Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas ini
dan diselesaikan sesuai dengan aturan yang diberikan.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas
berkah dan rahamatnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan benar.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam yang telah memberikan
tugas tentang tema keislaman ini, dan memberikan panduan untuk mempermudah dalam
proses pengumpulan.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi banyak orang, dan dapat
dijadikan sebagai refrensi belajar bagi semua orang yang membutuhkan materi yang ada
dalam artikel ini. Saya menyadari bahwa artikel ini tidak dapat dikatakan sempurna, oleh
karena itu pembaca dapat memberikan kritik dan saran setelah membaca artikel tema
keislaman ini.
Terimaksi atas segala perhatian dan bimbingan orang-orang yang terkait dalam proses
penulisan artikel ini, semoga dapat di jadikan sebagai suatu kebaikan yang didasarkan
karena allah SWT.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 8
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 13
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits) 17
BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta 22
Keadilan Hukum dalam Islam 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN
iii
BAB I
1. Pengertian Tauhid
Tauhid merupakan dasar agama islam yang diungkapkan dalam frasa “La
ilaha illallah” ( tidak ada yang berhak disembah selain Allah). Menurut bahasa, tauhid
adalah bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu yang artinya menjadikan sesuatu
jadi satu saja, sedangkan Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-utsmain menambahkan
bahwa makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian, yaitu menafikan segala
sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkanya.
Pada dasarnya segala sesuatu yang terjadi sudah dirancang jauh sebelum
manusia diciptakan. Mengetahui hal tersebut, semestinya manusia wajib bertuhan.
Bertuhan dalam konteks ini sangat luas, didalam alqur’an tuhan diistilahkan sengan
kata ilaahun yang bermakna setiap yang menjadi penggerak sehingga dikagumi dan
dipatuhi oleh manusia. Dari makna ini dapat dipahami bahwa makna ini
sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh
manusia, bisa jadi berupa malaikat, para nabi, orang-orang shalih, atau bukan
mahluk allah yang lain, namun seseorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah
sebagai satu-satunya sesembahan mereka.
Seseorang yang bertauhid dalam menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan mereka tentunya mengetahui betapa pentingnya belajar dan
memahami konsep ketuhanan. Banyak orang yang mengaku bertuhan kepada
Allah (islam), namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid? Bagaimana
tauhid yang benar? Mungkin dari 10 orang, hanya 2 sampai 3 orang yang mampu
dan benar dalam menjawabnya, sungguh merugi orang-orang yang mengetahui
segala sesuatu tentang kenikmata dunia tetapi hanyut dalam pengetahuan
sejatinya, yaitu pengetahuan yang dapat membawanya kedalam kebenaran,
kebaikan, serta keindahan abadi diahkhirat nanti.
2. Konsep Ketuhanan dalam Islam
a. Siapakah tuhan itu?
1
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya?”
“Perkataan illah dipakai oleh fir’aun untuk dirinya sendiri, dan fir’aun berkata: wahai
para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui than bagimu selain aku”
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin,
1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa
berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak
mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap
manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian,
orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah
ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat
“Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu
2
“tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”.
Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala macam
Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama
Allah.
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan
Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan
Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai
Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha
Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut al-Qur’an terdapat 99 Nama Allah (asma’ul
husna artinya: “nama-nama yang paling baik”) yang mengingatkan setiap sifat-sifat
Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan
Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal
dan paling sering digunakan adalah “Maha Pengasih” (ar-rahman) dan “Maha
Penyayang” (ar-rahim).
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada
urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon
pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu
manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang
disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi
(29:46). Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan non-Muslim.
Konsep Tuhan
3
Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan
yang berdasar al-Qur’an dan hadits secara harafiah dengan sedikit spekulasi
sehingga banyak pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep
ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat
spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam
diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172). Ketika masih
dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia
terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga
menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia
memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis
akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Qur’an menegaskan ini dalam surah Az-Zumar
[39]:8 dan surah Luqman [31]:32.
Kemudian sebagai nabi penutup, Tuhan mengutus Muhammad sebagai nabi untuk
alam semesta. Masyarakat Arab Jahiliyah saat itu, ketika Muhammad diutus,
4
merupakan kaum yang mengenal Allah namun dalam konsep yang salah. Arab pra-
Islam memang mengenal Allah sebagai Pencipta (Al-‘Ankabut [29]:61-63) dan
bersumpah atas nama Allah (Al-An’am [6]:106), namun beranggapan keliru atas
Allah. Mereka menganggap Allah merupakan golongan Jin (As-Saffat [37]:158),
memiliki anak-anak wanita (Al-Isra’ [17]:40), dan bahwa manusia karena tidak
mampu berdialog dengan Allah, karena ketinggian dan kesucian-Nya, menjadikan
malaikat-malaikan dan berhala-berhala untuk disembah sebagai perantara mereka
dengan Allah (Az-Zumar [39]:3).
