Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH WAKTU FLOTASI DAN KONSENTRASI LOGAM AWAL

TERHADAP KINERJA PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR YANG


MENGANDUNG LOGAM BESI, TEMBAGA, DAN NIKEL DENGAN
FLOTASI OZON

Eva Fathul Karamah, Setijo Bismo, Dewi Widyaningrum


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Kampus Baru UI Depok 16424
Email: eva@che.ui.edu; bismo@che.ui.edu

Abstrak

Polusi lingkungan oleh logam berat yang diketahui beracun dan tidak dapat terbiodegradasi telah
menjadi masalah yang serius. Perhatian dititikberatkan pada pengembangan metode pengolahan limbah
alternatif. Logam berat yang akan menjadi penelitian kali ini adalah besi, tembaga, dan nikel, yang akan
dihilangkan dari limbah cair sintetik tunggal dengan metode flotasi. Flotasi merupakan metoda
pemisahan bahan dengan pengapungan oleh gelembung udara sebagai diffuser. Diffuser yang biasa
digunakan adalah udara atau oksigen. Penelitian ini akan mempelajari flotasi yang menggunakan ozon
sebagai diffuser. Selain diffuser, pada flotasi ozon ini menggunakan zeolit alam lampung (ZAL) sebagai
bahan pengikat, sodium lauril sulfat (SLS) sebagai kolektor, polialumunium klorida (PAC) sebagai
bahan koagulan, dan NaOH 3M sebagai pengatur pH. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan
waktu flotasi untuk memperoleh kondisi operasi optimum untuk ketiga logam di atas dan konsentrasi
logam awal untuk mengetahui kisaran konsentrasi logam yang dapat diolah. Variabel tetapnya adalah
konsentrasi ozon dan tekanan udara kompresor yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan waktu flotasi optimum untuk ketiga logam adalah sama, yaitu 25 menit.
Dengan kondisi operasi optimum (2 g/L ZAL; 0,4 g/L SLS; 0,133 g/L PAC; pH pencampuran 7; dan
waktu flotasi 25 menit) dapat mencapai persentase pemisahan hingga 99,50% untuk logam besi dan
89,46% untuk logam tembaga; serta dapat mengolah limbah dengan konsentrasi logam awal hingga 150
mg/L besi dan 100 mg/L tembaga. Kondisi operasi optimum untuk logam nikel adalah dengan dosis 2
g/L ZAL; 0,4 g/L SLS; 0,0667 g/L PAC; pH pencampuran 9, dan waktu flotasi selama 25 menit dapat
menghasilkan persentase pemisahan nikel sebesar 98,17% dan dapat mengolah limbah dengan
konsentrasi logam awal hingga 150 mg/L nikel.

Kata Kunci: Flotasi; Limbah; Logam Berat; Ozon

1. Pendahuluan
Logam-logam berat yang biasanya terkandung dalam limbah-limbah industri antara lain nikel, seng,
tembaga, mangan dan besi. Berdasarkan pemantauan BPLHD DKI Jakarta, kawasan Jakarta Barat merupakan
kawasan yang paling tinggi tingkat pencemaran air tanah oleh besi, yaitu mencapai 3,12 hingga 20,83% (Hanni,
S. V., 2003). Beberapa industri seperti pewarnaan, kertas, (penambangan) minyak, pelapisan dan pengelasan
logam, serta pembuatan peralatan telepon melepaskan sejumlah tembaga yang tidak diharapkan Logam berat
perlu diolah lebih lanjut karena cenderung untuk dapat terbioakumulasi atau terakumulasi dalam tubuh makhluk
hidup dalam jangka waktu lama (www.lenntech.com/Heavy-Metals.htm).
Pada penelitian ini dilakukan proses separasi dengan metode flotasi menggunakan campuran udara-ozon
sebagai diffuser. Flotasi merupakan metoda pemisahan bahan dengan pengapungan oleh gelembung gas sebagai
diffuser. Penggunaaan ozon sebagai diffuser dalam proses flotasi ini dipilih karena mempunyai banyak
keuntungan. Antara lain ozon merupakan zat oksidator kuat, lebih kuat dibandingkan dengan asam hipoklorit, zat
disinfektan yang sangat efektif dibanding dengan klor untuk menghancurkan bakteri, virus, maupun protozoa;
dan dapat membantu proses flokulasi-koagulasi sebagai zat koagulan (www.lenntech.com/ozone-disinfection/
comparison-of-disinfectants.htm).
Pada proses flotasi ini digunakan bonding agent yang berfungsi sebagai zat pengikat bagi partikel-partikel
logam, sehingga dengan bantuan udara maka logam-logam berat yang sudah terikat akan naik ke atas kolom dan
mengapung. Pada penelitian ini digunakan zeolit alam Lampung sebagai bahan pengikat karena mudah diperoleh
dan murah serta telah terbukti mampu mengikat logam.Daya adsorpsi zeolit untuk logam berat relatif besar,
dapat dianalogikan dengan daya penghilangan amonia yang tinggi dalam perairan biologis
(www.lenntech.com/zeolites-removal.htm).
Ada banyak parameter yang mempengaruhi keberhasilan proses flotasi, diantaranya adalah waktu operasi,
penambahan bahan kimia (bahan pengikat, surfaktan, koagulan), laju alir diffuser yang digunakan, dan
konsentrasi ion logam dalam limbah. Penelitian kali ini difokuskan untuk mempelajari pengaruh waktu flotasi
dan konsentrasi ketiga jenis logam tersebut di atas terhadap kinerja proses flotasi.

