Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

DI POLI KLINIK JIWA RS HAJI

SURABAYA

OLEH :
Ma’una Qurrotul Ain, S.Kep
131923143046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Keperawatan Jiwa dan Pencapaian Tugas ini telah dilaksanakan pada
tanggal 6 – 9 Oktober 2020 dengan perincian tugas sebagai berikut:

1. Laporan Pendahuluan Isolasi sosial


2. Resume Kasus Pada Nn. A dengan Isolasi sosial
3. Resume Kasus Pada Ny. N dengan Ansietas
4. Resume Kasus Pada Tn. M dengan Nausea
5. Resume Kasus Pada Ny. S dengan Ansietas

Disahkan pada tanggal 9 Oktober 2020

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Rr. Dian Tristiana S.Kep., Ns., M.Kep


NIP: 198705022015042002
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN Nn. A DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI PADA DIAGNOSA
MEDIS RESIDUAL SKIZOFRENIA

DI POLI JIWA RS HAJI SURABAYA

Disusun
Oleh :
Ma’una Qurrotul Ain, S.Kep
131923143046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Purba, dkk. 2018).

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2019).

Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai
perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson,
2017).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 2016). Atau suatu keadaan
dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2017). Menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain ( Pawlin, 2013 dikutip Budi Kelliat, 2014). Faktor perkembangan dan sosial budaya
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2011).

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak
tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2018) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:
1) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak,
akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat
penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di
kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan
orang lain pada masa berikutnya.
2) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai
mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan
teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu
dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan
yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua
harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat
ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,
berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
3) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman
sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal
dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya
hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi hubungan
intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan kelompok
maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik
akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan
hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
4) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan
interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai
dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima
perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap
untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai
pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah
saling memberi dan menerima (mutuality).
5) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak
terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk
mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri.
Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan
yang interdependen antara orang tua dengan anak.
6) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik,
kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran.
Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan
meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat
dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak,
hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi
kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara
terbuka dengan musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang
membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-
norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif
diasingkan dari lingkungan sosial
d. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita
skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah
diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot
persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga
dapat menyebabkan skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stressor Biokimia
1) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta
tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan
dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim
yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
3) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat
oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan
hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
4) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat
interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
d. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak
dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar.
Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress.
Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada
fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2018) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku
adalah sebagai berikut:
1) Tingkah laku curiga: proyeksi
2) Dependency: reaksi formasi
3) Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
4) Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
5) Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
6) Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan
regrasi.
C. POHON MASALAH

Pathway Isolasi Sosial

Sumber: (Keliat, 2016)

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Purba, dkk. (2018) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan
wawancara, adalah:

1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain


2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

E. AKIBAT YANG DITIMBULKAN


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori
halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya
tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan
seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana
orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik,
gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan pengalaman
mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima
perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang
paling umum adalah halusinasi pendengaran.

F. PETALAKSANAAN
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya
berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan
perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan
sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung.
Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan
endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya
untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit
darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2019).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam
fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan
parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi,
gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2019).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom
Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping
diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi
terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis
berat psikoneurosis (Andrey, 2019).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi
pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan
yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social,
berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan
tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan
kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada
SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan
pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien
memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan
pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2018)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2018), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
yang meliputi:
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.
2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah
laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan
sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti
pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.
6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan
kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut,
kuku dan lain-lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga
keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam
sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya
tanpa tujuan yang positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada
pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering
merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang
dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau
mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya, berbicara
dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu
ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang
lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan
dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan
orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang
harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan
santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah
sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :

1. Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS ,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang
atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak
melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.
3. Faktor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus
sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh
kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang
dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima
perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan
perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh
yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan .
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua ,
putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan
yang terlalu tinggi
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan
hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya
diri.
a. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social
dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
b. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
6) Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat
memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan
dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga
dalam hidup.
7) Kebutuhan persiapan pulang
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar
rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme kopin
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang
orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).

9) Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi
ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis (D.0086)
2. Koping Tidak efektif (D.0096)
3. Isolasi sosial : menarik diri (D.0121)
4. Resiko gangguan persepsi sensori (D.0085)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1
1. SDKI : Harga dirih rendah kronis (D.0086)
2. SLKI : Setelah dilakukan asuhan keperawatan Harga diri (L.09069) meningkat dengan
Kriteria Hasil :
- Penilaian diri positif meningkat (5)
- Perasaan memiliki kelebihan meningkat (5)
- Postur tubuh menampakkan wajah meningkat (5)
- Kontak mata meningkat (5)
- Aktif meningkat (5)
- Percaya diri bicara meningkat (5)
- Perasaan malu menurun (5)
- Perasaan bersalah menurun (5)
- Perasaan tidak mampuu melakukan apapun menurun (5)
3. SIKI :
a. Manajemen perilaku (I.12463)
Observasi
- Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
Terapeutik
- Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
- Jadwalkan kegiatan terstruktur
- Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten setiap
dinas
- Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
- Batasi jumlah pengunjung
- Bicara dengan nada rendah dan tenang
- Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
- Cegah perilaku pasif dan agresif
- Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku
- Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
- Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
- Hindari sikap mengancam dan berdebat
- Hibdari berdebat atau menwar batas perilaku yang telah ditetapkan
Edukasi
- Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif
b. Promosi harga diri (I.09308)
Observasi

- Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin dan usia terhadap harga diri
- Monitor verbalisasi yang merendakan diri sendiri
- Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
Terapeutik

- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri


- Motivasi menerima tantangan atau hal baru
- Diskusikan pernyataan tentang harga diri
- Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
- Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
- Diskusikan persepsi negative diri
- Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
- Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
- Diskusikan Bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan Batasan yang jelas
- Berikan umpan balik posited atas peningkatan mencapai tujuan
- Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri
Edukasi

- Edukasi kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep


positif diri pasien
- Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
- Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
- Anjurkan membuka diri terhadap kritik negative
- Anjurkan mengevaluasi perilaku
- Ajarkan cara mengatasi bullying
- Latih peningkatan tenggung jawab untuk diri sendiri
- Latih menyatakan/kemampuan positif diri
- Latih cara berfikir dan berperilaku positif
- Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi
Diagnosa 2
1. SDKI : Isolasi sosial (D0121)
2. SLKI : Setelah dilakukan asuhan keperawatan Keterlibatan sosial (L.13116)
meningkat dengan Kriteria Hasil :
- Minat inetraksi meningkat (5)
- Verbalisasi tujuan yang jelas meningkat (5)
- Minat terhadap aktivitas meningkat (5)
- Perilaku menarik diri menurun (5)
- Verbalisasi ketidakamanan ditempat umum menurun (5)
- Verbalisasi isolasi menurun (5)
- Afek murung/sedih menurun (5)
- Kontak mata membaik (5)
3. SIKI :
a. Promosi sosialisasi (I.13498)
Observasi

- Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain


- Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
Terapeutik

- Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan


- Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
- Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
- Motivasi berintraksi diluar lingkungan (mis. Jalan-jalan, ke toko dll)
- Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain
- Diskusikan perencanaan kegiatan dimasa depan
- Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
- Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan
Edukasi

- Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap


- Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan kemasyarakatan
- Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
- Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak orang lain
- Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
Diagnosa 3
1. SDKI : Koping tidak efektif (D.0096)
2. SLKI : Setelah dilakukan asuhan keperawatan Status koping (L.09086) membaik
dengan Kriteria Hasil :
- Kemampuan memenuhi peran sesuai usia meningkat (5)
- Perlaku koping adaptif meningkat (5)
- Verbalisasi kamampuan mengatasi masalah meningkat (5)
- Verbalisasi pengakuan masalah meningkat (5)
- Verbalisasi kelemahan diri meningkat (5)
- Perilaku asertif meningkat (5)
- Verbalisasi menyalahkan oran lain menurun (5)
- Hipersensitif terhapa kritik menurun (5)
3. SIKI :
a. Dukungan pengambilan keputusan (I.09265)
Observasi

- Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang memicu konflik


Terapeutik

- Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang membantu membuat pilihan


- Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
- Fasilitasi melihat situasi secara realistic
- Motivasi mengungpkan tujuan perawatan yang diharapkan
- Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif
- Hormati hak pasien untuk menetrima atau menolak informasi
- Fasilitasi hubungan antara pasien, keluarga dan tenaga Kesehatan lainnya
Edukasi
- Informasukan alternative solusi seacar jelas
- Berikan informasi yang diminta pasien
Kolaborasi

- Kolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain dalam memfasilitasi pengambilan


kepuusan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi Keperawatanyang sudah
ditetapkan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi pada pasien dengan
anemia adalah peningkatan perfusi jaringan perifer, tidak terjadi cedera, infeksi tidak terjadi,
pasien dapat meningkatkan aktivitas kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, tidak terjadi
kelemahan fisik, tidak terjadi keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan
nutrisi terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati dan Hartono . 2013 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Stuart dan Sundeen . 2015 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Keliat Budi Ana. 2017. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC

Anna Budi Keliat, SKp. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Anonim. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada tanggal 24 Juli
2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan-isolasi-sosial/

Nita Fitria. 2018. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat.
Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun, (2014). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).
Jakarta : fajar Interpratama.
RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA
Jl. Manyar Kertoadi Surabaya 60117
Telp. 031 - 5924000
ASESMEN AWAL PASIEN RAWAT JALAN
JIWA

II. IDENT IT S
RM : 8 5 X X X X
Tanggal : 7 Oktober 2020
Nama : Nn. A ( L / P )
Jam mulai : 09.00 WIB
Alamat : Surabaya Jam selesai : 09.45 WIB
(Mohon diisi atau ditempel Sticker Label Identitas jika ada)

(diisi perawat)
I. ANAMNESA ( Autoanamnesa / Heteroanamnesa )
a. Keluhan Utama : Klien mengatakan pusing
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien datang untuk kontrol dan ambil obat. Klien mengatakan minum obat hanya sekali
dalam sehari yaitu dimalam hari
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Sejak SMA klien menjadi seorang pendiam, klien sering memendam masalah seorang diri,
saat SMA hari ke 3 klien tidak mau lagi masuk sekolah sampai sekarang. Klien lebih
sering menyendiri dan berdiam diri dirumah.
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang memiliki Riwayat penyakit serupa
e. Riwayat Alergi : □ Tidak □ Ada, sebutkan...........................................................................................
f. Riwayat minum obat : Trif;uperazim, Trihexyphenidil, Clozapine
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya.  Berhasil  kurang berhasil  tidak berhasil
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
3. Aniaya fisik - - -
Aniaya seksual - - -
Penolakan - - -
Kekerasan dalam keluarga - - -
Tindakan kriminal - - -
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan
Kakak kandung Residual schizophrenia tidak terkaji

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


.

