Artikel Keislaman
Artikel Keislaman
Dosen Pengampuh:
Di susun oleh:
NAMA : BAIQ FAJARLI APRIANI MUHARMI
NIM : E1S020015
FAKULTAS & PRODI : FKIP/PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEMESTER : 1 ( SATU )
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas
selesainya tugas artikel keislaman.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW atas di berikannya kemudahan serta kelancaran
dalam menyelesaikan tugas artikel keislaman ini.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq
Ramdani, S.Th.I., M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah
Pendidkan Agama Islam prodi PENDIDIKAN SOSIOLOGI.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat serta
pengetahuan bagi teman teman sekalian.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
LAMPIRAN 22
3
I. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN
DALAM ISLAM
4
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya ?
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya,
kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan
bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan
dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan
terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”,
5
kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu
berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala macam
Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang
bernama Allah.
1. Pemikiran Barat
Ketika khalifah dipegang oleh Usman Ibn Affan (khalifa ke 3), ketegangan
politik menjadi terbuka. Sistem nepotisme yang diterapkan oleh penguasa
(wazir) pada masa khalifah Usman menjadi penyebab adanya reaksi
negatif dari kalangan warga Abdul Muthalib. Akibatnya terjadi
ketegangan,yang menyebabkan Usman sebagai khalifah terbunuh.
Ketegangan semakin bergejolak pada khalifah berikutnya, yaitu Ali Ibn Abi
Thalib. Dendam yang dikumandangkan dalam bentuk slogan bahwa
darah harus dibalas dengan darah, menjadi motto bagi kalangan oposisi
di bawah kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Pertempuran antara
dua kubu tidak terhindarkan. Untuk menghindari perpecahan, antara dua
kubu yang berselisih mengadakan perjanjian damai. Nampaknya bagi
6
kelompok Muawiyah, perjanjian damai hanyalah merupakan strategi untuk
memenangkan pertempuran. Amru bin Ash sebagai diplomat Muawiyah
mengungkapkan penilaian sepihak. Pihak Ali yang paling bersalah,
sementara pihaknya tidak bersalah. Akibat perjanjian itu pihak Ali (sebagai
penguasa resmi) tersudut. Setelah dirasakan oleh pihak Ali bahwa
perjanjian itu merugikan pihaknya, di kalangan pendukung Ali terbelah
menjadi dua kelompok, yaitu : kelompok yang tetap setia kepada Ali, dan
kelompok yang menyatakan keluar, namun tidak mau bergabung dengan
Muawiyah. Kelompok pertama disebut dengan kelompok SYIAH, dan
kelompok kedua disebut dengan KHAWARIJ. Dengan demikian umat
Islam terpecah menjadi tiga kelompok politik, yaitu: 1) Kelompok
Muawiyah (Sunni), 2) Kelompok Syi’ah, dan 3) Kelompok Khawarij.
Siapa yang tidak menegakkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan
Allah (Al-Quran), maka mereka dalah orang-orang kafir.
7
Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana
mencintai Allah.
8
sebagai suatu ilmu pengetahuan. Tuhan juga memberikan ilmu
pengetahuan kepada manusia sejak awal penciptaan manusia sebagai
pembeda dengan makhluk lainnya. Hal ini dapat dilihat pada surat Al
Baqarah ayat 31-33.
Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa Tuhan mengajari (memberi)
suatu ilmu kepada manusia yang tidak diberikannya kepada malaikat.
Tuhan mengetahui segala yang terlahir maupun yang tersembunyi (di
dalam hati) dan ilmu Tuhan sangat luas, meliputi segala rahasia yang ada
dilangit dan di bumi. Ilmu yang diberikan Tuhan kepada manusia hanya
sebagian kecil saja dari seluruh ilmu Tuhan, seperti yg tercermin dalam
firman Allah :
“............dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”(QS. Al
Israa’, 17:85)
Jadi, dalam Al-Qur’an selain beribadah Tuhan juga menyuruh kita untuk
mebaca dan belajar atau mencari ilmu. Ilmu akan membawa manusia
kepada pengakuan akan kebesaran Allah SWT dan hanya orang-orang
berilmu sajalah yang mudah menerima kenyataan akan kebesaran Allah
SWT tersebut.
