sejak ditaklukannya Iskandariah tahun 638 M". Belum sampai 2 abad sejak
waktu itu, mereka sudah dapat menguasai semua naskah ilmu Yunani dan
menjelaskannya dengan cara yang benar.17 Perkembangan pengetahuan
pada masa itu meliputi ilmu kimia, fisika, astronomi, matematika, kedokteran,
dan farmasi. Ilmuwan 14M.Thoyyibi (editor), Filsafat Ilmu Dan
Perkembanganya, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 1994), 102
15Idris HM Noor “Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam
Kegiatan Pengabdian Masyarakat di Perguruan Tinggi” Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 3, Mei 2011, 309 16Anna Poedjiadi, Sains
Teknologi Masyarakat 2 17Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Ilmu Pengetahuan
Modern. Sedangkan ahli matematika yang terkenal antara lain adalah
alKhawarizmi dan Umar Khayyam.18 Sebelum perkembangan ilmu
pengetahuan yang dikembangkan bangsa Arab, Eropa masih dalam kegelapan
penuh tahayul, khurafat dan beribu macam dogma. Berdasarkan hal-hal
tersebut sungguh benarlah seorang sarjana barat yang bernama "Dozi" yang
mengatakan dalam bukunya "Sejarah Muslimin di Spanyol"; kalau bukan
karena bangsa Arab, kebangunan eropa akan terlambat berabad-abad".19
Sedangkan teknologi, dewasa ini perkembangan dan kemajuannya
berlangsung amat pesat, sehingga tidak memungkinkan seseorang untuk

12
mengikuti seluruh proses perkembangannya. perkembangan dalam bidang
sains yang juga telah berlangsung dengan pesat sekali terutama sejak abad ke-
19 hingga sekarang. Sejarah menunjukkan bahwa mula-mula teknologi
berkembang tanpa adanya hubungan dengan perkembangan sains. Namun
kemudian, kenyataan bahwa perkembangan sains itu mengakibatkan
perkembangan teknologi dan sebaliknya, merupakan hal yang tidak dapat
dipungkiri.20 Pada prinsipnya "modernisasi teknologi" dan akselerasi
kemajuannya menjadi topik perlombaan, bahkan setiap individu maupun setiap
bangsa beradu cepat dalam mengangkat modernisasi teknologi menjadi
sebuah kultur global. Idealisme ini memang representatif dan sehat, sebab
kemajuan teknologi pasti mampu membantu umat manusia untuk tidak
mempersulit kepentingankepentingannya baik berupa sarana komunikasi, alat-
alat kerja, bahkan hampir segala aspek kehidupan manusia dapat ditangani
secara mekanik. tidak dapat disangkal, bahwa manusia selama ini kurang
belajar bagaimana hidup dengan teknologi. Karena itu penampilannya lebih
sebagai hamba teknologi daripada sebagai tuannya. Hal itu disebabkan karena
keadaan teknologi masih kurang sempurna, sehingga manusia belum sempat
mengenal hakikat sebenarnya teknologi itu.23 Kalau orang berbicara mengenai
dampak-dampak teknologi biasanya yang dimaksud adalah dampak-dampak
teknosistem pada lingkungannya, baik fisis, biologis, maupun sosial budaya.
Dampakdampak itu bisa positif bisa pula negatif. Dampak-dampak ini bisa
disengaja sesuai dengan tujuan semula atau yang tidak disengaja. Misalnya
saja perkembangan dari teknologi modern saat ini yang banyak diterapkan
untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya.24 Dampak-dampak ini bisa
langsung dirasakan, tetapi kebanyakan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk merasakannya. Di antara dampak-dampak yang lambat itu antara lain
dampakdampak fisis dan biologis. Dampak-dampak fisis berupa pencemaran
dan perusakan tanah, air, dan lapisan-lapisan atmosfer. Dampakdampak
biologis berupa pemiskinan keanekaragaman hayati karena kepunahan
spesies. Kesemuanya menurunkan kualitas lingkungan hidup. Semua itu
bersifat negatif sehingga mengurangi manfaat. Hasil Penelitian dan
Pembahasan a. Perkembangan Sains dan Teknologi Dalam Islam Keutamaan
orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam
ayat-ayat berikut : ْ ْ ... َ ‫َّ َنا ي إ ۗ َ َون ُ َلم ۡ ع َ َل ي َ ين ٱلَّ ِذ َ َون و ُ لَم ۡ ع َ ي َ ين ِوي ٱلَّ ِذ‬€َََِّّّ ََِ ‫لُوا أُو ُ ََّذكر َ ت‬
‫َس ي َۡل ى ُۡل ِب ق ٰ َ َ ب ۡ َل ۡ ۡٱل‬
ۡ ‫… ت‬Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang

13
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. AzZumar (39) : 9)
26Mudjia Raharjo, Metodologi Penelitian (Malang: UIN Maliki, 2015), 56 27Lexy
J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), 113-116 28Mudjia Raharjo, “Metodologi Penelitian”....., 105 57| ۡ ‫َل ُكم َ يل ِ ا‬
‫ٰ ل َ َج م‬€ََٰ ِ ‫َ لل َ س ۡ ف َ ْ ي وا ُ ح َ س ۡ ٱف َ ِس ف‬€َّّ ‫أَي َ ا َذ ِ َي إ َ و ۡ َل ُكم ُ ِح ٱ‬€َ َٰٰ ُّ ‫ق َذ ِ إ ْ ا أ ُو ن َ ام َ ء َ ين ا ٱلَّ ِذ َ ه‬
ۡ ‫ل ف‬€€‫َّل‬€ّ َ‫ت َ ج َ ر َ د َ م ۡ ل ِ ع ۡ ْ ٱل ُوا أُوت َ ين ٱلَّ ِذ َ و ۡ ن ُكم ِ ْ م ُوا ن َ ام َ ء َ ين ٱلَّ ِذ ُ َِع ٱ‬€َ َٰٰ ‫ۡ ِف ٱل ْ وا ُ َ َّسح َف ت‬
‫ون خ َ م ۡ َع ت‬€َ €ُ‫ل َ َ و ا ِ ِب ِري ب َ ل‬€€‫ََّ ل‬€ّ ‫ل ِ ٖ ق ۚ ُ ٱ‬€€‫ز ٱن َ ي‬€€‫ز ٱن َ ْ ف وا ُ ُش‬€€‫ ٖ ر َ ْ ي وا ُ ُش‬Hai orang-orang
beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",
maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah (58) : 11) Maksud dari ayat tersebut
adalah Allah SWT akan mengangkat derajat (martabat) orang-orang yang
melaksanakan perintahNya dan RasulNya dan orang-orang yang berilmu
pengetahuan. Selanjutnya ayat ini mendorong kita mengadakan kegiatan di
bidang ilmu pengetahuan, dengan cara mengunjungi dan menghadiri majelis
ilmu.