Form. /167. RM/RSH/2014 - rev.02- 15.Mar.2019 hal. 1 / 4


III. PEMERIKSAAN FISIK Masalah Keperawatan
a. Kesadaran :  Compos mentis  Apatis  Somnolen  Sopor
 Hipertermi
 Sopor Coma  Coma  Hipotermi
b. GCS : E4V5 M6
c. Tanda-tanda Vital : Tensi : 110/80 mmHg Nadi : 86 x/m  Tidak efektifnya jalan nafas
O  Gangguan pola nafas
RR : 20 x/m Suhu : 36 C
 Gangguan pertukaran gas
BB : 5 0 kg TB : 153 cm  Tidak ada masalah
keperawatan
IV. ASESMEN NYERI
SKALA NYERI

□ WONG /NRS □1–3 :


Nyeri ringan, analgetik oral
□ FLACC
□ 4 – 7 : Nyeri sedang, perlu
analgetik injeksi
□ Skrining Nyeri : □ tidak □ ya
□ 8 – 10 : Nyeri berat,
P/ Pencetus : □ istirahat □ aktivitas □ .................. konsul Tim Nyeri
Q / Kwalitas : □ panas □ ditusuk □ diremas-remas □ .............. □ Nyeri Akut
R/ Daerah : □ dada □ punggung □ tulang □ .............. □ Nyeri Kronis
S / Scala : □ ringan □ sedang □ berat □ ..............
T/ Lama : □ <15 mnt □ 15-30 mnt □ >30 mnt □ ..............
Onset : □ < 6 jam □ 6 – 12 jam □ > 24 jam □ ............
Nyeri Hilang :  PK aritmia
□ Minum Obat  Istirahat  Mendengar Musik  Berubah Posisi Tidur  PK anemia
 Hipovolemik
Lainnya, Sebutkan……………………  Hipervolemik
 Curah jantung menurun
V. STATUS FUNGSIONAL  Tidak ada masalah
Aktivitas dan Mobilisasi : Mandiri keperawatan
 Perlu bantuan, sebutkan berjalan dengan dipegang. Klien
tampak lemah, tidak bertenaga
Alat Bantu jalan, sebutkan ….....………….....……………………………………………

Form. /167. RM/RSH/2014 - rev.02- 15.Mar.2019 hal. 1 / 4


Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan Jiwa

VI. ASESMEN JATUH ( Skor UP & Go ) Hasil :


a. Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi. Apakah pasien tampak tidak  Tidak Berisiko (tidak, a dan b)
seimbang (sempoyongan)?  Risiko Tinggi (ya, a dan b)
Tidak Ya  Risiko Rendah (ya, a atau b)
b. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau benda lain sebagai penopang
 Tidak ada masalah
saat akan duduk?
keperawatan
Tidak Ya
Diberitahukan ke dokter Tidak Ya, jam : 08.30 WIB
VII. SKRINING GIZI AWAL MST (MALNUTRITION SCREENING TOOL )
1. Apakah Pasien mengalami penurunan BB yang tidak direncanakan /
tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
□ Tidak 0
 Nutrisi kurang dari kebutuhan
□ Tidak yakin ( ada tanda baju menjadi lebih longgar) 2
Ya,ada penurunan BB sebanyak  Gangguan pola eliminasi alvi
1. 1- 5 Kg 1  PK mual
2. 6-10 Kg 2
 ………………………
3. 11-15 Kg 3
4. >15 Kg 4
5. Tidak tahu berapa Kg penurunannya 2 Interpretasi skor
2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena □ 0 - 1 Tidak beresiko malnutrisi
penurunan nafsu makan/kesulitan menerima makanan? □ > 2 Beresiko malnutrisi
□ Tidak 0
□ Ya 0
Total Skor :
Bila skor > 2, Pasien beresiko malnutrisi, konsul ke ahli Gizi
Kondisi Khusus □ Ya □ Tidak (Kelainan metabolik, HD, Anak, Ca dengan radiasi
/kemoterapi, Luka bakar, Immunitas menurun, Geriatrik, Sakit Kritis)

DATA PSIKOSOSIAL EDUKASI EKONOMI SPIRITUAL DAN KEBUTUHAN PRIVASI  Cemas

Psikologis : □ TAK □ Gelisah □ Takut □ Sedih □ Rendah diri □ Marah  Gangguan interaksi sosial