5
dalam al-Qur’an. Umat Muslim percaya bahwa keseluruhan ajaran Islam bersandar
pada prinsip Tauhid, yaitu percaya “Allah itu Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.”
Bahkan tauhid merupakan kosep teoritis yang harus dilaksanakan karena
merupakan syarat mutlak setiap Muslim.
Sifat Tuhan
Maha Pemurah
Maha Penyayang
Maha pemberi
Maha Pemelihara
Tuhan Yang Mengaruniakan Kemanan
Tuhan Yang Tidak Tergantung Siapa-siapa
Tuhan Yang Kekal
Maha Adil
Al-Qur’an menjelaskan Tuhan Maha Tahu atas segala sesuatu yang terjadi di
alam semesta, termasuk hal pribadi dan perasaan, dan menjelaskan bahwa tidak
ada sesuatu yang dapat sembunyi dari-Nya: “Kamu tidak berada dalam suatu
keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan
suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu
melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah
(atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang
lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh).”—Yunus [10]:61
6
Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu,
perbedaan tersebut belum sampai mendistorsi Al-Qur’an. Pendekatan yang bersifat
spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari rasionalitas
hingga agnostisisme, panteisme, mistisme, dan lainnya dan juga ada sebagian yang
bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama
ulama syariat.
7
BAB II
Manusia merupakan mahluk allah yang paling mulia karna anugrah akal yang
dimilikinya. Selain akal, manusia merupakan mahluk yang pintar, dan memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi. Berkaitan dengan rasa ingin tahu, tidak semua manusia memiliki sifat
seperti ini, hanya sebagian dari mereka. Rasa tahu yang tinggi mendorong manusia untuk
melakukan eksperimen untuk menemukan dan memecahkan suatu masalah. Hingga saat
ini, manusia telah menemukan dan menciptakan berbagai hal baru yang berkaitan dengan
sains dan teknologi, yang tentunya dapat membawa manusia merasakan kemudahan dalam
era modern.
Berkaitan dengan penemuan manusia yang berkaitan dengan sains dan teknologi,
pada dasarnya Al-qur’an menyimpan banyak penjelasan yang berkaitan dengan sains dan
teknologi jauh sebelum manusia menemukannya. Meskipun al-qur’an mengandung hal-hal
yang menjelaskan tentang sains dan tekhnologi, Al-qur’an bukan merupakan buku atau kita
sains, tetapi al-qur’an merupakan kitab yang memuat tanda-tanda kebenaran sains atau
fenomena alam terjadi. Bukan hanya Al-qur’an, Hadist rasulullah juga banyak mengandung
hal-hal yang berkaitan dengan sains dan teknologi, berikut beberapa bunyi Al-qur’an dan
hadist yang berkaitan dengan sains dan teknologi :
a. Ayat Al-qur’an
1. QS. AL ANBIYA AYAT 30 TENTANG PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
Artinya : dan apakan orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudia kami pisahkan
antara keduanya dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka apakah
mereka tiada juga beriman?
2. QS. AS SAJDAH AYAT 5 DAN QS AL MA’AARIJ AYAT 4 TENTANG
RELATIVITAS WAKTU
Artinya : dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian(urusan) itu naik
kepadanya dalam suatu hari yang kadarnya adalah seribu tahun perhitunganmu
8
Artinya : malaikat-malaikta dan jibril naik (menghadap) kepada tuhan dalam sehari
yang kadarnya 50.000 tahun.
3. QS. AR RA’AD AYAT 2 TENTANG KEBERADAAN ATMOSFER
b. Hadist rasulullah
1. BUKHARI No. 387 “KOMUNIKASI”
9
َ ت َه ِذ ِه اآْل َي ُة َقا َل أَبُو َعبْد هَّللا ِ و َح َّد َث َنا ابْنُ أَ ِبي َمرْ َي َم َقا َل أَ ْخ َب َر َنا َيحْ َيى بْنُ أَي
ُّوب َقا َل َح َّد َثنِي ُح َم ْي ٌد َقا َل ْ َِم ْن ُكنَّ } َف َن َزل
ت أَ َنسًا ِب َه َذا •ُ ْ( َسمِعBUKHARI – 387)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Aun berkata, telah
menceritakan kepada kami Husyaim dari Humaid dari Anas bin Malik berkata, ‘Umar
bin Al Khaththab, “Aku memiliki pemikiran yang aku ingin jika itu dikabulkan oleh
Rabbku dalam tiga persoalan. Maka aku sampaikan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, ‘Wahai Rasulullah, seandainya Maqam Ibrahim kita jadikan sebagai
tempat shalat? Lalu turunlah ayat: ‘(Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim
sebagai tempat shalat) ‘ (Qs. Al Baqarah: 125). Yang kedua tentang hijab. Aku lalu
berkata, ‘Wahai Rasulullah, seandainya Tuan perintahkan isteri-isteri Tuan untuk
berhijab karena yang berkomunikasi dengan mereka ada orang yang shalih dan juga
ada yang fajir (suka bermaksiat).’ Maka turunlah ayat hijab. Dan yang ketiga, saat
isteri-isteri beliau cemburu kepada beliau (sehingga banyak yang membangkang);
aku katakan kepada mereka, ‘Semoga bila Beliau menceraikan kalian Rabbnya akan
menggantinya dengan isteri-isteri yang lebih baik dari kalian.’ Maka turunlah ayat
tentang masalah ini.” Abu Abdullah berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu
Abu Maryam berkata, telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Ayyub berkata,
telah menceritakan kepadaku Humaid ia berkata, Aku mendengar Anas seperti
hadits ini.”