14
BAB III

GENERASI TERBAIK MENURUT AL HADIST

Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari seluruh umat-umat para


Nabi yang diutus sebelum beliau. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai
yang terakhir diantara umat-umat lainnya, tetapi di akhirat kelak umat
Rasulullah-lah yang akan memasuki Surga terlebih dahulu di bandingkan
dengan umat-umat lainnya.
Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam, dalam firman-Nya :
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..”
(QS. Ali Imran : 110)
Tetapi diantara umat Rasulullah, terdapat beberapa generasi terbaik,
sebagaimana beliau sebutkan dalam sebuah hadits mutawatir, beliau
bersabda :“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku (yakni sahabat),
kemudian orang-orang yang mengiringinya (yakni tabi’in), kemudian orang-
orang yang mengiringinya (yakni generasi tabi’ut tabi’in).” (mutawatir. HR.
Bukhari dan yang lainnya)
Generasi Terbaik Umat Islam
Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut :
1. Sahabat
Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan
beliau. Menurut Imam Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang
bertemu dan melihat Rasulullah, baik sebulan, sepekan, sehari atau bahkan
cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai sahabat. Derajatnya masing-
masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai Rasulullah.
2. Tabi’in
Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau
setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu

15
serta melihat para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar
dan mewariskan ilmu dari para sahabat Rasulullah.Salah seorang terbaik
dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah mendatangi rumah
Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi tidak
berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi
terkenal di langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan
Ali, untuk mencari Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia
merupakan orang yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah.Adapun
diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni Umar bin
Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad
bin Al Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.
3. abi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau
setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu
dengan generasi tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar
dan mewariskan ilmu dari para tabi’in.Diantara orang-orang yang termasuk
dalam generasi ini adalah Imam Malik bin Anas, Sufyan bin Uyainah,
Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang lainnya.

16
BAB IV
PENGERTIAN SALAF MENURUT AL-HADITS

PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADIST)

Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan membangkitkan para sahabat sebagai pendamping dan pembela dakwah
beliau. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Muhammad, keluarga
dan para pengikutnya yang setia hingga akhir masa. Amma ba’du. Kaum muslimin
sekalian, semoga Allah melimpahkan hidayah dan taufik-Nya kepada kita. Seringkali
masyarakat dibingungkan oleh sebuah istilah yang belum mereka mengerti dengan
baik. Nah, dibangun di atas kebingungan inilah kemudian muncul berbagai
persangkaan dan bahkan tuduhan bukan-bukan kepada sesama saudara seiman.
Perlu kita ingat bersama bahwa cek dan ricek merupakan bagian dari keindahan ajaran
Islam yang harus kita jaga. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang
yang beriman jika orang fasik datang kepada kalian membawa berita maka telitilah
kebenarannya…” (QS. Al Hujuraat: 6) (Silakan baca penjelasan ayat ini di dalam rubrik
Tafsir Majalah As Sunnah Edisi 01/Thn X/1427 H/2006 M, hal. 11-15).

Saudara-saudara sekalian, di hadapan kita ada sebuah istilah yang cukup populer
namun sering disalahpahami oleh sebagian orang. Istilah yang dimaksud adalah
kata salaf atau salafi dan salafiyah. Menimbang pentingnya hakikat permasalahan ini
untuk diungkap dan dijelaskan maka kami memohon pertolongan kepada Allah ta’ala
untuk turut berpartisipasi mengurai “benang kusut” ini. Semoga Allah menjadikan amal-
amal kita ikhlas untuk mengharapkan wajah-Nya semata. Wallahu waliyyut taufiiq.

Syaikh Salim Al Hilaly -salah satu murid senior Ahli Hadits abad ini Syaikh Al
Albani- hafizhahullah telah membeberkan perkara ini dengan gamblang dalam buku
beliau Limadza Ikhtartul Manhaj Salafy yang sudah diterjemahkan oleh Ustadz
Kholid Syamhudi, Lc. hafizhahullah dengan judul Mengapa Memilih Manhaj
Salaf penerbit Pustaka Imam Bukhari, Solo. Kami sangat menganjurkan kepada para
pembaca sekalian untuk memiliki atau membaca langsung buku tersebut. Orang
bilang, “Tak kenal maka tak sayang…”

17
Pemahaman yang Benar dan Niat Baik

Pada awal risalah ini kami ingin menukilkan sebuah perkataan berharga dari Imam
Ibnul Qayyim demi mengingatkan kaum muslimin sekalian agar menjaga diri dari dua
bahaya besar, yaitu kesalah pahaman dan niat yang buruk. Imam Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan, “Pemahaman yang benar dan niat yang baik
adalah termasuk nikmat paling agung yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya.
Bahkan tidaklah seorang hamba mendapatkan pemberian yang lebih utama dan lebih
agung setelah nikmat Islam daripada memperoleh kedua nikmat ini. Bahkan kedua hal
ini adalah pilar tegaknya agama Islam, dan Islam tegak di atas pondasi keduanya.
Dengan dua nikmat inilah hamba bisa menyelamatkan dirinya dari terjebak di jalan
orang yang dimurkai (al maghdhuubi ‘alaihim) yaitu orang yang memiliki niat yang
rusak. Dan juga dengan keduanya ia selamat dari jebakan jalan orang sesat (adh
dhaalliin) yaitu orang-orang yang pemahamannya rusak. Sehingga dengan itulah dia
akan termasuk orang yang meniti jalan orang yang diberi nikmat (an’amta ‘alaihim)
yaitu orang-orang yang memiliki pemahaman dan niat yang baik. Mereka itulah
pengikut shirathal mustaqim…” (I’laamul Muwaqqi’iin, 1/87, dinukil dari Min Washaaya
Salaf, hal. 44).

Oleh sebab itu di sini kami katakan: Hendaknya kita semua berusaha seoptimal
mungkin untuk memahami persoalan yang kita hadapi ini sebaik-baiknya dengan
dilandasi niat yang baik yaitu untuk mencari kebenaran dan kemudian mengikutinya.
Hal ini sangatlah penting. Karena tidak sedikit kita saksikan orang-orang yang memiliki
niat yang baik namun karena kurang bisa mencermati hakikat suatu permasalahan
akhirnya dia terjatuh dalam kekeliruan, sungguh betapa banyak orang semacam ini…
Di sisi lain adapula orang-orang yang apabila kita lihat dari sisi taraf pendidikan atau
gelar akademis yang sudah didapatkannya (meskipun itu bukan menjadi parameter
pemahaman) adalah termasuk golongan orang yang ‘mengerti’, namun amat
disayangkan ilmu yang diperolehnya tidak melahirkan ketundukan terhadap manhaj
salaf yang haq ini. Sehingga kita temui adanya sebagian da’i yang lebih memilih
manhaj/metode selain manhaj salaf, padahal ia termasuk lulusan Universitas Islam
Madinah Saudi Arabia (Ini sekaligus mengingatkan bahwa tempat sekolah seseorang
bukanlah ukuran kebenaran). Bahkan ada di antara mereka yang berhasil
mendapatkan predikat cum laude di sana, namun tatkala pulang ke Indonesia,
kembalilah dia ke pangkuan hizbiyyah (kepartaian) dan larut dalam kancah politik ala
Yahudi, ikut berebut kursi dan memperbanyak jumlah acungan jari… Wallahul

18
musta’aan. Semoga Allah mengembalikan mereka kepada kebenaran. Allah ta’ala
berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul serta Ulul amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang
suatu urusan maka kembalikanlah pemecahannya kepada Allah dan Rasul, jika kalian
benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu pasti lebih baik
bagi kalian dan lebih bagus hasilnya.” (QS. An Nisaa’: 59)

Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa yang dimaksud ulul amri adalah


mencakup umara’ (penguasa/pemerintah) dan juga ulama (ahli ilmu agama). Beliau
juga menjelaskan bahwa makna taatilah Allah artinya ikutilah Kitab-Nya (Al Qur’an).
Sedangkan makna taatilah Rasul adalah ambillah ajaran (Sunnah) beliau. Adapun
makna ketaatan kepada ulul amri adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah bukan
dalam hal maksiat.

