Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen pengampuh:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
NIM : E1S020021
UNIVERSITAS MATARAM
T.A 2020/2021
1
Kata pengantar
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT atas selesainya
tugas ini tentang artikel keislaman. Sholawat dan salam semoga Allah limpahkan
kepada Rasulluh Muhammad SAW atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Artikel ini
bisa selesai dengan tepat waktu. Terimakasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak
Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I.,M.Sos sebagai dosen pengampuh mata kuliah pendidkan
Agama Islam. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan dan aspek lainya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca
yang ingin member saran dan kritik demi memperbaiki Artikel ini. Besar harapan saya
tugas ini akan member manfaat untuk kita semua.
NIM : E1S020021
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..……..ii
BAB V Ajaran dan tuntunan tentang berbagi, keadilan, serta penegakan hukum dalam
islam......................................................................................................................... …18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar,
pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam
berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka mana
yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat
kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun
kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis yang
menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam hanya
menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran
akidah yang benar dan luru.
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif
(hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon,
1
binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
2
ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan
sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.
b. Konsepsi Tauhid
1. Tauhid sebagai poros Aqidah Islam. Ajaran Islam tidak hanya memfokuskan
iman kepada wujud Allah sebagai suatu keharusan fitrah manusia, namun lebih
dari itu memfokuskan aqidah tauhid yang merupakan dasar aqidah dan jiwa
keberadaan Islam. Islam datang disaat kemusyrikan sedang merajalela
disegala penjuru dunia. Tak ada yang menyembah Allah kecuali segelintir umat
manusia dari golongan Hunafa, (pengikut nabi Ibrahim as) dan sisa-sisa
penganut ahli kitab yang selamat dari pengaruh tahayul animisme maupun
paganisme yang telah menodai agama Allah. Sebagai contoh bangsa arab
jahiliyah telah tenggelam jauh kedalam paganisme, sehingga Ka‟bah yang
dibangun untuk peribadatan kepada Allah telah dikelilingi oleh 360 berhala dan
bahkan setiap rumah penduduk makkah ditemukan berhala sesembahan
penghuninya
2. Pentingnya Tauhid Tauhid sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban
Islam dan esensi tersebut adalah pengesaan Tuhan, tindakan yang
mengesakan Allah sebagai yang Esa, pencipta yang mutlak dan penguasa
segala yang ada. Keterangan ini merupakan bukti, tak dapat diragukan lagi
bahwa Islam, kebudayaan dan peradaban memiliki suatu esensi pengetahuan
yaitu tauhid.
3. Tingkatan Tauhid Tauhid menurut Islam ialah tauhid I,tiqadi-„ilmi (keyakinan
teoritis) dan Tauhid amali-suluki (tingkahlaku praktis). Dengan kata 10 lain
ketauhidan antara ketauhidan teoritis dan ketauhidan praktis tak dapat
dipisahkan satu dari yang lain; yakni tauhid bentuk makrifat (pengetahuan),
itsbat (pernyataan), I‟tiqad (keyakinan), qasd (tujuan) dan iradah (kehendak).
Dan semua itu tercermin dalam empat tingkatan atau tahapan tauhid yaitu;
3
a) Tauhid Rububiyah Secara etimologis kata Rububiyah berasal dari akar
kata rabb. Kata rabb ini sebenarnya mempunyai banyak arti antara lain
menumbuhkan, mengembangkan, mencipta, memelihara, memperbaiki,
mengelola, memiliki dan lain-lain. Secara Terminolgis Tauhid Rububiyah
ialah keyakinan bahwa Allah Swt adalah Tuhan pencipta semua mahluk
dan alam semesta. Dia-lah yang memelihara makhluk-Nya dan
memberikan hidup serta mengendalikan segala urusan. Dia yang
memberikan manfaat, penganugerahan kemuliaan dan kehinaan.
