Anda di halaman 1dari 25

ARTIKEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TENTANG
KEISLAMAN

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampuh:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

NAMA : Ridho Widodo


NIM : E1S020060
Fakultas/Prodi : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan/Pendidikan Sosiologi
Semester : I (satu)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini. Tak lupa pula saya kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar
muhammad SAW. beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang
senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makahan ini ini bertujuan memenuhi tugas mid mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang bertemakan Tauhid, Sains, Al-Hadits, dan Hukum Dalam Islam.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat saya menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Karena itu saya mengharapkan saran dan kritik
konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan saya semoga
makalah ini bermanfat dan memenuhi harapan berbagai pihak.

Taliwang, Oktober 2020

Penyusun

Nama : Ridho Widodo


NIM : E1S020060

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ........................................................................................................


KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I : Tauhid: Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam. . .1
BAB II : Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits..................................5
BAB III : Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits..........................................................11
BAB IV : Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referensi Al-Hadits).......................13
BAB V : Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta Keadilan Hukum
dalam Islam...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20
LAMPIRAN.................................................................................................................. 21

iii
BAB I
Tauhid: Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam

1. Ketuhanan dalam Islam


Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai (didominir) olehnya (sesuatu itu). Perkataan "dipentingkan"
hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja,
dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan
kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang
ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah memberikan definisi al ilah sebagai berikut : Al-ilah ialah
yang dipuja dengan penuh kecintaan hati; tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut dan mengharapkannya,
kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo'a
dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta
perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat
mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.

Pemberian nama Tuhan dalam pemahaman orang di Indonesia


yang beragama Islam dan Kristen, Tuhan biasa dipanggil dengan
sebutan Allah. Kata tersebut berasal dari rumpun bahasa Arab yaitu
berasal dari kata “al” yang sama artinya dengan “the” dalam bahasa
Inggris dan kata “Illah” (Tuhan). Secara harfiah Allah berarti Tuhan
yang satu dan pasti satu. Sedangkan dalam keyakinan penganut
Hindu Tuhan di beri sebutan Brahma atau Sanghyang Widhi Wasa
dan dalam literatur agama Budha Tuhan itu adalah Atthi Ajatan
Abhutan AkatanAsam Khatan artinya suatu yang tidak dilahirkan,
tidak di jelmakan, tidak diciptakan dan Yang mutlak.
Teori Ketuhanan

Berdasarkan pengertian "ilah" atau tuhan yang telah diberikan


definisinya di atas, maka dapat pula secara logika dibuktikan, bahwa
tidak ada manusia yang mampu berfikir logis, yang tidak punya
tuhan. Bahkan bisa dibuktikan, bahwa tidak mungkin bagi manusia

1
tidak punya sesuatu kepercayaan. Apabila seseorang mengatakan:
"saya tidak percaya kepada sesuatu apa pun," maka ia akan
dihadapkan kepada suatu kontradiksi, karena pernyataan tersebut
mengandung pembatalan diri. Jika benar ia tak pcrcaya kepada
sesuatu apapun, maka kalimat itupun ia harus sangkal
kebenarannya. Jika tidak, maka terbukti ia toh masih punya satu
kepercayaan, yaitu kebenaran pernyataan tersebut.

Para filosofi Islam juga mengikuti konsepsi Aristoteles, yaitu bahwa


Tuhan itu adalah zat yang berfikir dan menjadi obyek pemikiran-Nya
(aqil dan ma’qul) karena zat-Nya sendiri. Namun Dia tidak mengakui
adanya bilangan (pluralitas) pada-Nya dengan segala perintah-
Nya. Para filosofi Islam menjelaskan hakikat Tuhan dengan uraian
yang jelas. Menerangkan bahwa Dia adalah wujud yang pertama
dan sebab yang sebenarnya bagi semua wujud dan peristiwanya,
suci dari sekutu dan bandingan. Ia adalah Tuhan yang Maha Esa,
hidup, berkuasa, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, dan Maha
Mendengar.