Lain-lain Klien memiliki persepsi menyimpang terkait citra tubuh. Klien menginginkan badan kurus  Menarik diri
padahal badannya sudah kurus.  Keterbatasan dlm inspirasi
Sosial : □ Menarik diri □ Komunikasi baik □ Lain-lain:
 Kurang pengetahuan
Edukasi : □ Bahasa yang digunakan bahasa indonesia □ Pendidikan SMP
 Gangguan citra tubuh
Apakah pasien/keluarga tahu mengenai penyakit dan perawatannya □ Ya □ Tidak
Apakah anda butuh edukasi □ Tidak □ Ya, beri leaflet sesuai dengan kebutuhan Gangguan persepsi sensori:
pendengaran
Ekonomi : Asuransi :□ Ada □ Tidak □ Lain-lain.......................…………....………….
Keputusasaan
Lain-lain : Klien berada pada kelompok sosioekonomi menengah ke atas
Spiritual : □ Perlu dibantu □ Tidak perlu dibantu
□ lain-lain
Kebutuhan privasi yang anda harapkan selama perawatan :
□ Tidak ada □ Ada : □ Ruangan bersekat / bertirai
□ Tidak diinformasikan penyakitnya
□ Lainnya..............................................................................

VIII. PERENCANAAN
 Lakukan Health Education, tentang; □ kebutuhan cairan,
□ mengatasi nyeri,
□ mencegah cedera atau jatuh,
□ etika batuk,
□ Kebutuhan nutrisi
□ Pentingnya nutrisi
□ Motivasi koping
□ Kepatuhan program pengobatan
 Melatih mengatur/mengubah posisi
 Melatih claping dada
 Kolaborasi dengan tim medis
 Observasi vital sign

Form. /167. RM/RSH/2014 - rev.02- 15.Mar.2019 hal. 2 / 4


Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan Jiwa

Langkah pencegahan pasien jatuh:


 Identifikasi berkala yang menghasilkan resiko jatuh
 Memonitor kemampuan pasien pindah tempat
 Pasitikan kursi roda pasien, tempat tidur pasien selalu terkunci
 Tempatkan pasien resiko jatuh dekat dengan perawat
 Anjurkan / edukasi memakai alas kaki yang tidak licin
 Anjurkan konsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
 Berikan penanda resiko jatuh
 Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
 Lain-lain................................................................................................................. ..........
 Berikan promosi citra tubuh
 Promosi koping
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi Clobazam
 Kolaborasi dengan ahli psikologi untuk promosi koping
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jenis dan kebutuhan nutrisi

(diisi dokter)
IX. STATUS MENTAL
1. Penampilan : Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : Baik, rapi

2. Pembicaraan : Cepat Keras Gagap Inkoheren


Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : Klien hanya mau menjawab pertanyaan yang diberikan perawat.

3. Aktivitas Motorik : Lesu Tegang Gelisah Agitasi


Tik Grimas Tremor Kompulsif
Jelaskan :

4. Alamperasaan : Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan


Jelaskan :

5. Afek : Datar Tumpul Labil Tidak sesuai


Jelaskan : klien menunjukkan ekspresi wajah lemah, lesu

6. lnteraksi selama wawancara


bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata (-) Defensif Curiga
Jelaskan : klien menjawab pertanyaan tanpa ada kontak mata dengan perawat

7. Persepsi : Pendengaran Penglihatan Perabaan


Pengecapan Penghidu
Jelaskan : tidak ada masalah

8. Proses Pikir : Sirkumtansial Tangensial kehilangan asosiasi


flight of idea blocking pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan : tidak ada masalah

9. Isi Pikir :  Obsesi  Fobia  Hipokondria


depersonalisasi  ide yang terkait  pikiran magis
Waham
 Agama  Somatik  Kebesaran  Curiga
 Nihilistic  sisip pikir  Siar pikir  Kontrol pikir
Jelaskan : tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran : bingung sedasi stupor
Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan : Tidak ada masalah

11. Memori :  Gangguan daya ingat jangka panjang  gangguan daya ingat jangka pendek
 gangguan daya ingat saat ini  konfabulasi
Jelaskan : tidak ada masalah

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung :


 mudah beralih  tidak mampu konsentrasi  Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Form. /167. RM/RSH/2014 - rev.02- 15.Mar.2019 hal. 3 / 4
Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan Jiwa
13. Kemampuan penilaian :  Gangguan ringan  Gangguan bermakna
Jelaskan : tidak ada masalah

14. Daya tilik diri : Derajat I Derajat IV


Derajat II Derajat V
Derajat III Derajat VI

Form. /167. RM/RSH/2014 - rev.02- 15.Mar.2019 hal. 4 / 4


Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan Jiwa

X. ASESMEN :
Masalah medis Masalah keperawatan (diisi perawat)
Residual skizofrenia Adefisit pengetahuan (D.0111)
Isolasi social : menarik diri (D.0121)

Sasaran tolak ukur yang harus dicapai

XI. DIAGNOSA
Diagnosa : Axis I
Axis II
Axis III
Axis IV
Axis V

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

II. TERAPI :
Trifluperazim 5 mg
Trihexyphenidil
Clozapine 25 tb

III. KIE (Komunikasi. Informasi, Edukasi) :

TINDAK LANJUT :

Gizi Spesialis
Dikirim / dirujuk : ke RS ..................................................................................................................
Permintaan pasien
Untuk otopsi  Lainnya..................................................
O Pulang : Kontrol ke ..........................................................................................................