ُف َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َسال ٍِم ْال ِحمْصِ يُّ َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ ِز َيا ٍد اأْل َ ْل َهانِيُّ َعنْ أَ ِبي أ ُ َما َم َة ْال َبا ِهلِيِّ َقا َل َو َرأَى
َ َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ يُوس
الذلَّ َقا َل أَبُو َعبْد
ُّ ُ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُو ُل اَل َي ْد ُخ ُل َه َذا َبيْتَ َق ْوم إِاَّل أَ ْد َخلَ ُه هَّللا
ٍ َ َّت ال َّن ِبيُ ْث َف َقالَ َسمِع ِ ْسِ َّك ًة َو َش ْي ًئا مِنْ آلَ ِة ْال َحر
صدَيُّ بْنُ َعجْ اَل َن ُ ( هَّللا ِ َواسْ ُم أَ ِبي أ ُ َما َم َةBUKHARI – 2153)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan
kepada saya ‘Abdullah bin Salim Al Himshiy telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Zaiyad Al Alhaniy dari Abu Umamah Al Bahiliy berkata, ketika ia
melihat cangkul atau sesuatu dari alat bercocok tanam, lalu ia berkata, aku
mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang seperti ini tidak
masuk kerumah suatu kaum kecuali Allah akan memberikan kehinaan padanya”.
Abu Abdullah Al Bukhariy berkata: “Dan nama Abu Umamah adalah Shuday bin
‘Ajlan”.
10
3. BUKHARI No. 1117 TRANSPORTASI
ُْصلِّي مِن َ ان اَل ي َ َح َّد َث َنا َيعْ قُوبُ بْنُ إِب َْراهِي َم ه َُو الد َّْو َرقِيُّ َح َّد َث َنا ابْنُ ُعلَ َّي َة أَ ْخ َب َر َنا أَيُّوبُ َعنْ َناف ٍِع أَنَّ اب َْن ُع َم َر َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َما َك
ف ْال َم َق ِام َو َي ْو َم َيأْتِي َمسْ ِج َد َ ْن َخ ْل َ ت ُث َّم ي
ِ ُصلِّي َر ْك َع َتي ُ ان َي ْقدَ ُم َها ضُحً ى َف َي
ِ طوفُ ِب ْال َب ْي ِ الض َُّحى إِاَّل فِي َي ْو َمي
َ ْن َي ْو َم َي ْقدَ ُم ِب َم َّك َة َفإِ َّن ُه َك
ُ صلَّى هَّللاَ ِ ث أَنَّ َرسُو َل هَّللا ُ ان ي َُح ِّد
َ ُصلِّ َي فِي ِه َقا َل َو َك
َ ُج ِم ْن ُه َح َّتى ي َ دَخ َل ْال َمسْ ِجدَ َك ِر َه أَنْ َي ْخر َ ت َفإِ َذا ٍ ان َيأْتِي ِه ُك َّل َس ْب
َ قُ َبا ٍء َفإِ َّن ُه َك
َ ُون َواَل أَ ْم َن ُع أَ َح ًدا أَنْ ُي
صلِّ َي فِي َ ْت أَصْ َح ِابي َيصْ َنع ُ ان َيقُو ُل إِ َّن َما أَصْ َن ُع َك َما َرأَي َ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك
َ ان َي ُزو ُرهُ َرا ِكبًا َومَاشِ ًيا• َقا َل َو َك
ْس َواَل ُغرُو َب َها
ِ وع ال َّشم َ ُ طل ُ ار َغي َْر أَنْ اَل َت َت َحرَّ ْوا
ٍ اع ٍة َشا َء مِنْ َلي ٍْل أَ ْو َن َهَ ( أَيِّ َسBUKHARI – 1117)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim dia adalah Ad-
Dawraqiy telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Ulayyah telah mengabarkan kepada
kami Ayyub dari Nafi’ bahwa Ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhumaa tidak pernah
mengerjakan shalat Dhuha kecuali pada dua kali kesempatan (hari) yaitu hari ketika
dia mengunjungi Makkah saat dia memasuki kota Makkah di waktu Dhuha lalu dia
melakukan thawaf di Al Bait (Ka’bah) kemudian shalat dua raka’at di belakang
Maqam (Ibrahim) dan satunya lagi saat dia mengunjungi masjid Quba’, yang dia
mendatanginya pada hari Sabtu. Bila dia sudah memasukinya, maka dia enggan
untuk keluar darinya hingga dia shalat terlebih dahulu di dalamnya. Berkata, Nafi’;
“Dan Ibnu’Umar radliallahu ‘anhuma menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pernah mengunjungi (masjid Quba’) baik dengan berkendaraan
ataupun berjalan kaki”. Berkata, Nafi’; “Dan Ibnu’Umar radliallahu ‘anhuma berkata:
“Sesungguhnya aku mengerjakan yang demikian seperti aku melihat para sahabatku
melakukannya, namun aku tidak melarang seseorangpun untuk mengerjakan shalat
pada waktu kapanpun yang dia suka baik di waktu malam maupun siang hari,
asalkan tidak bersamaan waktunya saat terbitnya matahari atau saat tenggelam”.