Tuhan menempatkan diri di atas gambaran dan gambaran


mebangkitkan pemikiran Tuhan dalam diri si pemuja. Sepotong
kertas putih biasa atau kertas berwarna biasa tidak memiliki nilai
dan kita akan mencampakkannya. Kebangkitan ke-Tuhan-an
bertindak seperti seorang malaikat penjaga yang memberkahi
semuanya dan memberikan kebaikan yang tertinggi pada mereka
yang sujud padanya.

Kamu dan aku adalah titik-titik pusat dari alam semesta. Tapi "Aku"
itu adalah satu. Jadi tidak ada lagi "kamu" dan "aku". Tak ada lagi
subyek dan obyek. Satu dan hanya satu ...atau "aku" dengan alam
semesta. Teori mengenai alam semesta yang senantiasa bertambah
luas (the expanding theory of the universe) mengatakan bahwa setiap
titik dalam alam semesta yang senantiasa memperluas adalah pusat
dari alam semesta, setiap mahluk dalam alam semesta adalah focal
point (titik pusat) dari mana alam semesta itu muncul.

2
2. Dekonstruksi Teori Ketuhanan
Program pengembangan dekontruksi ketuhanan
a) Konsep Tauhid
Tauhid sebagai suatu pengetahuan kesaksian, keimanan,
dan keyakinan terhadap keesaan Allah dengan segala
kesempurnaan-Nya. Konsep tauhid karena membahas ke Esaan
Allah Swt, didalamnya dikaji yakni tentang asma (nama-nama)
dan af‟al (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustakhil dan
ja‟iz. Berdasar Al-Qur‟an, keesaan Allah itu meliputi tiga hal,
yaitu esa zat-Nya, tidak ada Tuhan lebih dari satu dan tidak ada
sekutu bagi Allah; esa af’al-Nya, tidak ada seorang pun yang
dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh Allah.
b) Lingkaran Pelindung yaitu; Ayat Alqur‟an
Pernyataan yang terpenting dlam alqur‟an adalah ke Esaan
Allah yang mutlak. Allah memerintahkan segala sesuatu, baik
yang besar maupun yang kecil. Alam semesta adalah rencana
yang tunggal yang diciptakan oleh pengetahuannya dan
kebijaksanaan dari pencipta dan penggerak yang tunggal.

Tuhan Yang maha Esa, dengan demikian akan sealalu


menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara,
menanggung, memperbaiki, mengumpulkan, mempersiapkan,
memimpin, mengepalai, dan menyelesaikan. Dalam kaitannya
dengan pembahasan ke Esaan dalam Alqur‟an dapat dijelaskan
bahwa yaitu zat yang menghidupkan dan mematikan.

c) Hadist-hadist
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw
bersabda,‟Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada
kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-
baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi
manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

3
d) Teori Mungkin dan Mustakhil
Wujud yang mungkin atau wujud yang nyata karena lainnya
(Wajibul ul wujud li Ghairihi) seperti wujud cahaya yang tidak
akan ada kalau sekirannya tidak ada matahari. Cahaya itu
sendiri menurut tabiatnya bisa wujud dan bisa tidak berwujud.
Kalau ia tidak ada maka yang lainnyapun tidak akan ada sama
sekali. Ia adalah sebab yang pertama bagi semua wujud. Wujud
yang wajib tersebut dinmakan Tuhan (Allah).

e) Teori Fitrah
Manusia merupakan mahluknya paling sempurna dan sebaik-
baiknya ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran. Ibn „Arabi
Dalam hal ini misalnya melukiskan hakikat manusia dengan
mengatakan bahwa, “tak ada mahluk Allah yang lebih bagus
daripada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui,
berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir dan
memutuskan. Harmonisasi kedua aspek tersebut dengan
berbagai potensi yang dimilikinya menghantarkan manusia
sebagai mahluk Allah yang unik dan istimewa, sempurna, dan
memiliki deferensiasi. Dengan demikian bahwa secara fitrah
manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan, jadi manusia itu berasal

dan datang dari Tuhan.

f) Teori relasi-dealektif
Visi filosofi dan antropologis yang dinukilkan Allah dalam al-
Qur‟an yang telah menduduki manusia dalam semesta ini ke
dalam dua fungsi pokok, yaitu sebagai khalifa dan ‘abd.
Pandangan kategorikal demikian tidak mengisyaratkan suatu
pengertian yang bercorak dualisme-dikotomik, tetapi
menjelaskan muatan fungsional yang harus diemban manusia
dalam melaksanakan tugas-tugas kesejarahan dalam
kehidupannya di muka bumi.