Lalu bagaimana hubungan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi? Hubungan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
kaitannya sangat erat. Ilmu-ilmu yang terdapat dalam Al-Qur’an ada yang
langsung mudah dipahami karena tersurat langsung pada ayat-ayatnya,
namun ada pula ilmu-ilmu yang dimaksud harus direnungkan terlebih
dahulu, perlu pemikiran lebih lanjut karena hanya tersirat pada ayat-
ayatnya.
Ayat-ayat dalam Al-Qur’an selalu merangsang akal manusia untuk berpikir
lebih lanjut tentang isi ayat-ayatnya yang banyak menyangkut tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ayat-ayat Al-Qur’an juga tidak ada yang
menghambat kemauan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan
sebaliknya Al-Qur’an selalu menantang manusia untuk menggunakan
akalnya agar mendapatkan pelajaran dari ayat-ayatnya, contoh dalam
Surat Ar Rahman, 55:33 :
“Hai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan.”
Ayat diatas mengandung isyarat bahwa manusia harus mempunyai
kekuatan untuk mengalahkan gaya tarik bumi, mana kala manusia ingin
menembus penjuru langit meninggalkan bumi. Kekuatan apa yang
dimaksud ini? Untuk manusia yang hidup pada zaman maju sekarang ini,
tentulah tidak sulit untuk mengatakan bahwa kekuatan yang dimaksudkan
adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang peroketan
yang dapat mengantarkan manusia ke luar angkasa. Seperti contohnya
pesawat luar angkasa Apollo 11 milik Amerika Serikat dan Soyuz milik
Rusia yang dapat mengalahkan gaya tarik bumi dengan dorongan roket.
Contoh ayat lainnya adalah dalam surat Al Anbiyaa’, 21:80 yang
berbunyi :
9
“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi (perisai) untuk
kamu, guna memelihara kamu dalam pepranganmu. Maka hendaklah
kamu bersyukur (kepada Allah).”
Ayat diatas menyiratkan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi
tentang bagaimana mengerjakan logam (besi) agar bisa dibuat baju besi
(perisai) sehingga pemakainya tahan terhadap sebetan pedang dan juga
tidak tembus panah. Pada saat ini juga telah dibuat baju (rompi) tahan
peluru yang diakai pejabat negara dan petugas keamanan demi
keselamatan dari tembakan. Ternyata dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang
juga mengisyaratkannya, dapat dibaca pada surat Al Hadid, 57:25.
Masih banyak lagi pembahasan mengenai ilmu pengetahuan dan ilmu
teknologi dlam Al-Qur’an yang pada zaman ini telah ditemukan dan
dimanfaatkan. Karena tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang lengkap
dan sempurna seperti halnya kitab Al-Qur’an.
10
- Masa Taabiin : hingga 181 H (wafatnya Taabiin terakhir: Kholf bin
Kholiifah)
قال البلقيني أول التابعين موتا ابو زيد معمر بن زيد قتل بخراسان وقيل بأذربيجان سنة ثالثين وآخرهم
)243-2( موتا خلف بن خليفة سنة ثمانين ومائة (تدريب الراوي
al-Bulqiiniy menyatakan: Tabiin pertama yang meninggal dunia adalah
Abu Zaid Ma’mar bin Zaid yang terbunuh di Khurosan, dan ada yang
mengatakan: (meninggal) di Azerbaijan pada tahun 30 H. Sedangkan
Taabiin yang paling akhir meninggal dunia adalah Kholf bin Kholiifah pada
tahun 180 H (Tadriibur roowiy karya as-Suyuthiy (2/234)).
- Masa atbaaut Taabi’iin : hingga 220 H.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaany menyatakan:
واتفقوا على أن آخر من كان من أتباع التابعين ممن يقبل قوله من عاش إلى حدود العشرين ومئتين
Para Ulama sepakat bahwa akhir Atbaaut Tabiin yang bisa diterima
ucapannya adalah yang masa kehidupannya hingga batasan tahun 220
(Hiriyah)(Fathul Baari karya Ibnu Hajar al-Asqolaany (7/6).