Kata Salaf Secara Bahasa

Salaf secara bahasa artinya orang yang terdahulu, baik dari sisi ilmu, keimanan,
keutamaan atau jasa kebaikan. Seorang pakar bahasa Arab Ibnu Manzhur
mengatakan, “Kata salaf juga berarti orang yang mendahului kamu, yaitu nenek
moyangmu, sanak kerabatmu yang berada di atasmu dari sisi umur dan keutamaan.
Oleh karenanya maka generasi awal yang mengikuti para sahabat disebut dengan
salafush shalih (pendahulu yang baik).” (Lisanul ‘Arab, 9/159, dinukil dari Limadza, hal.
30). Makna semacam ini serupa dengan kata salaf yang terdapat di dalam ayat Allah
yang artinya, “Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka
lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya di laut dan Kami jadikan mereka sebagai
salaf (pelajaran) dan contoh bagi orang-orang kemudian.” (QS. Az Zukhruf: 55-56).
Artinya adalah: Kami menjadikan mereka sebagai pelajaran pendahulu bagi orang
yang melakukan perbuatan sebagaimana perbuatan mereka supaya orang sesudah
mereka mau mengambil pelajaran dan mengambil nasihat darinya. (lihat Al Wajiz fi
‘Aqidati Salafish Shalih, hal. 20).

Dengan demikian kita bisa serupakan makna kata salaf ini dengan istilah nenek
moyang dan leluhur dalam bahasa kita. Dalam kamus Islam kata ini bukan barang
baru. Akan tetapi pada jaman Nabi kata ini sudah dikenal. Seperti terdapat dalam
sebuah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada puterinya
Fathimah radhiyallahu ‘anha. Beliau bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik salafmu
adalah aku.” (HR. Muslim). Artinya sebaik-baik pendahulu. (lihat Limadza, hal. 30,

19
baca juga Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya Ustadz Yazid bin Abdul
Qadir Jawas hafizhahullah, hal. 7). Oleh sebab itu secara bahasa, semua orang
terdahulu adalah salaf. Baik yang jahat seperti Fir’aun, Qarun, Abu Jahal maupun yang
baik seperti Nabi-Nabi, para syuhada dan orang-orang shalih dari kalangan sahabat,
dll.

Istilah Salaf di Kalangan Para Ulama

Apabila para ulama akidah membahas dan menyebut-nyebut kata salaf maka yang
mereka maksud adalah salah satu di antara 3 kemungkinan berikut:

Pertama: Para Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua: Shahabat dan murid-murid mereka (tabi’in).

Ketiga: Shahabat, tabi’in dan juga para Imam yang telah diakui kredibilitasnya di dalam
Islam yaitu mereka yang senantiasa menghidupkan sunnah dan berjuang membasmi
bid’ah (lihat Al Wajiz, hal. 21).

Syaikh Salim Al Hilaly hafizhahullah menerangkan, “Adapun secara terminologi kata


salaf berarti sebuah karakter yang melekat secara mutlak pada diri para sahabat
radhiyallahu ‘anhum. Adapun para ulama sesudah mereka juga tercakup dalam istilah
ini karena sikap dan cara beragama mereka yang meneladani para sahabat.”

Al Qalsyani mengatakan di dalam kitabnya Tahrirul Maqalah min Syarhir Risalah,


“Adapun Salafush shalih, mereka itu adalah generasi awal (Islam) yang mendalam
ilmunya serta meniti jalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan senantiasa menjaga
Sunnah beliau. Allah ta’ala telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya dan
menegakkan agama-Nya. Para imam umat ini pun merasa ridha kepada mereka.
Mereka telah berjihad di jalan Allah dengan penuh kesungguhan. Mereka kerahkan
daya upaya mereka untuk menasihati umat dan memberikan kemanfaatan bagi
mereka. Mereka juga mengorbankan diri demi menggapai keridhaan Allah…”
( lihat Limadza, hal. 31). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-
baik orang adalah di jamanku (sahabat), kemudian orang sesudah mereka (tabi’in) dan
kemudian orang sesudah mereka (tabi’ut tabi’in).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sehingga Rasul beserta para sahabatnya adalah salaf umat ini. Demikian pula setiap
orang yang menyerukan dakwah sebagaimana mereka juga disebut sebagai orang
yang menempuh manhaj/metode salaf, atau biasa disebut dengan istilah salafi, artinya
pengikut salaf.

20
Kata salaf juga digunakan oleh Imam Muslim di dalam kitab Shahihnya. Di dalam
mukaddimahnya Imam Muslim mengeluarkan hadits dari jalan Muhammad bin
‘Abdullah. Ia (Muhammad) mengatakan: Aku mendengar ‘Ali bin Syaqiq mengatakan:
Aku mendengar Abdullah bin Al Mubarak mengatakan di hadapan orang
banyak, “Tinggalkanlah hadits (yang dibawakan) ‘Amr bin Tsabit. Karena dia mencaci
kaum salaf.” Syaikh Salim mengatakan, “Yang dimaksud adalah para
sahabat radhiyallahu ‘anhum.”

Kerancuan Seputar Istilah Salafiyah

Sedangkan yang dimaksud dengan salafiyah adalah penyandaran diri kepada kaum


salaf. Sehingga bukanlah makna salafiyah sebagaimana yang disangka sebagian
orang sebagai aliran pesantren yang menggunakan metode pengajaran yang kuno.
Yang dengan persangkaan itu mereka anggap bahwa salafiyah bukan sebuah manhaj
(metode beragama) akan tetapi sebagai sebuah sistem belajar mengajar yang belum
mengalami modernisasi. Dan yang terbayang di pikiran mereka ketika mendengarnya
adalah sosok para santri yang berpeci hitam dan memakai sarung kesana kemari
dengan menenteng kitab-kitab kuning. Sebagaimana itulah kenyataan yang ada pada
sebagian kalangan yang menisbatkan pondoknya sebagai pondok salafiyah, namun
realitanya mereka jauh dari tradisi ilmiah kaum salaf. Syaikh Salim mengatakan,
“Adapun salafiyah adalah penisbatan diri kepada kaum salaf. Ini merupakan
penisbatan terpuji yang disandarkan kepada manhaj yang lurus dan bukanlah
menciptakan sebuah madzhab yang baru ada.”