2. Bahan dan Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan limbah cair sintetik tunggal dalam larutan garamnya. Secara umum penelitian
terbagi menjadi preparasi dan karakterisasi zeolit alam lampung, uji produktivitas ozonator, preparasi sampel,
proses flotasi, analisis sampel sebelum dan setelah proses, serta pengolahan data.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Alat Flotasi


Tangki flotasi yang digunakan berkapasitas 5 liter dan terbuat dari material flexiglass. Tinggi total tangki
flotasi sebesar 93 cm, dengan tinggi tabung 50 cm dan tinggi bagian kerucut bawah 43 cm, serta diameter dalam
tangki 11 cm dan diameter luarnya 12 cm.
Preparasi zeolit alam lampung dilakukan dengan pengayakan (ukuran ± 0,4 mm), pencucian selama 30
menit dengan pengadukan berulang-ulang, dan pengeringan pada suhu ± 120oC selama 2 jam. Karakterisasi
zeolit untuk mengetahui luas permukaan pori zeolit sebelum dan sesudah preparasi dilakukan dengan
menggunakan alat BET Autosorb.
Uji produktivitas ozon dilakukan dengan menggunakan metode iodometri. Gas ozon yang dihasilkan oleh
generator ozon ditangkap oleh larutan Kalium Iodida (KI). Reaksi oksidasi KI oleh ozon menghasilkan I2
(Iodium). I2 yang terbentuk kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3).
Banyaknya tiosulfat yang teroksidasi menunjukkan jumlah iodium yang dihasilkan dari reaksi kalium iodida
dengan ozon.
Proses preparasi limbah cair sintetik dimulai dengan pembuatan larutan tunggal yang mengandung logam
Fe, Cu dan Ni 100 mg/L dalam bentuk garamnya, yaitu FeSO4. 7 H2O; Cu(NO3)2 .4H2O; dan NiCl2. 6H2O
sebanyak 3 L. Untuk variasi konsentrasi, pembuatan sampel diulangi untuk konsentrasi logam 150, 250, dan 500
mg/L. Setelah sampel dibuat kemudian dilakukan analisis sampel.
Proses flotasi dari limbah cair sintetis tunggal ini akan dilakukan secara batch satu tahap menggunakan
campuran udara-ozon sebagai diffuser. Sebanyak 2g/L ZAL dan 0,4 g/L SLS dimasukkan ke dalam sampel yang
telah dianalisis sebelumnya. Kemudian campuran tersebut diaduk dengan pengadukan cepat 140 rpm selama 20
menit. Selama pengadukan, pH campuran limbah diatur agar mencapai nilai 7, dengan menambahkan NaOH 3M
setetes demi setetes. Setelah 20 menit, sebanyak 0,133 g/L PAC ditambahkan ke dalam campuran tersebut
dengan tetap dilakukan pengadukan. Pengadukan cepat (kecepatan 140 rpm) dilakukan selama 1 menit kemudian
dilanjutkan dengan pengadukan lambat (kecepatan 35 rpm) selama 10 menit. Selanjutnya, campuran tersebut
dipindahkan ke dalam tangki flotasi. Campuran udara-ozon (yang berasal udara), dialirkan melalui bagian bawah
tangki flotasi. Proses flotasi dilakukan dengan waktu operasi selama 30 menit. Setelah proses flotasi selesai, buih
yang terbentuk pada permukaan atas tangki diambil dengan cara skimming, dan air hasil olahannya dialirkan ke
dalam tangki penampungan, untuk selanjutnya dianalisis (nilai pH, DO, COD, dan konsentrasi logamnya).
Selanjutnya proses flotasi diulangi untuk variabel-variabel operasi yang berbeda, yaitu: waktu operasi (5; 10; 15;
20; 25 menit) dan konsentrasi logam awal (150; 250, dan 500 mg/L).
Analisis sampel dilakukan sebelum dan setelah proses. Sampel dari effluent diambil sebelum proses (setelah
selesai preparasi sampel) dan setelah proses untuk setiap variasi. Analisis yang dilakukan meliputi pengukuran
kandungan logam, nilai pH, kandungan oksigen terlarut (DO), dan kebutuhan oksigen kimia (COD).
Hasil pemisahan logam berat dari limbah sintetik ini diperoleh dengan cara mengukur konsentrasi logam
berat awal dan akhir pada air hasil olahan, dengan persamaan % pemisahan berikut:
Co − Ca
% Pemisahan Logam = x100% (1)
Co
dengan: Co = konsentrasi logam awal, mg/L
Ca = konsentrasi logam akhir, mg/L