4
yang patut dijadikan yang harus dipatuhi, ditaati, digungkan dan
dimuliakan. Hal ini tersurat dalam QS. Thaha: 14 “ Sesungguhnya Aku
ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku “
d) Tauhid Ubudiyah Kata „ubudiyah berasal dari akar kata abada yang
berarti menyembah, mengabdi, menjadi hamba sahaya, taat dan patuh,
memuja, yang diagungkan (al-ma‟bud.) Dari akar kata diatas, maka
diketahui bahwa Tauhid Ubudiyah adalah suatu keyakinan bahwasanya
Allah Swt. Merupakan Tuhan yang patut disembah, ditaati, dipuja dan
diagungkan. Tiada sesembahan yang berhak dipuja manusia melainkan
Allah semata. Tauhid Ubudiyah tercermin dalam ayat dibawah ini:
“Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkau
( pula ) kami mohon pertolongan” Pemikiran terhadap tuhan melahirkan
Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam atau Ilmu Ushuludin dikalangan umat Islam,
timbul sejak wafatnya Nabi Muhamad saw.,
Secara garis besar ada aliran bersifat liberal, tradisional dan ada pula bersifat
diantaranya. Kedua corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu
ketuhanan dalam islam. Aliran-aliran tersebut adalah :
5
BAB II
Dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan
digali dalam al-Qur‟an yang merupakan kitab suci agama Islam yang banyak
mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Firman
Allah : “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada
Allah)” (QS al-Anbiya‟, 21: 80) Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut
untuk berbuat sesuatu dengan sarana pengembangan teknologi dan untuk
penguasaannya diperlukan ilmu pengetahuan. Perlu di pahami pula bahwa
pengetahuan ilmiah (science) tidak mengenal kata ”kekal”, dalam arti apa yang
dianggap salah pada masa silam ternyata dapat diakui kebenaranya dimasa moderen.
Sains dan Teknologi Dalam Perspektif Al-Qur’an Al-Qur'an adalah kitab suci
yang diturunkan bagi seluruh umat manusia yang mau menggunakan akal pikirannya
dalam memahami penciptaan alam semesta. Apabila diperhatikan dengan cermat
ayatayat Al-Qur'an banyak sekali yang menyinggung masalah ilmu pengetahuan,
sehingga Al-Qur'an sering kali disebut sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.
Selain itu, Al-Qur'an merupakan landasan pertama bagi hal-hal yang bersifat konstan
dalam Islam. Oleh karena itu, telah banyak dilakukan studi yang menyoroti sisi
kemukjizatan al-Qur'an, antara lain dari segi sains yang pada era ilmu dan teknologi ini
banyak mendapat perhatian dari kalangan ilmuwan. Penggalian ajaran-ajaran yang
ada di dalam al-Qur'an sangat menarik sekali kalau dilihat dengan kacamata ilmiah.
Makin digali makin terlihat kebenarannya dan makin terasa begitu kecil dan sedikitnya
ilmu manusia yang menggalinya.
6
manusia yang suka berfikir untuk keperluan dalam hidupnya. Seperti tersebut dalam
surat al-Isyra‟ (17) ayat 70 yang berbunyi : ِ Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS al-Isra‟,17: 70)
Namun di sisi lain Allah menjelaskan bahwa yang paling mulia di sisi Allah ialah
yang paling bertakwa diantaranya. Hal ini tersebut dalam surat al-Hujurat, 49 ayat 13. . ِ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS al-Hujurat, 49: 13) Dari ayat-ayat di atas dapat difahami, bahwa
manusia perlu melengkapi dirinya dengan sains dan teknologi karena mereka adalah
pengelola sumber daya alam yang ada di bumi akan tetapi mereka juga harus memiliki
landasan keimanan dan ketakwaan.
BAB III
7
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (QS. Ali Imran :
110
8
Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau
setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat
para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para sahabat Rasulullah.
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi
tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di
langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari
Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.
3. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau
setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan
generasi tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmu dari para tabi’in.
Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin
Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang
lainnya.
Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat
muslim yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab
yang telah mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat ini.