21
BAB V
ISLAM : AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAK HUKUM.

Masalah hukum dan keadilan merupakan masalah yang fundamental dan selalu
menenyertai hidup dan kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai
mahluk sosial. Selain itu masalah hukum dan keadilan menjadi penting untuk
dibicarakan dan difahami karena terkait dengan fungsinya sebagai rambu-rambu dan
pedoman yang mengatur hidup dan kehidupan manusia. Manusia dalam hidup dan
kehidupannya memerlukan hukum, keadilan, dan kebenaran karena selain merupakan
nilai- nilai dan kebutuhan azasi bagi masyarakat manusia beradab, juga terkait dengan
fungsinya sebagai rambu-rambu yang mengatur kehidupan manusia agar tercipta
suasana tertib, sejahtera dan harmonis.

Sebagai mahluk sosial, setiap individu atau kelompok akan selalu berinteraksi dengan
individu lainnya atau kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Dalam kehidupan
bersama tersebut adakalanya melahirkan sesuatu yang positif dalam arti
menyenangkan atau menguntungkan, tetapi sebaliknya dapat juga menimbulkan hal-
hal yang negatif, seperti pertentangan atau konflik di antara mereka.

Untuk mencegah timbulnya berbagai gangguan ketentraman dan ketertiban serta


konflik dalam hidup bersama tersebut, diperlukan adanya tatanan yang berfungsi
sebagai pedoman untuk berprilaku secara pantas, sehingga tidak merugikan diri
sendiri dan juga orang lain. Pedoman atau ukuran untuk berprilaku dalam kehidupan
bersama inilah yang disebut norma atau kaidah sosial .

Norma atau kaidah tersebut terdiri dari; norma agama,norma kesusilaan,norma hukum
dan norma kesopanan 2 Nilai-nilai yang melekat dalam norma-norma tersebut pada
dasarnya mengatur hidup dan 2 Soerjono Soekamto, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum,(Jakarta: Rajawali, 1983),hlm. 2. kehidupan
manusia dalam memenuhi dan mewujudkan eksistensinya,baik sebagai pribadi
maupun sebagai anggota masyarakat serta warganegara agar tercipta suasana
kehidupan yang seimbang, danamis dan harmonis, dan sebaliknya terhindar dari hal-
hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

22
Sejak bergulirnya era reformasi yang oleh para penggagas dan pendukungnya
bertekad dan berjanji untuk menegakkan hukum ,demokrasi dan hak asasi manusia
sebagai agenda utamanya, sesungguhnya masyarakat menaruh banyak harapan
bahwa pada era reformasi inilah saatnya hukum harus diberdayakan dan
dekembalikan pada fungsinya,yakni memberi jaminan perlindungan bagi masyarakat
selaku warganegara akan hak-haknya dan menjamin terciptanya suasana kehidupan
yang berkeadilan.

Namun tekad dan janji tersebut belum terealisir sebagaimana yang diharapkan.
Sampai saat sekarang ini ,baik proses maupun produk dari gerakan reformasi tersebut
masih belum banyak memenuhi harapan masyarakat dan belum memperlihatkan hasil
yang maksimal terutama terkait dengan pemberdayaan fungsi hukum , keadilan dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Justru yang muncul adalah gejala-gejala
negatif dan kontra produktif dalam berbagai bentuk penyimpangan dan insiden yang
bertentangan dengan ketentuan hukum, etika dan moral serta nilai-nilai umum yang
berlaku di masyarakat.

Berbagai bentuk pelanggaran hukum dan prilaku menyimpang tersebut, selain


dilakukan oleh masyarakat, justru juga terjadi di dalam lembaga dan aparat penegak
hukum itu sendiri. Seringkali para aparat penegak hukum secara terang-terangan
melakukan pelanggaran terhadap aturan perundang-undangan yang ada, yang
semestinya mereka menjadi garda terdepan dalam upaya menegakkan hukum,
keadilan dan kebenaran di tengah-tengah masyarakat.

Sementara penyimpangan yang sering terjadi dan dilakukan oleh masyarakat nampak
dari beberapa gejala sosial yang terjadi, seperti merebaknya aktivitas politik
jalanan,dan pelecehan terhadap hukum serta institusi negara. Berkembangnya budaya
anarkisme sosial dalam masyarakat, tindakan main hakim sendiri secara sadis,
perusakan fasilitas umum,dan berbagai perilaku menyimpang lainnya.

Mencermati dinamika kehidupan yang semakin kompleks dengan berbagai perilaku


menyimpang yang menyertainya, memperlihatkan bahwa hukum belum berfungsi dan
keadilan belum ditegakkan sebagaimana mestinya, sebaliknya justru mencerminkan
betapa rapuhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat,bangsa dan negara serta
terjadinya krisis nilai, moral dan krisis budaya dalam kehidupan bersama.

23
Memfungsikan hukum sebagaimana mestinya tidak hanya terbatas pada makna upaya
penegakan hukum dan keadilan, tetapi juga sebagai upaya melindungi hak-hak dasar
masyarakat, sehingga mereka dapat melangsungkan kehidupannya.

Dalam kondisi yang demikian,dimana hukum dan keadilan dihadapkan kepada


perkembangan masyarakat yang semakin kompleks dan dengan perannya sebagai
tatanan yang operasional, maka diperlukan kerja sinergi secara harmoni norma-norma
yang ada dan hidup serta berlaku dalam hidup bermasyarakat, seperti; norma agama,
norma kesusilaan ,norma kesopanan, dan norma hukum. Sebagai salah satu norma
dan sistem nilai yang bersifat universal, Agama ( Islam) sangat memperhatikan
masalah-masalah sosial,selain mengatur bagaimana seharusnya manusia
berhubungan dengan Tuhan,juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya
termasuk tentang hak-hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat.

Dari paparan di atas, maka permasalahan yang ingin dikedepankan dalam kajian
tulisan ini adalah bagaimana memberdayakan fungsi hukum dan keadilan terhadap
kelangsungan hidup manusia dalam perspektif Islam.
B. Pembahasan
1. Hukum dan Masyarakat
Hukum merupakan fenomena sosial yang selalu ada dan tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat. Hukum dibutuhkan guna mengatur kehidupan bersama di
dalam masyarakat.Tanpa adanya hukum, kehidupan yang teratur dan tertib tidak
mungkin terwujud. Aristoteles sebagaimana dikutip Soejadi (2003), mengemukakan
bahwa manusia sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari hukum, hanya dengan dan
di dalam hukum itulah manusia dapat mencapai puncak perkembangan yang tertinggi
dari kemanusiaannya, tetapi apabila manusia terpisah dari hukum, maka ia akan
berubah menjadi yang terburuk diantara segala mahluk.