3. Hasil Dan Pembahasan


Hasil-hasil penelitian dibahas pada bagian berikut ini.

Preparasi Zeolit Alam Lampung (ZAL)


Hasil karakterisasi ZAL sebelum dan sesudah preparasi menunjukkan telah terjadi peningkatan luas
permukaan ZAL sebesar 10,18%, yakni dari semula 43,14 m2/g menjadi 47,53% m2/g. Peningkatan ini juga
diiringi oleh peningkatan volum pori zeolit sebesar 41,15%, yakni dari volum pori semula 0,005035 cm3/g
menjadi 0,007107 cm3/g. Peningkatan yang terjadi kurang signifikan, sehingga pemanfaatan zeolit sebagai
penukar ion ataupun adsorben pada penelitian ini belum dapat dilakukan secara optimal.

Pengaruh Waktu Flotasi


Pengaruh waktu flotasi terhadap persentase pemisahan logam dan parameter kualitas air dijelaskan pada
bagian berikut ini.

Nilai pH
Persentase
Pemisahan Akhir
8.0
100%
7.5
90%
7.0
80% 6.5

70% 6.0
5.5
60%
5.0
50% 4.5
40% 4.0
5 10 15 20 25 30 5 10 15 20 25 30
Waktu Flotasi (menit) Waktu Flotasi (menit)

Logam Fe Logam Cu Logam Ni Logam Fe Logam Cu Logam Ni

Gambar 2. Pengaruh waktu flotasi terhadap Gambar 3. Pengaruh waktu flotasi terhadap
persentase pemisahan logam nilai pH akhir setelah proses