ُ صلَّى هَّللا َ ِّس َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َعنْ ال َّن ِبي ٍ ت بْنُ َي ِزيدَ َح َّد َث َنا عَاصِ ٌم أَبُو َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن اأْل َحْ َو ُل َعنْ أَ َن ِ َح َّد َث َنا أَبُو ال ُّنعْ َم
ُ ان َح َّد َث َنا َث ِاب
َث َحد ًَثا َف َعلَ ْي ِه لَعْ َن ُة هَّللا ِ َو ْال َماَل ِئ َك ِة
َ َث َمنْ أَحْ دٌ دَث فِي َها َحد ُ َْعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل ْال َمدِي َن ُة َح َر ٌم مِنْ َك َذا إِلَى َك َذا اَل ُي ْق َط ُع َش َج ُر َها َواَل يُح
َ اس أَجْ َمع
ِين ِ ( َوال َّنBUKHARI – 1734)
11
Barangsiapa yang berbuat kemungkaran (bid’ah) yang dilarang agama didalamnya
maka orang itu akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh
manusia”.
12
BAB III
Seandainya generasi terbaik itu ada, tentu ini merupakan hal sangat menakjubkan,
karena pada dasarnya, sosok yang memiliki nilai lebih dengan segala kesempurnaannya
ditujukan hanya kepada para Nabi. Namun, ada ungkapan yang mengindikasikan infomasi
mengenai generasi Islam terbaik itu, sebagaimana tercermin dalam 2 hadis berikut,
ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم َث ُل أ ُ َّمتِي َم َث ُل ْال َم َط ِر اَل ي ُْد َرى أَوَّ لُ ُه َخ ْي ٌر أَ ْم آ ِخ ُره ٍ َعنْ أَ َن
َ ِ س َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ِيهم
ِ تفُ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل َخ ْي ُر َه ِذ ِه اأْل ُ َّم ِة ْال َقرْ نُ الَّذِي ُبع ِْث
َ ِ ْن أَنَّ َرسُو َل هَّللا
ٍ صي
َ ْن ُح َ َعنْ عِ مْ َر
ِ ان ب
Riwayat dari Imran Ibn Hushain bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik
umat ini adalah generasi yang aku di utus pada mereka.” (H.R. Ahmad)
2. Generasi Terbaik
a. Sahabat
13
sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan lama apa pun ia menyertai
Rasulullah.
Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur
Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang terisi oleh Rasulullah yang mendapatkan
jaminan surga.
Daftar beberapa nama sahabat nabi muhammad saw :
Abdullah bin umar
Abdurrahman bin auf
Abu bakar
Abu dzar al-giffari
Abu hurairah
Abu thufail al-laitsi
Abu ubaidah bin al-jarrah
Ali bin abi thalib
Amru bin ash
Bilal bin rabbah
Hakim bin hazm
Talhah bin ubaidillah
Zaid bin khattab
Umar bin khattab
Usamah bin zaid
Sa’ad bin abi
Muawiyah bin abu sufyan
b. Tabi’in
Rasulullah SAW menegaskan, "Sebaik-baik umatku adalah yang hidup pada
kurun sahabatku, kemudian setelah kurun mereka (tabiin), kemudian setelah
kurun mereka (tabi'ut tabi'in)." (Sahih Muslim nomor 4599).
Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW mengemukakan, "Sesungguhnya, orang
yang terbaik di antara kamu ialah yang hidup pada zaman kurunku (sahabat),
kemudian orang-orang yang hidup sesudah kurunku (tabiin)." (Sahih Muslim
nomor 4603)
Tabi'in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau
setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta
14
melihat para sahabat. Tabi'in merupakan orang-orang yang belajar dan
mewariskan ilmu dari para sahabat Rasulullah.
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi'in adalah Uwais Al Qarn, yang
pernah mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi
sahabat, tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah
mengajar secara langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di
bumi tapi terkenal di langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya,
Umar dan Ali, untuk mencari Uwais dan meminta permintaan untuk di doakan,
karena ia merupakan orang yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah.