Budiono Kusumohamijoyo (1999 ) mengemukakan adanya empat momen yang


menandai hukum, yaitu : (1) momen formal-normatif, yakni hukum sebagai tatanan
formal yang bertujuan menegakkan perdamaian, ketertiban, harmoni, dan kepastian
hukum.(2)momen formal-faktual,yakni yang mencerminkan sebagai gejala kekuasaan
yang mempengaruhi sikap dan prilaku manusia. (3) momen material-normatif, yakni
bahwa hukum semestinya memuat aspek etis,dan(4) momen material faktual,yakni
terkait dengan keperluankeperluan manusia.

24
H.R.Soejadi,Refleksi Mengenai Hukum dan Keadilan Aktualisasinya di Indonesia,
(Jurnal Ketahanan Nasional,Nomor VIII(2) Agustus,2003),hlm.7 4 Budiono
Kusumohamidjoyo, Ketertiban Yang Adil,( Jakarta;Grassindo,1999), hlm.211. 54
Sebagai salah satu subsistem sosial, hukum selain mengemban fungsinya yang
konvensional sebagai sarana memelihara ketertiban, ketentraman dan keamanan
dalam masyarakat, hukum juga mengemban fungsinya yang kontemporer sebagai
sarana untuk mendorong dan mengarahkan perubahan dalam masyarakat. Pada
tataran ideal, kombinasi kedua fungsi hukum tersebut, masyarakat diharapkan dapat
berkembang kearah suatu kondisi terpeliharanya suasana kehidupan yang dinamis
dan demokratis.

Namun dalam realitas sosial memperlihatkan,bahwa kedua fungsi hukum tersebut


seringkali menyimpang dari semestinya. Dalam kenyataannya yang terjadi adalah
fenomena fungsionalisasi hukum kearah menjaga ketertiban dan mengamankan
kepentingan penguasa, serta mengoptimalkan fungsi hukum pada upaya melindungi
dan menguntungkan bagi sekelompok elit yang berkuasa dengan mengorbankan
ketentraman dan kepentingan sebagian terbesar warga masyarakat. Hukum bukan lagi
dijadikan sarana untuk membela atau menegakkan kebenaran dan keadilan, justru
sebaliknya menentang kebenaran dan keadilan itu sendiri.

Upaya memberdayakan dan memfungsikan hukum tentunya tidak bisa hanya


sepotong-sepotong, akan tetapi harus dilakukan secara 5Natangsa
Surbakti,Demokratisasi Hukum Era Reformasi,(Akademika,No.02/ Th.XVI /
1998),hlm:61 55 komprehensif meliputi seluruh komponen sistem hukum,baik itu
substansi hukum,kelembagaan hukum,maupun budaya hukum. Memberdayakan dan
memfungsikan hukum dalam arti menempatkan hukum sebagai norma pengendalian
sosial yang bersumber pada rasa keadilan dan moralitas masyarakat,akan dapat
dilakukan apabila lembaga-lembaga penegak hukum dapat melakukan fungsinya
sebagaimana mestinya dan di dalam masyarakat sendiri dapat ditumbuhkan kultur
hukum yang menekankan pada sikap dan kemauan untuk tetap berpegang pada
aturan hukum.

Namun dalam kenyataannya, bahwa komponen-komponen penegakan hukum seperti


tersebut di atas belum dapat diwujudkan secara maksimal. Dari sisi substansi hukum

25
seringkali terdapat celah-celah hukum yang memberi peluang bagi pelanggar hukum
untuk menghindari jeratan hukum. Lembaga-lembaga penegak hukum dan para
penegak hukum seringkali terperangkap di dalam jaringan kolusi sehingga di dalam
penerapan hukum menjadi tidak efektiff dan cendrung bersikap diskriminatif dan pada
gilirannya menimbulkan ketidakpastian dan keadilan hukum.

Terkait dengan peluang bagi pemerintah dan aparat penegak hukum untuk berbuat
tidak adil dan menyelewengkan kekuasaannya,Duverger(1982) menggunakan istilah
dua wajah kekuasaan. Dua kemungkinan yang dapat muncul dalam setiap kekuasaan
yang pada hakekatnya bertentangan tapi dapat dimainkan secara bergantian. Pada
suatu saat pemerintah dapat menciptakan kesejahtraan dan ketentraman
masyarakatnya, namun pada kesempatan lain pemerintah juga dapat menimbulkan
kesengsaraan dan penindasan terhadap masyarakat sebagai akibat dari
penyelewengan kekuasaan yang dilakukan untuk kepentingan diri dan kelompoknya.

Maurice Duverger, Sosiologi Politik, (Jakarta, Rajawali, 1982),hlm.197. 56 Perilaku


buruk dari pemerintah/aparat penegak hukum semacam itu masih banyak disaksikan
dan dirasakan masyarakat sehingga menimbulkan ketidak-percayaan masyarakat,
yang pada gilirannya memicu terjadinya erosi kesadaran hukum masyarakat (cultur
hukum). Akibat dari lemahnya kepercayaan masyarakat . terhadap lembaga-lembaga
penegak hukum yang dianggap sudah kehilangan integritas dan kredibilitasnya,
masyarakat seringkali secara emosional menghakimi sendiri kasus-kasus yang
dirasakan sebagai pengganggu atas rasa kebenaran dan keadilannya. Pengerusakan,
pembakaran dan bahkan pembunuhan, pada dasarnya merupakan pelecehan
terhadap supremasi hukum dan menggantikannya dengan supremasi massa yang
menggejala sebagai terorisme sosial.

Ketidak-seriusan pemerintah untuk menegakkan dan memfungsikan hukum, serta


ketiadaan perlindungan hukum,keadilan dan keamananan bagi masyarakat untuk
mengembangkan dirinya merupakan penyebab lunturnya kepercayaan masyarakat
terhadap aparat penegak hukum dan sewaktu-waktu menjadi amunisi bagi alasan
terjadinya kerusuhan dan konflik sosial. Dalam kondisi seperti itu juga,dapat memicu
dan mengakibatkan masyarakat cendrung untuk memilih jalan pintas walaupun itu
bertentangan dengan aturan hukum atau norma-norma yang ada dan hidup
disekitarnya.

26
Dalam pandangan Islam, bahwa menegakkan hukum dalam arti memfungsikan hukum
sebagaimana mestinya sehingga terciptanya suatu keadilan, adalah merupakan
amanat Tuhan yang harus dilaksanakan dan ditegakkan. Oleh karena itu di dalam
menegakkan hukum dan keadilan itu hendaknya para aparat penegak hokum berlaku
jujur dan obyektif, tidak membeda-bedakan antara satu orang dengan lainnya, tanpa
melihat kedudukan dan status sosialnya serta jangan sampai dipengaruhi oleh halhal
yang sifatnya subyektif.