Gambar 2 menunjukkan adanya kenaikan yang cukup signifikan dari persentase pemisahan ketiga logam
dari larutan tunggalnya. Hasil pemisahan logam besi mempunyai persentase pemisahan yang paling tinggi
diantara ketiga logam tersebut. Hal ini dikarenakan waktu yang dibutuhkan untuk mengkontakkan bahan-bahan
kimia yaitu NaOH, SLS, dan PAC untuk membentuk flok dengan gelembung gas yang dihasilkan diffuser akan
lebih lama, sehingga dapat terjadi pemisahan yang diinginkan.
Logam besi merupakan logam yang dapat dioksidasi dari keadaan garamnya, yaitu FeSO4. 7H2O dengan
mudah (Svehla, 1979). Pada saat terjadi pencampuran (di tangki pencampuran), ada sebagian kecil Fe2+ yang
belum teroksidasi oleh udara. Logam inilah yang akan teroksidasi oleh ozon dalam tangki flotasi, karena ozon
merupakan zat oksidator yang lebih kuat bila dibandingkan dengan oksigen (dari udara). Dengan semakin
lamanya waktu flotasi maka senyawa hidroksida besi (III) yang terbentuk semakin banyak, sebagai akibat dari
proses oksidasi Fe2+ oleh ozon di tangki flotasi. Dengan demikian maka persentase pemisahannya akan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan logam-logam yang tidak dapat dioksidasi oleh udara, seperti tembaga dan nikel.
Pada waktu flotasi 5 dan 10 menit untuk semua logam, proses flotasi tidak optimal, sehingga diperlukan
proses lanjutan, yaitu sedimentasi. Hal ini disebabkan oleh belum cukupnya waktu untuk mengapungkan semua
flok logam yang terbentuk. Dengan demikian untuk waktu flotasi 5 dan 10 menit tidak dapat dijadikan
perbandingan untuk menentukan waktu flotasi optimum.
Pada penelitian ini diperoleh waktu flotasi yang optimum selama 25 menit. Pemilihan waktu tersebut
didasarkan pada hasil persentase pemisahan untuk ketiga logam dan dari pengamatan visual. Dengan waktu
flotasi optimum diperoleh hasil persentase pemisahan yang tinggi, yaitu sekitar 98-99% untuk logam besi dan
nikel, serta 86% logam tembaga. Kemudian dari pengamatan visual terlihat bahwa pada waktu flotasi 15 menit
untuk logam besi dan 20 menit untuk tembaga dan nikel sudah menunjukkan hasil persentase pemisahan yang
tinggi, namun masih banyak terdapat busa surfaktan yang tertinggal dalam tangki flotasi.
Gambar 3 menunjukkan pengaruh waktu flotasi terhadap nilai pH setelah proses. Nilai pH awal
merupakan pH saat pengadukan di tangki pencampuran, yaitu 7 untuk logam besi dan tembaga, serta 9 untuk
logam Ni. Penurunan nilai ini dipengaruhi oleh terbentuknya asam yang berasal dari hidrolisis garam logamnya,
yaitu asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida. Penurunan nilai pH ini juga sedikit dipengaruhi oleh
penambahan PAC sebagai koagulan pada proses. PAC merupakan bahan koagulan yang bersifat asam karena
memiliki sisi keasaman Bronsted-Lowry.

Nilai DO Nilai COD


Akhir Akhir
6.8
180
160
6.6 140
120
100
6.4 80
60
40
6.2 20
5 10 15 20 25 30 0
Waktu Flotasi (menit)
5 10 15 20 25 30
Waktu flotasi (menit)
Logam Fe Logam Cu Logam Ni
Logam Fe Logam Cu Logam Ni

Gambar 4. Pengaruh waktu flotasi terhadap Gambar 5. Pengaruh waktu flotasi terhadap
nilai DO akhir setelah proses nilai COD akhir setelah proses

Gambar 4 menunjukkan pengaruh waktu flotasi terhadap nilai DO setelah proses. Nilai DO menunjukkan
jumlah oksigen terlarut dalam air. Nilai DO pada air hasil flotasi dapat dikatakan cenderung meningkat
dibandingkan dengan kondisi awal limbah. Hal ini dapat dijelaskan karena dengan semakin lamanya proses
flotasi, maka jumlah diffuser yang ditambahkan pun akan semakin banyak, sehingga kandungan oksigen dari
udara (kompresor) dan ozon juga akan semakin banyak. Semakin lamanya proses flotasi akan menyebabkan
ozon terdekomposisi menjadi oksigen, sehingga menyebabkan kandungan oksigen terlarut dalam air hasil flotasi
cenderung meningkat. Namun peningkatan ini tidak terlalu signifikan karena dalam proses, ozon yang
ditambahkan kecil sekali, yaitu sebesar 0,0393 gram/jam, yang didapatkan dari hasil uji produktivitas ozonator.
Gambar 5 menunjukkan pengaruh waktu flotasi terhadap nilai COD setelah proses. Nilai COD merupakan
nilai kebutuhan oksigen yang dibutuhkan untuk dapat mengoksidasi senyawa-senyawa organik secara kimiawi.
SLS merupakan senyawa organik, salah satu penyumbang nilai COD dalam air limbah ini. Logam besi dan
tembaga berperan dalam menurunkan nilai COD air hasil proses dengan cara mengoksidasi senyawa yang
bersifat basa, yaitu SLS. Proses okdidasi ini dapat dicapai apabila logam besi dan tembaga berada dalam keadaan
basa. Namun tidak halnya untuk logam nikel, yang tidak dapat mengoksidasi SLS pada kondisi basa, yaitu pada
pH pencampuran 9, sehingga tidak terjadi penurunan nilai COD dengan semakin lamanya waktu proses flotasi.
Dengan meningkatnya nilai pH, maka SLS akan semakin sulit untuk diolah dan akan menyebabkan tegangan
permukaan semakin tinggi sehingga sulit ditembus oleh ozon sebagai zat oksidatornya.
Pengaruh Konsentrasi Logam Awal
Pengaruh konsentrasi awal logam terhadap kinerja proses flotasi dijelaskan pada bagian berikut ini.