Pasien/ Perawat Dokter


Keluarga/Lainnya

( ......................................... ) (Ma’una Q.A.,S.Kep) ( ................................... )


Tanda tangan, Nama terang Tanda tangan, Nama terang Tanda tangan, Nama terang
Form. /167. RM/RSH/2014 - rev.02- 15.Mar.2019 hal. 5 / 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

1. ANALISA DATA

Nama : Nn. A No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa


TGL DATA ETIOLOGI MASALAH TTD
Selasa, DS: Ketidak patuhan Defisit
07/10/20 - Klien mengatakan pusing minum obat pengetahuan
- Klien mengatakan minum (D.0111)
obat sekali saja dimalam Ma’una Q.A.,
Defisit pengetahuan S.Kep
hari
- Ibu klien mengatakan klien
tidak mau minum obat, Pengobatan
dari ketiga obat hanya 1
obat yang diminum

DO:
- KU baik
- Afek datar
- Lesu

Selasa, DS: Resiko perubahan Isolasi sosial


07/10/20 - Ibu klien mengatakan klien persepsi sensori (D.0121)
lebih sering berdiam
dirumah Ma’una Q.A.,
Isosial sosial : S.Kep
- Ibu klien mengatakan klien
Menarik diri
suka memendam masalah

DO:
- Menarik diri Koping tidak efektif
- Kontak mata kurang
- Afek datar
- Lesu
2. POHON MASALAH

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi (Effect)

Isosial sosial : Menarik diri (Core Problem)

Koping tidak efektif (Causa)

3. MASALAH KEPERAWATAN : Isolasi sosial : Menarik diri (D.0121)


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR

Nama Klien : Nn.A No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa


Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan jangka panjang Tujuan jangka pendek
Defisit Setelah dilakukan asuhan Tingkat kepatuhan (L.12110) 1. Membina hubungan saling 1. Membangun kepercayaan
pengetahuan keperawatan selama 1 x meningkat percaya antar perawat dan klien demi
(D.0111) 30 menit Tingkat Kriteria hasil : a. Ucapkan salam saat berinteraksi tercapainya komunikasi
kepatuhan (L.12110 ) 1. Verbalisasi kemauan dengan klien terapeutik
meningkat mematuhi program b. Kenalkan diri dengan klien,
perawatan atau seperti perkenalkan nama dan
pengobatan meningkat nama panggilan, serta tanyakan
2. Verbalisasi mengikuti nama panggilan klien
anjuran meningkat c. Tanyakan perasaan dan keluhan
3. Perilaku mengikuti klien saat ini
program perawatan atau d. Buat kontrak asuhan, misalnya
pengobatan membaik apa yang akan dilakukan
4. Perilaku menjalankan bersama klien, berapa lama dan
anjuran membaik tempatnya dimana
e. Jelaskan bahwa informasi yang
diperoleh akan dirahasiakan
untuk kepentingan terapi
f. Tunjukkan sikap empati
terhadap klien

2. Edukasi program pengobatan 2. Edukasi program


(I.12441) pengobatan (I.12441)
Observasi a. Mengetahui pengetahuan
a. Identifikasi pengetahuan tentang klien tentang pengoabatan
pengobatan yang b. Menimbulkan semangat
direkomendasikan klien dalam menjalani
Terapeutik pengobatan
b. Berikan dukungan untuk c. Membantu klien dalam
menjalani program pengobatan program pengoabatan
dengan baik dan benar d. Meningaktkan kepatuhan
c. Libatkan keluarga untuk dalam pengobatan
memberikan dukungan pada
pasien selama pengobatan
Edukasi
d. Jelaskan manfaat dan efek
samping pengobatan

Isolasi sosial : Setelah dilakukan asuhan Keterlibatan sosial (L.13116) 3. Promosi sosialisasi (I.13498) 3. Promosi sosialisasi (I.13498)
Menarik diri keperawatan selama 1 x meningkat Observasi a. Mengetahui kemampuan
(D.0121) 30 menit keterlibatan Kriteria Hasil : a. Identifikasi kemampuan interaksi klien dengan
sosial (L.13116) 1. Minat interaksi meningkat melakukan interaksi dengan orang lain
meningkat 2. Perilaku menarik diri orang lain b. Meningkatkan rasa percaya
menurun Terapeutik diri klien dalam
3. Afek datar menurun b. Motivasi berintraksi diluar berinteraksi
4. Kontak mata membaik lingkungan c. Meningkatkan rasa percaya
c. Motivasi meningkatkan pada klien dalan
keterlibatan dalam suatu keterlibatan hubungan
hubungan dengan orang lain
Edukasi d. Meningkatkan interaksi
d. Anjurkan berinteraksi dengan klien dengan orang lain
orang lain secara bertahap e. Meningkatkan keikut
e. Anjurkan ikut serta kegiatan sertaan klien dalam
sosial dan kemaasyarakatan kegiatan masyarakat
f. Anjurkan berbagi pengalaman f. Meningkatan keeratan
dengan orang lain hubungan dengan orang
g. Anjurkan meningkatkan lain
kejujuran diri g. Meningkatkan kejujuran
diri klien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Nn.A No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa

TANGGAL DIAGNOASA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

07/10/20 Defisit pengetahuan 1. Mengucapkan salam saat berinteraksi S:


(D.0111) dengan klien
2. Berkenalan dengan klien , seperti - Klien mengatakan Pusing
perkenalkan nama dan nama panggilan, - Klien mengatakan minum obat sekali Ma’una
serta tanyakan nama panggilan klien saja dimalam hari Q.A., S.Kep
3. Menanyakan perasaan dan keluhan klien
saat ini O:
4. Membuat kontrak asuhan, misalnya apa
yang akan dilakukan bersama klien, - KU baik
berapa lama dan tempatnya dimana - Klien tampak lesu
5. Menjelaskan bahwa informasi yang - Afek datar
diperoleh akan dirahasiakan untuk
kepentingan terapi A : Masalah keperawatan teratasi
6. Menunjukkan sikap empati terhadap
klien P : Hentikan intervensi, klien pulang
7. Mengidentifikasi pengetahuan tentang (rawat jalan)
pengobatan yang direkomendasikan
8. Memberikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar
9. Melibatkan keluarga untuk memebrikan
dukungan pada klein selama pengobatan
10. Menjelaskan manfaat dan efek samping
pengobatan
Isolasi sosial : 11. Mengidentifikasi kemampuan S :
Menarik diri melakukan interaksi dengan orang lain
(D.0121) 12. Memotivasi berintraksi diluar - Ibu klien mengatakan klien lebih
lingkungan sering berdiam dirumah
13. Memotivasi meningkatkan keterlibatan - Ibu klien mengatakan klien suka Ma’una
Q.A., S.Kep
dalam suatu hubungan memendam masalah
14. Menganjurkan berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
15. Menganjurkan ikut serta kegiatan sosial O :
dan kemaasyarakatan
16. Menganjurkan berbagi pengalaman - Klien mau berjabat tangan
dengan orang lain - Afek datar
17. Menganjurkan meningkatkan kejujuran
- Kontak mata kurang
diri
A : masalah keperawatan teratasi

P : Hentikan intervensi, klien pulang


(rawat jalan)
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S DENGAN MASALAH
ANSIETAS PADA DIAGNOSA MEDIS RESIDUAL SKIZOFRENIA

DI POLI JIWA RS HAJI SURABAYA

OLEH :
Ma’una Qurrotul Ain, S.Kep
131923143046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
1. ANALISA DATA

Nama : Ny. S No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa


TGL DATA ETIOLOGI MASALAH TTD
Selasa, DS: Gangguan Pola Tidur Ansietas
06/10/20 - Klien mengatakan cemas
(D.0080)
tidak bisa tidur
- Klien mengatakan sulit
konsentrasi Ansietas
DO:
- KU baik
- Klien tampak gelisah

Koping Individu tidak


efektif

2. POHON MASALAH

Gangguan Pola Tidur (Effect)

Ansietas (Core Problem)

Koping Individu tidak efektif (Causa)

3. MASALAH KEPERAWATAN : Ansietas (D.0080)


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR

Nama Klien : Ny S No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa


Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan jangka panjang Tujuan jangka pendek
Ansietas Setelah dilakukan Tingkat ansietas (L.09093) Membina hubungan saling percaya Membangun kepercayaan antar
tindakan keperawatan 1. Verbalisasi khawatir akibat a. Ucapkan salam saat berinteraksi perawat dan klien demi tercapainya
(D.0080)
selama 1 x 30 menit kondisi yang dihadapi dengan klien komunikasi terapeutik
tingkat ansietas menurun b. Kenalkan diri dengan klien,
(L.09093) menurun 2. Perilaku gelisah menurun seperti perkenalkan nama dan
3. Perilaku tegang menurun nama panggilan, serta tanyakan
4. Konsentrasi membaik nama panggilan klien
5. Tremor menurun c. Tanyakan perasaan dan keluhan
klien saat ini
d. Buat kontrak asuhan, misalnya
apa yang akan dilakukan
bersama klien, berapa lama dan
tempatnya dimana
e. Jelaskan bahwa informasi yang
diperoleh akan dirahasiakan
untuk kepentingan terapi
f. Tunjukkan sikap empati
terhadap klien

Reduksi ansietas (I.09314) Reduksi ansietas (I.09314)


Observasi 1. Untuk mengetahui tingkat
ansietas klien
1. Identifikasi tingkat ansietas
2. Untuk mengetahui tanda
2. Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik ansietas klien
3. Ciptakan suasana terapeutik 3. Untuk menumbuhkan
untuk menumbuhkan kepercayaan perawat dan
klien
kepercayaan
4. Memberikan rencana
4. Pahami situasi yang membuat keperawatan yang sesuai
ansietas dengan siuasi klien
5. Dengarkan dengan penuh 5. Memberikan empati terkait
perhatian situasi yang dialami klien
Edukasi 6. Memberikan kepercayaan
6. Anjurkan mengungkapkan pada klien
7. Mengurangi tingkat depresi
perasaan dan persepsi
saat sendirian
7. Anjurkan keluarga untuk selalu 8. Membantu mengurangi
menemani pasien tingkat ansietas
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa

TANGGAL DIAGNOASA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

06/10/20 Ansietas (D.0080) S:


1. Mengucapkan salam saat berinteraksi
dengan klien - Klien mengatakan cemas tidak bisa
2. Berkenalan dengan klien , seperti tidur karena obatnya sudah habis hari
perkenalkan nama dan nama panggilan, ini.
serta tanyakan nama panggilan klien
3. Menanyakan perasaan dan keluhan klien O :
saat ini
4. Membuat kontrak asuhan, misalnya apa - KU baik
yang akan dilakukan bersama klien, - Klien tampak gelisah
berapa lama dan tempatnya dimana
5. Menjelaskan bahwa informasi yang A : Masalah keperawatan teratasi
diperoleh akan dirahasiakan untuk
kepentingan terapi P : Hentikan intervensi, klien pulang
6. Mengidentifikasi tingkat ansietas (rawat jalan)
7. Memonitor tanda-tanda ansietas
8. Memahami situasi yang membuat
ansietas
9. Mendengarkan dengan penuh perhatian
10. Menganjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
11. Menganjurkan keluarga untuk selalu
menemani pasien
12. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat:
13. Mengidentifikasi kemampuan dan beri
penguatan
14. Mengidentifikasi perilaku keluarga yang
mempengaruhi pasien
15. Membina hubungan terapeutik
berdasarkan rasa percaya diri dan
penghargaan
16. Memberikan empati, kehangatan, dan
kejujuran
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. M DENGAN MASALAH
NAUSEA PADA DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA AFEKTIF DEPRESI

DI POLI JIWA RS HAJI SURABAYA

OLEH :
Ma’una Qurrotul Ain, S.Kep
131923143046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
1. ANALISA DATA

Nama : Nn. S No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa


TGL DATA ETIOLOGI MASALAH TTD
Selasa, DS: Resiko deifist nutrisi Nusea
08/10/20 - Klien mengatakan mual (D.0076)
- Klien mengatakn perutnya
terasa tidak nyaman saat Nausea
makan
- Klien mengatakan tidak
minat makan
Ketidakpatuhan
DO: - minum obat

2. POHON MASALAH

Resiko deficit nutrisi (Effect)

Nausea (Core Problem)

Ketidakpatuhan minum obat (Causa)

3. MASALAH KEPERAWATAN :
a. Nausea (D.0076)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR

Nama Klien : Nn. A No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa


Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan jangka panjang Tujuan jangka pendek
Nausea Setelah dilakukan Tingkat nausea (L.08065) 1. Membina hubungan saling percaya 1. Membangun kepercayaan
(D.0076) tindakan keperawatan 1. Nafsu makan meningkat a. Ucapkan salam saat berinteraksi antar perawat dan klien demi
selama 1 x 30 menit 2. Keluhan mual menurun dengan klien tercapainya komunikasi
tingkat nausea 3. Perasaan ingin muntah b. Kenalkan diri dengan klien, terapeutik
(L.08065) menurun menurun seperti perkenalkan nama dan
nama panggilan, serta tanyakan
nama panggilan klien
c. Tanyakan perasaan dan keluhan
klien saat ini
d. Buat kontrak asuhan, misalnya
apa yang akan dilakukan
bersama klien, berapa lama dan
tempatnya dimana
e. Jelaskan bahwa informasi yang
diperoleh akan dirahasiakan
untuk kepentingan terapi
f. Tunjukkan sikap empati
terhadap klien

2. Majemen mual (I.03117) 2. Manajemen mual (I.03117)


a. Anjurkan istirahat dan tidur yang a. Meningkatkan nafsu
cukup makan
b. Anjurkan sering membersihkan b. Menurunkan rasa ingin
mulut, kecuali jika merangsang muntah saat makan
mual c. Mengurangi rasa mual
c. Anjurkan makan tinggi d. Meningkatkan nafsu
karbohidrat dan rendah lemak makan
d. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual (mis. Relaksasi,
terapi musik)

3. Edukasi program pengobatan 3. Edukasi program pengobatan


(I.12441) (I.12441)
a. Identifikasi pengetahuan tentang a. Mengetahui pengetahuan
pengobatan yang klien tentang pengoabatan
direkomendasikan b. Menimbulkan semangat
b. Berikan dukungan untuk klien dalam menjalani
menjalani program pengobatan pengobatan
dengan baik dan benar c. Membantu klien dalam
c. Libatkan keluarga untuk program pengoabatan
memberikan dukungan pada d. Meningaktkan kepatuhan
pasien selama pengobatan dalam pengobatan
d. Jelaskan manfaat dan efek
samping pengobatan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Nn. A No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa

TANGGAL DIAGNOASA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

08/10/20 Nausea (D.0076) S:


1. Mengucapkan salam saat berinteraksi
dengan klien - Klien mengatakan mual
2. Berkenalan dengan klien , seperti - Klien mengatakn perutnya terasa
perkenalkan nama dan nama panggilan, tidak nyaman saat makan
serta tanyakan nama panggilan klien - Klien mengatakan tidak minat makan
3. Menanyakan perasaan dan keluhan klien
saat ini
4. Membuat kontrak asuhan, misalnya apa O : KU baik
yang akan dilakukan bersama klien,
berapa lama dan tempatnya dimana A : masalah keperawatan teratasi
5. Menjelaskan bahwa informasi yang
P : Hentikan intervensi, klien pulang
diperoleh akan dirahasiakan untuk
kepentingan terapi (rawat jalan)
6. Menunjukkan sikap empati terhadap
klien
7. Menganjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
8. Menganjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang mual
9. Menganjurkan makan tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
10. Mengajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi mual
(mis. Relaksasi, terapi musik)
11. Menganjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
12. Menganjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang mual
13. Menganjurkan makan tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
14. Menganjurkan jarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi mual
(mis. Relaksasi, terapi musik)
15. Mengidentifikasi pengetahuan tentang
pengobatan yang direkomendasikan
16. Memberikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar
17. Melibatkan keluarga untuk memebrikan
dukungan pada klein selama pengobatan
18. Menjelaskan manfaat dan efek samping
pengobatan
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. T DENGAN MASALAH
ANSIETAS PADA DIAGNOSA MEDIS MIXED ANSIETY DEPRESIVE DISORDER

DI POLI JIWA RS HAJI SURABAYA

OLEH :
Ma’una Qurrotul Ain, S.Kep
131923143046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
1. ANALISA DATA

Nama : Ny. T No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa


TGL DATA ETIOLOGI MASALAH TTD
Selasa, DS: Gangguan Pola Tidur Ansietas
08/10/20 - Klien mengatakan cemas
(D.0080)
tidak bisa tidur

DO: Ansietas
- KU baik
- Klien tampak gelisah

Koping Individu tidak


efektif

2. POHON MASALAH

Gangguan Pola Tidur (Effect)

Ansietas (Core Problem)

Koping Individu tidak efektif (Causa)

3. MASALAH KEPERAWATAN : Ansietas (D.0080)


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR

Nama Klien : Ny. T No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa


Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan jangka panjang Tujuan jangka pendek
Ansietas Setelah dilakukan Tingkat ansietas (L.09093) Membina hubungan saling percaya Membangun kepercayaan antar
tindakan keperawatan 1. Verbalisasi khawatir akibat a. Ucapkan salam saat berinteraksi perawat dan klien demi tercapainya
(D.0080)
selama 1 x 30 menit kondisi yang dihadapi dengan klien komunikasi terapeutik
tingkat ansietas menurun b. Kenalkan diri dengan klien,
(L.09093) menurun 2. Perilaku gelisah menurun seperti perkenalkan nama dan
3. Perilaku tegang menurun nama panggilan, serta tanyakan
4. Konsentrasi membaik nama panggilan klien
5. Tremor menurun c. Tanyakan perasaan dan keluhan
klien saat ini
d. Buat kontrak asuhan, misalnya
apa yang akan dilakukan
bersama klien, berapa lama dan
tempatnya dimana
e. Jelaskan bahwa informasi yang
diperoleh akan dirahasiakan
untuk kepentingan terapi
f. Tunjukkan sikap empati
terhadap klien

Reduksi ansietas (I.09314) Reduksi ansietas (I.09314)


Observasi 1. Untuk mengetahui tingkat
ansietas klien
1. Identifikasi tingkat ansietas
2. Untuk mengetahui tanda
2. Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik ansietas klien
3. Ciptakan suasana terapeutik 3. Untuk menumbuhkan
untuk menumbuhkan kepercayaan perawat dan
klien
kepercayaan
4. Memberikan rencana
4. Pahami situasi yang membuat keperawatan yang sesuai
ansietas dengan siuasi klien
5. Dengarkan dengan penuh 5. Memberikan empati terkait
perhatian situasi yang dialami klien
Edukasi 6. Memberikan kepercayaan
6. Anjurkan mengungkapkan pada klien
7. Mengurangi tingkat depresi
perasaan dan persepsi
saat sendirian
7. Anjurkan keluarga untuk selalu 8. Membantu mengurangi
menemani pasien tingkat ansietas
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. T No. RM : XX.XX.XX Ruangan : Poli Jiwa

TANGGAL DIAGNOASA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

06/10/20 Ansietas (D.0080) S:


1. Mengucapkan salam saat berinteraksi
dengan klien - Klien mengatakan cemas tidak bisa
2. Berkenalan dengan klien , seperti tidur karena obatnya sudah habis hari
perkenalkan nama dan nama panggilan, ini.
serta tanyakan nama panggilan klien
3. Menanyakan perasaan dan keluhan klien O:
saat ini
4. Membuat kontrak asuhan, misalnya apa - KU baik
yang akan dilakukan bersama klien, - Klien tampak gelisah
berapa lama dan tempatnya dimana
5. Menjelaskan bahwa informasi yang A : Masalah keperawatan teratasi
diperoleh akan dirahasiakan untuk
kepentingan terapi P : Hentikan intervensi, klien pulang
6. Mengidentifikasi tingkat ansietas (rawat jalan)
7. Memonitor tanda-tanda ansietas
8. Memahami situasi yang membuat
ansietas
9. Mendengarkan dengan penuh perhatian
10. Menganjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
11. Menganjurkan keluarga untuk selalu
menemani pasien
12. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat:
13. Mengidentifikasi kemampuan dan beri
penguatan
14. Mengidentifikasi perilaku keluarga yang
mempengaruhi pasien
15. Membina hubungan terapeutik
berdasarkan rasa percaya diri dan
penghargaan
16. Memberikan empati, kehangatan, dan
kejujuran

Anda mungkin juga menyukai