Pariatmono Sukamdo2
Sering kita mendengar ungkapan “setiap manusia pasti pernah mengalami musibah”. Apa yang
sebenarnya dimaksud dengan musibah? Dalam Al Qur’an, kita dapati penegasan Allah SWT bahwa
pada hakekatnya hidup manusia adalah rangkaian cobaan atau ujian (bukan musibah) sehingga di
mata Allah, manusia dapat dibeda-bedakan berdasarkan perbuatannya.
ُ َّالذي َخ َل َق ْال َم ْو َت َو ْال َح َي َاة ل َي ْب ُل َو ُك ْم َأ ُّي ُك ْم َأ ْح َس ُن َع َم اًل ۚ َو ُه َو ْال َعز ُيز ْال َغ ُف
ور ِ ِ ِ
Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS Al Mulk [67]:2).
Karena hidup adalah rangkaian cobaan, sedangkan kehidupan ini berisi musibah dan berkah, maka
dapat dikatakan bahwa cobaan hidup dapat berupa musibah atau berkah, yang dalam pandangan
ilahiah, keduanya itu sama saja, sebab tujuannya sama, yaitu untuk menyaring dan menggolong-
golongkan manusia berdasarkan perbuatannya. Jika demikian, apa sebenarnya musibah dan berkah
itu?
Musibah (dan berkah) merupakan celah (gap) atau perbedaan antara takdir Allah dengan keinginan
atau harapan atau hajat manusia3. Jika takdir Allah lebih dari atau sama dengan harapan manusia, kita
menyebutnya dengan berkah. Sebaliknya, jika takdir Allah yang terjadi kurang dari hajat kita, orang
mengatakan itu musibah. Semakin besar perbedaan antara keinginan manusia dengan takdir Allah
yang terjadi, semakin besar pula musibah yang dirasakan.
Musibah, dapat berupa musibah pribadi atau musibah yang dialami oleh masyarakat. Di Indonesia,
sebagian masalah musibah yang dialami masyarakat disebut dengan bencana dan penanggulangannya
mengikuti UU 24 tahun 2007. Dalam UU tersebut, bencana terbagi menjadi tiga, yaitu alam, non-alam
(di dalamnya terdapat epidemi) dan sosial. Tentu saja, musibah masyarakat yang lebih multi dimensi,
seperti ketidak-adilan, kemiskinan, putus sekolah, dan sebagainya berada di luar lingkup UU tersebut.
Musibah seperti ini, dan musibah pribadi menjadi bahasan tulisan ini. Secara khusus tulisan ini
membahas tentang bagaimana “mengelola” musibah tersebut berdasarkan tuntunan Islam. Yang
dimaksud dengan “mengelola” adalah bagaimana sikap kita sebagai muslim dalam menghadapi
musibah. Musibah yang dikelola dengan baik in syaa Allah akan berbuah kesabaran dan mempertinggi
kedudukan manusia di sisi Allah SWT.
1
Bahan untuk Pengajian Online Majelis Taklim Tadaruz Panzer, One Month One Juz, Kamis, 09 Juli 2020, mulai
jam 0530.
2
Dosen Magister Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jakarta, e-mail: pariatmono@mercubuana.ac.id
3
Mardianto, Pengajian ITB 80, “Melewati Musibah dengan Sabar dan Shalat”, 11 April 2020
halaman | 1
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"
(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (QS. Al Baqarah [2]:155-156)
Kalimat “innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un” disebut kalimat istirja’ yaitu pernyataan kembali kepada
Allah dan disunnahkan mengucapkannya pada saat tertimpa musibah, baik musibah kecil maupun
besar. Dengan mengatakannya secara lisan pengakuan ini, seorang muslim menyatakan pasrah
dengan kehendak Allah, Sang Pemilik Kehidupan.