Daftar beberapa nama tabi’n :
Abu hanifah
Al-hasan al-bashri
Ali bin al-husain zainal abidin
Al-qamah bin qais an-nakah’i
Al-qasim bin muhammad bin abu bakar ash-shiddiq
Muhammad bin al-hanafiyah
Muhammad bin sirrin
Umar bin abdul aziz
Said bin al-musayyib
Rabi’ah al-ra’yi
Salim bin abdullah bin umar bin khattab
Urwah bin az-zubair
Uwais al-qarni
c. Tabi'ut Tabi'in
Tabi'ut tabi'in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi'in. tabi'ut tabi'in merupakanK orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para tabi'in.
Beberapa generari tabi’ut tabi’n :
Imam Malik bin Anas
Sufyan bin Uyainah
Sufyan Ats-Tsauri
Al Auza'i
Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i.
15
Ahmad bin Hanbal.
Waki’
16
BAB IV
1. Pengertian Salafussoleh
Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa’ adalah pokok yang menunjukkan
‘makna terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah lampau’,
dan arti dari ‘al-qoumu as-salaafu’ artinya mereka yang telah terdahulu.” (Mu’jam
Maqayisil Lughah: 3/95)
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf” dan
terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi menjadi 4
perkataan :
1. Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para sahabat
nabi saja Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para
Sahabat Nabi dan Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).
2. Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka
adalah para Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal:
276-277)). Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar
ulama ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
3. Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang
berada di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
17
Artinya,“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR.
Bukhari (2652), Muslim (2533))
Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh sesuai
manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena menisbahkan/menyandarkan
kepada mereka.
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului
sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim
(2533))
• ثنتان وسبعون في،• وإن هذه• الملة ستفترق على ثالث وسبعين،أال إن من قبلكم من أهل الكتاب• افترقوا على ثنتين وسبعين ملة
• وهي الجماعة، وواحدة في الجنة،النار
[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241),
al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150). Dishahihkan oleh
al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah bin Abi Sufyan. Syaikhul
18
Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-
Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-204)]
Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang
aku dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-
Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]
Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi
73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa yang telah
dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti Al-
Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).
َوإِيَّا ُك ْ•م،ِجذ
ِ ضوا َعلَ ْي َها ِبال َّن َوا َ ِين ْال َم ْه ِدي
ُّ ِّين ُع َ َف َعلَ ْي ُك ْ•م ِب ُس َّنتِي َو ُس َّن ِة ْال ُخلَ َفا ِ•ء الرَّ اشِ د،اختِاَل ًفا• َكثِيرً ا
ْ •َفإِ َّن ُ•ه َمنْ َيعِشْ ِم ْن ُك ْ•م َف َس َي َرى
ضاَل لَ ٌة ُ •ِ »ومُحْ َد َثا
ِ ت اأْل م
َ •ُور َفإِنَّ ُك َّل ِب ْد َع ٍة َ
Artinya:
“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan sunnahku
dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk sepeninggalku,
pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham, dan hendaklah
kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena sesungguhnya setiap
perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607),
Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]
19
c. Dari perkataan Salafush Shalih
Artinya, “Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” (Al-Bida’
Wan Nahyu Anha (hal. 13))
Artinya, “Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh orang
yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang masih hidup tidak
akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para Sahabat
Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik hatinya, paling
dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang dipilih Allah untuk
menemani NabiNya, dan menegakkan agamaNya, maka kenalilah keutamaan mereka,
dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang
lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97))
Generasi salafus shalih merupakan generasi yang terbaik umat Islam. Sebab saran kita
disarankan untuk mengikuti mereka dalam beragama. Salah satu jejak salafus shalih yang
menggetarkan hati adalah mereka yang selalu menomersatukan ketakwaan, menjauhi hal
syubhat dan syahwat, serta mereka sering menangisi diri sendiri yang tentu belum
mendapatkan ridha Allah. Syekh Jamaluddin Al Qasimi kalimat dalam kitabnya Mauidzatul
Mu'minin:
كان السلف يبالغون في التقوى والحدر من الشبهات والشهوات ويبكون على أنفسهم في الخلوات
Para salafus saleh selalu mementingkan ketakwaan, menghindari hal syubhaat dan
syahwat, meski demikian tak jarang saat sendiri mereka menangisi diri mereka yang tentu
belum diridhai Allah
Jika mereka saja yang selalu dalam jalan ketakwaan dan jauh dari perkara syubhat
dan syahwat masih merasa ridha Allah tak berpihak pada mereka, lantas bagaimana kabar
20
kita yang hanya sedikit berbaur dalam ketakwaan dan masih sering terperangkap syubhat
dan syahwat?
Kita yang hanya menangis jika tak kuat menghadapi masalah, kita yang masih berat
melakukan kewajiban, kita yang masih memanjakan syahwat, pernahkah kita menangisi diri
kita yang belum tentu diridhai Allah? Rasanya begitu naif jika kita yang masih berlumuran
dosa merasa yakin jika Allah ridha dengan diri kita.