Catatan: penjelasan di atas hanyalah tentang periode pada tiap
generasi dengan menyebutkan akhir kematian orang-orang yang
berada di generasi tersebut. Namun, untuk menentukan apakah
seseorang yang hidup di masa itu masuk di generasi tertentu, harus
dilihat apakah ia pernah bertemu dengan orang pada generasi
tertentu.
Sebagai contoh, seorang yang hidup di masa Sahabat Nabi, belum tentu
ia adalah Sahabat Nabi, jika sepanjang hidupnya ia belum pernah
bertemu dengan Nabi. Seperti Uwais bin ‘Aamir al-Qoroniy yang tidak
pernah bertemu dengan Nabi sepanjang hidupnya. Beliau hanya bertemu
dengan beberapa Sahabat Nabi, di antaranya Umar bin al-Khotthob. Maka
Uwais al-Qoroniy dimasukkan dalam kategori tabiin, sebagaimana Nabi
dalam salah satu haditsnya menyatakan bahwa beliau adalah sebaik-baik
Tabiin. Beliau dikabarkan hilang saat perang Shiffin ikut bersama pasukan
Ali bin Abi Tholib, sekitar tahun 37 Hijriyah. Dari masa kehidupannya,
beliau sebenarnya masuk dalam periode kehidupan para Sahabat Nabi,
namun karena beliau tidak pernah bertemu dengan Nabi shollalahu alaihi
wasallam, maka beliau bukanlah disebut Sahabat Nabi.
KEUTAMAAN TIGA GENERASI TERSEBUT
ط ْو َبى لَ ُه ْمُ ط ْو َبى لِ َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي َولِ َمنْ َرأَى َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي َوأَ َم َن ِبي
ُ ط ْو َبى ِل َمنْ َرآنِي َوآ َم َن ِبي َو
ُ
ٍ َوحُسْ َن َمآ
ب
Beruntunglah bagi orang melihatku dan beriman kepadaku, dan
beruntunglah bagi orang yang melihat orang yang melihatku dan orang
yang melihat orang yang melihat orang yang melihatku dan beriman
kepadaku. Beruntung bagi mereka dan tempat kembali yang baik (H.R
atThobarony dishahihkan Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami’)
11
, َما دَا َم فِي ُك ْم َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي, ون ِب َخي ٍْر َ ُهللا الَ َت َزالِ َو, اح َبنِي َ ص َ ون ِب َخي ٍْر َما دَا َم فِي ُك ْم َمنْ َرآنِي َو َ ُالَ َت َزال
ْب َمن َ اح َ ص َ َ
َ َو, َما دَا َم فِي ُك ْم َمنْ َرأى َمنْ َرأى َمنْ َرآنِي, ون ِب َخي ٍْر َ ُهللا الَ َت َزال ِ َو, اح َبنِي َ صَ ْب َمن َ احَ صَ َو
اح َبنِي َ ص َ ْب َمن َ اح َ ص َ
Kalian senantiasa dalam kebaikan selama di antara kalian ada orang yang
melihatku dan menjadi sahabatku. Demi Allah kalian senantiasa dalam
kebaikan selama di antara kalian ada orang yang melihat orang yang
melihatku dan menjadi Sahabat dari Sahabatku. Demi Allah, kalian
senantiasa dalam kebaikan selama di antara kalian ada orang yang
melihat orang yang melihat orang yang melihatku dan menjadi Sahabat
dari Sahabat para Sahabatku (H.R Ibnu Abi Syaibah dan al-Hafidz Ibnu
Hajar menyatakan sanadnya hasan dalam Fathul Bari).