Meskipun ringan diucapkan, tapi ayat di atas menunjukkan bahwa Allah SWT menjadikan kalimat itu
sebagai syarat untuk bisa memperoleh kesabaran. Sedangkan pada sisi lain, kesabaran bersama
dengan sholat adalah syarat untuk memperoleh pertolongan Allah sebagaimana firman-Nya,
َ الصابر
ين َ َّ الص ََلة ۚ إ َّن
َّ اَّلل َم َع َّ اس َتع ُينوا ب
َّ الص ْب َو ْ آم ُنوا َ َيا َأ ُّي َها َّالذ
َ ين
ِِ ِ ِ ِ ْ ِ ِ ِ
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.(QS. Al Baqarah [2]:153).
Sedangkan pada sisi lain, musibah itu ujian keimanan dan kesabaran serta cara Allah untuk
mengampuni dosa seseorang. Allah SWT berfirman,
َ ُ َ ْ َ ُ َّ ُ ُ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ
اس أن ُي َتك ٓوا أن َيقول ٓوا َء َامنا َوه ْم ل ُيفتنون أح ِسب ٱلن
َ ين َص َد ُقوا َو َل َي ْع َل َم َّن ْٱل َك َٰ ذب
ي َ ٱلِل َّٱلذ
ُ َّ ين من َق ْبله ْم ۖ َف َل َي ْع َل َم َّن
َ َّ َّ َ َ ْ َ َ َ
ِِ ِ ِِ ِ ولقد فتنا ٱل ِذ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan: "Kami telah
beriman", dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, kami telah menguji orang-orang sebelum mereka,
maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS Al-Ankabut [29]:2-3)
Ketika seseorang tertimpa musibah, ia tidak tahu apakah yang dialaminya itu azab atau ujian. Karena
itu, sikap kedua bagi seorang yang beriman dalam mengelola musibah adalah banyak berdoa,
memohon ampun agar musibah yang menimpanya itu bukanlah sebuah azab. Namun pada saat yang
sama, ia harus yakin bahwa musibah tersebut dimaksudkan Allah untuk meningkatkan derajatnya.
Rasulullah SAW bersabda,
4
https://republika.co.id/berita/q47oq0320/beragam-makna-dan-hakikat-musibah-menurut-alquran, diakses
pada Selasa, 23 Juni 2020
halaman | 2
ُ َ َ َّ َ َ َ َا َ َ َ َ َ
َح َّْت الش ْوك ِة ُيشاك َها؛، َول غ ِم، َول أذى، َول ُح ْزن، َول ه ِم، َول َو َصب،الم ْس ِل َم ِم ْن ن َصب
ُ يب ُ َما ُيص
ِ
ُإ َّل َك َّف َر هللا ب َها م ْن َخ َط َاياه
ِ ِ ِ
Apa saja yang menimpa seseorang Muslim seperti rasa letih, sedih, sakit, gelisah, sampai duri yang
menusuknya, melainkan Allâh akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dengan sebab itu semua.
[Muttafaqun ‘alaihi]
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah
didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik
baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no.
2999)
5
:https://rumaysho.com/12985-ajaibnya-keadaan-seorang-mukmin.html diakses pada 26 Juni 2020
halaman | 3
didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal)
dengan sempurna dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya." (QS. Al Nuur [24]: 39)
Selain ayat di atas, di dalam Al Qur’an masih ada beberapa ayat lagi yang senada dengan ayat ini,
misalnya QS 39:65-66, QS 25:23, QS 2:21 dan QS 3:906. Karena itu, sikap ke-enam dari seorang muslim
dalam menghadapi musibah adalah banyak berdoa agar musibah tersebut tidak sampai membuatnya
sesat, atau berhenti mendapat petunjuk dari Allah. Doa yang paling mustajab untuk memohon
petunjuk ini adalah yang setiap waktu dibaca dalam shalat, yaitu:
َ الِّص َاط ْال ُم ْس َتق
يم َ ِّ اه ِد َنا
ْ
ِ
َّ َ َ ْ ْ َ َ
َ الض ِّال ُ ْ َ ْ ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ
ي ْ وب علي ِهم وَّل
ِ ض ِضاط ال ِذين أنعمت علي ِهم غ ْ ِب المغ
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS Al Fatihah
[1]:6-7)
6
http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2010/06/28/7506/nikmat-dan-musibah-terbesar-menurut-
islam/;#sthash.H3YQiPIm.7kT7Fikk.dpbs diakses 28 Juni 2020.