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasa’i,Nabi Bersabda;

“ Orang-orang sebelum kamu dahulu hancur telah dibinasakan oleh Allah, karena
mereka menghukum orang biasa dan rakyat jelata atas pencurian yang mereka
lakukan,akan tetapi membiarkan golongan bangsawan dan berkedudukan tinggi tanpa
dihukum atas pencurian yang mereka lakukan. Demi Allah yang jiwaku
ditanganNya,andaikan Fatimah putriku sendiri yang mencuri,maka aku akan
memotong tangannya”( dalam Khalid M.Ishaque, 1974:2).

Dari Sabda Nabi tersebut, dapat difahami bahwa Islam menekankan pentingnya
obyektifitas, dan asas persamaan dalam memberdayakan dan memfungsikan hukum,
terlebih lagi bagi penguasa wajib menegakkan keadilan serta menempatkan manusia
pada martabatnya.

2 Keadilan Hukum

Manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu mendambakan suasana yang penuh
dengan rasa keadilan, kebenaran dan hukum, karena hal itu merupakan nilai dan
kebutuhan asasi bagi manusia beradab. Keadilan hukum adalah milik dan untuk
semua orang, golongan serta segenap masyarakat, dengan tidak adanya keadilan
akan menimbulkan kehancuran dan kekacauan keberadaan serta existensi masyarakat
itu sendiri.

Bila keadilan tidak ada maka dapat menimbulkan kekacauan dan eksistensi
masyarakat itu sendiri. Hukum yang pada dasarnya bertujuan 7 . Khalid M.Ishaque,
Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Islam,(Terjemahan A.Rahman

27
Zainuddin,Jakarta,1974) hlm.2 58 untuk menciptakan ketertiban, kesejahteraan dan
kedamaian ummat manusia akan dapat tercipta bila disangga oleh pilar keadilan,
sedang keadilan itu sendiri akan terwujud bila terdapat keseimbangan antara pihak
yang satu dengan pihak yang lain dalam mengadakan hubungan hukum, baik dalam
hal kewajiban maupun hak masing-masing individu.

Keadilan sebagai asas tegaknya fungsi hukum, bersifat impersonal dan tidak pandang
bulu. Keadilan tidak membedakan orang perorang, keadilan adalah hak yang melekat
pada kehidupan masyarakat. Dalam pandangan Islam ,tegak dan berfungsinya hukum,
akan terwujud bilamana keadilan telah ditempatkan menjadi fondasi dan sufra struktur
sekaligus, dan pada gilirannya keadilan sanggup mengatasi kepentingan politik atau
kekuasaan perorangan maupun kelompok tertentu. Selain itu, keadilan berkaitan erat
dengan pelaksanaan kaidah-kaidah hukum secara konsekwen dan tidak membeda-
bedakan antara satu orang dengan lainnya, antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya.

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian untuk menyampaikan amanat itu


kepada yang berhak, dan memerintahkan pula agar dalam menerapkan hukum itu
secara adil.Sesungguhnya Allah memberikan pelajaran yang sebaik-baiknya bagi
kamu sekalian.Sesungguhnya Allah maha mendengar dan maha melihat. ( Q.S. 4:58).

“Hai orang-orang yang beriman,hendaknya kamu menjadi manusia yang lurus karena
Allah,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah karena kebencianmu terhadap suatu
kelompok menyebabkan kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
mendekatkan kamu kepada Al Quran,,4:58. 59 taqwa dan takutlah kepada Allah,
karena sesungguhnya Allah sangat mengetahui apa yang kamu kerjakan”( Q.S. 5: 8).

Dalam hubungan hukum, masing-masing pihak mempunyai kedudukan yang


sederajat, dimana masing-masing pihak merupakan subyek hukum yang memiliki hak
dan kewajiban yang sama dan seimbang,sehingga dengan hukum itu dapat diletakkan
nilai-nilai dan martabat manusia dalam tempatnya yang wajar, dimana mereka
memperoleh hak bagi kelangsungan hidupnya.

28
Keadilan hukum dalam konsep Islam, bukan saja merupakan tujuan, tetapi merupakan
sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah hukum di tetapkan oleh Allah. Keadilan hukum
terkait erat dengan nilai-nilai moral.

1. Keadilan hukum merupakan pusat gerak dari nilai-nilai moral yang pokok.
2. Keadilan hukum adalah sesuatu yang legal dan lurus, sesuai dengan hukum yang
diwahyukan.Tercakup dalam pengertian ini, bahwa keadilan hukum adalah sama
dengan kebenaran.
3. Didalam pengertian keadilan hukum, terdapat konsep persamaan. Dari apa yang
dikemukakan Boisard di atas, maka dapat dipahami bahwa taqwa menekankan
terciptanya budaya dimana seseorang, baik dalam skala individual maupun sosial
mampu mengembangkan rasa tanggung-jawab dalam rangka moralitas hukum demi
masyarakat yang berkeadilan, yang pada gilirannya kondisi ini mengikis
kecendrungan perilaku menyimpang dari tingkat perorangan sampai pada entitas
suatu masyarakat. Keadilan dapat dikatakan sebagai pemandu atau asas dan sendi-
sendi sekaligus dari ideasi dan pengelolaan urusan publik(masyarakat) yang diatasnya
dimungkinkan dibangunnya kaidahkaidah sosial,norma-norma dan moralitas hukum.

Selain itu, dalam pengertian keadilan hukum terdapat konsep persamaan. Islam
menekankan tentang persamaan seluruh ummat manusia dihadapan Tuhan, yang
telah menciptakan manusia dari asal yang sama. Superior manusia tidak dibenarkan
dalam Islam, artinya Islam tidak mengakui adanya hak istimewa yang didasarkan atas
kelahiran, kebangsaan maupun halangan lainnya yang diadakan oleh manusia sendiri.
Islam juga menjamin adanya persamaan hak di muka umum dan perlindungan hukum
yang sama kepada seluruh ummat manusia.

1. Pemenuhan Hak Asasi Manusia.


Sejak disyahkannya Deklarasi Universal Tentang Hak-hak Asasi Manusia (10
Desember 1948) umat manusia didunia dapat berharap bahwa akan terjamin hak-
hak asasinya sebagaimana tertuang dalam pasal 1,3,dan 5 DUHAM, yang
menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai martabat dan hak yang sama,dan
hidup dalam semangat persaudaran(pasal 1).Bahwa setiap orang berhak atas
kehidupan,kebebasan, dan keselamatan individu(pasal 3).Bahwa tidak seorangpun
boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam,dihukum secara tidak manusiawi
atau dihina(pasal 5 ).

Dari apa yang tertuang dalam tiga pasal itu saja sebenarnya umat manusia dapat
merasa aman dan tentram karena merasa dijamin hak hak asasinya. Namun dalam

29
kenyataannya ternyata pelanggaran terhadap hak asasi manusia masih terjadi
diberbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Pada masa pemerintaahan orde
baru, pelanggaran dan pengabaian terhadap hak asasi manusia(rakyat)pada
umumnya dilakukan oleh Negara/pemerintah.