4
BAB II
Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits

1. Ilmu Pengetahuan dalam Al Qur’an


Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci
Alquran. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam Alquran sebanyak 105 kali,
tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali (Rahardjo, 2002).
Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains
dan teknologi, seperti menunaikan ibadah haji, berdakwah, semua itu
membutuhkan kendaraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-
garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam Alquran, manusia hanya tinggal
menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain
sebagaimana terdapat dalam QS. Ar-Rahman ayat 33 di bawah ini.
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan.”

Alquran adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari
segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan. Alquran adalah
buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang
terlewatkan (Kartanegara, 2006), semuanya telah diatur di dalamnya, baik yang
berhubungan dengan Allah (hablum minallah) sesama manusia (hablum
minannas) alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis,
ilmu agama, umum dan sebagainya (dalam QS Al An’am: 38).

2. Pentingnya Belajar Menurut Al Qur’an dalam Surat Al-Alaq Ayat 1-5


Surat Al-Alaq (Iqra’) termasuk ayat Al Qur’an pertama yang diturunkan, termasuk
ayat makiyyah, terdiri dari 19 ayat, 93 kalimat dan 280 huruf. Dalam Surat Al Alaq
dapatlah di lihat suatu gambaran yang hidup mengenai suatu peristiwa terbesar
yang pernah terjadi pada sejarah manusia, yaitu pertemuan Nabi Muhammad
SAW dengan Malaikat Jibril untuk pertama kali di Gua Hiro’ dan penerimaan
wahyu yang pertama setelah Nabi berusia 40 tahun.

5
Wahyu pertama itu juga mengingatkan, bahwa Allah telah
memuliakan/menjunjung tinggi martabat manusia melalui baca. Artinya dengan
proses belajar mengajar itu manusia dapat menguasai ilmu-ilmu pengetahuan dan
dengan ilmu-ilmu pengetahuan ini manusia dapat mengetahui rahasia alam
semesta yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan hidupnya. Padahal manusia
itu dijadikan oleh Allah dari segumpal darah yang melekat dirahim ibu. Surat Al-
Alaq ayat 1-5 diturunkan sewaktu Rasulullah SAW berkhalwat di Gua Hiro, ketika
itu beliau berusia 40 tahun. Ayat-ayat pertama yang diturunkan sekaligus
merupakan tanda pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah.

Surat Al-Alaq ayat 1-5 mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir
secara teratur atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaan-Nya, berfikir
dengan menkorelasikan antara ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu
menemukan konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan perintah yang
pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammada SAW dan umat Islam
sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan ilmu
pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya. Tentu ilmu pengetahuan
diperoleh di awali dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu
pengetahuan, baik membaca ayat qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia
itu lahir tidak mengetahui apa-apa, pengetahuan manusia itu diperoleh melalui
proses belajar dan melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra
pendengaran dan penglihatan demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia
dan akhirat (Sarwar, 1994).

3. Ilmu Pengetahuan dalam Hadits dan Al-Qur’an


Hadits-hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan,
bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu (Alavi, 2003).
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

‫ﻃﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﺮﻳﻀﺔ ﻋﻠﻰ آﻞ ﻣﺴﻠﻢ‬


Artinya: “Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim.” (HR. Ibnu
Majah)

Hadits di atas memberikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum muslimin untuk
belajar mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-

6
ilmu umum, karena suatu perintah kewajiban tentunya harus dilaksanakan, dan
berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan. Lebih lanjut Rasulullah mewajibkan
kepada umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di batasi usia,
ruang, waktu dan tempat sebagaimana sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buayan
sampai liang lahat” dan “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”.

a. Biologi dalam Al-Qur’an

Perhatikan firman Allah dalam QS 39:6


“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya
isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan
dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi
kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah,
Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia;
maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”

Dalam tafsir dijelaskan dijelaskan bahwa tiga kegelapan itu ialah kegelapan
dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang
menutup anak dalam rahim. Dalam Biologi dijelaskan bahwa sebenarnya
embrio dalam rahin mengalami tiga fase perkembangan yang disebut dengan
fase morula, blastula, gastrula.

b. Fisika dalam Al-Qur’an


Perhatikan firman Allah dalam QS 6:125

7
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya
petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama)
Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya [503],
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia
sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman.