Persentase Nilai pH
Pemisahan Akhir
100% 10
95%
8
90%
85% 6
80%
4
75%
70% 2
65%
0
60%
100 150 250 500
100 150 250 500
Konsentrasi Logam Awal (mg/L)
Konsentrasi Logam Berat (mg/L)

Logam Fe Logam Cu Logam Ni


Logam Fe Logam Cu Logam Ni

Gambar 6. Pengaruh konsentrasi logam awal Gambar 7. Pengaruh konsentrasi logam awal
terhadap persentase pemisahan terhadap nilai pH akhir
limbah sintetik tunggal

Gambar 6 menunjukkan nilai persentase pemisahan ketiga logam dengan variasi konsentrasi logam
awalnya. Untuk konsentrasi besi dan nikel 100, dan 150 mg/L tidak diperlukan proses sedimentasi, namun tidak
demikian halnya untuk konsentrasi besi dan tembaga 250 dan 500 mg/L. Sedangkan untuk konsentrasi tembaga
150 hingga 250 mg/L tetap diperlukan proses sedimentasi.
Dengan semakin tingginya kandungan logam awal dalam sampel, maka kinerja surfaktan dan koagulan
dalam mengikat hidroksida-hidroksida besi menjadi flok pun akan semakin berat, sehingga terdapat kondisi
optimum yang diperlukan untuk proses flotasi pada konsentrasi logam tertentu. Selain itu dengan adanya
kenaikan konsentrasi logam dalam sampel, maka koloid hidroksida yang terbentuk akan semakin banyak,
sedangkan jumlah bahan koagulan (PAC) dan surfaktan (SLS) yang ditambahkan tetap, sehingga tidak mampu
untuk mengubah semua partikel hidroksida tersebut menjadi flok. Dengan demikian koloid hidroksida tersebut
tidak dapat dipisahkan ke permukaan dan akan tetap berada di tangki flotasi, sehingga pada akhirnya diperlukan
proses lanjutan (sedimentasi) untuk dapat mengukur kandungan logam berat dalam effluent.
Pada logam tembaga diperoleh hasil pemisahan yang tidak sesuai dengan teori, yakni persentase
pemisahan tembaga 150 mg/L lebih rendah dibandingkan 500 mg/L. Hal ini dapat disebabkan pada saat
pengukuran AAS untuk konsentrasi tembaga 150 mg/L, flok tembaga yang terdapat dalam tangki flotasi ikut
terukur sehingga menyebabkan konsentrasi akhir logam tinggi dan mengakibatkan persentase pemisahan logam
tembaga menjadi rendah.
Gambar 7 menunjukkan logam besi mengalami penurunan nilai pH yang paling besar dibanding tembaga
dan nikel. Nilai pH awal untuk ketiga logam sama dengan pada saat variasi waktu flotasi. Penurunan nilai ini
disebabkan oleh adanya reaksi oksidasi besi oleh ozon, sehingga dengan semakin meningkatnya konsentrasi besi
awal, ion H+ yang terbentuk pun akan semakin banyak. Hal tersebut tidak ditemui pada logam yang tidak dapat
dioksidasi, dalam hal ini tembaga dan nikel. Reaksi oksidasi seperti yang ditunjukkan berikut:
2Fe2+ + O3(aq) + 5H2O Î 2Fe(OH)3(s) + O2(aq) + 4 H+ (2)