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف ُي َقا ُل َن َع ْم َف ُي ْف َت ُح َعلَ ْي ِه ُث َّم َ ْاس َف ُي َقا ُل فِي ُك ْم َمن ْ
َ َِّب ال َّن ِبي َ صح ِ َيأتِي َز َمانٌ َي ْغ ُزو فِ َئا ٌم م َِن ال َّن
ْ ُ
صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف ُي َقا ُل َن َع ْم َف ُي ْف َت ُح ث َّم َيأتِي َز َمانٌ َف ُي َقا ُلهَّللا َ ِّاب ال َّن ِبي
َ ِب أصْ َح َ َ صح َ َْيأْتِي َز َمانٌ َف ُي َقا ُل فِي ُك ْم َمن
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف ُي َقا ُل َن َع ْم َف ُي ْف َت ُح َ ِّب ال َّن ِبي ِ ِب أَصْ َحا َ صاح
َ ِب َ صح َ ْفِي ُك ْم َمن
Akan datang suatu zaman ketika sekelompok manusia berperang.
Dikatakan kepada mereka: Apakah ada di antara kalian yang merupakan
Sahabat Nabi shollallahu alaihi wasallam? Dikatakan: Ya. Maka diberikan
kemenangan kepada mereka. Kemudian datang suatu zaman, yang
ditanyakan: Apakah ada yang menjadi Sahabat bagi para Sahabat Nabi
shollallahu alaihi wasallam? Dikatakan: Ya. Maka diberikan kemenangan
untuk mereka. Kemudian datang suatu zaman, dikatakan: Apakah ada di
antara kalian orang menjadi Sahabat dari Sahabat bagi para Sahabat
Nabi. Dikatakan: Ya. Maka diberikan kemenangan kepada mereka (H.R
al-Bukhari dan Muslim dari Abu Said al-Khudry)
ِين َيلُو َن ُه ْم ُث َّم َي ِجي ُء َق ْو ٌم َتسْ ِب ُق َش َها َدةُ أَ َح ِد ِه ْم َيمِي َن ُه َو َيمِي ُن ُه َش َهادَ َت ُه َ ِين َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ
َ اس َقرْ نِي ُث َّم الَّذِ َخ ْي ُر ال َّن
Sebaik-baik manusia adalah generasiku (Nabi dan para Sahabatnya)
kemudian yang setelahnya (tabiin) kemudian yang setelahnya (Atbaut
Tabiin) kemudian akan datang suatu kaum yang persaksiannya
mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya
(orang-orang yang banyak berdusta dan tidak bisa dipercaya) (H.R al-
Bukhari dan Muslim)
Contoh-contoh Manusia yang Termasuk Tiga Generasi Tersebut
- Para Sahabat Nabi seperti: Abu Bakr ash-Shiddiq, Umar bin al-
Khoththob, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Ibnu Abbas, Ibnu Umar,
Ibnu Mas’ud, Jabir bin Abdillah, Hudzaifah bin al-Yaman, Muadz bin Jabal,
Abu Dzar al-Ghiffary, Abud Darda’, Anas bin Malik, Aisyah bintu Abi Bakr
ash-Shiddiq, Abu Hurairah, dan masih banyak lagi yang lain.
- Para Tabiin, di antaranya: Uwais al-Qorony, Said bin al-Musayyib,
Mujahid, Qotadah, al-Hasan al-Bashri, Abul ‘Aaliyah, Abu Qilabah, Said
bin Jubair, dan masih banyak lagi yang lain.
- Para atbaut Tabiin, di antaranya: Malik bin Anas, Sufyan ats-Tsaury,
Sufyan bin Uyainah, al-Auza’i, Abdullah bin al-Mubarok (Ibnul Mubarok)
dan masih banyak lagi yang lain.
12
Ketiga generasi inilah sebagai teladan dan panutan bagi umat Islam
setelahnya dalam menjalankan Dien ini. Mereka juga disebut sebagai para
pendahulu yang sholih atau Salafus Sholih (disingkat salafi), atau kadang
disebut juga dengan para Ulama Salaf. Mengikuti manhaj mereka dalam
memahami dan mengamalkan Dien ini berarti mengikuti manhaj Salaf.
IV. PENGERTIAN SALAF
13
Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) allah dan
(kedatangan) hari kiamat. (Al-Ahzab: 21).