Secara Fisika, semakin ke atas (ruang angkasa) maka kandungan


oksigen semakin berkurang. Perhatikan juga QS67:3 tentang
keseimbangan sistem kosmos.

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali


tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang?”

3. Arsitektur dalam Al-Qur’an


Perhatikan QS 89:6-8 yang menceritakan megahnya bangunan-bangunan di
kota Iram ibukotanya kaum Aad.

dan QS 38:7 tentang adanya arsitek dari bangsa syaitan.

dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli


bangunan dan penyelam,

8
4. Informatika dalam Al-Qur’an
Perhatikan firman Allah dalam QS 55:33.

Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan.

5. Matematika dalam Al-Qur’an


a. Bilangan (Bulat dan Pecahan)
Al-Qur‟an juga berbicara tentang bilangan, misalnya satu (waahid atau
ahad), tiga (tsalaatsah), tujuh (sab‟ah), sepuluh („asyarah), seribu (alf),
dan limu puluh ribu (khamsiina alf). Selain itu, masih banyak bilangan-
bilangan yang disebutkan dalam Al-Quran termasuk bilangan rasional
(pecahan).

b. Operasi Bilangan (Operasi Hitung Dasar)

Allah SWT berfirman dalam surat Al Ankabuut ayat 14. (QS 29:14)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia


tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka
mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang- orang yang
zalim.

9
10
BAB III
Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits

Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari seluruh umat-umat para Nabi yang diutus
sebelum beliau. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai yang terakhir diantara umat-
umat lainnya, tetapi di akhirat kelak umat Rasulullah-lah yang akan memasuki Surga
terlebih dahulu di bandingkan dengan umat-umat lainnya.

Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dalam
firman-Nya : “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (QS. Ali Imran :
110).

Tetapi diantara umat Rasulullah, terdapat beberapa generasi terbaik, sebagaimana beliau
sebutkan dalam sebuah hadits mutawatir, beliau bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah
pada generasiku (yakni sahabat), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yakni tabi’in),
kemudian orang-orang yang mengiringinya (yakni generasi tabi’ut tabi’in).” (mutawatir. HR.
Bukhari dan yang lainnya)

Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut :

1. Sahabat

Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau. Menurut Imam
Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah, baik
sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai
sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai
Rasulullah.

Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur
Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang namanya disebutkan oleh Rasulullah yang
mendapatkan jaminan surga.
2. Tabi’in

Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah
beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat para
sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para
sahabat Rasulullah.

Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi
tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di
langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari
Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.

Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni Umar bin
Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al
Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.

3. Tabi’ut Tabi’in

Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para tabi’in.

Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin Anas,
Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang lainnya.

Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat muslim yang
datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab yang telah
mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat ini.

12
BAB IV
Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referensi Al-Hadits)

1. Pengertian dan Jejak Salafussoleh


Salaf (bahasa Arab: ‫ السلف الصلح‬Salaf aṣ-Ṣālih) adalah tiga generasi Muslim awal yaitu
para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in. Kemudian istilah salaf ini dijadikan sebagai salah
satu manhaj (metode) dalam agama Islam, yang mengajarkan syariat Islam secara
murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, yaitu Salafiyah. Seseorang yang
mengikuti tiga generasi tersebut di atas, ini disebut Salafy (as-Salafy), jamaknya adalah
Salafiyyun (as-Salafiyyun). Secara lebih rinci Yang Dimaksud dengan Salafush Shalih
a. Etimologi (secara bahasa)
Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa’ adalah pokok yang menunjukkan
‘makna terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah
lampau’, dan arti dari ‘al-qoumu as-salaafu’ artinya mereka yang telah terdahulu.”
(Mu’jam Maqayisil Lughah: 3/95)
b. Terminologi (secara istilah)
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf” dan
terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi menjadi 4
perkataan : Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya
para Sahabat Nabi saja. Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf
adalah para Sahabat Nabi dan Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat). Dan
di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka adalah para
Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal: 276-277)). Dan
pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar ulama
ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini. Yang dimaksud Salaf dari
sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun waktu/periode yang telah diberi
persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits beliau Shallallahu
‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada di tiga kurun/periode, yaitu para
sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Salaf sendiri secara bahasa maknanya adalah orang-orang yang mendahului kita.
Sedangkan secara istilah adalah 3 generasi terbaik yang telah dijamin kebaikannya