Seorang muslim berusaha sekuat tenaga mencari ridha Allah dalam setiap gerak-
gerik hidupnya, dalam setiap aktivitasnya, karena tujuan hidupnya memang akan kembali
kepada Allah. Sebab Allah ridha kepada kita, maka Allah pasti memberikan kita macam
inayah, taufik, rahmat dan kasih sayangNya. Keberadaaan Allah murka kepada kita, maka
Allah pasti halangi dirinya dari rahmat dan hidayah-Nya.
Kitabisa melihat adab yang tinggi dari pemilik adab yang agung yaitu Rasulullah,
dimana beliau beradab –dalam berucap- kepada Robnya tatkala bersedih karena terus
mengharap keridhoan-Nya tatkala Ibrahim putra beliau wafat. Beliau meneguk:
َ َت ْد َم ُع ْال َعيْنُ َو َيحْ َزنُ ْال َق ْلبُ َوالَ َنقُ ْو ُل إِالَّ َما يُرْ ضِ ي َر َّب َنا وإِ َّنا ِب
ك َياولَرح
Artinya : “Mata menangis, hati bersedih, dan kami mengucapkan kata-kata yang
mendatangkan keridhoan Rob kami, dan benar-benar kami bersedih dengan kepergianmu
wahai Ibrahim” (HR Muslim)
Beberapa penjelasan di atas cukup menggoncang rohani kita. Semoga semakin
semangat tak putus asa dalam terus mengharap dan mencari ridha Allah. Rasulullah,
salafus shalih, dan juga kita semua adalah ciptaan-Nya yang berhak mendapatkan ridha-
Nya. Maka dari itu yuk berburu ridha dengan cara terbaik menurut kita masing-masing.
21
BAB V
AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI KEADILAN SERTA PENEGAKAN
HUKUM DALAM ISLAM
Islam selalu mengajarkan umatnya untuk menyisihkan sebagian hartanya dengan cara
bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan. Selain untuk berbagi dan sebagai bekal
amal di akhirat, sedekah bertujuan untuk mensucikan harta. Sedekah tak harus dilakukan
pada saat membayar zakat ataupun infak. Dimana pun dan kapan pun kamu bisa
bersedekah, yang terpenting niatkan hati baikmu. Besar kecilnya urusan Allah SWT,
ganjarannya adalah amalan baik.
Dalam Islam sedekah atau berbagi kepada sesama adalah salah satu bukti bahwa
hambanya bertakwa kepada Allah SWT. Karena Rasulullah dalam Hadis HR. Tirmidzi dan
Hadis Hasan Shahih bersabda, “bertakwalah kepada Allah SWT di mana pun engkau
berada. Iringilah keburukan dengan peringatan, niscaya peringatan tersebut akan
menghapuskan keburukan. Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia. ” Hadis
tersebut mengandung tiga wasiat Nabi yang sangat penting, yakni wasiat tentang hubungan
secara vertikal manusia kepada Allah (habluminallah) dan hubungan horizontal sesama
manusia (habluminannas).
Tidak melakukan amal soleh adalah wasiat Nabi yang kedua. Dosa kecil dapat
terhapuskan dengan perbuatan baik, yakni bersedekah. Ketika kamu terjerumus dalam dosa
dan maksiat wajib bagimu untuk segera bertaubat. Dengan cara tidak melakukan lagi dan
salah satunya dengan bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
Wasiat Nabi yang ketiga adalah memiliki akhlak mulia. Akhlak mulia dalam arti
hubungan antar sesama manusia (habluminannas). Cara yang paling mudah adalah dengan
tersenyum diiringi wajah yang berseri ketika bertemu dengan orang lain dan bertegur
sapa. Karena itu Rasulullah mengaitkan antara akhlak mulia dengan iman yang sempurna
22
a. Bentuk-bentuk sedekah
Bersedekah tak hanya berupa harta, tapi bisa dengan apapun seperti menolong orang lain
dengan tenaga dan pikirannya, senyum, memberi nafkah keluarga, mengajarkan ilmu,
berdzikir, dan lain sebagainya.