ِين آَ َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوأَ ْن َفقُوا لَ ُه ْم أَجْ ٌر َك ِبي ٌر َ آَ ِم ُنوا ِباهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َوأَ ْنفِقُوا ِممَّا َج َعلَ ُك ْم مُسْ َت ْخلَف
َ ِين فِي ِه َفالَّذ
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa harta hanyalah titipan Allah karena
Allah Ta’ala firmankah (yang artinya), “Hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya.” Hakikatnya, harta tersebut adalah milik
14
Allah. Allah Ta’ala yang beri kekuasaan pada makhluk untuk menguasai
dan memanfaatkannya.
Setelah kita tahu pasti bahwa harta ini hanyalah titipan ilahi dan kita
diperintahkan untuk memanfaatkannya dalam kebaikan dan bukan di jalan
yang keliru, maka sudah sepatutnya kita mengetahui manfaat dari berinfak
di jalan Allah. Satu kisah yang bisa jadi pelajaran bagi kita semua adalah
kisah sahabat Abud Dahdaa radhiyallahu ‘anhu.
َمنْ َذا الَّذِي ُي ْق ِرضُ هَّللا َ َقرْ ضًا َح َس ًنا َفيُضَاعِ َف ُه لَ ُه َولَ ُه أَجْ ٌر َك ِري ٌم
Ummud Dahda, istri dari Abud Dahdaa bersama keluarganya ketika itu
berada di kebun tersebut, lalu Abud Dahdaa datang dan berkata, “Wahai
Ummud Dahdaa!” “Iya,” jawab istrinya. Abud Dahdaa mengatakan,
15
“Keluarlah dari kebun ini. Aku baru saja memberi pinjaman kebun ini pada
Rabbku.”
Dalam riwayat lain, Ummud Dahdaa menjawab, “Engkau telah beruntung
dengan penjualanmu, wahai Abud Dahdaa.” Ummu Dahda pun pergi dari
kebun tadi, begitu pula anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun terkagum dengan Abud Dahdaa. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam lantas mengatakan, “Begitu banyak tandan anggur dan harum-
haruman untuk Abud Dahdaa di surga.” Dalam lafazh yang lain
disebutkan, “Begitu banyak pohon kurma untuk Abu Dahdaa di surga.
Akar dari tanaman tersebut adalah mutiara dan yaqut (sejenis batu
mulia).”[2]
Jika seseorang mengerti dan pahami, investasi dan infak di jalan Allah
sama sekali tidaklah mengurangi harta. Cobalah renungkan baik-baik
firman Allah Ta’ala,
َ
ِين ِ ََّو َما أ ْن َف ْق ُت ْم مِنْ َشيْ ٍء َفه َُو ي ُْخلِفُ ُه َوه َُو َخ ْي ُر الر
َ ازق
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS.
Saba’: 39). Lihatlah bagaimanakah penjelasan yang amat menarik dari
Ibnu Katsir rahimahullah mengenai ayat ini. Beliau mengatakan, “Selama
engkau menginfakkan sebagian hartamu pada jalan yang Allah
perintahkan dan jalan yang dibolehkan, maka Allah-lah yang akan
memberi ganti pada kalian di dunia, juga akan memberi ganti berupa
pahala dan balasan di akhirat kelak.”[3]
“Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali
akan turun (datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata;
“Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”,
sedangkan yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berikanlah kehancuran
16
(kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil).” (HR.
Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 1010)
ٍ ص َد َق ٌة مِنْ َم
ال ْ ص
َ ت َ َما َن َق
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu
Hurairah)
17
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya
(menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan
menghilangkan barokah rizki tersebut[5]. Janganlah menghalangi
anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah
dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029,
88)
Allah Ta’ala berfirman,
18
Setelah kita mengetahui keutamaan menginfakkan harta di jalan yang
benar, lalu di manakah kita mesti salurkan harta tersebut?