halaman | 4
يقر ح ُ اب َج َه َّن َم َو َل ُه ْم َع َذ
َ اب ْال ُ وبوا َف َل ُه ْم َع َذ
ُ ي َو ْال ُم ْؤم َنات ُث َّم َل ْم َي ُت
َ ين َف َت ُنوا ْال ُم ْؤمن
َ إ َّن َّالذ
ِ ِ ِ ِ ِْ ِ ِ ِ
Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan
perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka mereka akan mendapat azab Jahannam dan
mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar. (QS. Al-Buruj [85]:10)
Selain tidak mendendam, Allah SWT juga mendorong seorang muslim untuk mengambil sikap ke-
sembilan, yaitu membalas kejahatan orang yang dzalim dengan kebaikan. Jika ini dilakukan, Allah SWT
berjanji akan memasukkannya ke dalam surga beserta keluarganya. Allah berfirman,
َ ْ َ ْ ً َ َ ًّ ْ ُ َ ْ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ َ َّ ُ ين َص َ ُبوا ْابت َغ َاء َو ْجه َرِّب ه ْم َو َأ َق
َ َّ َ
َسا َوعَل ِن َية َو َيد َر ُءون ِبال َح َسن ِة ِ م اه ن قز ر ا م مِ وا ق ف ن أو ة َل الص وا ام ِ َّ ِ ْ ُ ِ ُ َ َ ْ َ ُ َ َ وال ِذ
الس ِّيئة أول َٰ ِئك له ْم عق ْ َب الد ِار َّ
اب ب
َ ُ ُ ْ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ َّ ِّ ُ َ ْ
َ ون َع َل ْيه ْم م ْن ُك ِّل ل خ د ي ةك ئ َل م الو ۖ م ه ات ي
ر ذ و م ه اج و َ ون َها َو َم ْن َص َل َح م ْن َآبائه ْم َو َأ ْز َ ُ ُ ْ َ ْ َ ُ َّ َ
جنات عد ٍن يدخل
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
َّ ُْ َ ُ ُ ََ َ
َسَل ٌم عل ْيك ْم ِب َما َص َْ ْبت ْم ۚ ف ِن ْع َم عق ْ َب الد ِار
Dan orang-orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-
terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat
kesudahan (yang baik), (yaitu) surga 'and, mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-
orang yang saleh dari nenek moyangnya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat
masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima
shabartum" (selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu). Maka alangkah nikmatnya tempat
kesudahan itu. (QS Ar-Ra’d [13]:22-24)
7
Diambil dari https://www.risalahmujahidin.com/al-hadits-menjenguk-allah/, diakses pada 29 Juni 2020
halaman | 5
tetapi engkau tidak mau menjenguknya. Sekiranya engkau mau menjenguknya, pasti engkau dapati
Aku di sisinya.
Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberikan makan
kepada-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya saya memberi makan kepada-Mu,
sedang Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah berfirman: Ketahuilah, apakah engkau tidak
peduli adanya seorang hamba-Ku, si Fulan, telah datang meminta makan kepadamu, tetapi engkau
tidak memberinya makan. Ketahuilah, sekiranya engkau mau memberinya makan, pasti engkau akan
menemukan balasannya di sisi-Ku.
Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberi-Ku minum. Orang
itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Tuhan
penguasa semesta alam? Allah berfirman: hamba-Ku, si Fulan, minta minum kepadamu tetapi engkau
tidak mau memberinya minum. Ketahuilah, sekiranya engkau memberinya minum, pasti engkau akan
menemui balasannya di sisi-Ku. [HR. Muslim]
Demikianlah 10 sikap hidup muslim dalam mengelola musibah. Mohon maaf bila ada kesalahan.
Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa berkenan memberi kita semua kekuatan untuk melakukan
sikap-sikap tersebut sehingga Ia akan mengangkat derajat kita semua. Aamiiiin yaa rabbal ‘alamiiin.
Wallahu ‘alam
halaman | 6