Pada era reformasi sekarang ini, pelanggaran dan pengabaian terhadap hak asasi
manusia tidak hanya dilakukan oleh Negara/aparat penegak hukum,tetapi juga oleh
masyarakat/rakyat itu sendiri.Misalnya aksi-aksi yang ditampilkan dalam
penuntutan hak-hak asasi mereka justru tidak dibarengi dengan pemahaaman
yang benar dan komprehensif tentang hak-hak asasi manusia, akibatnya mereka
berbuat semau-maunya tanpa mempedulikan hak-hak orang lain yang semestinya
dihormati. Hak asasi manusa seringkali dipahami sebagai kebebasan tanpa
adanya batasan-batasan aturan main yang harus dipatuhi (hukum yang
berlaku).Padahal jika proses dalam penuntutan hak-hak asasinya sampai
melanggar ha-hak asasinya orang lain,atau merugikan kepentingan umum,sudah
dapat dikategorikan juga sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Begitu juga halnya dengan upaya dalam penegakan hukum, ternyata di dalam
pelaksanaannya masih belum memadai sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masyarakat. Hukum bukan lagi dijadikan sarana untuk membela atau menegakkan
kebenaran dan keadilan, melainkan hukum sudah dijadikan komoditi untuk
dipertukarkan sebagai alat pembayaran guna membeli hal-hal yang justru untuk
menentang kebenaran dan keadilan itu sendiri. Kesemuanya ini menggambarkan
betapa lemahnya upaya penegakan hak asasi manusia oleh aparat negara(penegak
hukum).yang semestinya menjadi garda terdepan dalam upaya menegakkan dan
memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia.

Perilaku buruk dari aparat penegak hukum semacam itu masih banyak disaksikan dan
dirasakan masyarakat sehingga menimbulkan ketidak-percayaan masyarakat, yang
pada gilirannya memicu terjadinya erosi kesadaran hukum masyarakat (kultur hukum).
Akibat dari lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga penegak
hokum.
yang dianggap sudah kehilangan integritas dan kredibilitasnya, masyarakat seringkali
melakukan pelanggaran hak asasi manusia dengan secara emosional dan sentimental
menghakimi sendiri kasus-kasus yang dirasakan sebagai pengganggu atas rasa

30
kebenaran dan keadilannya. Pengerusakan, pembakaran dan bahkan pembunuhan,
pada dasarnya merupakan pelecehan terhadap supremasi hukum dan
menggantikannya dengan supremasi massa yang menggejala sebagai terorisme
sosial.

Ketidak-seriusan pemerintah menegakkan hukum,dan ketiadaan perlindungan


terhadap hak asasi manusia , keadilan dan kemananan bagi warga masyarakat untuk
mengembangkan dirinya merupakan penyebab lunturnya kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah dan sewaktuwaktu menjadi amunisi bagi alasan terjadinya
kerusuhan dan konflik yang dapat mengganggu kelangsungan hidup dan kehidupan
manusia. Dan dalam kondisi seperti itu juga, mengakibatkan masyarakat cendrung
untuk memilih jalan pintas walaupun itu bertentangan dengan aturan hukum atau nilai-
nilai hak asasi manusia yang ada disekitarnya.
hak asasi itu harus dihormati dan ditegakkan demi peningkatan martabat manusia.
Namun demikian,bukan berarti manusia dengan hakhaknya dapat berbuat semaunya,
sebab apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan memperkosa
hak orang lain, maka ia harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya .

Adanya keharusan untuk mempertanggung-jawabkan perbuatan tersebut,maka fungsi


hukum selain melindungi, juga berfungsi sebagai pembatasan agar hak asasi manusia
dapat ditegakkan atau pembatasan terhadap pelanggaran hak asasi orang lain.

Dalam Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama ajaran Islam, banyak ditemukan
prinsip-prinsip Hak hak Asasi Manusia ; antara lain ;

a). Hak Hidup ;


Hak yang pertama kali dianugerahkan Allah kepada manusia adalah hak untuk hidup
dan ini berlaku universal. Oleh karena itu dalam konsep Islam setiap orang hendaknya
menghormati hak hidup orang lain, bahkan terhadap bayi yang masih dalam
kandungan sekalipun.Rasulullah Muhammad pernah menunda hukuman mati
terhadap seorang wanita karena untuk melindungi hak hidup si bayi yang ada dalam
kandungannya ( Syekh Syaukat Hussain, 1996:60-61).

Dalam konsep Islam, bahwa manusia mempunyai kedudukan atau martabat yang
tinggi. Kemuliaan martabat yang dimiliki manusia itu tidak ada pada mahluk lain.
Ketinggian martabat yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia,pada

31
hakekatnya merupakan fitrah yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Oleh
karena Allah telah memberikan dan menjamin kemuliaan martabat manusia ,maka
manusia mempunyai hak perlindungan untuk hidup dan nyawanya tidak dapat
dihilangkan tanpa suatu alasan yang sah dan adil.

“ Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak Adam(manusia) kami tebarkan


mereka di darat dan di laut,dan Kami berikan mereka rezeki yang baik-baik dan Kami
berikan mereka kelebihan-kelebihan dari mahluk lain yang Kami ciptakan ”
(Q.S.17:70).

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya,


melainkan dengan suatu alasan yang benar “ (Q.S.17:33).

Dalam hukum Islam memang memberlakukan hukum Qisas atau hukuman mati. Hal
ini bukan berarti Islam tidak menghormati hak asasi atau hak hidup seseorang, tetapi
Islam melihat manusia sebagai komunitas, bukan hanya melihatnya sebagai individual.
Dengan kata lain hokum Qisas dalam hukum Islam telah menjamin dan
menyelamatkan kelangsungan hidup suatu masyarakat.Disinilah nampak dari salah
satu ciri khas dari hukum Islam yang selalu mengutamakan keselamatan dan
kepentingan umum ( Masalih Al Mursalah) dari pada kepentingan individual.

b). Prinsip Persamaan; Pada dasarnya semua manusia sama, karena semua manusia
adalah hamba Allah. Islam tidak mengakui adanya hak istimewa yang berdasarkan
kelahiran, kebangsaan ataupun halangan lainnya yang dibuat oleh manusia sendiri.
Hanya satu kriteria (ukuran) yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya
dari yang lain,yakni ketakwaannya.Islam juga menjamin persamaan hak dimuka umum
dan perlindungan hukum yang sederajat kepada seluruh ummat manusia tanpa
memandang kasta,kepercayaan,perbedaan warna kulit dan agama.

“ ……Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling Taqwa”(AlHujurat:13).
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang mereka telah
kerjakan…”(Al-Ahqaaf: 19).