Pertama, tentu saja harta tersebut digunakan untuk memberi nafkah yang
wajib kepada keluarga dan ini diberikan sesuai kemampuan serta
mencukupi istri dan anak-anaknya. Allah Ta’ala berfirman,
ُ لِ ُي ْنف ِْق ُذو َس َع ٍة مِنْ َس َع ِت ِه َو َمنْ قُد َِر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُ ُه َف ْل ُي ْنف ِْق ِممَّا آَ َتاهُ هَّللا ُ اَل ُي َكلِّفُ هَّللا ُ َن ْفسً ا إِاَّل َما آَ َتا َها َس َيجْ َع ُل هَّللا
َبعْ َد عُسْ ٍر يُسْ رً ا
Perlu juga diketahui bahwa mencari nafkah bisa menuai pahala jika si
pencari nafkah (suami) mengharap ridho Allah ketika mencarinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ك َ ْك لَنْ ُت ْنف َِق َن َف َق ًة َت ْب َتغِى ِب َها َوجْ َه هَّللا ِ إِالَّ أ ُ ِجر
َ َح َّتى َما َتجْ َع ُل فِى فِى ا ْم َرأَ ِت، ت َعلَ ْي َها َ إِ َّن
Setelah itu jika ada kelebihan harta jangan lupakan untuk menyalurkan
harta tersebut pada sedekah yang wajib yaitu zakat yang diserahkan pada
orang yang berhak menerima. Ini dilakukan jika memang telah memenuhi
nishob (ukuran minimal zakat) dan telah sampai satu haul (satu tahun).
Kewajiban ini jangan sampai dilupakan oleh orang yang punya kelebihan
harta. Kewajiban ini tentu saja lebih didahulukan dari infak lainnya yang
hukumnya di bawah wajib. Dengan membayar zakat inilah sebab
datangnya banyak kebaikan. Sebaliknya, enggan membayar zakat akan
datang berbagai musibah dan hilangnya berbagai keberkahan. Salah satu
buktinya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َولَ ْوال ْال َب َها ِئ ُم لَ ْم ُي ْم َطرُوا, لَ ْم َيمْ َنعْ َق ْو ٌم َز َكا َة أَ ْم َوال ِِه ْم إِال ُم ِنعُوا ْال َق ْط َر م َِن ال َّس َما ِء.
19
Setelah kewajiban di atas, perbanyaklah berinfak dan bersedekah di jalan-
jalan kebaikan lainnya. Dengan ini semua akan membuat harta akan
selalu lebih berkah di puncak kesuksesan.
Semoga Allah selalu memberi taufik kepada kita untuk menyalurkan harta
kita di jalan yang diperintahkan dan jalan yang halal. Semoga Allah
senantiasa memberi keberkahan.
[2] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Tafsir surat Al Hadiid ayat 11,
13/414-415, Muassasah Qurthubah. Riwayat ini adalah riwayat yang
shahih. Dikeluarkan oleh Abdu bin Humaid dalam Muntakhob dan Ibnu
Hibban dalam Mawarid Zhoma’an. Lihat Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Syaikh
Musthofa Al ‘Adawi, 4/377, Darul Fawaid – Dar Ibnu Rojab, cetakan
pertama, tahun 1427 H.
20
[7] Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/436.
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03
21
core.ac.uk
https://umma.id/article/share/id/1002/272772
https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Salaf
https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-
jamaah.html
https://rumaysho.com/1020-jangan-lupa-untuk-saling-berbagi.html
www.jurnalfai-uikabogor.org
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/16/11/25/oh6pth313-
4-pesan-rasulullah-untuk-penegak-hukum
LAMPIRAN
Penegakan supremasi hukum adalah keniscayaan. Tegaknya supremasi
hukum akan melahirkan suatu kepastian. Kepastian tentang yang benar
(al-haq) dan mana yang salah (al-bathil).
Kedua, tipologi hakim. Rasulullah SAW bersabda, "Hakim itu ada tiga, dua
di neraka dan satu di surga. Seseorang yang menghukumi secara tidak
22
benar, padahal ia mengetahui mana yang benar maka ia masuk neraka.
Seorang hakim yang bodoh lalu menghancurkan hak-hak manusia maka
ia masuk neraka. Dan, seorang hakim yang menghukumi dengan benar
maka ia masuk surga." (HR Tirmidzi).
Oleh karena itu, kita sangat menaruh hormat kepada setiap aparat
penegak hukum yang masih tegar dan setia membela kebenaran dan
keadilan. Wallahu a'lam.
23