9
BAB IV
Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa’ adalah pokok yang menunjukkan ‘makna
terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah lampau’, dan
arti dari ‘al-qoumu as-salaafu’ artinya mereka yang telah terdahulu.” (Mu’jam
Maqayisil Lughah: 3/95)
10
b. Terminologi (secara istilah)
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf”
dan terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi
menjadi 4 perkataan :
1. Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para
Sahabat Nabi saja.
2. Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para
Sahabat Nabi dan Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).
3. Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka
adalah para Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul
Jama’ah (hal: 276-277)). Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana
sebagian besar ulama ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
4. Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang
berada di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut
Tabi’in.
Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
11
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]
Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti
jalan selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaan-
Nya bagi siapa yang mengikuti jalan mereka.
،{ونَ {{ون َوالَ ي ُْؤ َت َم ُن {َ { ُث َّم إِنَّ َبعْ َد ُك ْ{م َق ْو ًما{ َي ْش َهد،ِين َيلُو َن ُه ْم
َ ُون َوالَ يُسْ َت ْش َهد
َ { َو َي ُخو ُن، ُون َ ُث َّم الَّذ،َخ ْي ُر أ ُ َّمتِي َقرْ نِي
َ ُث َّم الَّذ،ِين َيلُو َن ُه ْم
ِ َو َي ْظ َه ُر ف،ون
ِيه ُم{ ال ِّس َم ُ{ن َ َو َي ْن ُذر
َ ُُون َوالَ َيف
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka
mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari
(3650), Muslim (2533))
12
ثنت{{ان،{ وإن ه{{ذه المل{{ة س{{تفترق على ثالث{ وس{{بعين،أال إن من قبلكم من أه{{ل الكت{{اب{ اف{{ترقوا على ثن{{تين وس{{بعين مل{{ة
{ وهي الجماعة، وواحدة في الجنة،وسبعون في النار
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama
ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu
al-Jama’ah.”
[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi
(II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150).
Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah
bin Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih
masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-
Shahiihah (no. 203-204)]
Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang
aku dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan
al-Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-
Albani dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]
Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah
menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa
yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti
Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).
َوإِيَّا ُك ْ{م،ِج{ ذ
ِ ُض{وا َعلَ ْي َه{{ا بِال َّن َوا َ ِين ْال َم ْه ِدي
ُّ ِّين ع َ َف َعلَ ْي ُك ْ{م بِ ُس َّنتِي َو ُس َّن ِة ْال ُخلَ َفا ِ{ء الرَّ اشِ د،اختِاَل ًفا{ َكثِيرً ا
ْ {َفإِ َّن ُ{ه َمنْ َيعِشْ ِم ْن ُك ْ{م َف َس َي َرى
ضاَل لَ ٌة ُ {ِ »ومُحْ َد َثا
َ ُور َفإِنَّ ُك َّل ِب ْد َع ٍة ِ ت اأْل م َ
Artinya:
13
“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan
sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk
sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-
geraham, dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama)
karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah
sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-
Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]
Artinya, “Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” (Al-
Bida’ Wan Nahyu Anha (hal. 13))
14
Imam Al Auza’i rahimahullah berkata,
“{ فما{ كان غير ذلك فليس{ بعلم،”العلم ما جاء{ عن أصحاب{ محمد{ صلى هللا عليه وسلم
Artinya, “Sebarkan dirimu di atas sunnah, dan berhentilah engkau dimana kaum itu
berhenti (yaitu para Shahabat Nabi), dan katakanlah dengan apa yang dikatakan
mereka, dan tahanlah (dirimu) dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan
tempuhlah jalan Salafush Shalihmu (para pendahulumu yang shalih), karena
sesungguhnya apa yang engkau leluasa (melakukannya) leluasa pula bagi
mereka.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/29))
Generasi salafus shalih merupakan generasi yang terbaik umat Islam. Sebab
itulah kita dianjurkan untuk mengikuti mereka dalam beragama. Salah satu jejak
salafus shalih yang menggetarkan hati adalah mereka yang selalu
menomersatukan ketakwaan, menjauhi hal syubhat dan syahwat, serta mereka
sering menangisi diri sendiri yang belum tentu mendapatkan ridha Allah. Syekh
Jamaluddin Al Qasimi menuliskan dalam kitabnya. Mauidzatul Mu’minin:
كان السلف يبالغون في التقوى والحدر من الشبهات{ والشهوات ويبكون على أنفسهم في الخلوات
Para salafus saleh selalu mementingkan ketakwaan, menghindari hal syubhaat dan
syahwat, meski demikian tak jarang saat sendiri mereka menangisi diri mereka yang
belum tentu diridhai Allah
Jika mereka saja yang selalu dalam jalan ketakwaan dan jauh dari perkara
syubhat dan syahwat masih merasa ridha Allah tak berpihak pada mereka, lantas
bagaimana kabar kita yang hanya sedikit berbaur dalam ketakwaan dan masih sering
terperangkap syubhat dan syahwat?