Nilai DO Nilai COD


Akhir Akhir
6.75 200
6.7
6.65 150
6.6
100
6.55
6.5 50
6.45
6.4
0
100 150 250 500 100 150 250 500
Konsentrasi Logam Awal (mg/L) Konsentrasi Logam Awal (mg/L)

Logam Fe Logam Cu Logam Ni Logam Fe Logam Cu Logam Ni

Gambar 8. Pengaruh konsentrasi logam awal Gambar 9. Pengaruh konsentrasi logam awal
terhadap nilai DO akhir terhadap nilai COD akhir
Gambar 8 menunjukkan pengaruh konsentrasi logam awal terhadap nilai DO setelah proses. Nilai DO
dipengaruhi oleh jumlah diffuser yang dimasukkan ke dalam tangki flotasi. Nilai DO akhir untuk setiap variasi
konsentrasi logam awal cenderung tetap, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan semakin bertambahnya
konsentrasi logam awal, tidak memberikan pengaruh terhadap nilai DO akhir.
Gambar 9 menunjukkan pengaruh konsentrasi logam awal terhadap nilai COD setelah proses. Dengan
adanya kehadiran logam nikel yang semakin tinggi pada limbah pada kondisi asam (karena lebih banyak
terbentuk asam klorida dari hidrolisis garam nikel) akan menyebabkan penurunan nilai COD air hasil olahan
yang sangat signifikan.
Logam nikel dapat berperan sebagai katalis oksidasi, yang dapat mengoksidasi senyawa-senyawa organik,
yang berasal dari SLS. Dengan semakin tingginya konsentrasi nikel awal, maka jumlah SLS yang dapat
teroksidasi pun akan semakin banyak. Karena nikel merupakan katalis oksidasi yang kuat, maka nikel akan
membantu kerja ozon dalam mengoksidasi senyawa SLS. SLS yang telah teroksidasi akan terpisah seiring
dengan froth yang terbentuk, sehingga jumlah senyawa organik yang belum teroksidasi dalam air olahan akan
semakin kecil. Dengan demikian dalam hal ini, adanya logam nikel dapat membantu proses pengolahan limbah
dengan cara menurunkan nilai COD air limbah.

4. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Waktu flotasi optimum untuk pemisahan besi, tembaga, dan nikel adalah sama, yaitu 25 menit.
2. Kondisi operasi optimum untuk logam besi adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,133 g/L PAC,
pH pencampuran 7, dan waktu flotasi 25 menit dapat menghasilkan persentse pemisahan besi sebesar
99,50%. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah besi dengan konsentrasi besi awal
hingga 150 mg/L.
3. Kondisi operasi optimum untuk logam tembaga adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,133 g/L
PAC, pH pencampuran 7 dan waktu flotasi selama 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan
tembaga sebesar 89,46%. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah tembaga dengan
konsentrasi tembaga awal hingga 100 mg/L.
4. Kondisi operasi optimum untuk logam nikel adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,0667 g/L PAC,
pH pencampuran 9 dan waktu flotasi selama 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan nikel
sebesar 98,17%. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah nikel dengan konsentrasi nikel
awal hingga 150 mg/L.

5. Daftar Acuan

El-Sayed Ghazy, Shaban (2006), Removal of Aluminium from Some Water Samples by Sorptive Flotation Using
Powdered Midified Activated Carbon as a Sorbent and Oleic acid as a Surfaktan. Analytical science.
Japan

Hanni, S Vincentia (2003) “Air Jakarta Semakin Tidak Sehat”, Kompas 5 Juni 2003, Jakarta.

Lazaridis, N.K. et al (2004), “Copper removal from Effluents by Various Separation Techniques”,
Hydrometalurgy, Aristotle University, Greece. p.149-156.

Shergold, H.L (1984), The Scientific Basis of Flotation, NATO ASI Series, K.J. Ivesed, Martinus Nijhoff
Publishers, Boston.

____, http://www.lenntech.com/ozone-disinfection/comparison-of- disinfectants.htm. Ozone Disinfection,


Comparison of Disinfectants, diakses pada tanggal 24 Februari 2006.

____, http://www.lenntech.com/Heavy-Metals.htm. Heavy Metals, diakses pada tanggal 10 Maret 2006.

____, http://www.lenntech.com/zeolites-removal.htm. Substances Removal by Zeolite, diakses pada tanggal 6


Maret 2006.

Anda mungkin juga menyukai