13
oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam, yaitu para Sahabat Nabi, Tabiin, dan atbaaut
Tabiin Seseorang yang mengikuti manhaj Salaf adalah orang yang berusaha
memahami al-Quran dan Sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam dengan
pemahaman para Ulama Salaf. Mereka mengikuti bimbingan para Ulama Salaf
dalam menjalani ajaran Dien ini. Bukan artinya mereka fanatik pada individu-
individu Ulama Salaf tersebut, karena secara person tiap mereka (selain Nabi)
tidaklah maksum (terjaga dari kesalahan). Namun, jika Ulama Salaf telah sepakat
(ijma’) tentang suatu permasalahan Dien, maka ijma’ mereka itu tidak akan pernah
salah. Karena umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam tidak akan pernah
bersepakat dalam sebuah kesalahan/ kesesatan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, «‫ِين‬ َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫اس َقرْ نِي‬
ِ ‫َخ ْي ُر ال َّن‬
‫ » َيلُو َن ُه ْم‬Artinya,“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian
manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada
masa berikutnya.” (HR. Bukhari (2652), Muslim (2533)).

Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh sesuai
manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena
menisbahkan/menyandarkan kepada mereka.

Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Jejak Salafush Shalih


1) Dalil Dari Al Qur’anul Karim
‫ت‬nْ ‫ا َء‬n‫لِ ِه َج َه َّن َم َو َس‬n‫ص‬ َ ‫ؤ ِمن‬nْ n‫يل ْال ُم‬
ْ ‫ولَّى َو ُن‬nَ ‫ا َت‬n‫ِين ُن َولِّ ِه َم‬ َ ‫عْ َغي‬n‫دَى َو َي َّت ِب‬nn‫ ُه ْال ُه‬n‫َو َمنْ ُي َشاق ِِق الرَّ سُو َل مِنْ َبعْ ِد َما َت َبي ََّن َل‬
ِ ‫ ِب‬n‫ر َس‬nْ
‫يرً ا‬nnn‫ص‬ ِ ‫ َم‬Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas
kebenaran bainya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin.
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan
Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali.” [An-Nisa : 115]

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,


‫ َّد لَ ُه ْم‬n‫ ُه َوأَ َع‬n‫وا َع ْن‬n‫ض‬ ُ ‫ َي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َر‬n‫ض‬
ِ ‫ان َر‬ َ ‫ار َوالَّذ‬
ٍ n‫و ُه ْم ِبإِحْ َس‬nn‫ِين ا َّت َب ُع‬ َ ‫ا ِج ِر‬nn‫ون م َِن ْال ُم َه‬n
َ ‫ين َواأل ْن‬
ِ n‫ص‬ َ nُ‫ون األوَّ ل‬
َ ُ‫َّابق‬
ِ ‫َوالس‬
‫ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬ َ ِ‫ِين فِي َها أَ َب ًدا َذل‬
َ ‫ت َتجْ ِري َتحْ َت َها األ ْن َها ُر َخالِد‬ٍ ‫َج َّنا‬

14
Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada
Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-
sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar.” [QS. At-Taubah : 100]
2) Dalil Dari As-Sunnah
Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam telah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada
masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian
manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian akan datang suatu
kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan
sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim (2533))

Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wasallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini
menjadi 73 golongan), beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Artinya,
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat)
agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan,
tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu
golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.” [Shahih, HR. Abu Dawud (no.
4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241), al-Ajurri dalam
asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150). Dishahihkan oleh al-
Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah bin Abi Sufyan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur.
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no.
203-204)]

3) Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah


Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
Artinya: “Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan
melihat perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang

15
dengan sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang
mendapat petunjuk sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia
dengan geraham-geraham, dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara
baru (dalam agama) karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah
dan setiap bid’ah adalah sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi
(2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti
sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur
Rasyidin yang hidup sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan
perselisihan.

c. Dari perkataan Salafush Shalih


Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata, Artinya, “Ikutilah dan
janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” (Al-Bida’ Wan Nahyu
Anha (hal. 13))

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, juga pernah berkata, Artinya, “Barang
siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh orang yang
telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang masih hidup tidak
akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para Sahabat
Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik
hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang
dipilih Allah untuk menemani NabiNya, dan menegakkan agamaNya, maka
kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya
mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97))

16
BAB V
Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta Keadilan Hukum dalam
Islam

1. Penegakan Hukum
Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di suatu
Negara antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan
Kesadaran hukum warga Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung
pada sistem politik Negara yang bersangkutan. Jika sistem politik Negara itu
otoriter maka sangat tergantung penguasa bagaimana kaidah hukum,
penegak hukum dan fasilitas yang ada. Adapun warga Negara ikut saja
kehendak penguasa (lihat synopsis). Pada sistem politik demokratis juga
tidak semulus yang kita bayangkan. Meski warga Negara berdaulat, jika
sistem pemerintahannya masih berat pada eksekutif (Executive heavy) dan
birokrasi pemerintahan belum direformasi, birokratnya masih “kegemukan”
dan bermental mumpung, maka penegakan hukum masih mengalami
kepincangan dan kelambanan (kasus “hotel bintang” di Lapas).

Fasilitas merupakan sarana dalam proses penegakan hukum. Jika sarana


tidak cukup memadai, maka penegakan hukum pun jauh dari optimal.
Mengenai warga negara atau warga masyarakat dalam hal ini tentang
derajat kepatuhan kepada peraturan. Indikator berfungsinya hukum
adalah kepatuhan warga. Jika derajat kepatuhan rendah, hal itu lebih
disebabkan oleh keteladanan dari petugas hukum.

17
2. Keadilan
Pengertian keadilan dapat ditinjau dari dua segi yakni keadilan hukum dan
keadilan sosial. Adapun keadilan mengandung asas kesamaan hukum
artinya setiap orang harus diperlakukan sama di hadapan hukum. Dengan
kata lain hukum harus diterapkan secara adil. Keadilan hukum ternyata
sangat erat kaitannya dengan implementasi hukum di tengah masyarakat.
Untuk mencapai penerapan dan pelaksanaan hukum secara adil diperlukan
kesadaran hukum bagi para penegak hukum.

Dengan demikian guna mencapai keadilan hukum itu, maka faktor manusia
sangat penting. Keadilan hukum sangat didambakan oleh siapa saja termasuk
penjahat (pembunuh, pemerkosa, dan koruptor). Jika dalam suatu negara ada
yang cenderung bertindak tidak adil secara hukum, termasuk hakim, maka
pemerintah harus bertindak mencegahnya. Pemerintah harus menegakkan
keadilan hukum, bukan malah berlaku zalim terhadap rakyatnya. Keadilan
sosial terdapat dalam kehidupan masyarakat, terdapat saling tolong-menolong
sesamanya dalam berbuat kebaikan. Terdapat naluri saling ketergantungan satu
dengan yang lain dalam kehidupan sosial (interdependensi). Keadilan sosial itu
diwujudkan dalam bentuk upah yang seimbang, untuk mencegah diskriminasi
ekonomi. Keadilan sosial adalah persamaan kemanusiaan, suatu penyesuaian
semua nilai, nilai-nilai yang termasuk dalam pengertian keadilan. Perlu
dilakukan pemerataan, distribusi kekayaan anggota masyarakat. Bagaimana
pemilik harta seharusnya menggunakan hartanya. Penimbunan atau
konsentrasi kekayaan, sehingga tidak dimanfaatkan dalam sirkulasi dan
distribusi akan merugikan kepentingan umum. Sebaiknya harta kekayaan itu
digunakan sebaik mungkin dan memberikan manfaat bagi pemiliknya
maupun bagi masyarakat.