Kita yang hanya menangis jika tak kuat menghadapi masalah, kita yang masih
berat melakukan kewajiban, kita yang masih memanjakan syahwat, pernahkah kita
menangisi diri kita yang belum tentu diridhai Allah? Rasanya begitu naif jika kita yang
masih berlumuran dosa merasa yakin jika Allah ridha dengan diri kita.
Seorang muslim berusaha sekuat tenaga mencari ridha Allah dalam setiap
gerak-gerik hidupnya, dalam setiap aktivitasnya, karena tujuan hidupnya memang akan
15
kembali kepada Allah. Sebab apabila Allah ridha kepada kita, maka Allah pasti berikan
kita berbagai macam inayah, taufik, rahmat dan kasih sayangNya. Sebaliknya apabila
Allah mKitabisa melihat adab yang tinggi dari pemilik adab yang agung yaitu
Rasulullah, dimana beliau beradab –dalam berucap- kepada Robnya tatkala bersedih
karena terus mengharap keridhoan-Nya tatkala Ibrahim putra beliau wafat. Beliau
berkata :
َ َت ْد َم ُع ْال َعيْنُ َو َيحْ َزنُ ْال َق ْلبُ َوالَ َنقُ ْو ُل إِالَّ َما يُرْ ضِ ي َر َّب َنا وإِ َّنا ِب
ك َيا إِب َْرا ِه ْي ُم لَ َمحْ ُز ْو ُن ْو َن
“Mata menangis, hati bersedih, dan kami tidaklah mengucapkan kecuali yang
mendatangkan keridhoan Rob kami, dan sungguh kami bersedih dengan kepergianmu
wahai Ibrahim” (HR Muslim)
BAB V
Ajaran dan tuntunan tentang berbagi, keadilan, serta penegakan hukum dalam
islam
16
pahala dari Allah, melainkan juga dapat meningkatkan hubungan baik dengan sesama
manusia.
Allah berfirman dalam Surat (Al-Baqarah Ayat 264), "Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah."
Tak hanya itu, umat Islam juga harus menyisihkan uangnya dari hasil yang
halal. Berdasarkan firman Allah dalam Surat ( Al-Baqarah Ayat 267)
"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari
padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya."
Tidak akan ada orang yang berbagi dengan orang lain kemudian jatuh miskin. Yang
ada justru menambah saudara, kawan, kebahagiaan. Allah bahkan berjanji akan
menambahkan rezeki orang yang berbagi. Ini, kan, seperti hukum alam. Kalau kita
keluarkan, maka ia akan datang lagi. Enggak ada ruang yang kosong itu.
Nah, hendaknya juga kita berbagi dengan tulus dan menghindari pamer. Ini penting
sekali. Alquran mengajarkan kita untuk berbagi dengan tulus. Dengan demikian, orang
yang menerima juga insya Allah akan tulus. Ajaran Islam untuk berbagi ini tercantum
dalam (QS Ali Imran ayat 92.)