Cakupan bersedekah dalam Islam itu sangat luas. Namun, agar lebih utama, harta benda
yang kita miliki juga harus disedekahkan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Allah telah menjelaskan dalam beberapa ayat mengenai sedekah. Di antaranya sebagai
berikut:
ن َو ٰا َتى
َۚ ب َوال َّن ِب ٖ ّيِ ب َو ٰلـكِنَّ ۡال ِبرَّ َم ۡن ٰا َم َن ِباهّٰلل ِ َو ۡال َي ۡو ِم ااۡل ٰ خ ِِر َو ۡال َم ٰ ٓل ِِٕ•ٕٮکَ ِة َو ۡالك ِٰت
ِ س ۡال ِبرَّ اَ ۡن ُت َولُّ ۡوا وُ ج ُۡو َه ُكمۡ ِق َب َل ۡال َم ۡش ِر ِق َو ۡال َم ۡغ ِر
َ لَ ۡي
الز ٰکو َة ۚ َو ۡالم ُۡوفُ ۡو َن َّ ب َواَ َقا َم الص َّٰلو َة َو ٰا َتى ِۚ ۡال َما َل َع ٰلى ُحبِّهٖ َذ ِوى ۡالقُ ۡر ٰبى َو ۡال َي ٰت ٰمى َو ۡال َم ٰسك ِۡي َن َو ۡاب َن الس َِّب ۡي ِۙل َوالسَّٓا ِِٕ•ٕٮل ِۡي َن َوفِى الرِّ َقا
ك ُه ُم ۡال ُم َّتقُ ۡو َن ٓ ٰ ُ ولِ•ٕٮك الَّذ ِۡين ص َدقُ ۡوا ؕ وا ٓ ؕ صبر ۡين فِى ۡالب ۡاسٓا •ء والضَّرَّ ٓاء وح ِۡين ۡالب ۡا
َ ول ِِٕ•ٕٮ َ َ َ َ ِٕ ٰ ُ س ا ِ َ َ َ ِ َ ِ َ َ َ ِ ِ ّ ٰ ِب َع ۡه ِدهِمۡ ِا َذا ٰع َهد ُۡوا ۚ َوال
Artinya:
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa
ّ ٰ ٰۤيـا َ ُّي َها الَّذ ِۡي َن ٰا َم ُن ۡۤوا اَ ۡنفِقُ ۡوا ِممَّا َر َز ۡق ٰن ُكمۡ م ِّۡن َق ۡب ِل اَ ۡن ي َّۡات َِى َي ۡو ٌم اَّل َب ۡي ٌع ف ِۡي ِه َواَل ُخلَّ ٌة َّواَل َش َفا َع ٌة ؕ َو ۡال ٰكفِر ُۡو َن ُه ُم
الظلِم ُۡو َن
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi
jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim."
c. Manfaat Sedekah
Bersedekah tidak akan mengurangi rezeki.
23
jika kita melakukan sedekah, hal tersebut tidak akanmengurangi harta atau rezeki
kita. Justru Allah akan menggantinya dengan rezeki yang sebaik-baiknya.Seperti dalam
firman Allah pada Alquran surat Saba ayat 39 yang berbunyi:
ُط الرِّ ۡزقَ لِ َم ۡن َّي َشٓا ُء م ِۡن عِ َبادِهٖ َو َي ۡق ِد ُر لَ ٗهؕ َو َم ۤا اَ ۡن َف ۡق ُتمۡ م ِّۡن َش ۡى ٍء َفه َُو ي ُۡخلِفُ ٗه ۚ َوه َُو َخ ۡي ُر ال ٰ ّر ِزق ِۡي َن
ُ قُ ۡل اِنَّ َرب ِّۡى َي ۡبس
Artinya :
Katakanlah, "Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya." Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah
akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.
Membuka pintu rezeki
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasannya Rosulullah Shallallahu’ alaihi wasallam
bersabda:
"Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan
turun dua malaikat. Lalu salah satunya berkata, "Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa
yang menafkahkan hartanya", sedangkan yang satunya lagi berkata, "Ya Allah berikanlah
kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil)." (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
Dai hadits tersebut dijelaskan bahwa bersedekah justru akan membuka pintu rezeki yang
baru.
Allah hanya akan mengampuni dosa-dosa seseorang yang telah bersedekah dengan syarat
orang tersebut mengikutinya dengan taubat. Dan jika seseorang melakukan sedekah
dengan niat agar dosa-dosanya dianggap impas, maka sesungguhnya hal ini tidaklah
dibenarkan.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, "Jauhilah neraka walupun hanya dengan
(sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan omongan
yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
24
Sedekah merupakan salah satu amal jariyah yang pahalanya tidak akan pernah
putus, bahkan saat kita sudah meninggal. Rasulullah bersabda, "Jauhilah neraka walupun
hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan
omongan yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim.)
25
sesuai dengan porsi dan bagiannya yang sebenarnya. Dalam banyak ayat, Alquran
menerangkan bahwa salah satu bentuk keadilan ialah keadilan terhadap Tuhan sebagai
pencipta, yaitu dengan mengikuti jalan kebenaran dari Allah SWT melalui wahyu-Nya yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Allah SWT mengutus para nabi dan rasul
dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Bersama mereka diturunkan kitab dan neraca
(mizan) supaya manusia dapat menegakkan keadilan (QS 57:25). Allah-lah yang
menurunkan Alquran dengan membawa kebenaran dan menurunkan keadilan (QS 42:17).