3. Hukum dan Keadilan Dalam Islam


Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah suatu
penegasan, ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyata-
nyata berlaku dalam kehidupan manusia pada umumnya. Perikehidupan
manusia hanya dapat berkembang maju dalam berjama’ah (Society).

18
Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup bermasyarakat
berjalin, yang satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial harus
berhadapan dengan berbagai macam persoalan hidup, dari persoalan rumah
tangga, hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara, berantara negara,
berantar agama dan sebagainya, semuanya problematika hidup duniawi yang
bidangnya amat luas. Maka risalah Muhammad Saw, meletakkan beberapa
kaidah yang memberi ketentuan-ketentuan pokok guna memecahkan
persoalan-persoalan.

“Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan kamu
tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa
yang kamu kerjakan”(QS.5:8).

Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak
berdiri kokoh apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi
keadilan hukum di masyarakat dewasa ini banyak ditemui sandungan yang
menyolok atas pandangan lebih terhadap orang yang punya kedudukan
tinggi, yang punya kekayaan melimpah, sehingga rakyat banyak telah
menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini keadilan itu dapat dibeli.

Allah SWT disebut sebagai “Yang Maha Adil dan Bijaksana terhadap semua hamba-
Nya, karena Allah SWT tidak mempunyai kepentingan apa-apa dari perbuatan yang
dilakukan oleh hamba-Nya jika manusia berbuat kebaikan, maka tidak akan
mempengaruhi Kemaha adilan-Nuya tidak akan mengurangi kemaha adilannya itu. Apa
yang diperbuat oleh manusia, apakah kebaikan atau kezaliman, hasilnya akan diterima
oleh manusia itu sendiri.

Al-Qur’an Surat 41:46.


“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya
sendiri dan barangsiapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk
dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambanya.”

19
Dan Quran Surat al-Jaatsiyah (45): 15
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri,
kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.”

DAFTAR PUSTAKA

Fajar, M. Samson. 2014. Keadilan dalam Hukum Islam (Tinjauan Multidisipliner dalam Kasus Poligami).
Al-“Adalah. 12(1).

Qutub, Sayid. 2011. Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Humaniora. 2(2).

Abdussakir. 2005. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an.

Firdaus. 2015. Konsep Al-Rububiyah (Ketuhanan) dalam Al-Qur’an. Diskursus Islam. 3(1).

Harun, Nurlaila. Makna Keadilan dalam Perspektif Hukum Islam dan Perundang-Undangan.

Ahmad, M. Rais. 2013. Penegakan Hukum Atas Keadilan Agama dalam Pandangan Islam (Fair Law
Enforcement In the Islamic View). 1(2).

Wahyudin. Januari-Juni. Filosofis Ketuhanan dalam Konsep Islam Menuju Ketauhidan. Ri’ayah. 2(1).

https://umma.id/article/share/id/1002/272772

Yazid, Al-Ustadz bin Abdul Qadir Jawas. Definisi Salaf, Definisi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Tersedia di
https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html

Ibadurohman, Lilik. 2013. Siapakah Salafus Shalih?. Tersedia di https://muslim.or.id/18935-siapakah-


salafus-shalih.html

20
LAMPIRAN

Lampran 1 :
Tabel bilangan pecahan yang disebut dalam Al Qur‟an beserta surat dan ayatnya
Bilangan Surat dan Ayat
½ QS 4:11,12,25,176
2/3 QS 4:11,176
QS 73:20
1/3 QS 4:11,12,176
QS 73:20
1/5 QS 8: 41
1/6 QS 4:11,11,12
¼ QS 4 :12,12
1/10 QS 34:45
1/8 QS 4:12

C KLASIFIKASI SURAT JUMLAH PROSENTA


SURAT SE
1 Fenomena Alam dan Materi 32 26.66 %

2 Aqidah dan Aliran Pemikiran 29 24.14 %

3 Sosial dan Politik 27 22.5 %

4 Sejarah dan Filsafat Sejarah 17 14.14 %

5 Perilaku dan Akhlak 4 3.3 %

6 Masalah Harta 4 3.3 %

7 Ibadah dan Syiar Agama 2 1.7 %

Lampiran 2 :
Tabel 1 Klasifikasi Alquran

21
22

Anda mungkin juga menyukai