۟ ُ ُتنفِق َو َما ُّۚون
َ ٱهَّلل َّ َفإِن َشىْ ٍء مِن وا ۟ ُ ُتنفِق َح َّت ٰى َّ ْٱل ِبر وا
َ ُت ِحب ِممَّا وا ۟ ُ َت َنال لَن
َعلِي ٌم ِبهِۦ
Artinya:
17
"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta
yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah
Maha Mengetahui."
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah:
“Aku beriman kepada semua kitab yaig diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya
berlaku adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-
amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu Allah mengumpulkan
antara kita dan kepada-Nyalah kebali (kita).”
18
terhadap suatu kaum sehingga memengaruhi dalam berbuat adil, sebagaimana
ditegaskan dalam A1-Qur’an Surat al-Maidah (5) ayat 8, yakni:
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu Untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan takwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Belum lagi kaidah hukum dalam hal perundang-undangan yang simpang siur
penerapannya (kasus Prita). Agar suatu kaidah hukum berfungsi maka bila kaidah itu
berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besar kaidah tersebut merupakan kaidah
mati (dode regel), kalau secara sosiologis (teori kekuasaan), maka kaidah tersebut
menjadi aturan pemaksa (dwang maat regel). Jika berlaku secara filosofi, maka
kemungkinannya hanya hukum yang dicita-citakan yaitu ius constituendum. 4 Kaidah
hukum atau peraturan itu sendiri, apakah cukup sistematis, cukup sinkron, secara
kualitatif dan kuantitatif apakah sudah cukup mengatur bidang kehidupan tertentu.
Dalam hal penegakan hukum mungkin sekali para petugas itu menghadapi
masalah seperti sejauh mana dia terikat oleh peraturan yang ada, sebatas mana
petugas diperkenankan memberi kebijaksanaan. Kemudian teladan macam apa yang
diberikan petugas kepada masyarakat. Selain selalu timbul masalah jika peraturannya
19
baik tetapi petugasnya malah kurang baik. Demikian pula jika peraturannya buruk,
maka kualitas petugas baik.
Fasilitas merupakan sarana dalam proses penegakan hukum. Jika sarana tidak
cukup memadai, maka penegakan hukum pun jauh dari optimal. Mengenai warga
negara atau warga masyarakat dalam hal ini tentang derajat kepatuhan kepada
peraturan. Indikator berfungsinya hukum adalah kepatuhan warga. Jika derajat
kepatuhan rendah, hal itu lebih disebabkan oleh keteladanan dari petugas hukum.
keadilan dapat ditinjau dari dua segi yakni keadilan hukum dan keadilan sosial.
Adapun keadilan mengandung asas kesamaan hukum artinya setiap orang harus
diperlakukan sama di hadapan hukum. Dengan kata lain hukum harus diterapkan
secara adil. Keadilan hukum ternyata sangat erat kaitannya dengan implementasi
hukum di tengah masyarakat. Untuk mencapai penerapan dan pelaksanaan hukum
secara adil diperlukan kesadaran hukum bagi para penegak hukum.
Dengan demikian guna mencapai keadilan hukum itu, maka faktor manusia
sangat penting. Keadilan hukum sangat didambakan oleh siapa saja termasuk
penjahat (pembunuh, pemerkosa, dan koruptor). Jika dalam suatu negara ada yang
cenderung bertindak tidak adil secara hukum, termasuk hakim, maka pemerintah harus
bertindak mencegahnya. Pemerintah harus menegakkan keadilan hukum, bukan
malah berlaku zalim terhadap rakyatnya. Keadilan sosial terdapat dalam kehidupan
masyarakat, terdapat saling tolong-menolong sesamanya dalam berbuat kebaikan.