32
c). Prinsip Kebebasan Menyatakan Pendapat; Ajaran Islam sangat menghargai akal
pikiran, oleh karena itu setiap manusia sesuai dengan martabat dan fitrahnya sebagai
mahluk yang berfikir, mempunyai hak untuk menyatakan pendapatnya dengan bebas,
namun kebebasan disini bukan bersifat mutlak. Kebebasan menyatakan pendapat
hendaknya disertai dengan tanggung-jawab dan diartikan sebagai perwujudan perintah
Allah agar manusia mau dan selalu menggunakan akal fikirannya.
c). Prinsip Kebebasan Beragama; Prinsip kebebasan beragama ini secara jelas
ditegaskan di dalam Al-Qur’an“Tidak boleh ada paksaan 14 Al-Qur’an Surat Al- Hujurat
ibid hlm ayat 13 15 Al-Qur’an Surat Al- ahqaf ibid, hlm ayat 13 68 dalam
agama”(Q.S.2:256).

Prinsip ini mengandung makna, bahwa manusia sepenuhnya mempunyai kebebasan


untuk menganut suatu agama yang diyakininya. Selain prinsip larangan memaksakan
keyakinan agama kepada seseorang, Islam juga melarang diskriminasi terhadap
seseorang atas dasar agama, melarang merendahkan atau menghina agama dan
kepercayaan orang lain, serta larangan menghambat dan menghalangi pengembangan
dan penyebaran agama orang lain.

Dalam konsep Islam, makna kebebasan beragama adalah kebebasan bagi seseorang
untuk menganut agama atau kepercayaan yang diyakininya dengan sukarela, penuh
kesadaran dan keinsyafan. Seseorang yang telah menyatakan diri sebagai pemeluk
suatu agama,maka dia harus konsisten untuk melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya.Jadi bukan berarti bahwa setiap saat seseorang itu bebas memilih dan
mengganti-ganti agama sesukanya.

e.) Hak Atas Harta; Dalam hal pemilikan harta, Islam sangat menghargai dan
melindungi hak milik seseorang Islam memberikan jaminan dan perlindungan terhadap
hak milik seseorang. Oleh karena itu siapapun juga termasuk penguasa tidak
diperbolehkan merampas hak milik seseorang, kecuali untuk kepentingan umum.
Bahkan sebaliknya, justru merupakan kewajiban penguasa untuk memberikan jaminan
dan perlindungan terhadap hak milik rakyat. Pemerintah dibenarkan mengambil alih
harta seseorang, tetapi wajib memberi ganti kerugian yang layak dan adil. Hak ini
mencakup hak-hak untuk dapat mengkonsumsi harta, investasi dalam berbagai bidang
usaha,serta hak perlindungan rakyat untuk mendiami tanah hak miliknya.

33
Dalam konsep Islam,walaupun seseorang berhak atas harta yang dimilikinya, namun
dalam harta itu terdpat juga fungsi sosialnya. Artinya orang yang memiliki harta
kekayaan yang telah dijamin dan dilindungi hak-haknya oleh hukum,maka dia
berkewajiban untuk memberikan / 69 mengeluarkan sebagiannya untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya, seperti dalam bentuk zakat. Fungsi sosial dalam
zakat tersebut, bertujuan untuk mengatasi kemiskinan dan menciptakan pemerataan
dalam kehidupan masyarakat serta mempersempit kesenjangan sosial antara si kaya
dan si miskin.
Selain prinsip-prinsip tentang hak-hak asasi yang dipaparkan di atas, Islam juga
memperhatikan hak-hak lainnya, seperti hak untuk mendapat pendidikan, hak untuk
mendapat perlindungan atas penyalahgunaan kekuasaan, hak-hak bagi wanita dalam
rumah tangga, hak atas jaminan sosial, hak untuk mendapat perlindungan dari
penyiksaan dan lain sebagainya. Dari pengakuan Islam terhadap hak-hak asasi yang
ada dalam diri manusia tersebut hendaknya diseimbangkan dengan kewajiban-
kewajiban asasinya.Dengan kata lain Islam menekankan agar manusia dalam
menjalani hidup dan kehidupannya, baik sebagai peribadi maupun sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai suatu keseimbangan dan harmoni antara kewajiban dan
hak-haknya, keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat.
Dengan tidak adanya keseimbangan tersebut akan memicu berbagai konflik dan
permasalahan sosial dalam masyarakat.
Kewajiban yang dilaksanakn seseorang dengan penuh kesadaran bahwa ia berada di
bawah kekuasaan Allah, akan mencegah timbulnya kekuasaan manusia atas manusia
lainnya yang seringkali menjadi sebab terjadinya pelanggaran terhadap hak-hak asasi
manusia. Setiap orang, termasuk mereka yang bertanggung-jawab dalam urusan-
urusan kolektif manusia ( Pemerintah), akan bertanggung-jawab di hadapan Allah atas
pelanggaran terhadap ketetapan-ketetapan-Nya.

34
KESIMPULAN

1. Sebagai salah satu subsistem sosial, hukum merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Hukum selain berfungsi sebagai sarana
memelihara ketertiban dan ketenraman dalam masyarakat, hukum juga berfungsi
sebagai sarana mendorong dan mengarahkan adanya perubahan dalam masyarakat.
2. Dalam pandangan Islam, menegakkan hukum adalah amanat Tuhan yang harus
dilaksanakan,dan di dalam menegakkan keadilan itu hendaknya berlaku obyektif, tidak
membeda-bedakan antara satu orang dengan lainnya, dan jangan sampai dipengaruhi
oleh hal-hal yang sifatnya subyektif.
3. Keadilan merupakan dasar tegaknya fungsi hukum. Memfungsikan hukum yang
berkeadilan tidak terbatas pada upaya penegakan hukum,tetapi juga bagaimana
menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia demi kelangsungan hidup
manusia.
4. Dalam pandangan Islam,antara Moralitas (nilai-nilai agama)Hukum dan Keadilan
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, terjalin korelasi yang sangat erat tak
terpisahkan satu dengan lainnya.

35
DAFTAR PUSTAKA
Boisard, Marcel A, Humanisme Dalam Islam, Terejemahan H.M. Rasyidi,Bulan
Bintang, Jakarta, 1980. Departemen Agama RI,Al-Qur’an Dan Terjemahnya , Jakarta,
1986. Hussain, Syekh Syaukat, Hak Asasi Manusia Dalam Islam ,Terjemahan Abdul
Rochim, Gema Insani Press, 1996. Ishaque,Khalid M, Hak Asasi Manusia Dalam
Hukum Islam,Terjemahan A.Rahman Zainuddin ,1974. Yamani,Ahmad Zaki, Syari’at
Islam Yang Kekal Dan Persoalan Masa Kini, Jakarta,1978 Kusumohamidjojo,Budiono,
Ketertiban Yang Adil, Grassindo,Jakarta,1999. Lopa, Baharudin, Al-Qur’an Dan Hak
Asasi Manusia, PT.Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1999. Rahardjo, Syacipto ,
Hukum dan Masyarakat, Angkasa ,Bandung, 1986. Soekanto,Soerjono ,Faktor-Faktor
yang Mempengarhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta ,1983. Soejadi,H.R.,Refleksi
Mengenai Hukum dan Keadilan,Aktualisasinya di Indonesia, Jurnal Ketahanan
Nasional,VIII(2),Agustus 2003.

36

Anda mungkin juga menyukai