Bagi manusia, Alquran merupakan petunjuk dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil (QS 2:185). Jalan kebenaran
dalam Alquran itu sama dengan jalan keadilan, yaitu adil terhadap Tuhan Pencipta yang
menciptakan manusia dengan sempurna (QS 7:29). Menegakkan keadilan dalam hubungan
antara sesama manusia harus dilakukan dengan hati yang bening dan bersih. Janganlah
karena kebencian atau ketidaksukaan terhadap suatu kaum atau kelompok, kita berlaku
tidak adil. Allah mengingatkan dalam Alquran; 'Hai orang-orang yang beriman hendaklah
kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil (qist). Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil (adl). Berlaku adillah karena adil (adl) itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan' (QS Al Maidah:8). Saksi yang adil
Allah pun mengingatkan agar kita tetap menjadi saksi yang adil dan berkata benar
walaupun terhadap diri sendiri, ibu/bapak, atau keluarga dekat. Janganlah karena demi
membela diri sendiri, ibu/bapak, atau keluarga dekat, kita berbuat tidak adil terhadap orang
lain dengan memberikan kesaksian yang tidak benar. Allah mengingatkan; 'Wahai orang-
orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi
saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak atau kaum
kerabatmu, jika ia kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.
Dan jika kamu memutarbalikkan kata-kata karena tidak hendak menjadi saksi maka
sesungguhnya Allah maha mengetahui dengan segala apa yang kamu lakukan' (QS An
Nisa:135). Allah SWT mengingatkan bahwa tindakan demikian ialah tindakan yang hanya
mengikuti hawa nafsu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui sekecil apa pun yang
terpendam dalam hati kecil kita. Rasulullah telah mencontohkan bagaimana ketegasannya
menegakkan keadilan walaupun terhadap putrinya sendiri.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim, suatu ketika
orang-orang Qurais sangat mengkhawatirkan seorang wanita dari bani Makhzumiyyah yang
tertangkap mencuri. Lalu orang-orang Qurais berembuk, siapakah yang bisa melobi
Rasulullah agar kepada wanita tersebut diberikan pengampunan. Lalu dipercayakanlah
26
Usamah bin Zaid yang dianggap dekat dengan Rasulullah SAW dan menyampaikan hal itu
kepada beliau. Lalu Rasulullah bersabda, "Apakah kamu mau memintakan syafaat dalam
hukum di antara hukum-hukum Allah?" Kemudian Rasulullah berdiri berkhotbah dan
bersabda; "Sesungguhnya yang merusak/membinasakan orang-orang sebelum kalian
adalah bahwa mereka dahulu apabila orang mulia di antara mereka yang mencuri, mereka
membiarkannya, tetapi kalau orang lemah di antara mereka yang mencuri, mereka
menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad
mencuri, niscaya aku akan memotong tangannya." Ketajaman hukum Islam melarang keras
hukum yang tajam ke bawah (yaitu tajam dan berlaku penuh kepada orang-orang miskin
dan kekurangan), tetapi tumpul ke atas (yaitu tidak berlaku penuh kepada pejabat,
pemegang kuasa, dan kaum kaya raya). Sungguh, kalau sudah terjadi hukum yang
demikian, Rasulullah telah mengingatkan kepada kita semua bahwa tindakan demikianlah
yang mengakibatkan hancurnya umat-umat terdahulu. Tindakan yang demikianlah yang
mengakibatkan pemimpin jatuh dan tidak berharga. Tindakan demikian yang melahirkan air
bah protes dan ketidakpercayaan kepada pemimpin. Bahkan, dalam hubungan keperdataan
di antara sesama manusia dalam hal utang piutang dalam jangka tertentu, Allah
memerintahkan untuk menuliskannya dengan benar dan adil, sesuai dengan firman Allah,
'Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengikat utang untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaknya seorang di antara kamu menuliskannya
dengan benar dan adil' (QS Al Baqarah:282). Karena jika tidak dituliskan, akan mudah lupa
dan menimbulkan sengketa yang dapat melahirkan ketidakadilan dan tindakan zalim antara
satu dan yang lainnya.
Tanggung jawab pemimpin Untuk keadilan dalam urusan pemerintahan, Allah
memerintahkan kepada para pejabat atau pemimpin untuk melaksanakan amanat dan
tanggung jawab mereka dan memutuskan suatu perkara hukum dengan adil. Allah
berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha
melihat." (QS An Nisa:58).
27
Daftar Pustaka
Iswandi, lalu. 2004. DIMENSI GENERASI TERBAIK PADA MASA AWAL ISLAM http://digilib.uin-
suka.ac.id/36253/#:~:text=Ungkapan%20tentang%20generasi%20terbaik%20ini,'%20al%2Dtabi'in.
Di akses pada tanggal 18 oktober 2020.
Zoelva , hamdan. 2018. Kembali ke Fitrah Keadilan dalam Perspektif Islam dan
Kebangsaan. https://mediaindonesia.com/read/detail/166818-kembali-ke-fitrah-keadilan-dalam-
perspektif-islam-dan-kebangsaan. Di akses pada tanggal 22 oktober 2020.
28
Daftar Lampiran
29