Terdapat naluri saling ketergantungan satu dengan yang lain dalam kehidupan sosial
(interdependensi). Keadilan sosial itu diwujudkan dalam bentuk upah yang seimbang,
untuk mencegah diskriminasi ekonomi. Keadilan sosial adalah persamaan
kemanusiaan, suatu penyesuaian semua nilai, nilai-nilai yang termasuk dalam
pengertian keadilan. Kepemilikan atas harta seharusnya tidak bersifat mutlak. Perlu
dilakukan pemerataan, distribusi kekayaan anggota masyarakat. Bagaimana pemilik
harta seharusnya menggunakan hartanya. Penimbunan atau konsentrasi kekayaan,
sehingga tidak dimanfaatkan dalam sirkulasi dan distribusi akan merugikan
kepentingan umum. Sebaiknya harta kekayaan itu digunakan sebaik mungkin dan
memberikan manfaat bagi pemiliknya maupun bagi masyarakat.
Hukum dan Keadilan Dalam Islam Menurut M. Natsir (2002) adalah suatu
penegasan, ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyata nyata berlaku
20
dalam kehidupan manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya dapat
berkembang maju dalam berjama’ah (Society).
“Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan kamu tidak
berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah
kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa yang kamu
kerjakan”(QS.5:8). “Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata yang menjalankan
hukum atasmu seseorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis selama
dijalankannya hukum Allah Swt”. (H.R.Buchori dari Anas)
Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak
berdiri kokoh apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi keadilan hukum
di masyarakat dewasa ini banyak ditemui sandungan yang menyolok atas pandangan
lebih terhadap orang yang punya kedudukan tinggi, yang punya kekayaan melimpah,
sehingga rakyat banyak telah menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini
keadilan itu dapat dibeli. Lebih jauh kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya
Political Science and Government dalam Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan
Demokrasi (1999) yaitu, yakni:
21
c. Semua warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan pekerjaan
DAFTAR PUSTAKA
https://currikicdn.s3-us-west-2.amazonaws.com/resourcedocs/54d3775e84d96.pdf
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03
file:///C:/Users/USER/Downloads/3976-Article%20Text-11301-1-10-20200802.pdf
https://www.researchgate.net/profile/Kamarul_Azmi_Jasmi/publication/327112100_Sai
ns-Teknologi_dan_Ilmu_Agama_Menurut_Bahasa_al-
22
Quran_dan_Hadis/links/5b7a91f5a6fdcc5f8b55d3b4/Sains-Teknologi-dan-Ilmu-Agama-
Menurut-Bahasa-al-Quran-dan-Hadis.pdf
https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html
https://umma.id/article/share/id/1002/272772
https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html
https://inilah.com/mozaik/2412436/salaf-3-generasi-awal-terbaik-umat-islam
https://muslim.or.id/18935-siapakah-salafus-shalih.html
https://bincangsyariah.com/khazanah/salafus-shalih-yang-menggetarkan-hati/
https://www.liputan6.com/ramadan/read/2969131/bersedekah-dalam-islam-
sebaiknya-seperti-apa
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200515132525-289-503720/cara-
berbagi-yang-dianjurkan-islam
https://customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan-dalam-perspektif-islam/
https://www.jurnalfai-uikabogor.org/index.php/mizan/article/download/122/38
LAMPIRAN
GLOSARIUM
Mahdhah: ialah ibadah dalam arti sempit yaitu aktivitas atau perbuatan yang sudah
ditentukan syarat dan rukunnya. Maksudnya syarat itu hal-hal yang perlu dipenuhi
sebelum suatu kegiatan ibadah itu dilakukan. Sedangkan rukun itu hal-hal, cara,
tahapan atau urutan yang harus dilakukan dalam melaksanakan ibadah itu.
23
Generasi : adalah semua orang yang lahir kira-kira pada waktu yang sama. dan
apabila diterapkan pada hubungan keluarga, generasi dapat diartikan sebagai sebuah
kelompok.
Tabi'in (bahasa Arab: التابعون, har. 'pengikut'), adalah orang Islam awal yang masa hidupnya
setelah para Sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad saw. Usianya
tentu saja lebih muda dari sahabat nabi, bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada
masa sahabat masih hidup. Tabiin merupakan murid sahabat nabi.
Tabi'ut adalah di antara tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah
Tabi'in dan Shahabat
24